PENDAHULUAN
a) Denial
b) Depresi
c) Beradaptasi
d) Kehilangan
e) Susah tidur
1
b) Apakah dengan rasa kehilangan bisa berpengaruh terhadap fisik dan
psikologis ?
Bisa, karena terlalu strees tidak bisa merawat diri, bisa menyebabkan
depresi dan bisa menganggap bahwa ayahnya masih ada.
2
Anak-anak
1. Belum mengerti seperti orng dewasa dan belum bisa merasakan
2. Belum menghambat perkembangan
3. Bisa mengalami regresi
Orang dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup dan
tujuan hidup.
b. Keluarga
c. Faktor sosil ekonomi
d. Pengaruh cultural
e. Agama
f. Penyebab kematian
3
2. Mengkaji gejala klinis berduka, sesak didada, nafas pendek,
berkeluh kesah, perasaan penuh diperut, kehilangan kekuatan otot,
distress perasaan yang hebat.
3. kaji karakteristik berduka, kaji respon fisiologis, respon tubuh
terhadap kehilangan reaksi sress
4. faktor yang mempengaruhi reaksi stress, umur, culture, keyakinan
spiritual
5. faktor predisposisi atau faktor pencetus
6. faktor presipitasidan mekanisme koping
4
4. Pohon masalah
Perbedaan
kehilangan dan
berduka
5
Konsep menurut
islam
5. Learning Objective (LO)
1. Definisi kehilangan
2. Defiisi berduka
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan kehilangan dan berduka
4. Dampak kehilangan dan berduka
5. Perbedaan kehilngan dan berduka
6. Kehilangan menurut islam dan konsep loss dan griefing
7. Peran perawat pada keluarga yang berduka
8. Cara dan manfaat konsep loss dan griefing
9. Tipe-tipe kehilangan
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Potter & Perry, 2005).
Tipe-tipe kehilangan
8
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang
yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang
yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.
2.3 Faktor yang mempengaruhi Kehilangan dan Berduka
9
6. Faktor Penyebab Kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan
goncangan jiwa yang berat dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.
Sedangkan pada berduka juga terdapat faktor yang mempengaruhinya yaitu sebagai
berikut :
1. Perkembangan manusia , usia klien dan tahap perkembangan mempengaruhi respon
terhadap berduka. Sebagai contoh : anak-anak tidak dapat memahami rasa kehilangan
atau kematian, tapi sering merasakan kecemasan akibat kehilangan objek dan terpisah
dari orang tua.
2. Hubungan personal yaitu ketika rasa kehilangan melibatkan individu
lain, berkualitas dan arti hubungan yang hilang akan mempengaruhi respon
terhadap berduka. Dukungan sosial dalam pemulihan dari rasa kehilangan dan
berduka.
3. Membantu perawat memahami secara lebih baik damapak dirasa kehilangan pada
prilaku kesehatan dan kesejahteraan klien. Tekanan akibat kematian yang tidak
diharapkan dan tiba-tiba memberikan tantangan yang berbeda dibanding dengan
kematian karena penyakit kronis.
4. Stress koping, berupa pengalaman hidup memberikan strategi koping yang
digunakan sesorang untuk mengatasi tekanan rasa kehilangan. Ketika strategi
koping yang biasanya tidak berhasil individu memerlukan strategi yang baru.
5. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan sesorang untuk memasukkan
dukungan dan sunber daya untuk beradaptasi dengan rasa kehilangan dan respon
fisik terhadap tekanan. Ketika individu kekurangan sumber daya financial beban
kehilangan menjadi berlipat. Sebagai contoh seorang klien dengan keterbatasan
keuangan tidak dapat mengganti mobil yang rusak akibat kecelakaaan dan
membayar tagihan pengobatanakinat kecelakaan tersebut.
10
pengungkapan berduka yang dapat diterima , serta menyelengarakan stabilitas dan
struktur di tengah kekacauan dan rasa kehilangan.
11
c. Menolak mengunjungi makam dan menolak upacara-upacara peringatan orang yang
meninggal, walaupun peringatan tersebut adalah bagian dari budayanya
d. Masih terus mencari orang yang meninggal walaupun sudah lama
e. Tetap belum bisa membicarakan objek yang hilang, misalnya selalu berkaca- kaca,
suara menjadi serak
f. Setelah waktu yang lama masih melaporkan keluhan-keluhan fisik
g. Relasi dengan orang lain memburuk.
12
kehilangan dan dukacita.”2 sampai 5 tahun”Menyangkal kematian sebagai suatu
proses yang normal. Melihat kematian sebagai sesuatu dapat hidup kembali.
Mempunyai kepercayaan tidak terbatas dalam kemampuannya untuk membuat suatu
hal terjadi.“5 sampai 8 tahun”Melihat kematian sebagai akhir, tidak melihat bahwa
kematian akan terjadi pada dirinya. Melihat kematian sebagai hal yang menakutkan.
Mencari penyebab kematian. “8 sampai 12 tahun”Memandang kematian sebagai
akhir hayat dan tidak dapat dihindari. Mungkin tak mampu menerima sifat akhir dari
kehilangan. Dapat mengalami rasa takut akan kematian sendiri.
2. Pada masa remaja atau dewas muda
Kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi dalam keluarga.Remaja Memahami
seputar kematian, serupa dengan orang dewasa. Harus menghadapi implikasi
personel tentang kematian. menunjukkan perilaku berisiko. Dengan serius mencari
makna tentang hidup lebih sadar dan tentang masa depan.
3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat
menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang
ditinggalkan
2.7 Perbedaan Kehilangan dan Berduka
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada baik berupa sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert,1985, h.35). Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan
terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas,
sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Secara sederhana kehilangan merupakan
keadaan/kejadian terpisahnya sesuatu pada seseorang dan berduka merupakan respon
dari kehilangan tersebut.
2.8 Kehilangan menurut Pandangan Islam
Lahir, kehilangan dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individu dalam pengalaman hidup seseorang. Setiap yang
bernyawa pasti akan mati, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an Surah Ali-Imran
ayat 185, yaitu “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. “. Kehilangan dan
berduka karna kematian merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu kurang enak atau tidak nyaman untuk dibicarakan. Hal ini disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari orang yang bersangkutan ataupun
orang-orang yang ada disekitarnya .
13
Bila seseorang kehilangan sesuatu lantas mengeluhkannya sesungguhnya ia
kehilangan 2 hal secara langsung yaitu pertama, kerugian sebab kehilangan barang
yang boleh jadi sangat dicintainya, kedua kerugian karena hilangnya kerelaan atau
keridhoan atas benda yang hilang tadi. Disamping itu bila kehilangan tiap orang
reaksinya berbeda-beda, kebanyakan adalah tidak terima dan berusaha dan penasaran
untuk segera menemukannya kembali. Sebaiknya bila kehilangan bagusnya mengucap
Innalillahi wa inna Ilaihi Rajiun, yang berarti “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan
Allah dan kepada Allah jualah kami kembali”.
Dengan mengucap kalimat Allah itu, Kita mengakui tiada yang kita punya, mata,
tangan, kaki dan harta memang bukan milik kita, termasuk anak bukan milik kita,
kesadaran bahwa tidak ada yang kita miliki dan sesuatu pasti akan kembali kepada
pemiliknya.
Dalam hal ini Nabi saw menganjurkan agar kita selalu ridha atas apapun yang terjadi
dalam kehidupan ini, supaya mutiara bisa kita dapatkan seiiring dengan kesabaran
kita. Sebaiknya kita menjadikan kehilangan itu juga sebagai ketetapan Allah. Nabi
saw juga menyatakan agar kita tidak mencintai sesuatu secara penuh dan membabi
buta, sewajarnya saja sehingga bila kehilangan tidaklah begitu merana.
Dalam kehilangan daripada berkeluh kesah, lihatlah pesan dari kehilangan itu untuk
introspeksi diri bahwa Allah selalu menginginkan miliknya itu digunakan dengan cara
yang baik dan untuk keperluan yang baik.
Begitu halnya bila diri sakit lihat isyarat berupa pesan dari penyakit itu, sampai
sejauhmana diri memanfaatkan dan menjaga amanat tubuh ini untuk beribadah atau
tubuh ternyata lebih banyak digunakan untuk hal yang jauh dari Nya. Kebanyakan
penyakit berawal dari kerusakan hati, keburukan sikap dan sifat, sehingga paling
gampang dan murah adalah membersihkan hati dan memperbaiki kelakuannya. Dalam
beberapa hadis disebutkan bahwa sakit adalah cara Allah untuk menebus atau
mengurangi dosa seseorang. Tetapnya Iman adalah harta yang sangat berharga
sebagai kelapangan yang diberikan di balik kesulitan / musibah itu. Hal ini sesuai
dengan surat Assharh : 5-6 didalam kesulitan ada kemudahan. Dalam hal ini menjadi
jelaslah bahwa bila diri jujur dan objektif bahwa kehilangan harta atau musibah itu
belumlah seberapa dibanding kelapangan lain yang lebih nikmat yaitu hilangnya
rahmat dan keberkahan dari Allah kepada diri.
14
Secara umum peran perawat mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,
mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku, memberi dukungan dalam empati.
Peran tersebut seperti berikut ini, yaitu:
1. Bina dan jalin hubungan saling percaya
2. Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang menyakitkan
dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya
3. Identifikasi kemungkinan factor yang menghambat proses berduka
4. Kurangi atau hilangkan factor penghambat proses berduka
5. Beri dukungan terhadap respon kehilangan pasien
6. Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7. Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8. Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a. Fase Pengingkaran
Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Menunjukkan sikap menerima, ikhlas dan mendorong pasien untuk berbagi
rasa.
Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit,
pengobatan dan kematian.
b. Fase marah
Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marahnya secara
verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
c. Fase tawar menawar
Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.
d. Fase depresi
Mengidentifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
Membantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e. Fase penerimaan
Membantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dielakkan.
2.10 Manfaat dan Cara Konsep Loss and Griefing (Kehilangan dan Berduka)
Terdapat berbagai manfaat yang ditimbulkan dari adanya konsep Loss and Griefing
(Kehilangan dan Berduka), berikut bebrapa manfaat Loss and Griefing (Kehilangan
dan Berduka), yaitu :
15
1. Menjelaskan makna kehilangan
2. Klien dapat mengungkapkan kemarahannya secara verbal
3. Klien dapat mengatasi kemarahannya dengan koping yang adaptif
4. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
5. Kien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
6. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri sendiri
7. Klien dapat menerima kehilangan
8. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain
9. Klien dapat mengurangi rasa bersalahnya
16
mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaptif menjadi adaptif
merupakan fokus fase ini.
4. Fase Terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik.
Rasa percaya dan hubungan dekat yang terapeutik sudah terbina dan berada pada
tingkat optimal. Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi
dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasannya fase terminasi perawat akan menghadapi realitas perpisahan yang
tidak dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses
keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih,
penolakan perlu dieksplorasikan dan diekspresikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami sesuatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada,
baik sebagian atau keseluruhan.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan atau
kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini
masih dalam batas normal.
17
Berduka difungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmamouan fungsiona. Tipe ini kadang-kadang menjurus ketipikal
, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang periaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberi dukungan dalam empati.
3.2 Saran
perawat harus bisa menyelami lebih dalam perasaan pasiennya guna mendapatkan data-data
yang valid nantinya, karena dalam mencari data pasien dibutuhkan kejelian dan ketepatan
oleh karena itu perawat harus benar-benar memahami konsep loss and griefing.
DAFTAR PUSTAKA
http://nikomang-sugiartini.blogspot.com/2012/06/konsep-berduka.html
http://anatasiachacha.blogspot.com/2014/05/askep-kehilangan-dan-berduka.html
http://herman-lookan.blogspot.com/2013/05/askep-jiwa-kehilangan.html
https://chandrarandy.wordpress.com/2013/09/12/kopmunikasi-terapeutik/
18