Anda di halaman 1dari 6

A.

Berfikir Kritis
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berpikir kritis merupakan
konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan
kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir
kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir
kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
(Hauser And Postupa.1953)

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar. (Hauser And Postupa.1953)

Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan


disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan. (Hauser
And Postupa.1953)

Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan
yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri. (Hauser And Postupa.1953)

Pengertian Berpikir Kritis Menurut Ahli

Berpikir secara kritis telah dianalisis oleh para ahli teori, diantaranya seperti yang
dikemukakan oleh Iskandar pada tahun 2009 yaitu bahwa kemampuan berpikir adalah
kegiatan penalaran yang dilakukan secara refleks atau tiba-tiba, kritis, kreatif, dan
berorientasi pada proses pemikiran yang akan menghasilkan pembentukan suatu konsep, dan
sebuah analisis. Proses tersebut dihasilkan dari pola pikir berdasarkan pengamatan,
pengalaman, refleksi, tindakan, serta komunikasi. Berpikir akan menuntun Anda menemukan
suatu tujuan, serta menemukan pemahaman sesuai yang Anda inginkan. (Iskandar. 2009)

Menurut Sumadi Suryabrata pada tahun 2002, mengatakan bahwa pola berpikir kritis
memerlukan tiga langkah. Pertama, yaitu proses analisis berdasarkan ciri-ciri dari beberapa
objek yang sejenis. Contohnya adalah mengamati jenis ras manusia dari berbagai belahan
Negara di dunia, dari situ akan diperoleh misalnya ras Eropa, Asia, dan Afrika. Dari ras-ras
tersebut, akan diperoleh persamaan dari masing-masing ras serta perbedaaannya sehingga
Anda akan lebih  mudah untuk menganalisisnya. Kedua, yaitu proses menyambungkan
pemahaman atau pengertian antara satu hal dengan hal yang lain. Proses ini ada yang
berbentuk pemikiran positif serta pemikiran yang negatif. Untuk mempermudahnya, Anda
dapat menggabungkannya dalam bentuk kalimat. Misalnya “bunga berwarna merah”, “taman
yang luas”, dan lain sebagainya. Ketiga, kemampuan menggabungkan beberapa hal atau
pendapat yang berbeda-beda menjadi sebuah kesimpulan atau suatu keputusan. Keputusan
disini bermacam-macam, misalnya saja keputusan yang bersifat induktif, deduktif, serta
analogis. (Sumadi S, 2002)

Masih banyak ahli teori yang berpendapat mengenai pola pemikiran kritis. Salah satu
diantaranya adalah Cece Wijaya. Pada 1996 Cece mengungkapkan bahwa berpikir kritis
adalah kemampuan berpendapat secara terorganisir. Berpikir kritis mengajarkan untuk
menganalisis suatu gagasan atau ide menjadi lebih spesifik dan berakhir pada suatu
kesimpulan. Di dalam proses tersebut, terjadi hal seperti membedakan secara tajam, berpikir
secara cermat, memilih yang terbaik, mengindentifikasi, serta mengevaluasi dan
mengembangkan ide atau gagasan tersebut menjadi lebih baik lagi. (Cece W, 1996)

Elaine Johnson pada tahun 2002 berpendapat bahwa berpikir kritis adalah proses murni
kegiatan otak atau mentality dimana bertujuan untuk memecahkan masalah, mengambil
keputusan, bertujuan mengajak atau persuasif, menganalisa suatu anggapan, serta melakukan
penelitian ilmiah. (Eleine J, 2002)

B. Karakteristik Berpikir Kritis


Karakteristik berpikir kritis adalah :
1.      Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan konsep
adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian,
objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak
yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak. (Hauser
And Postupa.1953)
2.      Rasional dan beralasan.
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat
dari fakta fenomena nyata. (Hauser And Postupa.1953)
3.      Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam
berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan
data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian. (Hauser And
Postupa.1953)
4.      Bagian dari suatu sikap.
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu
menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain.
(Hauser And Postupa.1953)
 5.      Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran
dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat
dipercaya. (Hauser And Postupa.1953)
6.      Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan
menjadi benar dan lebih baik. (Hauser And Postupa.1953)
7.    Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan,
mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil. (Hauser And
Postupa.1953)

C. MODEL BERPIKIR KRITIS


4 model berpikir kritis : Total Recall, Habits, Inquiry, New Idea & Creatively, Knowing
How you think
1. Total Recall (ingatan total):
• Mengingat kembali fakta-fakta atau mengingat kembali dimana serta bagaimana
menemukannya bila diperlukan.
• Fakta dapat berasal dari buku, hasil pengkajian, lingkungan.
• Kemampuan mengakses pengetahuan: disimpan dalam ingatan estela dipelajari.
• Tiap orang memiliki fakta dalam ingatannya.
• Total recall tergantung kemampuan memory.
• Dapat dilakukan dengan membuat assosiasi antara fakta dengan peristiwa lain yang
lebih menarik.
2. Habits (Kebiasaan):
• Berpikir secara berulang-ulang sehingga jadi kebiasaan/things I do without
thinking.
3. Inquiry (Penyelidikan):
• Mengkaji issue dengan mendalam dan mananyakan yang tampak tidak jelas.
• Menggali dan menanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fakta sesuai
dengan asumsinya.
• Cara utama untuk membuat kesimpulan
• Berpikir induktif
• Tahap-tahap : a. Melihat adanya fakta.
b. Menbuat kesimpulan awal.
c. Mengenali kesenjangan
d. Mengumpulkan data tambahan
e. Membandingkan informasi dengan yang sudah biasa
ditemui/pengalaman masa lampau.
f. Mencari adanya bias.
g. Mencari alternatif kesimpulan lain.
h. Memvalidasi kesimpulan dengan informasi yang lebih banyak.
4. New idea and creatively (ide baru dan kreatifitas)
• Kebalikan dari habits
• Segala sesuatu yang sudah dipelajari, digabung, dikaitkan dan diterapkan pada
situasi yang unik
5. Knowing how you think (mengetahui bagaimana anda berpikir)
• Dimulai dengan menggunakan refleksi diri
• Digunakan untuk menyesuaikan pemikiran secara terus-menerus ke konteks
kebutuhan pasien dan area pelayanan kesehatan yang selalu berubah
• Mempertimbangkan segala sesuatu dalam pikiran kita dan berusaha keras untuk
meningkatkan bagaimana kita berpikir dan apa yang kita lakukan dengan berfokus
pada apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan dalam situasi tertentu tersebut

D. Metode Berfikir Kritis


Ada banyak metode berpikir kritis selain mengandalkan pemikiran diri sendiri.
Dengan menggabungkan pemikiran dari beberapa individu dapat menjadikan hasil
keputusan menjadi lebih terperinci dan bahkan hasilnya menjadi solusi tidak hanya untuk
kepentingan diri sendiri namun juga menjadi solusi untuk semua orang. Berikut adalah
beberapa metode paling umum yang digunakan untuk berpikir secara kritis.

 Berdebat
Metode yang digunakan saat adanya pihak yang memiliki pandangan cukup bertolak
belakang. Caranya adalah masing-masing pihak memberikan argumentasi yang
menurutnya benar dengan disertai bukti-bukti pendukung. Tujuan berdebat adalah
menentukan pemikiran mana yang paling benar. Dalam berdebat biasanya ada pihak
penengah yang berperan sebagai moderator dan memastikan setiap pihak tidak
melampaui etika atau peraturan yang ada saat beragumentasi

 Grup Diskusi
Berbeda dengan berdebat , dengan berdiskusi tidak ada pihak yang menang atau kalah.
Tujuannya adalah mencapai solusi untuk kepentingan bersama dan hasilnya disepakati
secara mufakat. Metode berpikir yang dilakukan secara berkelompok sehingga
menghasilkan hasil yang lebih cepat dan baik untuk semua orang. Biasanya ada sesi
tanya jawab yang bertujuan untuk menambah informasi dan penanganan yang lebih
luas. Biasanya ada satu pemimpin grup yang memastikan jalannya diskusi tidak
melenceng dari tema diskusi.

 Persuasi
Metode ketiga yang sering digunakan adalah metode dalam bentuk persuasi. Metode
persuasi menggunakan komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain.
Mempengaruhi perbuatan, keyakinan, nilai atau prinsip orang lain memang
membutuhkan pola pikir kritis. Iklan adalah salah satu hasil dari metode persuasi.

 Propaganda
Metode yang hampir mirip dengan persuasi namun digunakan untuk kepentingan yang
lebih luas dengan menggunakan berbagai media massa hingga para pendengar mau
berubah dan bergerak secara massa mengikuti pemikiran dari si propaganda

E. Elemen – elmen berfikir kritis


• Menafsirkan dan menilai pengamatan, informasi, dan argumentasi
• Penggunaan alasan yang logis
• Keterampilan membandingkan, mengklasifikasi, melakukan pengurutan (sekuensi)
• Menghubungkan sebab dan akibat
• Mendeskripsikan pola, membuat analogi, menyusun rangkaian,
• Memberi alasan secara deduktif dan induktif, peramalan, perencanaan, perumusan
hipotesis, dan penyampaian kritik
• Mengidentifikasi prasangka, bias (keberpihakan), propaganda (misalnya, propaganda
perusahaan obat), kebohongan, distorsi (penyesatan), misinformasi (informasi yang
salah), egosentrisme, dan sebagainya.
• Mengenali masalah dengan lebih tajam, menemukan cara mengatasi masalah tersebut,
mengumpulkan informasi yang relevan, mengenali asumsi dan nilai-nilai yang ada di
balik keyakinan, pengetahuan, maupun kesimpulan.
• Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan diskriminatif (yakni,
melihat dan membuat perbedaan yang jelas tentang setiap makna)
• Menafsirkan data, menilai bukti-bukti dan argumentasi
• Mengenali ada-tidaknya hubungan yang logis antara dugaaan satu dengan dugaan
lainnya
• Menarik kesimpulan dan generalisasi yang bisa dipertanggungjawabkan
• Menguji kesimpulan dan generalisasi yang dibuat
• Merekonstruksi pola keyakinan yang dimiliki berdasarkan pengalaman yang lebih luas
• Melakukan pertimbangan yang akurat tentang hal-hal spesifik dalam kehidupan sehari-
hari. (James et al., 1999; Grierson, 2001)

F. Aspek - aspek berfikir kritis


Berpikir kritis harus selalu mengacu dan berdasar kepada standar tersebut (Eider dan
Paul, 2001: 1)
Berikut ini akan dijelaskan aspek-aspek tersebut :

a. Clarity (Kejelasan)
Kejelasan merujuk kepada pertanyaan: “Dapatkah permasalahan yang rumit dirinci
sampai tuntas?”; “Dapatkah dijelaskan permasalahan itu dengan cara yang lain?”;
“Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!”.

Kejelasan merupakan pondasi standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak
dapat membedakan apakah sesuatu itu akurat atau relevan. Apabila terdapat
pernyataan yang demikian, maka kita tidak akan dapat berbicara apapun, sebab kita
tidak memahami pernyataan tersebut.

b. Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan)

Anda mungkin juga menyukai