Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KONSEP KEHILANGAN, KEMATIAN DAN BERDUKA


Makalah ini di buat untuk menyelesaikan tugas Psikososial dan Budaya dalam
Keprawatan yang di bina oleh Ibu Nining Loura Sari, S. ST., M., Kes.

Di susun oleh :
1. Nurul Istiqomatul Khoiriyah (1614314201034)
2. Arinta Halang (1914314201032)
3. Dhea Rira (1914314201038)
4. Eka Puji Lestari (1914314201042)
5. Haenor Rafik (1914314201045)
6. Vina Kusumawati (1914314201069)
7. Yumi Octafias Quraini (1914314201069)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep
Kehilangan, Kematian dan Berduka” .
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga tugas makalah Psikososial dan Budaya dalam
Keprawatan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 25 September 2019

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................2
Daftar isi .....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang......................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kehilangan.........................................................................................6
2.2 Faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan....................................................6
2.3 Bentuk kehilangan...............................................................................................7
2.4 Tipe Kehilangan...................................................................................................7
2.5 Definisi Kematian................................................................................................8
2.6 Tanda - tanda Kematian.......................................................................................9
2.7 Tipe – tipe perjalanan kematian...........................................................................11
2.8 Definisi Berduka..................................................................................................11
2.9 Teori dari proses berduka ....................................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ............................................................................................................16
3.2 Diagnosa Medis dan Diagnosa keperawatan.........................................................17
3.3 Intervensi...............................................................................................................18
3.4 Implementasi.........................................................................................................19
3.5 Evaluasi.................................................................................................................20
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Lambert dan Lambert, 1985, h.35). Kehilangan merupakan pengalaman
yang pernah dialami setiap individu dalam rentan kehidupannya. Sejak lahir individu
sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun
dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan berespon terhadap situasi
kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respon
individu terhadap kehilangan sebelumnya.
Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi oleh manusia.
Kematian (death) merupakan kondisi dimana secara klinis terjadi hentinya
pernafasan, nadi dan tekanan darah serta hilangnya respon terhadap stimulus
eksternal serta ditandai adanya aktivitas listrik otak terhenti, atau juga dapat dikatakan
terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara
menetap.
Berduka merupakan reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respon
emosional yang normal. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada
setiap individu berdasarkan pengalaman pribadi, ekspektasi budaya dan keyakinan
spiritual yang dianutnya. Intensitas dan durasi respon berduka bergantung kepada
persepsi kehilangan, usia, keyakinan agama, perubahan kehilangan yang dibawa ke
dalam kehidupannya, kemampuan personal untuk mengatasi kehilangan dan sistem
pendukung yang ada (Sanders, 1998 dalam Bobak, 2005).
Duka cita atau Berduka dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan
selalu berubah-ubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran
maupun perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu proses yang ditandai dengan
beberapa tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu:
menolak(denial), marah (anger), tawar menawar (bargaining), depresi (depression),
dan menerima (acceptance). Pekerjaan duka cita terdiri dari berbagai tugas yang
dihubungkan dengan situasi ketika seseorang melewati dampak dan efek dari

4
perasaan kehilangan yang telah dialaminya. Duka cita berpotensi untuk berlangsung
tanpa batas waktu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengidentifikasi dan memahami definisi Kehilangan ?
2. Mengidentifikasi dan memahami bentuk Kehilangan ?
3. Mengidentifikasi dan memahami tipe Kehilangan ?
4. Mengidentifikasi dan memahami definisi Kematian ?
5. Mengidentifikasi dan memahami tanda - tanda Kematian ?
6. Mengidentifikasi dan memahami tipe – tipe perjalanan kematian ?
7. Mengidentifikasi dan memahami definisi Berduka ?
8. Mengidentifikasi dan memahami teori dari proses berduka ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang definisi Kehilangan
2.    Mengetahui dan memahami tentang bentuk kehilangan
3.    Mengatahui dan memahami tentang tipe Kehilangan
4.    Mengetahui dan memahami tentang definisi kematian
5.    Mengetahui dan memahami tentang tanda – tanda kematian
6.    Mengetahui dan memahami tentang tipe – tipe perjalann kematian
7.    Mengetahui dan memahami tentang definisi Berduka
8.    Mengetahui dan memahami tentang teori dari proses Berduka

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kehilangan


Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.
Kehilangan adalah suatu yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal
yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau
mendadak, bisa tanpa kekerasaa atau traumik, diantisispasi atau tidak
diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bis kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumya ada menjadi tidak ada, Baik sebagian atau seluruhnya.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (lambert dan lambert. 1985,h.35). kehilangan merupakan pengalaman
yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupanya. Sejak lahir lahir
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali
walaupun dalam bentuk yang berada.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan
Yaitu tergantung pada :
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. Kepercayaan/spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. Kondisi fisik dan psikologi individu
Kemampuan untuk meyelesaikan proses berduka bergantung pada makna
kehilangan dan situasi sekitarnya. Kemampuan untuk menerima bantuan menerima
bantuan mempengaruhi apakah yang berduka mampu mengatasi kehilangan.
Visibilitas kehilangan mempengaruh dukungan yang diterima. Durasi peubahan
(misalnya, Apakah hal tersebut bersifat sementara atau permanen) mempengaruhi

6
jumlah waktu yang dibutuhkan dalam menetapkan kembali ekuilibrium fisik,
pshikologis dan sosial.
2.3 Bentuk Bentuk Kehilangan
1. Kehilangan orang yang berarti
2. Kehilangan kesejahteraan
3. Kehilangan milik pribadi
4. Sifat kehilangan
a. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan) kehilangan secara tiba-tiba dan tidak
diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang lambat. Kematian
karena tidak kekerasaan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan
sulut diterima.
b. Berangsur-angsur (dapat diramalkan) penyakit yang sangat menyulitkan,
berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan mengalami keletihan
emosional (rando:1984).
2.4 Tipe Kehilangan
a. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan
individu yang mengalami kehilanhan.
b. Perceived Loss (psikologis)
Perasaan individual, tetapi menyangkut hal-hal yang tidak dapat dira atau
dinyatakan secara jelas.
c. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebe;um terjadi. Individu memperhatikan perilaku
kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung. Sering
terjadi pada keluarga dengan klien (angota) menderita sakit terminal.
d. Lima kategori kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal.
Kehilangan benda eksternal mencakup segala pemilikan yang telah menjadi
usang berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.
2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal

7
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah
dikenal mencangkup lingkungan yang telah dikenal selama periode tertentu
atau perpindahan secara permanen.
3. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara sekandun,
guru, teman, tentangga, dan rekan kerja.
4. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencangkup bagian tubuh, fungsi
fisiologi, atau psikologis.
5. Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang
tersebut akan meninggal.
Fase Kehilangan (Engel)
a. Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik
diri, duduk tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat
berupa pingsan, diare, keringat berlebihan.
b. Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan
mungkin mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah, bersalah,
frustasi dan depresi.
c. Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah dan
depresi, sudah mulai menghilang dan individu sudah mulai bergerak ke
berkembangnya kesadaran.
2.5 Pengertian Kematian
Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi manusia.
Pemahaman akan kematian mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang terhadap
kematian. Selain pengalama, pemahaman konsep kematian juga dipengaruhi oleh
perkembangan kognitif dan lingkungan social budaya.
Kematian adalah kematian otak yang terjadi jika pusat otak tertinggi yaitu
korteks serebral mengalami kerusakan permanen. Dalam kasus ini, ada aktivitas
jantung, kehilangan fungsi otak permanen, dimanifestasikan secara klinis dengan
tidak ada respon terarah terhadap stimulus eksternal, tidak ada reflek sefalik, apnea,

8
dan elektogram isoelektrik minimal 30 menit tanpa hipotermia dan keracunan oleh
depresan system saraf pusat (Stedman,2000)
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital,
akhir dari kehidupan manusia. Lahir, menjelang ajal dan kematian bersifat universal.
Meskipun unik bagi setiap individu, kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan
merupakan proses hidup yang diperlukan (Kozier, 2010).
2.6 Tanda-tanda Kematian
Secara tradisional, pandangan masyarkat tentang kematian telah
mengalami perubahan-perubahan nadi, respirasi, dan tekanan darah, World Medical
Assembly menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu tidak ada
respon terhadap rangsangan dari luar secara total, tidak adanya gerakan dari otot,
khususnya pernapasan, tudak ada reflek, dan gambaran mendatar pada EKG.
Tanda-tanda kematian dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Mendekati kematian. Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi :
a. Penurunan tonus otot
1. Gerakan ekstremitas berangsur – angsur menghilang, khususnya pada kaki
dan ujung kaki.
2. Sulit berbicara
3. Tubuh semakin lemah
4. Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
5. Otot rahang dan muka mengendur sehingga dagu menjadi turun
6. Rahang bawah cenderung turun
7. Sulit menelan, reflek gerakan menurun
8. Mata sedikit terbuka
9. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai dengan nausea,
muntah, kembung, obtisipasi, dan sebagainya
10. Penurunan kontrol sfigter urinaria dan rektal
11. Gerakan tubuh yang terbatas
b. Sirkulasi melemah
1. Suhu klien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung klien terasa dingin
dan lembab
2. Kulit ektermitas dan ujung hidung tanpa kebiruan, kelabu, atau pucat

9
3. Nadi mulai teratur dan cepat
4. Tekanan darah menurun
5. Peredaran perifer terhenti
6. Kemunduran dalam sensasi
c. Kegagalan fungsi sensorik
1. Sensasi nyeri menurun atau menghilang
2. Pandangan mata kabur atau berkabut
3. Kemampuan indra beransur-ansur
4. Sensasi panas, lapar, dingin dan tajam menurun
5. Gangguan penciuman dan perabaan
6. Variasi-variasi tingkah dapat dilihat sebelum kematian. Kadang-kadang
klien tetap sadar sampai meninggal
7. Pendengaran merupakan sensorik terakhir yang berfungsi sebelum
meninggal.
d. Penurunan atau kegagalan fungsi pernapasan
1. Mengerok (deat reattle) atau bunyi napas terdengar kasar
2. Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
3. Pernapasan shyne stokes
e. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
1. Nadi lambat dan lemah
2. Tekanan darah turun
3. Pernapaan cepat, cepat dangkal, dan tidak teratur
2. Saat kematian. Fase ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (paru-paru,
jantung dan otak)
b) Hilangnya respon terhadap stimulus
c) Hilangnya kotrol atas sfigter kandung kemih dan rectum (inkontinensia)
akibat peredaran yang terhambat, kaki dan ujung hidung menjadi dingin.
d) Hilangnya kemampuan panca indra, hanya indra pendengar yang paling lama
dapat berfungsi
e) Adanya garis dasar pada mesin elektroensefalografi menunjukkan terhentinya
aktifitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu kematian.

10
3. Setelah kematian. Fase ini ditandai dengan :
a. Rigor mortis (kaku), tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelah kematian
b. Argor mortis (dingin) suhu tubuh perlahan-lahan turun
c. Livor mortis (pos mortem dikompersition) perubahan pada daerah yang
tertekan, jaringan melunak dan bakteri sangat banyak.
2.7 Tipe-Tipe Perjalanan Menjeang Kematian
1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang
cepat dari fase akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada
kondisi penyakit yang konik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi
pada klien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati dan sembuh. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa
diketahui, biasanya terjadi pada kondisi penyakit yang konik.
5. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada klien dengan sakit
kronik dan telah berjalan lama.
2.8 Definisi Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual
maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini
kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

11
2.9 Teori dari Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses
berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana
intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,
mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam
bentuk empati.
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang
dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang
ajal.
a. Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin
menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik
termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak
bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
b.  Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan
mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah,
frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang
hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima
perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan
kehilangan seseorang.
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap
almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang
perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.

12
e. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai
diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah
dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah
berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat
menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.
Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak
akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
b) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak
lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah
sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu
untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari
kecemasannya menghadapi kehilangan.
c)  Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang
halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien
sering kali mencari pendapat orang lain.
d) Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari
makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan
untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-
Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu
menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran
diri atau berputus asa.

13
3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai
lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan
bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan
itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-
12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
4. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
a. Penghindaran
b.  Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
c.  Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling
dalam dan dirasakan paling akut.
d. Akomodasi

Perbandingan 4 Teori Proses Berduka

Kubler-Ross Martocchio
Engel (1964) Rando (1993)
(1969 (1985)
Shock dan tidak
Menyangkal Shock and disbelief Penghindaran
percaya

Berkembangnya Yearning and


Marah
kesadaran protest
Anguish,
Restitusi Tawar-menawar disorganization and Konfrontasi
despair
Identification in
Idealization Depresi
bereavement
Reorganization Reorganization and
Penerimaan Akomodasi
atau the out come restution

14
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar
untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

BAB III

15
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Seorang ibu rumah tangga bernama Ny. X berusia 50 tahun yang juga berprofesi
sebagai penjual nasi bungkus yang hanya lulusan pendidikan sekolah dasar baru saja
kehilangan suaminya yang berprofesi sebagai sopir bus yang berusia 52 tahun akibat
kecelakaan dua hari yang lalu. Klien menunjukkan tanda-tanda masalah psikosial yang
berlebihan akibat kehilangan tersebut. Klien belum siap dengan kenyataan bahwa ia harus
berpisah dengan suaminya. Klien mengurung diri, tidak mau makan dan terus menangis.
Akibat tidak mau makan tersebut klien terlihat lemas. Menurut keluarga, klien sering
melamun dan mengaku merindukan sosok suaminya . klien juga mengaku bahwa ia susah
tidur karena sering memikirkan suaminya. Ketiga anaknya sudah berusaha menenangkan
klien tetapi belum berhasil. Nadi 80x/mnt, TD 120/80 mmHg, Suhu 370C, dan RR
24x/mnt.
3.1 Pengkajian
Identitas Klien Nama : Tn. S
No. RM : 154045
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Penjual nasi
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Tanggal MRS : 06 Maret 2018 pukul 19.35 WIB
Pendidikan : Sekolah Dasar
Tgl Pengkajian : 07 Maret 2018 pukul 07.00 WIB
Alamat : Dusun Krajan
Sumber Informasi : Klien, keluarga

3.2 Diagnosa Medis Dan Diagnos Keperawatan

16
a) Diagnosa medis :
 F60.2 Gangguan Keperibadian Dissosial
 F06.3 Gangguan Emosional Tidak stabil
b) Diagnosa Keperawatan :

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH

DS :
Keluarga
 Mengatakan bahwa
klien sering melamun
dan mengaku
merindukan sosok Duka cita
suaminya.
 Klien berkata bahwa ia
susah untuk tidur Kematian orang
07 Maret karena sering terdekat
2018 pukul memikirkan suaminya Duka Cita
07.00 WIB DO :
 Klien belum siap Distres psikologis
kehilangan dan
berpisah dengan
suaminya Gangguan pola tidur
 Klien sering
mengurung diri
 Klien tidak mau makan
dan terus menangis.

07 Maret DS : Duka cita terganggu Duka Cita


2018 pukul  Keluarga mengatakan Terganggu
07.00 WIB bahwa klien sering .
melamun dan mengaku Kematian orang
merindukan sosok Terdekat

17
suaminya
DO :
 Keadaan umum : lemas
 Klien belum siap
kehilangan dan
berpisah dengan
suaminya
Distress perpisahan
 Klien sering
mengurung diri
 Klien tidak mau makan
dan terus mengangis

Penegakan diagnosa
1. Suka cita b.d kematian orang terdekat d.d klien sering mengurung diri, klien tidak
mau makan dan terus menangis serta klien berkata ia susah untuk tidur karena
sering memikirkan suaminya.
2. Duka cita terganggu b.d kematian orang terdekat d.d klien lemas, klien sering
mengurung diri, klien tidak mau makan dan terus menangis serta kelurga pasien
mengatakan bahwa klien sering melamun dan mengaku merindukan sosok
suaminya.
3.3 Intervensi

DIAGNOS TUJUAN DAN KRITERIA


NO INTERVENSI
A HASIL
1. Duka Cita NOC : NIC :
 Ketahanan Keluarga  Fasilitas Berduka
Tujuan : klien dapat 1. Identifikasi jenis mekanisme
menuntaskan duka cita koping keluarga
dengan kriteria hasil : 2. Mendengar aktif
1. Keberhasilan koping 3. Dukung keterlibatan
2. Koping keluarga keluarga dengan cara yang
3. Daya tahan keluarga cepat

18
4. Dukungan spiritual

NOC : NIC :
 Tingkat Depresi  Konseling
Tujuan : klien dapat 1. Bangun hubungan terapeutik
memahami hubungan antar yang didasarkan pada rasa
kehilangan yang dialami saling percaya dan
dengan keadaan dirinya menghormati
dengan kriteria hasil : 2. Tunjukkan empati,
Duka Cita 1. Klien tidak kehangatan dan ketulusan
2.
Terganggu mengalami depresi 3. Sediakan informasi factual
2. Klien mengatakan yang tepat sesuai dengan
tidak lagi merasa kebutuhan
bersalah yang 4. Bantu klien
berlebihan mengidentifikasi kekuatan
3. Klien tidak tampak dan menguatkan hal
sedih tersebut.

3.4 Implementasi

NO TANGGAL DAN JAM IMPLEMENTASI

07 Maret 2018 pukul


1. Mendengar aktif tentang perasaan yang dialami pasien
09.00 WIB

 Mengidentifikasi jenis mekanisme koping


07 Maret 2018 pukul keluarga
2.
09.00 dan 09.40 WIB  Mendukung keterlibatan keluarga dengan cara
yang tepat

07 Maret 2018 pukul Memberi dukungan spiritual (membantu pasien dalam


3.
12.00 WIB beribadah)

19
07 Maret 2018 pukul Membantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan
4.
15.00 WIB dan menguatkan hal tersebut

 Sediakan informasi factual yang tepat sesuai


dengan kebutuhan
 Membangun hubungan terapeutik yang
07 Maret 2018 pukul
5. didasarkan pada rasa saling percaya dan
15.15 WIB
menghormati
 Menunjukkan empati, kehangatan dan
ketulusan

3.5 Evaluasi
N
DIAGNOSA TANGGAL DAN JAM EVALUASI
O
S : keluarga pasien mengatakan, bahwa
sering melamun dan mengaku
merindukan sosok suaminya
07 Maret 2018 pukul O : pasien terlihat masih sering
1. Duka Cita
18.30 WIB mengurung diri
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1-4

S : keluarga pasien mengatakan, bahwa


sulit tidur
O : pasien sulit tidur dan melamun
Duka Cita 24 Maret 2018 pukul
2. namun sudah tidak terlalu sering
Terganggu 21.20 WIB
menangis
A : masalah belum teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1-4

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.

21
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,
mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam
bentuk empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5
katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai,
kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan
yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.
Elizabeth Kubler-rose, 1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu
: pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna keliiat. 2009. Model praktikum keperawatan profesional jiwa. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahid Iqbal. 2015.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar 1. Jakararta: Selemba
Medika
Iyus ,Yosep. 2007. Keperawatan jiwa. Bandung. Refika Aditan.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

22
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,
Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman
Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
stikes.fortdekock.ac.id
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
https://doku.pub/documents/askep-kehilangan-dan-berdukadocx-k0pvpvknjx01

23

Anda mungkin juga menyukai