Anda di halaman 1dari 5

BAB I

A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi
baik di negara maju maupun berkembang.Setiap tahunnya, hipertensi menjadi
penyebab kematian nomor satu di dunia. Hipertensi merupakan penyakit
kardiovaskular yang paling banyak terjadi di masyarakat (Fadila & Solihah, 2022).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2015, tekanan darah tinggi
adalah salah satu penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Diperkirakan
sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan menderita hipertensi pada tahun 2020. Hampir
8 miliar orang di seluruh dunia dan 1,5 juta orang di Asia Timur dan Selatan
meninggal setiap tahunnya akibat hipertensi. Di Asia Tenggara, hampir sepertiga
orang dewasa menderita tekanan darah tinggi. (Fadila dan Soliha, 2022). Menurut
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 1,13 miliar orang di seluruh dunia
menderita hipertensi, yang berarti 1 hingga 3 orang di seluruh dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penderita hipertensi semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan
diperkirakan 1,5 miliar orang akan menderita hipertensi pada tahun 2025, dan
diperkirakan 9,4 juta orang meninggal karena hipertensi dan komplikasinya setiap
tahunnya (WHO (2015), Kementerian Kesehatan RI. Kesehatan, 2019).
Hipertensi membunuh 9,4 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan
terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Diperkirakan pada tahun
2025, sekitar 29% populasi global akan menderita hipertensi, dan hipertensi saat ini
paling banyak terjadi di negara-negara berkembang. (Salib dkk., 2021)
Hipertensi: Perubahan struktur otak pada lansia menyebabkan penurunan
kualitas hidup, yang mempengaruhi kinerja mandiri dalam aktivitas sehari-hari.
Kemandirian pada lansia dalam ADL (Activities of Daily Living) diartikan sebagai
kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan fungsi-fungsi
yang biasa dilakukan manusia sehari-hari. Kemandirian penting untuk menjaga diri
guna memenuhi kebutuhan dasar manusia. Sementara anggota keluarga yang lebih
muda mungkin merasa sulit menerima kinerja orang tua mereka yang penuh dan
lambat dalam aktivitas sehari-hari. (Yuswatiningsih dan Suhariati, 2021).
Menurut data Studi Kesehatan Dasar (Riskesdes) Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (BalitBankes) tahun 2018, prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 24,1%, meningkat dari 225,8% pada tahun 2013. Menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah kasus hipertensi tertinggi
terdapat di Sulawesi Utara yaitu mencapai 13,2%. Papua memiliki prevalensi
hipertensi terendah di Indonesia, yaitu 4,4%. Provinsi Lampung menempati urutan ke-
21 prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosa dokter. (Purwono dkk., 2020).
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi adalah usia,
jenis kelamin, riwayat seksual, riwayat keluarga, genetika (faktor risiko yang tidak
dapat diubah/dikendalikan), kebiasaan merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres,
penggunaan estrogen, dan salah satunya. Yaitu pola konsumsi makanan asin, kafein,
monosodium glutamat (vetsin, kecap, terasi). (Purwono dkk., 2020).
Di Indonesia, tingginya kandungan natrium pada garam atau makanan yang
dikonsumsi masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya tekanan darah tinggi.
Natrium yang terserap ke dalam pembuluh darah akibat asupan garam yang tinggi
dapat menyebabkan retensi aorta sehingga mengakibatkan peningkatan volume darah.
Asupan natrium yang tinggi dapat menyebabkan pelepasan hormon natrium dan
natrium secara berlebihan, yang secara tidak langsung menyebabkan peningkatan
tekanan darah. (Purwono dkk., 2020).
Prevalensi hipertensi cukup tinggi di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan
Dasar Nasional (2013), prevalensi hipertensi pada kelompok umur 15-24 tahun
sebesar 8,7%, prevalensi hipertensi pada kelompok umur 25-34 tahun sebesar 14,7%,
dan prevalensi hipertensi pada kelompok umur 35-34 tahun sebesar 14,7%. Pada
kelompok umur 44 tahun sebesar 8,7%, angka kejadiannya sebesar 24,8%, dimana
35,6% pada kelompok umur 45-54 tahun, 45,9% pada kelompok umur 55-64 tahun,
57,6% pada kelompok umur 65-74 tahun, dan 63,8% pada kelompok usia 75 tahun ke
atas. Perkembangan tekanan darah tinggi dalam jangka panjang meningkatkan risiko
stroke, penyakit jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal kronis. Pasien dengan
hipertensi berat dapat mengalami ensefalopati hipertensi, yang berarti penurunan
kesadaran atau bahkan koma, dan mereka perlu mencari pertolongan medis sesegera
mungkin. (Salib dkk., 2021)
Pengabdi masyarakat mengidentifikasi tekanan darah tinggi sebagai isu utama
di lingkungan hai ini didasarkan pada metode hanlon. Hipertensi merupakan salahh
satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan banyak di pakai oleh masyarakat
(Kemenkes RI, 2019). Hipertensi adalah merupakan penyakit tekanan darah tinggi
Darah kronik (dalam jangka waktu lama) sampai > 140/90 mmHg. Tekanan darah
tinggi adalah Faktor risiko strok, penyakit jantung, gagal jantung dan aneurisma
merupakan penyebab utama gagal jantung kronik. (Namira et al., 2022)
Tekanan darah tinggi terus berlanjut menungkat dengan perubahan gaya hidup.
Prevalensi hipertensi di dapat di indonesia diukur pada usia 18 tahun yang lalu
sebesar 25,8%, tertinggi bangka belitung (30,9%) dan urutan kalimantan barat adalah
ketujuh, yaitu 28,3%. Menurut data dari depertemen dinas kesehatan provinsi
kalimantan barat, jumlah kasus hipertensi provinsi kalimantan barat 17.376 kasus
pada tahun 2017. (Martiningsih, 2019)
Di Indonesia, prevalensi hipertensi yang didiagnosis pada usia >18 tahun
adalah 8,4% dari total penduduk di Indonesia dan Kalimantan Barat, dan prevalensi
hipertensi yang didiagnosis pada usia >18 tahun adalah sekitar 8,4% dari penduduk di
Kalimantan Barat. Dengan 4,8% penduduk Indonesia terdiagnosis hipertensi, maka
27,8% pekerja perikanan terdiagnosis hipertensi (Kementerian Kesehatan Republik,
dalam (Nurpratiwi et al., 2022)
Tekanan darah tinggi seringkali menimbulkan komplikasi seperti stroke
(36%), penyakit jantung (54%), dan gagal ginjal (32%) (Riskesdas, 2018).
Komplikasi tersebut terjadi karena penderita hipertensi tidak mendapat pengobatan
yang memadai (Kementerian Kesehatan, 2017). Data RISKESDAS (2018)
menunjukkan 13,3% warga yang terdiagnosis hipertensi tidak mengonsumsi obat. Hal
ini menunjukkan bahwa meskipun pasien hipertensi memerlukan pengobatan jangka
panjang untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah komplikasi, sebagian besar
pasien hipertensi tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi sehingga tidak
mencari pengobatan.
Hipertensi sebagai salah satu penyakit tidak menular sampai saat ini masih
dijuluki sebagai The Silent Killer karena gejalanya sulit dikenali bahkan sering tidak
menunjukkan gejala tanpa keluhan, Data WHO 2019 menunjukkan sekitar 1.13 juta
orang didunia mengalami hipertensi dan paling banyak dialami oleh negara-negara
dengan pendapatan rendah tingkat pendidikan pengetahuan dan pendapatan yang
rendah serta sedikitnya akses terhadap program Pendidikan Kesehatan menyababican
penduduk dinegara-negara dengan pendapatan rendah memiliki pengetahuan yang
rendah pula terhadap penyakit hipertensi (Nonasri 2021)
Berdasarkan data RISKESDAS 2018 prevalensi pendenta hipertensi di
Indonesia sebagai salah satu negara dengan pendapatan rendah mencapai 34,1%
dengan climasi jumlah kasus sebesar 63.309.620 orang. Menurut data KEMENKES
2017 pada tahun 2018 sebanyak 427218 penduduk Indonesia yang meninggal akibat
hipertensi (Nonasri, 2021)
Perawat menjelaskan bahwa asuhan keperawatan pada hipertensi yang umum
dilakukan adalah memperbaiki sirkulasi darah, karena biasanya pada pasien hipertensi
mengalami gangguan sirkulasi yaitu peningkatan tekanan darah yang signifikan jauh
diatas nilai normal. Pengendalian hipertensi dan komplikasi dilakukan dengan
memberikan terapi farmakologi dengan obat-obatan dan terapi non farmakologi
dengan memberikan kompres hangat disertai dengan tarik nafas dalam. pemberian
kompres hangat selama tiga hari terbukti dapat menurunkan skala nyeri pada pasien
hipertensi. Air hangat yang digunakan untuk kompres hangat membuat dilatasi
pembuluh darah sehingga sirkulasi darah menjadi lebih lancar dan berpengaruh pada
tekanan dalam ventrikel. Ventrikel yang berelaksasi, membuat tekanan dalam
ventrikel turun drastic sehingga aliran darah menjadi lebih lancar sehingga membuat
tekanan darah diastolik turun (Yora Nopriani & Lia Ariska, 2022).

B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi dengan asuhan keperawatan klien
Hipertensi dengan Masalah Utama Nyeri Akut.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka rumusan
masalah sebagai berikut:
“Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Hipertensi dengan Masalah
Utama Nyeri Akut”.

D. Tujuan Penulis
Tujuan penulispada kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Utama
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien hipertensi dengan
Masalah Utama Nyeri Akut.
2. Tujuan Kasus
a. Menjelaskan konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada
pasien Hipertensi teoritis.
b. Menganalisis asuhan keperawatan pada klien Hipertensi dengan
Masalah Utama Nyeri Akut.
c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghamabat asuhan
keperawatan pada klien Hipertensi dengan Masalah Utama Nyeri
Akut.
E. Manfaat Penulis
Adapun beberapa manfaat yang teoritis dan praktis dapat diberikann dalam
penulisan studi kasus tentang asuhan keperawatan pada klien Hipertensi dengan
Masalah Utama Nyeri Akut sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
penulis studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi tambahan
didalam pembelajaran khususnya yang berhubungan dengan Masalah
Utama Pada Lansia.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Klien
Klien dapat mengetahui gambaran umum tentang penanganan
Hipertensi dan Masalah Utama Nyeri Akut yang menyertainya.
b. Bagi instansi Akademik
Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan
sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan
ilmu tentang asuhan keperawatan pada Klien Hipertensi dengan
Masalah Utama Nyeri Akut.
c. Bagi Peneliti
Manfaat praktis bagi peneliti yaitu sebagai sarana untuk
mengembangkan penegtahuan dan wawasan serta pola fikir tentang
asuhan keperawatan pada Klien Hipertensi dengan Masalah Utama
Nyeri Akut.
d. Bagi Panti Sosial Rehabilitasi
Diharapkan dapat memberikan bahan acuan ilmiah ilmu
keperawatan dengan fakta yang ada dilapangan.

Anda mungkin juga menyukai