Anda di halaman 1dari 23

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, Saya
panjatkan Puji Syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya.
Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Dasar 1 tentang Prosedur
Kebutuhan Aktivitas.

Makalah ini telah saya susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari
semua itu, saya menyadari bahwa masih ada kekurangan dari penyusunan kalimat maupun
tata bahasa. Oleh karena itu saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki makalah ini dengan lebih baik lagi.

Akhir kata saya berharap semoga makalah Keperawatan Dasar 1 tentang Prosedur
Kebutuhan Aktivitas dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pontianak, 12 Januari 2019

Iva Anggreini Putri

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ 1

DAFTAR ISI........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 3
A. Latar Belakang.......................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 3
C. Tujuan Makalah.........................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................. 5


A. Pengertian Prosedur Kebutuhan Aktivitas................................................ 5
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi..........................................................6
C. Tujuan Keperawatan Pada Lansia............................................................. 7

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................... 9


A. Prosedur Mengatur Posisi......................................................................... 10
B. Prosedur Latihan Gerak Sendi.................................................................. 15
C. Prosedur Memindahkan Pasien................................................................. 19

BAB IV PENUTUP................................................................................................. 23
A. Kesimpulan............................................................................................... 23
B. Saran......................................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas adalah suatu keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk


dapat memenuhi kebutuhan kehidupan. Tiap individu mempunyai pola atau irama
dalam menjalani aktivitas. Salah satu tanda seseorang dikatakan sehat adalah adnya
kemampuan orang tersebut melakukan aktivitas seperti bekerja, makan dan minum,
personal hygiene, rekreasi dan lain-lain. Dengan beraktivitas selain tubuh menjadi
sehat, juga dapat mempengaruhi harga diri dan citra tubuh seseorang. Jika seseorang
sakit atau terjadi kelemahan fisik sehingga kemampuan aktivitas menurun.

Seseorang tersebut biasanya terjadi masalah fisik, psikologi dan tumbuh


kembang. Hal ini bisa berpengaruh pada masalah kesehatan seseorang. Selain
menimbulkan dampak fisik, gangguan personal hygiene dapat pula berdampak pada
gangguan pemenuhan kebutuhan psikososial. Kebutuhan aktivitas klien baik yang
mobilisasi dan imobilisasi terlebih dahulu dan anda akan mempelajari konsep dasar
mobilisasi dan imobilisasi dan asuhan keperawatan klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan aktivitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Prosedur Kebutuhan Aktivitas ?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi ?
3. Apa Tujuanya ?
4. Prosedur Apa saja yang akan diberikan ?

C. Tujuan Penulisan
a) Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mampu mengaplikasikan Prosedur Kebutuhan Aktivitas
dengan baik dan benar atau secara teratur dan sesuai dengan prosedur
b) Tujuan Khusus
1. Menjelaskan Pengertian Kebutuhan Prosedur Aktivitas
2. Menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi
3. Menjelaskan tujuan keperawatan pada lansia
4. Menjelaskan Macam-macam Prosedur kebutuhan aktivitas
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Prosedur Aktivitas


Kebanyakan orang menilai tingkat kesehatan seseorang berdasarkan kemampuan
untuk melakukan aktivvitas sehari-hari. Kemampuan beraktivitas merupakan
kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh manusia. Kemampuan aktivitas
seseorang tidak terlepas dari kekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal.
Pergerakan atau mekanik tubuh pada dasarnya adalah bagaimana menggukan secara
efektif, terkoordinasi dan aman, sehingga menghasilakan gerakan yang baik
keseimbangan selama beraktivitas. Peran Perawat sangat penting untuk mencegah
terjadinya gangguan mekanik tubuh terutama pada klien yang mengalami tirah baring
lama dan cedera dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan tonus otot. Sehingga berdampak pada gangguan intoleransi aktivitas,
hambatan mobilisasi, kelelahan, immobilisasi dan defisit perawatan diri. Dengan
demikian perawat harus bisa melatih mekanik tubuh dengan benar, sehingga
mencegah komplikasi klien seperti jatuh, tekanan fisik, cedera dan dampat
imobilisasi.
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

 Sistem Tubuh yang berperan dalam Kebutuhan Aktivitas


a) Tulang
Tulang merupakan organ memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis
untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi tempat
penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap
saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah
dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis,
tulang kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia dan tulang panjang
seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada
kedua ujung dan menjepit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago
dan secara anatomos terdiri dari epifisis,metafisis dan diafisis. Epifisis dan
metafisis terdapat pada kedua uujng tulang dan terpisah dan lebih elastis pada masa
anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.
b) Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak
sesuia dengan keinginan. Otot memiliki origo dsn insersi tulang serta dihubungkan
dengan tulang melalui terdon yang bersangkutan, sehingga diperlukan
penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
c) Ligamen
Ligamen merupakan bagiang yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligamen bersifat elastis sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung
sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu
jika terputus akan mengakibatkan ketidak stabilan.
d) Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan
sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki
somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik.
Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang
dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi
dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi dan kerusakan pada
saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah
radial tangan.
e) Sendi
Sendi merupakan tempat duat atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi dan
berbagai derajad pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya
sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh
kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial.
Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut dan jenis sendi lainnya
seperti sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Apabila seseorang terjadi patah tulang, menderita penyakit atau cacat dan lain-
lain. Seseorang tersebut akan mengalami masalah gangguan pergerakan
(immobilisasi), apalagi jika klien tersebut selalu bedrest dalam waktu lama, hal ini
bisa menyebabkan :
 Klien mengalami atropi otot, dimana keadaan otot menjai mengecil karena
tidak terpakai dan pada akhirnya serabut otot diinfiltrasi dan diganti jaringan
fibrosa dan lemak. Maka sebelum perwat membantu klien memenuhi
kebutuhan aktivitas seperti ganti posisi atau berjalan, Perwat harus mengkaji
kekuatan otot. Langkah ini diambil untuk menurunkan risiko cedera tubuh.
 Nekrosis (jaringan mati), terjadi traum atau iskemia di mana proses
regeneraasi otot sangat minim.
 Kontraktur, sehingga body mehanic terganggu
 Beberapa faktor lain yang harus diketahui
 Tingkat perkembangan tubuh : Usia seseorang mempengaruhi sistem
muskuluskletal dan persarafan. Untuk itu, dalam melakukan tindakan
keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan aktivitas, perawat
harus memperhatikan aspek tumbuh kembang klien sesuai kebutuhan.
 Kesehatan fisik : Seseorang dengan penyakit (gangguan
muskuluskeletal, gangguan kardiovaskuler, gangguan sistem respirasi),
cacat tubuh dan imobilisasi akan dapat mengganggu pergerakan tubuh.
 Keadaan Nutrisi : Seseorang dengan nutrisi kurang, hal ini
menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot yang berdampak pada
penurunan aktivitas dan pergerakan. Sebaliknya hal yang sama terjadi
pada kondisi nutrisi lebih (obesitas)
 Status mental : Seseorang mengalami gangguan mental cenderung
tidak antusias dalam mengikuti aktivitas, bahkan kehilangan energi
untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene.
 Gaya Hidup : Seseorang dalam melakukan pola aktivitas sehari-hari
dengan baik, tidak akan mengalami hambatan dalam pergerakan.
Demikian juga sebaliknya.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Prosedur Mengatur Posisi Pasien


1. Posisi Fowler
Posisi Fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk di mana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Tujuan :
 Mengurangi Komplikasi akibat immobilisasi
 Meningkatkan rasa nyaman
 Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatkan ekspansi
dada dan ventilasi paru
 Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi :
 Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
 Pada pasien yang mengalami imobilisasi

2. Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi   ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus
(supositoria). Berat badan terletak pada tulang illium, humerus dan klavikula.
Tujuan :
 Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
 Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot
pinggang
 Memasukkan obat supositoria
 Mencegah dekubitus
Indikasi :
 Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal
 Pasien yang tidak sadarkan diri
 Pasien paralisis
 Pasien yang akan dienema
 Untuk tidur pada wanita hamil.

3. Posisi Trendelenberg
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran
darah ke otak.

Tujuan :
 Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
 Pasien shock.
 pasien hipotensi.
Indikasi:
 Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
 Pasien shock
 Pasien hipotensi

4. Posisi Dorsal Recumben


Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik
atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan
memeriksa serta pada proses persalinan.
Tujuan :
 Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan
punggung belakang.
Indikasi :
 Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus
 Pasien dengan ketegangan punggung belakang.
5. Posisi Lithotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua
kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Tujuan :
 Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina,taucher,
pemeriksaan rektum, dan sistoscopy
 Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien,
pemasangan alat intra uterine devices (IUD), dan lain-lain.

Indikasi :
 Pada pemeriksaan genekologis
 Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatan terhadap
penyakit pada uretra, rektum, vagina dan kandung kemih.
6. Posisi Genu Pecrtrocal
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rektum dan sigmoid.

Tujuan :
 Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
Indikasi :
 Pasien hemorhoid
 Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
7. Posisi Orthopneic
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang
sejajar dada, seperti pada meja.
Tujuan :
 Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang
ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada
elevasi sedang.
Indikasi :
 Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang.

8. Posisi Supinasi
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh
sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.

Tujuan :
 Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan
terutama pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.
Indikasi :
 Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
 Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.

9. Posisi Pronasi
Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke
bantal.
Tujuan :
 Memberikan ekstensi  maksimal pada sendi lutut dan pinggang
 Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
Indikasi :
 Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
 Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.

10. Posisi Lateral


Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat
tubuh berada pada pinggul dan bahu.

Tujuan :
 Mempertahankan body aligement
 Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
 Meningkankan rasa nyaman
 Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat
posisi yang menetap.
Indikasi :
 Pasien yang ingin beristirahat
 Pasien yang ingin tidur
 Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
 Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

B. Prosedur Latihan Gerak Sendi


Pengertian
Latihan gerak sendi aktif adalah cara menggerakkan semua sendinya dengan
rentang gerak sendi tanpa bantuan untuk meningkatkan aliran darah perifer, dan
mencegah kekakuan otot dan sendi. Sedangkan latihan gerak sendi pasif dilakukan
oleh perawat atau keluarga.
Tujuan
1. Memperbaiki tonus otot
2. Meningkatkan mobilisasi sendi
3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
4. Mungkin meningkatkan massa otot
5. Mencegah kontraktur
A. Leher
Fleksi 45⁰ gerakan dagu menempel ke dada
Ekstensi 45⁰ kembali ke posisi tegak (kepala tegak)
Hiperekstensi 10⁰ menggerakkan kepala kearah belakang
Rotasi 180⁰ memutar kepala sebanyak 4 kali putaran
Fleksi lateral kanan 40-45⁰ dan fleksi lateral kiri 40-45⁰ memiringkan kepala
menuju kedua bahu kiri dan kanan

B. Bahu
Fleksi 180⁰ menaikkan lengan ke atas sejajar dengan kepala
Ekstensi 180⁰ mengembalikan lengan ke posisi semula
Hiperekstensi 45-60⁰ menggerakkan lengan kebelakang
Abduksi 180⁰ lengan dalam keadaan lurus sejajar bahu lalu gerakkan kearah
kepala
Adduksi 360⁰ lengan kembali ke posisi tubuh
Rotasi internal 90⁰ tangan lurus sejajar bahu lalu gerakkan dari bagian siku kearah
kepala secara berulang
Rotasi eksternal 90⁰ dan kearah bawah secara berulang

C. Siku
Fleksi 150⁰ menggerakkan daerah siku  mendekati lengan atas
Ekstensi 150⁰ dan luruskan kembali

D. Lengan bawah
Supinasi 70-90⁰ menggerakkan tangan dengan telapak tangan diatas
Pronasi 70-90⁰ menggerakkan tangan dengan telapak tangan dibawah

E. Pergelangan tangan
Fleksi 80-90⁰ menggerakkan pergelangan tangan kearah bawah
Ekstensi 80-90⁰ menggerakkan tangan kembali lurus
Hiperekstensi 89-90⁰ menggerakkan tangan kearah atas

F. Jari-jari tangan
Fleksi 90⁰ tangan menggenggam
Ekstensi 90⁰ membuka genggaman
Hiperekstensi  30-60⁰ menggerakkan jari-jari kearah atas
Abduksi 30⁰ meregangkan jari-jari tangan
Adduksi 30⁰ merapatkan kembali jari-jari tangan Ibu jari
Fleksi 90⁰ menggenggam
Ekstensi 90⁰ membuka genggaman
Abduksi 30⁰ menjauhkan/meregangkan ibu jari
Adduksi 30⁰ mendekatkan kembali ibu jari
Oposisi mendekatkan ibu jari ke telapak tangan

G. Pinggul
Fleksi 90-120⁰ menggerakkan tungkai keatas
Ekstensi 90-120⁰ meluruskan tungkai
Hiperekstensi 30-50⁰ menggerakkan tungkai kebelakang
Abduksi 30-50⁰ menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh
Adduksi 30-50⁰ merapatkan tungkai kembali mendekat ke tubuh
Rotasi internal 90⁰ memutar tungkai kearah dalam
Rotasi eksternal 90⁰ memutar tungkai kearah luar
H. Lutut
Fleksi 120-130⁰ menggerakkan lutut kearah belakang
Ekstensi 120-130⁰ menggerakkan lutut kembali keposisi semula lurus

I. Mata kaki
Dorso fleksi 20-30⁰ menggerakkan telapak kaki kearah atas
Plantar fleksi 20-30⁰ menggerakkan telapak kaki kearah bawah
J. Kaki
Inversi/supinasi 10⁰ memutar/mengarahkan telapak kaki kearah samping dalam
Eversi/Pronasi 10⁰ memutar/mengarahkan telapak kaki kearah samping luar

K. Jari-jari kaki
Fleksi 30-60⁰ menekuk jari-jari kaki kearah bawah
Ekstensi 30-60⁰ meluruskan kembali jari-jari kaki
Abduksi 15⁰ mereganggkan jari-jari kaki
Adduksi 15⁰ merapatkan kembali jari-jari kaki
C. Prosedur Memindahkan Pasien
Pengertian
Memindahkan pasien yang tidak dapat/tidak boleh berjalan, Dilakukan
dari tempat yang satu ketempat yang lain.
Tujuan :
 Mengurangi/Menghindarkan pergerakan pasien sesuai dengan keadaan
fisiknya.
 Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien.
 Memenuhi kebutuhan konsultasi/pindah ruangan
1. Cara Memindahkan Pasien
a). Memindahkan pasien dari brankar ke TT/sebaliknyaa.Jelaskan prosedur 

b). Atur brankar/TT dalam kondisi terkunci

c). Berdiri menghadap pasiend.

d). Silangkan tangan pasien di atas dada

e). Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan kebawah tubuh pasien

f). Pasien diangkat oleh sekurang-kurangnya 2 - 3orang perawat (sesuai

kebutuhan)

g). Ketiga perawat berdiri disisi sebelah kanan pasien:

 Perawat I (paling tinggi) berdiri di bagian kepala


 Perawaat II berdiri dibagian pinggang
 Perawat III berdiri di di bagian kaki

h). Lengan kiri perawat I berada di bawahkepala/leher dan pangkal lengan

pasien dan lengan kanan dibawah punggung pasieni.

I). Lengan kiri perawat II dibawah pinggangpasien, lengan kanan dibawah

bokong pasien. 

j). Kedua lengan perawat III mengangkat seluruhtungkai pasien.

K). Setelah siap, salah seorang perawat memberiaba-aba untuk bersama-sama

Mengangkat pasien.

L). Dengan langkah bersamaan, berjalan menuju ke tempat tidur / brankar yang

telah disiapkan.
M). Setelah pasien berada di atas TT/brankar,posisi pasien diatur, selimut

dipasang atau dirapikan.


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai