Anda di halaman 1dari 24

APLIKASI KONSEP KEHILANGAN DAN BERDUKA BESERTA

CONTOHNYA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikososial Budaya dalam Keperawatan

Dosen Koordinator: Hemi Fitriani, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Mat


Dosen Pembimbing : Rini Mulyani, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Kelompok 3 :
Septin Mardiana 213120128 Suci Nopianty 213120150
Resti Apriani 213120131 Tressa Sriambarwati 213120155
Triyara Sugiarti 213120134 Thania Argita M 213120156
Arsyella Fazwah 213120137 Farida Noer Laila 213120160
Salwa Salsabila 213120139 Rachel Maharani 213120162
Jeastri 213120143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.
Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak gentar
menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikososial Budaya dalam Keperawatan, kami susun dalam bentuk kajian
ilmiah dengan judul” Aplikasi Konsep Kehilangan Dan Berduka Beserta
Contohnya’’ dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Hemi Fitriani, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Mat selaku dosen koordinator
2. Ibu Rini mulyani, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen pembimbing
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa
sepenuhnya belum sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien untuk perbaikan dan
penyempurnaan pada materi makalah ini.

Cimahi, 18 Oktober 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
1.4. Manfaat......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.................................................................................................3
2.1. Definisi Kehilangan...................................................................................3
2.2. Jenis-jenis Kehilangan...............................................................................5
2.3. Rentang Respon Kehilangan.....................................................................6
2.4. Definisi Berduka........................................................................................7
2.5. Teori dari Proses Berduka.........................................................................8
2.6. Dimensi (respon) dan Gejala Berduka....................................................10
BAB III..................................................................................................................11
KASUS...................................................................................................................11
BAB IV..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
4.1. Kesimpulan..............................................................................................19
4.2 Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum
berarti sesuatu yang kurang enak atau kurang nyaman untuk dibicarakan.
Hal ini dapat disebabkan karena konsisi ini lebih banyak melibatkan emosi
dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat, proses kehilangan dan berduka sedikit
demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada
keinginan untuk mencari bantuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan
tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi
kondisi yang demikian. Pemahan dan persepsi diri tentang pandangan
diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Kurang mem[erhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang
salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama denga klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka
sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur barat, Ketika
klien tidak berupaya melewati dukacita setelah mengalami kehilangan yang
sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental, dan sosial
yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalama
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagain besar perawat berinteraksi
dengan klien yang mengalami kehilangan dan berdukavita. Penting bagi
perawat memahami arti dari kehilangan dan berdukacita. Ketika merawat
klien dan keluarga, perawat juga mengalami kehilangan pribadi Ketika
hubungan klien-keluarga-perawat berakhir karena perpindahan,
pemulangan, penyembuhan, kematian. Perasaan pribadi, nilai dan
pengalaman pribadi mempengaruhi, seberapa jauh perawat dapat

1
mendukung kien, dan keluarga selama kehilangan dan kematian (Potter &
Perry, 2005)
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Kehilangan?
2. Apa Jenis Kehilangan ?
3. Bagaimana rentang respon kehilangan?
4. Apa definisi Berduka ?
5. Apa saja Teori dari proses berduka?
6. Bagaimana dimensi dan gejala berduka?
1.3. Tujuan
1. Apa definisi Kehilangan?
2. Apa Jenis Kehilangan ?
3. Bagaimana rentang respon kehilangan?
4. Apa definisi Berduka ?
5. Apa saja Teori dari proses berduka?
6. Bagaimana dimensi dan gejala berduka?
1.4. Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikososial Budaya dalam
Keperawatan
2. Menambah pengetahuan tentang “ berduka dan kehilangan “.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Kehilangan


Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh
setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali
walaupun dalam bentuk yang berbeda (Yosep, 2011).Kehilangan adalah
situasi aktual atau potensial ketika sesuatu (orang atau objek) yang dihargai
telah berubah, tidak ada lagi, atau menghilang. Seseorang dapat kehilangan
citra tubuh, orang terdekat, perasaan sejahtera, pekerjaan, barang milik
pribadi, keyakinan, atau sense of self baik sebagian ataupun keseluruhan.
Peristiwa kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap sebagai
sebuah pengalaman traumatik. Kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi
krisis, baik krisis situasional ataupun krisis perkembangan (Mubarak &
Chayatin, 2007).Kehilangan adalah pengalaman perpisahan yang
berhubungan dengan suatu objek, orang, kepercayaan, hubungan
antarmanusia yang bernilai (Dyer, 2001 dalam Ritanti, 2010).Potter dan
Perry (2005) menyatakan kehilangan dapat dikelompokkan dalam 5
kategori: kehilangan objek eksternal, kehilangan lingkungan yang telah
dikenal, kehilangan orang terdekat, kehilangan aspek diri, dan kehilangan
hidup.
a. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang
telah menjadi usang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana
alam. Bagi seorang anak benda tersebut mungkin berupa boneka atau
selimut, bagi seorang dewasa mungkin berupa perhiasan atau suatu
aksesoris pakaian. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang tergantung pada nilai yang dimiliki orang

3
tersebut, terhadap benda yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda
tersebut.

b. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal


Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan
yang telah di kenal mencakup meninggalkan lingkungan yang telah
dikenal selama periode tertentu atau kepindahan secara permanen.
Contohnya, termasuk pindah ke kota baru, mendapat pekerjaan baru, atau
perawatan di rumah sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari
lingkungan yang telah dikenal dan dapat terjadi melalui situasi
maturasional, misalnya ketika seorang lansia pindah ke rumah perawatan,
atau situasi situasional, contohnya kehilangan rumah akibat bencana alam
atau mengalami cedera atau penyakit. Perawatan dalam suatu institusi
mengakibatkan isolasi dari kejadian rutin. Peraturan rumah sakit
menimbulkan suatu lingkungan yang sering bersifat impersonal dan
demoralisasi. Kesepian akibat lingkungan yang tidak dikenal dapat
mengancam harga diri dan membuat berduka menjadi lebih sulit.
c. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara
sekandung, guru, pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau
atlet yang telah terkenal mungkin menjadi orang terdekat bagi orang
muda. Riset telah menunjukkan bahwa banyak hewan peliharaan sebagai
orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan, pindah,
melarikan diri, promosi di tempat kerja, dan kematian.
d. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi
fisiologis, atau psikologis. Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup
anggota gerak, mata, rambut, gigi, atau payudara. Kehilangan fungsi
fisiologis mencakup kehilangan kontrol kandung kemih atau usus,
mobilitas, kekuatan, atau fungsi sensoris. Kehilangan fungsi psikologis
termasuk kehilangan ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri,
kekuatan, respek atau cinta. Kehilangan aspek diri ini dapat terjadi akibat

4
penyakit, cedera, atau perubahan perkembangan atau situasi. Kehilangan
seperti ini, dapat menurunkan kesejahteraan individu. Orang tersebut
tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat
mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
e. Kehilangan kehidupan
Sesorang yang menghadapi kematian menjalani hidup, merasakan,
berpikir, dan merespon terhadap kejadian dan orang sekitarnya sampai
terjadinya kematian. Perhatian utama sering bukan pada kematian itu
sendiri tetapi mengenai nyeri dan kehilangan kontrol. Meskipun sebagian
besar orang takut tentang kematian dan gelisah mengenai kematian,
masalah yang sama tidak akan pentingnya bagi setiap orang.Setiap orang
berespon secara berbeda-beda terhadap kematian. orang yang telah hidup
sendiri dan menderita penyakit kronis lama dapat mengalami kematian
sebagai suatu perbedaan. Sebagian menganggap kematian sebagai jalan
masuk ke dalam kehidupan setelah kematian yang akan
mempersatukannya dengan orang yang kita cintai di surga. Sedangkan
orang lain takut perpisahan, dilalaikan, kesepian, atau cedera. Ketakutan
terhadap kematian sering menjadikan individu lebih bergantung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. Kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. Kondisi fisik dan psikologi individu
2.2. Jenis-jenis Kehilangan
Jenis-jenis Kehilangan
a) Actual Loss
Diakui orang lain dan sama-sama dirasakan bahwa hal tersebut
merupakan suatu bentuk kehilangan, misalnya : kehilangan anggota
badan, keuangan, pekerjaan, suami/istri.
b) Perceived Loss

5
Dirasakan seseorang tetapi tidak dirasakan orang lain, misalnya :
kehilangan masa muda, lingkungan yang berharga.
c) Physical Loss
Kehilangan secara fisik, misalnya : seseorang mengalami kecelakaan dan
akibat luka yang parah tangan atau kaki harus diamputasi.
d) Psycology Loss
Kehilangan secara psikologis, misalnya : orang yang cacat akibat
kecelakaan membuat tidak percaya diri dan merasa gambaran dirinya
terganggu.
e) Ancipatory Loss
Kehilangan yang bisa dicegah, misalnya : orang yang menderita penyakit
‘terminal’.
2.3. Rentang Respon Kehilangan
Terdapat beberapa teori mengenai respon berduka terhadap kehilangan.
Teori yang dikemukan Kubler-Ross (1969 dalam Hidayat, 2009) mengenai
tahapan berduka akibat kehilangan berorientasi pada perilaku dan
menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Fase penyangkalan (Denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,
tidak percaya, atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-
benar terjadi. Sebagai contoh, orang atau keluarga dari orang yang
menerima diagnosis terminal akan terus berupaya mencari informasi
tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah,
pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah, dan sering kali individu
tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung beberapa
menit hingga beberapa tahun.
b. Fase marah (Anger)
Pada fase ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang
timbul sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri.
Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan
perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak

6
pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak kompeten.
Respon fisik yang sering terjadi, antara lain muka merah, deyut nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepal, dan seterusnya.
c. Fase tawar menawar (Bargaining)
Pada fase ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan
terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan
secara halus atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut dapat
dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar
dengan memohon kemurahan Tuhan.
d. Fase depresi (Depression)
Pada fase ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri,
kadang-kadang bersikap sangat penurut, tidak mau berbicara menyatakan
keputusasaan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh
diri. Gejala fisik yang ditunjukkan, antara lain, menolak makan, susah
tidur, letih, turunnya dorongan libido, dan lain-lain.
e. Fase penerimaan (Acceptance)
Pada fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan,
pikiran yang selalu berpusat pada objek yang hilang mulai berkurang
atau hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang
dialaminya dan mulai memandang kedepan. Gambaran tentang objek
yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan
beralih pada objek yang baru. Apabila individu dapat memulai tahap
tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat
mengakhiri proses berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan
secara tuntas. Kegagalan untuk masuk ke tahap penerimaan akan
mempengaruhi kemampuan individu tersebut dalam mengatasi perasaan
kehilangan selanjutnya.
2.4. Definisi Berduka
Berduka merupakan reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respon
emosional yang normal (Suliswati, 2005). Definisi lain menyebutkan bahwa
berduka, dalam hal ini dukacita adalah proses kompleks yang normal yang
mencakup respon dan perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual

7
ketika individu, keluarga, dan komunitas menghadapi kehilangan aktual,
kehilangan yang diantisipasi, atau persepsi kehilangan ke dalam kehidupan
pasien sehari-hari (NANDA, 2011). Berduka merupakan respon normal
pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari
berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka
diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang actual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan,objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Sedangkan,
berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
actual mamupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini terkadang menjurus ke tipikal, abnormal atau
kesalahan/kekacauan.
2.5. Teori dari Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses
berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat
digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan
keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka
memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah
untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam
bentuk empati.
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang
dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun
menjelang ajal.
a. Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik
diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik
termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak
bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.

8
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan
mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah,
frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang
hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima
perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk
mengalihkan kehilangan seseorang.
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap
almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang
perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
e. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.
Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima
kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
2. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai
lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi
kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi
respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan
biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin
berlanjut sampai 3-5 tahun.
3. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
a. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
b. Konfrontasi

9
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien
secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan
mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
c. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan
mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-
hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan
mereka.
2.6. Dimensi (respon) dan Gejala Berduka
Proses berduka yang maladaptif tersebut akan menyebabkan berbagai
masalah sebagai akibat munculnya emosi negatif dalam diri individu.
Dampak yang muncul diantaranya perasaan ketidakberdayaan, harga diri
rendah, hingga isolasi sosial. Terdapat beberapa sumber yang menjelaskan
mengenai tanda dan gejala yang sering terlihat pada individu yang sedang
berduka. Buglass (2010) menyatakan bahwa tanda dan gejala berduka
melibatkan empat jenis reaksi, meliputi:
a. Reaksi perasaan, misalnya kesedihan, kemarahan, rasa bersalah,
kecemasan, menyalahkan diri sendiri, ketidakberdayaan, mati rasa,
kerinduan.
b. Reaksi fisik, misalnya sesak, mual, hipersensitivitas terhadap suara dan
cahaya, mulut kering, kelemahan.
c. Reaksi kognisi, misalnya ketidakpercayaan, kebingungan, mudah lupa,
tidak sabar, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, ketidaktegasan.

10
BAB III

KASUS
a) Septin Mardiana
Kehilangan dompet

Tepat nya di Minggu pagi, aku dan teman kakak pergi ke pasar untuk
membeli sayur dan membeli makanan untuk sarapan pagi. Lalu kami pulang
menuju rumah dan sampai di rumah kami sarapan bersama sama, setelah itu
kakak bilang “dek tolong kamu ke Alfa sebentar tadi kakak lupa beli minyak
sayur” aku langsung ambil dompet dan pakai motor. Saat sampai ke Alfa aku
lihat dompet aku gak ada, aku kira dompet ketinggalan di rumah, aku pulang
ke rumah nanya ke kakak “kak lihat dompet adek gak” kata kakak “gak lihat
dek”.Terus aku lihat dari rumah sampai ke Alfa di jalan pun gak ada, aku
bingung mau apa lagi padahal itu ada KTP dan kartu lain nya. Kalau KTP
hilang aku harus buat lagi sedang kan KTP aku masih terterah KTP Bengkulu
Selatan kalau mau buat aku harus urus surat pindah atau surat keterangan dari
RT RW tempat tinggal aku sekarang,

Hari pun sudah sore dompet pun belum ketemu, aku nelpon mama di
kampung buat surat pindah dari Bengkulu Selatan ke Bandung barat, dan
esok an hari nya mama urus surat pindah nya hingga sampai selesai, setelah
selesai surat pindah mama kirim ke pos dan berapa hari kemudian surat
pindah pun tiba dan aku pun cepat cepat urus surat menyurat nya supaya bisa
bikin KTP dan lain nya hingga selesai.

b) Resti Apriani
Kehilangan Kepercayaan
Saya memiliki seorang sahabat berinisial S, kami berteman dari mulai
SMA kelas 10. Kami sangat dekat, kami selalu bertukar cerita tentang hal-hal
yang dialami. Saat itu kami masih SMA kelas 12,selain S saya juga memiliki
teman berinisial T, suatu saat si T ini tiba-tiba berubah, saat bertemu dengan
saya dia tampak seperti orang kesal. Saya bingung, karena dia hanya bersikap

11
seperti itu kepada saya saja. Saya mencoba menyapa,namun si T ini tetap
mendiamkan saya.
Saya merasa bingung,karena saya takut bahwa saya telah melakukan hal
yang membuat dia sakit hati. Singkat cerita,saya mencoba bertanya kepada S
kenapa T bersikap berbeda namun ia berkata tidak tahu. Tidak lama
kemudian S berkata “Res, aku mau cerita, aku punya temen si A dia tuh lagi
gak akur sama B, nah aku tuh tau si A tuh kesel sama si B. Soalnya si B
berfikir bahwa rahasia dia udah di bocorin sama si A. Jadi si A tuh bersikap
beda ke si B”.
Nah setelah aku mendengar cerita dia, seketika aku sadar bahwa yang dia
maksud itu adalah aku dan si T. Lalu aku bertanya balik ke si S, “kamu
pernah bocorin rahasia aku? Yang mana aja pokoknya kamu pernah gak? “
lalu di S bilang “iya res pernah”. Seketika aku kecewa karena aku langsung
memberikan kesimpulan bahwa si T bersikap beda karena si S mencoba
mengadu-domba kan saya. Saya merasa kecewa sekali, sampai sekarang saya
menjadi sosok yang kurang percaya terhadap orang lain. Karena sekali
kepercayaan saya di rusak, saya tidak akan percaya lagi.
c) Triyara Sugiarti
Kehilangan nenek
Pada tanggal 22 Februari 2021 saya dan keluarga besar saya kehilangan
nenek tercinta kami. Ceritanya pada Saat tanggal 23 November 2020 nenek
saya bangun tidur kemudian beliau Kejedot pintu kamar ,kemudian terjadilah
benjolan di kepalanya. Benjolan tersebut hari demi hari menjadi
mengeras ,lalu pada tanggal 15 Desember 2020 nenek saya dibawa kerumah
sakit dan dokter mengatakan untuk segera di operasi. Sebelum operasi terjadi
2 Bulan kemudian tanggal 22 Februari 2021 nenek saya dinyatakan
meninggal dikarenakan penyakit magh kronis, sakit yang dialami dikepalanya
membuat nenek saya tidak nafsu makan sehingga penyakit maghnya
kambuh .
Pada saat nenek saya dinyatakan meninggal saya ,ayah ,dan ibu saya
langsung bergegas ke rumah nenek saya,disitu kami langsung menitihkan air
mataka kami ,karena banyak sekali kenangan yang kita alami, saya ingat

12
sekali beliau suka mengingatkan saya jangan lupakan sholat dan juga
mengaji, saya ingat ketika nenek saya memarahi saya karena belum
melaksanakan sholat, dan nenek saya selalu mengingatkan hati – hati dengan
pergaulan di luar sana.
Kehilangan beliau adalah hal yang terberar untuk kami sekeluarga karena
beliau adalah sosok yang sangat baik hati dan beliau juga sosok yang sangat
taat pada agama , kami sekeluarga mencoba untuk mengikhlaskan kepergian
beliau karena itu adalah sebuah takdir yang diatur oleh Allah SWT.
d) Arsyella Fazwah
Kehilangan Harapan
Dulu tepat nya setelah kelulusan SMK, saya sangat bertekad dan
berkeinginan untuk melanjutkan jenjang pendidikan saya ke perkuliahan.
Saya sangat berjuang untuk bisa masuk ke Universitas yg saya inginkan, yaitu
di Unpad. Setiap hari saya belajar memahami materi-materi dan soal untuk
ujian tes masuk bersama, namun ternyata usaha saya selama ini tidak
membuahkan hasil saya gagal di terima di Universitas tesebut.
Saya merasa sangat sedih dan kecewa saat itu, saya hanya bisa menangis
karena harapan saya untuk berkuliah disana telah pupus. Saya merasa marah
pada diri saya ternyata usaha saya selama ini tidak cukup. Saya sempat
merasa bingung dengan masa depan saya akan seperti apa.
Namun seiring berjalannya waktu, dari kegagalan yang membuat saya
kehilangan harapan ternyata setelah ini banyak sekali dukungan dari orang
tua, keluarga, sahabat, dan teman untuk saya bangkit kembali. Di tahap ini
saya mulai menerima sebuah kenyataan dan mencoba untuk ikhlas dan yakin
bahwa saya masih bisa sukses di jalan lain. Saya di dukung untuk mecoba
daftar dan masuk Universitas lain yang tak kalah bagus dengan Universitas yg
saya harapkan. Alhamdulillah setelah tahap ikhlas ternyata Tuhan sudah
menyiapkan rencana terbaik nya, saya sekarang sudah berkuliah di
Universitas yang saya cintai saat ini. Banyak sekali pengalaman, relasi dan
ilmu yang saya dapatkan disini di Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.
e) Salwa Salsabila
Kehilangan nenek

13
Pada tahun 2017 nenek telah pergi meninggalkan kami untuk selamanya.
Awalnya nenek dirawat di rumah sakit tapi hanya beberapa hari saja karena
nenek tidak nyaman di rumah sakit kemudian diperbolehkan pulang karena
kondisi nya juga sudah membaik, beberapa hari kemudian tepat nya pada hari
Sabtu saat saya mau pergi sekolah mendapat kabar dari bibi bahwa nenek
telah meninggal dunia, kemudian berangkatlah kami ke rumah nenek.
Sesampainya di sana saya melihat nenek sudah terbaring kaku dan telah
ditutupi dengan kain putih, banyak orang yang berdatangan dan semua orang
menangis termasuk saya dan keluarga. Saya tidak percaya kalau nenek pergi
meninggalkan kami semua, saya menyesal di hari terakhirnya saya tidak bisa
di samping nenek. Tetapi takdir berkata lain, ternyata secepat itu nenek pergi
meninggalkan kami semua dan kami sudah mengikhaskannya
f) Jeastri
Kehilangan nenek
Saya pernah mengalami kehilangan seseorang yang dekat dengan saya itu
adalah nenek waktu itu saya sekolah di subang nenek saya di rawat di
pamanukan saya menyesal waktu itu saya tidak ada di rumah sakit menemani
nenek saya saya pergi ke subang untuk sekolah ketika saya ingin berangkat
sekolah saya di jemput sama ojek yang di suruh amah saya untuk menjemput
saya ketika itu saya tida tau kenapa saya di jemput ketika saya sampe rumah
saya curiga kenapa ini rameh sekali di rumah tapi saya terus berfikir positif
dan pas saya masuk nenek saya sudah tidak ada.
ketika nene saya pergi saya merasa sedih sekali menyesal karna saya tidak
ada di ruamah menyalahkan orang- orang “coba saja kita pindahkan nenek di
rumah sakit yang besar ngga akan terjadi seperti ini".
g) Suci Nopianty
Kehilangan botol minum
Saat itu saya masih duduk di kelas 12, dan saya memiliki barang yang
sangat saya sukai. Barang itu berwarna ungu dan bentuknya menyerupai
hewan pinguin dengan ukuran yang tidak terlalu besar, kira-kira tinggi barang
itu berukuran 15 cm dengan lebar 6 cm dan kapasitasnya hanya 350ml.

14
Barang itu adalah botol minum merk terkenal dari peralatan rumah tangga
yang terbuat dari plastik.
Ketika itu, saya sedang dalam perjalanan menuju rumah pulang dari
sekolah. Saya dan teman-teman menaiki angkutan umum. Saya memegang
botol minum itu dan beberapa buku paket. Saat memasuki angkutan umum
saya kewalahan memegangi botol minum dan buku paket, akhirnya saya
memutuskan untuk menaruh botol minum itu dipinggir tas gendong saya.
Keadaan angkutan umum saat itu sedikit penuh. Beberapa menit kemudian
saya akan turun dari angkutan umum. Akhirnya saya pun turun dengan
kesusahan memegangi buku paket lalu mengeluarkan uang untuk membayar
angkutan umum. Saya dan teman-teman memutuskan untuk membeli
makanan terlebih dahulu lalu setelah itu saya pulang ke rumah menggunakan
ojek online. Sesampai di rumah, saya menaruh buku dan menaruh tas
gendong. Lalu saya kaget ternyata botol minum saya sudah tidak ada. Saya
kembali menelusuri jalan di dekat rumah saya siapa tahu jatuh disana. Tapi
botol itu tidak ditemukan. Saya duduk sebentar di teras rumah lalu berfikir
dimana botol itu terjatuh. Detak jantung saya sangat cepat karena saya takut
dimarahi oleh ibu saya. Saya sangat kesal sampai wajah saya memerah dan
suhu tubuh saya naik. Saya berfikir andai saja saya tadi tidak menaruh botol
minum saya di pinggir tas dan seandainya saya lebih berhati-hati pasti botol
itu tidak akan jatuh.
Akhirnya saya memutuskan untuk bilang kepada ibu saya, bahwa botol
minum kesayangan saya hilang tidak tahu dimana. Ibu saya pun menjawab
dengan sedikit nada tinggi. Setelah saya mandi, saya masih berfikir botol
minum saya jatuh dimana. Sampai saya tidak focus saat mengerjakan tugas
sekolah. Sebelum tidur pun saya masih tidak menerima saya kehilangan botol
minum saya. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk tidur. Keesokan
harinya setelah saya bangun, saya solat subuh dan berdoa agar saya bisa
mengikhlaskan botol minum itu. Akhirnya saya mulai mengikhlaskan botol
minum itu hilang.
h) Tressa Sriambarwati
Kehilangan kakek

15
Saya pernah mengalami kehilangan seseorang yaitu kakek saya, waktu
kakek saya dirawat dirumah sakit Cahya Kawaluyaan, saya menyesal waktu
itu tidak ada dirumah sakit menemani kakek saya disaat-saat terakhirnya.
Saya sedang berada dicimahi untuk menuntut ilmu, sepulangnya saya
menuntut ilmu, saya dijemput oleh supir keluarga saya untuk pulang ke
rumah. Ketika kakek saya pergi untuk terakhir kalinya, saya merasa sedih
sekali, menyesal karena saya tidak menemani didetik-detik terakhir kakek
saya
i) Thania Argita M
Kehilangan kelinci
Waktu itu saya diberi hadiah oleh ibu saya ketika dia pulang dari luar kota.
Ibuku membelikan 5 kelinci yang sangat imut, kelinci kelinci itu sudah besar
dan warna bulu mereka pun berbeda-beda. Dan akhirnya saya memberikan
nama pada kelinci kelinci itu Moly ( bulunya berwarna putih dan ada sedikit
coklat ), Roxie ( bulunye berwarna abu abu ), Tiya ( bulunya berwarna putih
dan ada sedikit abu ), Yuci ( bulunya berwarna coklat ), twitty ( buluny
berwarna putih full ).
Setiap hari saya merawat kelinci kelinci saya karena saya sangat
menyayanginya, ada satu kelinci yang paling saya sayangi yaitu twitty yang
lainpun saya menyanyanginya. Setiap pagi saya memberikan makan,
membersihkan kandangnya, mengajak mereka main, dan satu minggu sekali
saya memandikan mereka. Hari hari saya dilewatkan bareng mereka tapi
suatu hari ada satu dari lima kelinci saya mati tidak tau kenapa tapi itu sangat
menyedihkan yang mati itu Bernama yuci. Setelah kepergian yuci saya sangat
menjaga lagi keempat kelinci saya, merawatnya dengan sangat baik.
Lalu suatu hari saya sedang main dengan keempat kelinci saya di halaman
belakang rumah, saat itu saya kebelet ingin ke kamar mandi pada saat itu saya
meninggalkan empat kelinci itu karena sudah tidak tahan dan mereka pun
sudah biasa di tinggal di halaman belakang rumah. Ternyata pada saat itu
gerbang belakan rumah terbuka mungkin mereka main main dan keluar dari
gerbang, di situ saat saya Kembali mereka sudah hilang, dan saya pun nangis
karenaa kehilangan mereka. Lalu sekitar satu minggu saya terus mencari

16
mereka kepemukiman belakang rumah mereka tetap tidak di temukan. Sejak
saat itu saya tidak melihat mereka lagi.
j) Farida Noer Laila
Kehilangan dompet
Kali ini saya akan berbagi cerita tentang kenangan pahit saya pada saat
masa-masa SMP. Kenangan pahit ini dimulai ketika 6 tahun yang lalu, yaitu
tahun 2015. Pada saat itu saya menginjak bangku sekolah menengah pertama
kelas 8 atau 2 SMP. Pada saat itu saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
bela diri taekwondo.
Nah cerita ini berawal pada saat saya pulang sesudah latihan. Saya pulang
sendiri naik angkutan umum karena teman-teman yang lainnya, ada yang
pulang di jemput, ada yang naik ojek dan karena tempat tinggal kita yang
berbeda arah. Sebelum naik angkutan umum saya sempat menelpon dulu
minta untuk menjemput saya di tempat latihan dan ternyata tidak bisa
menjemput. Setelah menelpon, handphone saya disimpan di tas saku bagian
depan. Karena pikiran saya tidak tahu mengapa, saya asal saja menyimpan
handphone tersebut.
Ketika saya naik angkutan umum saya duduk di pinggir pintu. Angkutan
tersebut dalam keadaan masih sepi penumpang hanya ada saya, ibu-ibu dan
anaknya. Singkat cerita, angkutan umum tersebut jalan. Beberapa saat
kemudian terhenti karena ada seorang penumpang yang akan naik angkutan
umum. Orang tersebut ialah laki-laki atau bapak-bapak yang memakai jaket,
celana dan topi hitam kemudian duduk dipinggir saya. Ketika saya melihat
kehadapannya pikir saya “kok matanya merah yah?” sambil matanya melotot
tajam kearah saya. Karena hal itu saya merasa takut, maka saya langsung saja
membelakanginya. Lalu saya melihat kearah ibu-ibu yang ada di depan saya
seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tidak bisa, jadi saya hiraukan saja
mungkin itu bukan apa-apa. Sepanjang jalan saya hanya membelakangi
bapak-bapak tersebut, sambil melamun kearah luar pintu mobil. Saat itu saya
sama sekali tidak ingat bahwa handphone saya disimpan di tas saku bagian
depan. Singkat cerita, tujuan saya sudah sampai.

17
Ketika saya sampai dirumah, saya langsung berbaring di sofa karena
sangat lelah. Lalu kemudian saya baru ingat, handphone saya disimpan
dimana yah?? Dicari disaku celana tidak ada dan isi tas semua dikeluarkan.
Lalu saya baru ingat kembali saat saya menyimpan handphone tersebut di tas
saku bagian depan dan kejadian di angkutan umum tadi. Saya langsung panik,
marah, kesal, sedih dan menangis. Pada saat itu saya tidak berani cerita ke
orang tua bahwa handphone saya hilang karena takut dimarahi. Akhirnya
pada malam harinya saya memberanikan diri untuk bercerita ke orang tua
saya, bahwa handphone saya hilang. Alhamdulillah nya tidak dimarahi hanya
sedikit diberi teguran dan nasihat lain kali di tempat umum apabila membawa
barang berharga harus lebih berhati-hati lagi. Kehilangan handphone tersebut
membuat saya sangat sedih sampai berhari-hari, karena di handphone tersebut
isinya terdapat album foto, rekaman video, kontak teman-teman SD dan
SMP, dan berbagai kenangan lain yang ada di dalamnya.
Pada kejadian tersebut membuat saya sedikit trauma dan menjadi lebih
berhati-hati lagi dalam menyimpan barang berharga saat di angkutan umum
atau di tempat umum lainnya.
k) Rachel Maharani
Seorang anak batita awalnya mempunyai kedua orang tua yang lengkap,
dimana seorang ayah bekerja di perusahan ekspedisi sedangkan si ibu masih
berstatus sebagai mahasiswa. Ketika sang anak berusia 3 tahun lebih ia
terpaksa memilih untuk hidup dengan salah satu orangtuanya yaitu sang ayah,
karena kedua orang tuanya becerai. Pilihan itu ternyata membawa dampak
kepada sang anak, karena semenjak orang tuanya berpisah ia tidak pernah
dirawat oleh seorang Ibu. Sejak kejadian tersebut sang anak tumbuh sebagai
anak yang pemberontak, selain itu Ketika berinteraksi dengan seorang
perempuan seperti ibu contohnya ia merasa takut dan menjadi trauma.

18
19
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik itu sebagian atau
seluruhnya. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian
kehilangan. Dapat disimpulkan bahwa berduka merupakan suatu reaksi
psikologis sebagai respon kehilangan sesuatu yang dimiliki yang
berpengaruh terhadap perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, maupun
intelektual seseorang. Berduka sendiri merupakan respon yang normal yang
dihadapi setiap orang dalam menghadapi kehilangan yang dirasakan. Ada
beberapa tugas yang harus dilaksanakan oleh klien yang mengalami
peristiwa berduka. Klien harus menerima realita kehilangan, menerima
sakitnya rasaduka dan harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Status ekonomi yang rendah, kesehatan yang buruk, kematian yang tiba-tiba
atau sakit yang mendadak, merasa tidak adanya dukungan sosial yang
memadai dan kurangnya dukungan dari kepercayaan keagamaan merupakan
faktor-faktor yang menjadi penyebab proses kehilangan dan berduka.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis merumuskan saran yang dapat
diaplikasikan dalam berbagai kalangan antara lain :
1. Perawat Diharapkan untuk perawat memahami kehilangan dan dukacita
yang dialami klien, sehingga dapat membantu klien dengan baik dalam
menghadapi proses kehilangan dan berduka. Perawat juga diharapkan
dapat menerapkan asuhan keperawatan dengan baik.
2. Masyarakat Dengan mengetahui setiap individu akan mengalami
kehilangan dan berduka seperti yang telah dipaparkan penulis diharapkan
masyarakat dapat mengetahui dampak berduka yang berkepanjangan

20
sehingga masyarakat dapat mengendalikan rasa kehilangan dan berduka
dengan baik nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai