Anda di halaman 1dari 7

KESTRA -----------------Jurnal Kesehatan Mitra Lampung Vol. 8 No.

1, ISSN 0216-
Jan 2011 9630

HUBUNGAN SIKAP DENGAN PERSIAPAN DIRI


MENGHADAPI USIA LANJUT PADA LANSIA ANGGOTA
PERSATUAN WERDHATAMA REPUBLIK INDONESIA
(PWRI)

Diah Sulastri *), Herlina **)

*) Dosen Prodi Keperawatan STIKES Mitra Lampung


**) Staf Pengajar Prodi Keperawatan STIKES Mitra Lampung

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-


lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Pada usia tua seseorang memerlukan persiapan diri karena
berkurangnya peran fisik, psikologis maupun sosial karena berdasarkan hasil hasil pra
survey pada 15 lansia Persatuan Werdhatama Republik Indonesia (PWRI) didapat bahwa
sebanyak 8 (53%) lansia tidak mengalami hambatan dalam mempersiapkan masa lanjut
usia dan 7 (47%) lansia merasa khawatir dalam menghadapi masa lanjut usia.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan hubungan sikap dengan persiapan diri
menghadapi usia lanjut pada lansia di Persatuan Werdhatama Republik Indonesia
(PWRI) Propinsi Lampung Tahun 2009.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini
adalah jumlah Lansia yang menjadi anggota Persatuan Werdhatama Republik Indonesia
Propinsi Lampung yaitu sebanyak 87 lansia yang keseluruhnya dijadikan sampel
dengan menggunakan teknik total population. Analisis data yang digunakan adalah
chi square Hasil pehitungan chi square diperoleh nilai p=0,001 (<=0,05) berarti dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan Persiapan Diri
Menghadapi Usia Lanjut Pada Lansia di Persatuan Werdhatama Republik Indonesia
(PWRI) Propinsi Lampung Tahun 2009.
Penelitian ini menyarankan kepada Lansia agar berupaya untuk bersikap menerima
sehingga kemudian yang muncul adalah sikap positif dalam menjalani usia lanjut.
Kata kunci : sikap, persiapan diri menghadapi lansia

Pembangunan dilaksanakan dengan akan berkurang juga kemampuan organ


tujuan untuk meningkatkan perbaikan dalam tubuhnya baik secara fisik seperti
kesehatan dan berbagai upaya dilakukan kehilangan memori, berkurangnya fungsi
diantaranya melalui pencegahan dan panca indera, serta berkurangnya
pemberantasan dari penyakit-penyakit, kemampuan untuk melakukan aktifitas.
penyehatan lingkungan, pemukiman, maupun secara psikologis seperti, selalu
perbaikan gizi, penyediaan sarana dan gelisah, agitasi, berpikir abstrak dan
prasarana kesehatan dan penyuluhan stres.
kesehatan. Rasmun (2000) juga menyatakan
Penuaan selalu beriringan dengan bahwa Kebutuhan psikologis seseorang
terus bertambahnya usia pada manusia, memposisikan individu sebagai
bagian semakin manusia bertambah usia maka atau subsistem dari
tatanan sosial.

Elemen terkecil dari proses menjadi tua lainnya mengalami masa-masa yang sulit
pada individu adalah bagaimana orang seperti mudah marah, mudah
tersebut menyikapinya. Salah satu tersinggung, dan lain-lain. (2) Hasil pra
kondisi tersebut adalah pada saat survey pada lansia Persatuan
seseorang menghadapi perubahan Werdhatama Republik Indonesia (PWRI)
menghadapi usia lanjut. Masa tua diketahui ada sebanyak 87 lansia yang
merupakan masa tidak berfungsinya berusia 60 tahun atau lebih, dan peneliti
setengah dari aktifitas fisik seseorang. mewawancarai 15 lansia didapat bahwa
Pada masa tersebut seseorang sebagian sebanyak 8 (53%) lansia tidak mengalami
besar merasa cemas dan khawatir. hambatan dalam mempersiapkan masa
Hasil pra survey pada lansia lanjut usia, 7 (47%) lansia merasa
Persatuan Werdhatama Republik khawatir dalam menghadapi masa lanjut
Indonesia (PWRI) diketahui ada usia.
sebanyak 87 lansia yang berusia 60 tahun Berdasarkan perumusan masalah
atau lebih, dan peneliti mewawancarai 15 di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
lansia didapat bahwa sebanyak 8 (53%) dari penelitian ini adalah :
(1) lansia tidak mengalami hambatan dalam Diketahuinya distribusi frekuensi
sikap mempersiapkan masa lanjut usia, 7 dalam menghadapi usia lanjut pada
lansia (47%) lansia merasa khawatir dalam di Persatuan Werdhatama
Republik menghadapi masa lanjut usia. Indonesia (PWRI) Propinsi
Lampung Berdasarkan uraian di atas peneliti Tahun 2009. (2) Diketahuinya
distribusi tertarik untuk meneliti fenomena tersebut frekuensi persiapan diri
lansia dalam dengan judul: Hubungan Sikap Dengan menghadapi usia lanjut
pada lansia di Persiapan Diri Menghadapi Usia Lanjut Persatuan
Werdhatama Republik Pada Lansia Di Persatuan Werdhatama Indonesia
(PWRI) Propinsi Lampung Republik Indonesia (PWRI) Propinsi Tahun
2009. (3) Diketahuinya hubungan Lampung Tahun 2009 sikap
dengan persiapan diri menghadapi Berdasarkan latar belakang usia
lanjut pada lansia di Persatuan
masalah diatas, maka masalah yang akan Werdhatama Republik Indonesia (PWRI)
diidentifikasi adalah sebagai berikut : (1) Propinsi Lampung Tahun 2009.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
II. METODE PENELITIAN
Herawani, N. (2001) menunjukkan
bahwa 55 repoden berusia 60 tahun Desain Penelitian yang
terdapat sebanyak 108 (69,7%) digunakan pada penelitian ini
cenderung lebih siap menghadapi masa adalah metode korelasi dengan
lanjut usia sedangkan 47 orang (30,3%) pendekatan
Cross sectional yang bertujuan metode
KESTRA ----------------Jurnal Kesehatan Mitra Lampung Vol. 8 No. 1, Jan ISSN 0216-
2011 9630
untuk mengetahui adanya hubungan Tabel 1Distribusi Usia Lansia di
dua variabel yang diteliti yaitu variabel Persatuan Werdhatama
independen dan variabel dependen Republik Indonesia (PWRI)
Sedangkan pendekatan cross sectional Propinsi Lampung
yaitu mengumpulkan data data hanya Usia (tahun) Frekuensi Persentase
satu kali (Sugiono, 2002)
55-60 8 9.2
Menurut Sugiono (2001) Populasi
61-65 19 21.8
adalah wilayah generalisasi yang terdiri
66-70 25 28.7
atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang 71-75 20 23.0
ditetapkan oleh peneliti untuk >75 15 17.2
mempelajari dan kemudian
Total 87 100.0
ditarik kesimpulan dalam penelitian
ini akan menggunakan populasi adalah Dari tabel di atas dapat dilihat
87 Lansia yang menjadi anggota pada bahwa sebagian besar lansia berusia
Persatuan Werdatama Republik antara 66-70 tahun yaitu sebanyak 25
Indonesia (PWRI) Bandar Lampung. orang (28,7%), sedangkan distribusi
Sampel Penelitian adalah sebagian paling sedikit adalah lansia yang berusia
yang diambil dari keseluruhan objek antara 55-60 tahun sebanyak 8 (9,2%) .
yang di teliti dan dianggap mewakili Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Lansia
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). di Persatuan Werdhatama
Karena populasi 87 Lansia dan < 100 Republik Indonesia (PWRI)
maka jumlah sampel ditentukan Propinsi Lampung
berdasarkan teknik total population yaitu
penentuan sampel dari seluruh populasi
yang ada sehingga diperoleh jumlah
sampel sebanyak 87 Lansia .

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil pengolahan dan
Jenis
Kelamin Frekuensi Persentase

Perempuan 31 35.6

Laki-laki 56 64.4

Total 87 100.0

analisa data pada variabel penelitian


didapatkan hasil sebagai berikut :
KESTRA ----------------Jurnal Kesehatan Mitra Lampung Vol. 8 No. 1, Jan ISSN 0216-
2011 9630
Dari tabel di atas dapat dilihat 44 lansia (77,2%) yang memiliki
bahwa sebagian besar lansia berjenis persiapan diri yang baik dalam
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 56 menghadapi usia lanjut, sedangkan 13

orang (64,4%), sedangkan lansia yang (22,8%) lainnya memiliki perisapan diri
berjenis kelamin perempuan sebanyak yang buruk dalam menghadapi usia
31 (35,6%) lanjut.
Tabel 3Hubungan Sikap dengan Pernyataan di atas sejalan dengan
Persiapan Diri Menghadapi teori yang dikemukakan oleh
Usia Lanjut Pada Lansia di Notoatmodjo (2002) bahwa perilaku
akan Persatuan Werdhatama timbul melalui domain psikologis
salah Republik Indonesia (PWRI) satunya adalah domain afektif
atau sikap.
Propinsi Lampung Sikap seseorang akan mengantarkannya
berperilaku. Sikap seseorang dapat
Persiapan diri dalam menggambarkan suka atau tidak suka
Sikap menghadapi usia lanjut Tot
Buruk Baik terhadap suatu objek.
Negatif 18 12 30 Berkaitan dengan penelitian sikap
60.0% 40.0% 100.0 yang dimaksud adalah sikap terhadap
Positif 13 44 57 usia lanjut yang dialaminya saat ini, sikap
22.8% 77.2% 100.0 ini merupakan perwujudan dari suka atau
Total 31 56 87
tidak suka terhadap sesuatu yang
35.6% 64.4% 100.0
OR = 5,077, 95%CI= 1,95 13,22, pV =0,001 terimplementasi dalam bentuk sikap
Pada tabel di atas menunjukkan positif dan negatif. Sikap positif akan
bahwa dari hasil analisa antara sikap melahirkan keingintahuan, pendekatan
dengan persiapan diri dalam menghadapi dan pelaksanaan untuk memperisapkan
usia lanjut pada Lansia Persatuan diri baik secara psikologis maupun fisik.
Werdhatama Republik Indonesia (PWRI)
Propinsi Lampung Tahun 2009 dari 30 IV. KESIMPULAN DAN SARAN
lansia yang memiliki sikap negatif, a. Kesimpulan
terdapat sebanyak 18 lansia (60,0%) yang Berdasarkan penelitian
tentang memiliki persiapan diri yang buruk diatas dapat ditarik kesimpulan
sebagai
dalam menghadapi usia lanjut, sedangkan berikut : (1) Lansia yang memiliki sikap
12 (40,0%) lainnya memiliki perisapan positif yaitu sebanyak 57 orang (65,5%),
diri yang baik dalam menghadapi usia sedangkan lansia yang memiliki sikap
lanjut. negatif sebanyak 30 (34,5%),
Sedangkan dari 57 lansia yang (2) Lansia yang memiliki persiapan diri
memiliki sikap positif, terdapat sebanyak yang baik dalam menghadapi usia
lanjut

KESTRA ----------------Jurnal Kesehatan Mitra Lampung Vol. 8 No. 1, Jan ISSN 0216-
2011 9630
yaitu sebanyak 56 orang (64,4%), DAFTAR PUSTAKA
sedangkan lansia yang memiliki
persiapan diri yang buruk dalam Anoraga, P, (2003), Psikologi Kerja
menghadapi usia lanjut sebanyak 31 Cetakan Kedua, Jakarta,
Penerbit (35,6%). (3) Ada hubungan yang PT. Rineka Cipta.
signifikan antara sikap dengan Persiapan Arikunto, Suharsimi.(2002), Prosedur
Diri Menghadapi Usia Lanjut Pada Penelitian Suatu Pendekatan
Lansia di Persatuan Werdhatama Praktek, Jakarta, Penerbit PT.
Republik Indonesia (PWRI) Propinsi Rineka Cipta, Jakarta.
Lampung Tahun 2009. Darmojo, B. (2000). Buku Ajar Geriatrik,
b. Saran Jakarta, FKUI
Saran yang dapat diberikan oleh Depkes RI. (2000). Pedoman Pembinaan
peneliti adalah : (1) Lansia sebaiknya Usia Lanjut. Jakarta
berupaya untuk bersikap menerima Fevi. S. (2001). Studi Komparasi Hasil
sehingga kemudian yang muncul adalah dapat menerima kondisi yang dialaminya
sikap positif dengan sikap tersebut lansia dan tetap mengaktualisasikan diri dengan
kegiatan-kegiatan yang dapat mengurangi pretes dan Postes Sebelum dan
Sesudah
Penyuluhan kecemasan. Bandung, FK-
UNPAD
Hardywinoto dan Setiabudhi, (2005).
kejenuhan dan kebosanan sehingga Perawatan Lansia Teori dan
Lansia memiliki kepercayaan diri untuk Praktek, Rineka Cipta Jakarta
berperan aktif dalam lingkungan http. www.waspada.co.id/
artikeldiambil sosialnya. (2) Diharapkan penelitian ini pada tanggal 12/07/2008
dapat dijadikan masukan bagi lansia pada Isaacs, A, (2004), Keperawatan
umumnya dan khususnya untuk keluarga Kesehatan Jiwa dan Psikuatik
lansia agar dapat memberikan dukungan Edisi 3, Jakarta. Penerbit Buku
kepada lansia, tetap menemaninya dalam Kedokteran EGC.
keadaan apapun dalam proses menjalani Kartono, Kartini, 2000. Patologi Sosial
masa lansia sehingga kebutuhan III. GGK Jakarta
psikologisnya terpenuhi. Kaplan, Sadock, Grebb. (2001). Sinopsis
Psikiatri jilid II, Alih Bahasa Oleh
Kusuma. Jakarta, Bina Rupa
Aksara.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metode Roth (2003). Program Perawatan


Penelitian Kesehatan, Jakarta, Lansia, Http/www.pkbi.
Rineka Cipta
Nugroho, W. (2005). Perawatan Usia
Lanjut. Jakarta, EGC
Nursalam, (2002), Manajemen
Keperawatan, Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan
Profesional Edisi Pertama. or.id, 2006
Jakarta, Penerbit
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai