Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario kasus


AYAH AKU RINDU PADAMU
Seorang anak perempuan yang sangat dekat dengan ayahnya, apapun yang dia
lakukan hari ini pasti diadukan kepada ayahnya, pada saat pertama kali ia
mendengar kabar berita bahwa ayahnya meninggal dunia dia langsung
menolak, mengingkari/denial terhadap apa yang terjadi, “ itu tidak mungkin “,
dia menjadi lemah, dan menjadi pemarah/anger, berbicara kasar , dan beberapa
bulan kemudian mengatakan “ kalau saja kejadian itu bisa ditunda maka saya
akan lebih sering bermain dengan ayah”, dia juga sering menyendiri di kamar
dan depresi, sering menangis, tidak mau makan, susah tidur, dia sangat
merindukan dan sangat kehilangan sosok ayahnya yang selalu bercanda di
rumah . 2 tahun kemudian dia mulai menerima dan mengakui kalau ayahnya
sudah meninggal dunia, dia juga mulai beradaptasi dan mulai berusaha untuk
menerima/accaptannce.;

1.2 Analisis Kasus

1. Daftar istilah atau Kata-kata sulit

a) Denial
b) Depresi
c) Beradaptasi
d) Kehilangan
e) Susah tidur

2. Daftar pertanyaan dan Jawaban dari kata-kata sulit


a) Apa yang seharusnya dilakukan oleh anak tersebut dalam menghadapi
kematian ayahnya ?
Dengan cara bersabar dan menerimanya dengan ikhlas

1
b) Apakah dengan rasa kehilangan bisa berpengaruh terhadap fisik dan
psikologis ?
Bisa, karena terlalu strees tidak bisa merawat diri, bisa menyebabkan
depresi dan bisa menganggap bahwa ayahnya masih ada.

c) Faktor yang mempengaruhi depresi selain kehilangan ?


a. Faktor biologi, meliputi genetic/keturunan dan proses penuaan,
abnormalitas tidur, kerusakan syaaraf atu penurunan
neuroransmiter, norefeneprin, serotonin, dan dopamine.
b. Faktor psikososial, meliputi faktor ekstrensik yaitu : pristiwa
kehidupan yang dapat menyebabkan harga diri rendah dan tidak
dapat dihadapi dengan efektif, kehilangan seseorang atau dukungan,
tekanan sosial : dan faktor intrinsic meliputi sifat kepribadian yaitu
narcissistic, obsessive-compluse, dan dependen personality, konflik
dari diri sendiri yang tidak terselesaikan, perasaan bersalah, evaluasi
diri yang negative, pemikiran pesimis kurang pertolongan, penyakit
fisik serta penggunaan obat-obatan dan pendekatan/presepsi
terhadap kematian. (Faisal, 2007)

d) Apa yang dimaksud konsep kehilangan dan berduka ?


a. Kehilangan adalah suatu situasi actual maupun potensial yang dapat
dihadapi individu ketika terjadi perubahan dalam hidup atau
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda. (Potter dan Perry, 1997)
b. Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap
kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah,
cemas, sesak napas, susah tidur dan keyakinan spiritual yang
dianutnya. (www.slideshare)

e) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan ?


a. Perkembangan

2
 Anak-anak
1. Belum mengerti seperti orng dewasa dan belum bisa merasakan
2. Belum menghambat perkembangan
3. Bisa mengalami regresi
 Orang dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup dan
tujuan hidup.
b. Keluarga
c. Faktor sosil ekonomi
d. Pengaruh cultural
e. Agama
f. Penyebab kematian

f) Apa dampak dari menyendiri dan depresi kepada anak tersebut ?


a. Duka berkepajangan
b. Stamina rendah dan sering merasa letih
c. Bertambah atau berkurangnya nafsu makan
d. Bertambah atau berkurangnya keinginan untuk tidur
e. Stres, cepat marah dan prustasi
f. Tidak ada hasrat seksual
g. Tidak memiliki harapan terhadap masa depan

g) Mengapa anak tersebut sangat merindukan ayahnya ?


Karena dia sangat dekat dengan ayahnya

h) Mengapa rasa kehilangan dapat berlangsung lama ?


Karena, selalu teringat masa lalu

i) Bagaimana peran perawat pada keluarga berduka ?


1. Mengkaji pasien dan anggota keluarga berduka menentukan tingkat
berduka

3
2. Mengkaji gejala klinis berduka, sesak didada, nafas pendek,
berkeluh kesah, perasaan penuh diperut, kehilangan kekuatan otot,
distress perasaan yang hebat.
3. kaji karakteristik berduka, kaji respon fisiologis, respon tubuh
terhadap kehilangan reaksi sress
4. faktor yang mempengaruhi reaksi stress, umur, culture, keyakinan
spiritual
5. faktor predisposisi atau faktor pencetus
6. faktor presipitasidan mekanisme koping

j) Apa saja dampak kehilangan ?


1. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan
untuk berkembang, kadang-kadang akan timbul regresi serta merasa
takutuntuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.
2. Pada masa remaja, kehilangan dapat terjadi disintegrasi dalam
keluarga.
3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan
hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan meninggalkan
semangat hidup orang yang di tinggalkan.

k) Apa manfaat dari konsep loss and griefing ?


Adalah bagi perawat membatu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat
berlanjut.

4
4. Pohon masalah

Konsep loss dan


griefing

Peran perawat Tipe-tipe Pengertian Faktor” yang Dampak Manfaat


pada keluarga kehilanga loss dan mempengaruhi kehilangan konsep loss
yang berduka griefing kehilangan dan dan berduka dan griefing
berduka

Perbedaan
kehilangan dan
berduka

5
Konsep menurut
islam
5. Learning Objective (LO)

1. Definisi kehilangan
2. Defiisi berduka
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan kehilangan dan berduka
4. Dampak kehilangan dan berduka
5. Perbedaan kehilngan dan berduka
6. Kehilangan menurut islam dan konsep loss dan griefing
7. Peran perawat pada keluarga yang berduka
8. Cara dan manfaat konsep loss dan griefing
9. Tipe-tipe kehilangan

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kehilangan


Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan
dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, perawat juga mengalami kehilangan
pribadi ketika hubungan klien-keluarga-perawat berakhir karena perpindahan,
pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman
pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan
keluarganya selama kehilangan dan kematian. (Potter&Perry, 2005).
Dapat dikatakan juga sebagai suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada sesuatu yang dulunya ada (Wilkinson, 2005).
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan
adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang
berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau
mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak
diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, Kehilangan adalah suatu
keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi
tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.

7
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Potter & Perry, 2005).

2.2 Tipe-tipe Kehilangan

Tipe-tipe kehilangan

1. Actual Loss (kehilangan aktual)


Kehilangan yang nyata (aktual) dapat dilihat dari orang lain dan dapat timbul baik
sebagai respon maupun situasi yang diantisipasi terlebih dahulu. Misalnya,seorang
wanita yang suaminya dalam keadaan sekaratul maut, ia mengdapai situasi seolah-
olah kehilangan sudah terjadi karena ia tahu bahwa suaminya pasti akan segera mati.
2. Perceived Loss (kehilangan yang dipikirkan)
Ini adalah pengalaman kehilangan yang di alami seseorang tetapi tidak dapat di
buktikan oleh orang lain biasanya akibat kehilangan psikologis. Misalnya seorang
wanita karir harus berhenti bekerja karena merawat anaknya dirumah bisa merasakan
kehilangan kebebasan atau kemandirian .
3. Anticipatory Loss ( kehilangan yang sudah diantisipasi terlebih dahulu )
Ini adalah rasa kehilangan sebelum kehilangan yang sesungguhnya terjadi, seseorang
merasa terancam dan kehilangan sesuatu. Tipe dari kehilangan dipengaruhi tingkat
distres. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan distres yang sama
ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Namun demikian, setiap individu
merespon terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian seorang anggota keluarga
mungkin menyebabkan distress lebih besar dibandingkan kehilangan hewan
peliharaan, tetapi bagi orang yang hidup sendiri kematian hewan peliharaan
menyebabkan disters emosional yang lebih besar dibanding saudaranya yang sudah
lama tidak pernah bertemu selama bertahun-tahun.
Terdapat pendapat lain tentang tipe kehilangan, kehilangan dibagi menjadi 2 tipe
yaitu:
1. Aktual atau nyata

8
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang
yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang
yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.
2.3 Faktor yang mempengaruhi Kehilangan dan Berduka

Pada kehilangan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu :


1. Faktor Perkembangan
Pada anak-anak
 Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
 Belum menghambat perkembangan.
 Bisa mengalami regresi.
Pada orang dewasa
 Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan hidup.
 Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
2. Faktor Keluarga
Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya
menunjukkan sikap kuat, tidak menunjukkan sikap sedih secara terbuka.
3. Faktor Sosial Ekonomi
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, berarti
kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi. Dan hal ini bisa
mengganggu kelangsungan hidup.
4. Faktor Kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur barat menganggap
kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada
keluarga, kesedihan tidak ditunjukkan pada orang lain. Kultur lain menganggap
bahwa mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan menangis keras-keras.
5. Faktor Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa
kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan
akan kematian.

9
6. Faktor Penyebab Kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan
goncangan jiwa yang berat dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.

Sedangkan pada berduka juga terdapat faktor yang mempengaruhinya yaitu sebagai
berikut :
1. Perkembangan manusia , usia klien dan tahap perkembangan mempengaruhi respon
terhadap berduka. Sebagai contoh : anak-anak tidak dapat memahami rasa kehilangan
atau kematian, tapi sering merasakan kecemasan akibat kehilangan objek dan terpisah
dari orang tua.
2. Hubungan personal yaitu ketika rasa kehilangan melibatkan individu
lain, berkualitas dan arti hubungan yang hilang akan mempengaruhi respon
terhadap berduka. Dukungan sosial dalam pemulihan dari rasa kehilangan dan
berduka.
3. Membantu perawat memahami secara lebih baik damapak dirasa kehilangan pada
prilaku kesehatan dan kesejahteraan klien. Tekanan akibat kematian yang tidak
diharapkan dan tiba-tiba memberikan tantangan yang berbeda dibanding dengan
kematian karena penyakit kronis.
4. Stress koping, berupa pengalaman hidup memberikan strategi koping yang
digunakan sesorang untuk mengatasi tekanan rasa kehilangan. Ketika strategi
koping yang biasanya tidak berhasil individu memerlukan strategi yang baru.
5. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan sesorang untuk memasukkan
dukungan dan sunber daya untuk beradaptasi dengan rasa kehilangan dan respon
fisik terhadap tekanan. Ketika individu kekurangan sumber daya financial beban
kehilangan menjadi berlipat. Sebagai contoh seorang klien dengan keterbatasan
keuangan tidak dapat mengganti mobil yang rusak akibat kecelakaaan dan
membayar tagihan pengobatanakinat kecelakaan tersebut.

6. Budaya dan etnik


Budaya seseorang dan struktur sosial lainnya (misalnya keluarga atau keanggotaan
keagamaan) mempengaruhi interpretasi terhadp rasa kehilangan, membangun

10
pengungkapan berduka yang dapat diterima , serta menyelengarakan stabilitas dan
struktur di tengah kekacauan dan rasa kehilangan.

2.4 Pengertian Berduka


Berduka atau dukacita adalah respon normal terhadap setiap kehilangan. Perilaku dan
perasaan yang berkaitan dengan proses berduka terjadi pada individu yang menderita
kehilangan seperti kehilangan fisisk atau kematian teman dekat
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain.
2.5 Tipe-tipe Berduka
Terdapat beberapa tipe-tipe dari berduka, yaitu:
b. Abbreviated grief (berduka singkat)
Berduka ini benar-benar terjadi tetapi segera hilang. Objek yang terhilang mungkin
tidak terlalu berarti bagi klien atau sudah diganti dengan segera dengan objek yang
lain.
c. Anticipatory grief
Anticipatory grief adalah rasa duka terhadap kehilangan yang masih akan dialami.
Misalnya seorang istri yang suaminya sekarat, atau seorang gadis yang akan
menjalani operasi di wajahnya yang pasti akan meninggalkan bekas yang buruk.
d. Pathologic or dysfunctional grief, terdiri dari :
Unresolved grief
Unresolved grief adalah berduka yang lama dan berat
Inhibited grief
Inhibited grief adalah berduka tetapi gejala-gejalanya secara emosional ditekan tetapi
nantinya akan muncul gejala somatik

Dysfunctional grieving ditandai dengan :


a. Klien gagal berduka akibat kematian orang yang dicintai, misalnya tidak menangis,
tidak hadir pada pemakaman
b. Gejala-gejala akan muncul lagi pada saat-saat tertentu, misalnya pada hari peringatan
kematian, hari raya dll.

11
c. Menolak mengunjungi makam dan menolak upacara-upacara peringatan orang yang
meninggal, walaupun peringatan tersebut adalah bagian dari budayanya
d. Masih terus mencari orang yang meninggal walaupun sudah lama
e. Tetap belum bisa membicarakan objek yang hilang, misalnya selalu berkaca- kaca,
suara menjadi serak
f. Setelah waktu yang lama masih melaporkan keluhan-keluhan fisik
g. Relasi dengan orang lain memburuk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi unresolved grief :


a. Ambivalensi
b. Takut kehilangan kontrol di depan orang lain
c. Kehilangan banyak objek secara bersamaan, misalnya seluruh anggota keluarga
d. Punya hubungan emosional yang sangat dalam dengan objek yang hilang
e. Kehilangan yang tidak terduga, misalnya meninggal dalam tugas
f. Kurang dukungan
g. Kehilangan akibat kejadian yang sulit diungkapkan misalnya akibat bunuh diri,
keguguran, anak diadopsi dll
Menurut NANDA ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
1. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
2. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus
ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

2.6 Dampak Kehilangan dan Berduka


1. Pada masa anak-anak
Kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang akan timbul
regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.“Lahir sampai usia
2 tahun” Tidak punya konsep tentang kematian. dapat mengalami rasa kehilangan
dan dukacita. Pengalaman ini menjadi dasar untuk berkembangnya konsep tentang

12
kehilangan dan dukacita.”2 sampai 5 tahun”Menyangkal kematian sebagai suatu
proses yang normal. Melihat kematian sebagai sesuatu dapat hidup kembali.
Mempunyai kepercayaan tidak terbatas dalam kemampuannya untuk membuat suatu
hal terjadi.“5 sampai 8 tahun”Melihat kematian sebagai akhir, tidak melihat bahwa
kematian akan terjadi pada dirinya. Melihat kematian sebagai hal yang menakutkan.
Mencari penyebab kematian. “8 sampai 12 tahun”Memandang kematian sebagai
akhir hayat dan tidak dapat dihindari. Mungkin tak mampu menerima sifat akhir dari
kehilangan. Dapat mengalami rasa takut akan kematian sendiri.
2. Pada masa remaja atau dewas muda
Kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi dalam keluarga.Remaja Memahami
seputar kematian, serupa dengan orang dewasa. Harus menghadapi implikasi
personel tentang kematian. menunjukkan perilaku berisiko. Dengan serius mencari
makna tentang hidup lebih sadar dan tentang masa depan.
3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat
menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang
ditinggalkan
2.7 Perbedaan Kehilangan dan Berduka
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada baik berupa sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert,1985, h.35). Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan
terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas,
sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Secara sederhana kehilangan merupakan
keadaan/kejadian terpisahnya sesuatu pada seseorang dan berduka merupakan respon
dari kehilangan tersebut.
2.8 Kehilangan menurut Pandangan Islam
Lahir, kehilangan dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individu dalam pengalaman hidup seseorang. Setiap yang
bernyawa pasti akan mati, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an Surah Ali-Imran
ayat 185, yaitu “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. “. Kehilangan dan
berduka karna kematian merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu kurang enak atau tidak nyaman untuk dibicarakan. Hal ini disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari orang yang bersangkutan ataupun
orang-orang yang ada disekitarnya .

13
Bila seseorang kehilangan sesuatu lantas mengeluhkannya sesungguhnya ia
kehilangan 2 hal secara langsung yaitu pertama, kerugian sebab kehilangan barang
yang boleh jadi sangat dicintainya, kedua kerugian karena hilangnya kerelaan atau
keridhoan atas benda yang hilang tadi. Disamping itu bila kehilangan tiap orang
reaksinya berbeda-beda, kebanyakan adalah tidak terima dan berusaha dan penasaran
untuk segera menemukannya kembali. Sebaiknya bila kehilangan bagusnya mengucap
Innalillahi wa inna Ilaihi Rajiun, yang berarti “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan
Allah dan kepada Allah jualah kami kembali”.
Dengan mengucap kalimat Allah itu, Kita mengakui tiada yang kita punya, mata,
tangan, kaki dan harta memang bukan milik kita, termasuk anak bukan milik kita,
kesadaran bahwa tidak ada yang kita miliki dan sesuatu pasti akan kembali kepada
pemiliknya.
Dalam hal ini Nabi saw menganjurkan agar kita selalu ridha atas apapun yang terjadi
dalam kehidupan ini, supaya mutiara bisa kita dapatkan seiiring dengan kesabaran
kita. Sebaiknya kita menjadikan kehilangan itu juga sebagai ketetapan Allah. Nabi
saw juga menyatakan agar kita tidak mencintai sesuatu secara penuh dan membabi
buta, sewajarnya saja sehingga bila kehilangan tidaklah begitu merana.
Dalam kehilangan daripada berkeluh kesah, lihatlah pesan dari kehilangan itu untuk
introspeksi diri bahwa Allah selalu menginginkan miliknya itu digunakan dengan cara
yang baik dan untuk keperluan yang baik.
Begitu halnya bila diri sakit lihat isyarat berupa pesan dari penyakit itu, sampai
sejauhmana diri memanfaatkan dan menjaga amanat tubuh ini untuk beribadah atau
tubuh ternyata lebih banyak digunakan untuk hal yang jauh dari Nya. Kebanyakan
penyakit berawal dari kerusakan hati, keburukan sikap dan sifat, sehingga paling
gampang dan murah adalah membersihkan hati dan memperbaiki kelakuannya. Dalam
beberapa hadis disebutkan bahwa sakit adalah cara Allah untuk menebus atau
mengurangi dosa seseorang. Tetapnya Iman adalah harta yang sangat berharga
sebagai kelapangan yang diberikan di balik kesulitan / musibah itu. Hal ini sesuai
dengan surat Assharh : 5-6 didalam kesulitan ada kemudahan. Dalam hal ini menjadi
jelaslah bahwa bila diri jujur dan objektif bahwa kehilangan harta atau musibah itu
belumlah seberapa dibanding kelapangan lain yang lebih nikmat yaitu hilangnya
rahmat dan keberkahan dari Allah kepada diri.

2.9 Peran Perawat pada Keluarga yang Berduka

14
Secara umum peran perawat mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,
mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku, memberi dukungan dalam empati.
Peran tersebut seperti berikut ini, yaitu:
1. Bina dan jalin hubungan saling percaya
2. Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang menyakitkan
dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya
3. Identifikasi kemungkinan factor yang menghambat proses berduka
4. Kurangi atau hilangkan factor penghambat proses berduka
5. Beri dukungan terhadap respon kehilangan pasien
6. Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7. Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8. Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a. Fase Pengingkaran
 Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
 Menunjukkan sikap menerima, ikhlas dan mendorong pasien untuk berbagi
rasa.
 Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit,
pengobatan dan kematian.
b. Fase marah
Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marahnya secara
verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
c. Fase tawar menawar
Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.
d. Fase depresi
 Mengidentifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
 Membantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e. Fase penerimaan
Membantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dielakkan.

2.10 Manfaat dan Cara Konsep Loss and Griefing (Kehilangan dan Berduka)

Terdapat berbagai manfaat yang ditimbulkan dari adanya konsep Loss and Griefing
(Kehilangan dan Berduka), berikut bebrapa manfaat Loss and Griefing (Kehilangan
dan Berduka), yaitu :

15
1. Menjelaskan makna kehilangan
2. Klien dapat mengungkapkan kemarahannya secara verbal
3. Klien dapat mengatasi kemarahannya dengan koping yang adaptif
4. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
5. Kien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
6. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri sendiri
7. Klien dapat menerima kehilangan
8. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain
9. Klien dapat mengurangi rasa bersalahnya

Cara konsep Loss Griefing

1. Fase Pra Interaksi


Pra interaksi mulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat
mengeksplorasikan perasaan, fantasi dan ketakutannya. Sehingga kesadaran dan
kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat
dipertanggungjawabkan. Tugas tambahan pada fase ini adalah mendapatkan informasi
tentang klien dan menentukan kontak pertama.
2. Fase Orientasi
Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah
alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan
perawat klien. Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa percaya,
penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan
klien. Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerja
sama perawat-klien dapat optimal. Tugas perawat dalam hal ini adalah
mengeksplorasi pikirana, perasaan, perbuatan klien, dan mengidentifikasi masalah,
serta merumuskan tujuan bersama klien.
3. Fase Kerja
Pada fase kerja, perawat dan klien mengeksplorasikan stresor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran,
perasaan dan perbuatan klien, perawat membantu klien mengatasi kecemasan,
meningkatkan kemandirian, dan tanggung jawab diri sendiri dan mengembangkan

16
mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaptif menjadi adaptif
merupakan fokus fase ini.
4. Fase Terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik.
Rasa percaya dan hubungan dekat yang terapeutik sudah terbina dan berada pada
tingkat optimal. Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi
dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasannya fase terminasi perawat akan menghadapi realitas perpisahan yang
tidak dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses
keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih,
penolakan perlu dieksplorasikan dan diekspresikan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami sesuatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada,
baik sebagian atau keseluruhan.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan atau
kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini
masih dalam batas normal.

17
Berduka difungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmamouan fungsiona. Tipe ini kadang-kadang menjurus ketipikal
, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang periaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberi dukungan dalam empati.

3.2 Saran

perawat harus bisa menyelami lebih dalam perasaan pasiennya guna mendapatkan data-data
yang valid nantinya, karena dalam mencari data pasien dibutuhkan kejelian dan ketepatan
oleh karena itu perawat harus benar-benar memahami konsep loss and griefing.

DAFTAR PUSTAKA

http://nikomang-sugiartini.blogspot.com/2012/06/konsep-berduka.html

http://anatasiachacha.blogspot.com/2014/05/askep-kehilangan-dan-berduka.html

http://herman-lookan.blogspot.com/2013/05/askep-jiwa-kehilangan.html

https://chandrarandy.wordpress.com/2013/09/12/kopmunikasi-terapeutik/

18

Anda mungkin juga menyukai