Anda di halaman 1dari 84

By

Ns. Ikhsan Ibrahim, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. MB


 Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta
menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil
sisa oksidasi (Black & Hwaks 2014)
 Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan O2
dan mengeluarkan CO2. Kebutuhan fisiologis oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas
berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit
orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
biasanya pasien akan meninggal.
Next

 Oksigen memegang peranan penting dalam


semua prosestubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh
secara fungsional mengalami kemunduran
atau bahkan dapat menimbulkan kematian.
Oleh karena itu, kebutuhan oksigen
merupakan kebutuhan yang paling utama dan
sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan
kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari
kondisi sistem pernapasan secara fungsional
 Saluran pernapasan bagian atas :
-Hidung.
-esophagus.
-Laring.
-Epiglotis.
 Saluran pernapasan bagian bawah
-Trakhea
-Bronkhus
-Bronkiolus
-Alveoli
-Paru-Paru (Pulmo)
1. Hidung
Rongga hidung berbentuk segi tiga dengan bagian superior
yang menyempit. Ruang segitiga hidung dibagi oleh
dinding yang disebut septum. Bagian pinggir dinding
hidung terdapat tiga buah jaringan mukosa memanjang
yang disebut konka
Disekitar hidung terdapat kantong-kantong yang disebut
dengan sinus paranasalis. Sinus-sinus tersebut berperan
untuk menghangatkan udara dan resonansi suara.
2. Laring dan Faring
Laring-faring sering disebut juga dengan tenggorok. Faring
terdapat di superior yang untuk selanjutnya melanjutkan
diri menjadi laring. Faring merupakan bagian belakang dari
rongga mulut (kavum oris). Di faring terdapat percabangan
2 saluran yaitu trakea di anterior sebagai saluran nafas
dan esophagus dibagian posterior sebagai saluran
pencernaan.Trakea dan esophagus selalu terbuka, kecuali
saat menelan. Ketika bernafas, udara akan masuk ke
kedua saluran tersebut
3. Trakea
Trakea (tenggorokan) merupakan saluran yang
menghantarkan udara ke paru-paru. Trakea berbentuk
seperti pipa dengan panjang kurang lebih 10 cm.
Fungsi trakea sebagai sistem pernapasan sangat penting bagi
manusia. Trakea adalah organ pernapasan yang bentuknya
seperti tabung besar. Organ ini termasuk organ pernapasan
bagian bawah sama seperti paru-paru, bronkus, bronkiolus, dan
alveolus.
4. Bronkos
Bronkus (Cabang Tenggorokan),bronkus merupakan
cabang batang tenggorokan. Jumlahnya sepasang, yang
satu menuju paru-paru kanan dan yang satu menuju
paru-paru kiri. Bronkus yang ke arah kiri lebih panjang,
sempit, dan mendatar daripada yang ke arah kanan
5. Bronkiolus
bronkiolus merupakan cabangdari bronkus. Bronkiolus
bercabang-cabang menjadi saluran yang semakin halus,
kecil, Gambar 8. Bronkiolusdan dindingnya semakin
tipis.Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan
tetapirongganya bersilia. Setiap bronkiolus bermuara ke
alveolus. Disepanjang trakea, bronkus dan bronkiolus,
terdapat jaringan mukosa dengan sel-sel goblet yang
diselingi sel epitel bersilia. Sel goblet menghasilkan
cairan mucus yang berperan untuk melembabkan udara
inspirasi dan menagkap partikel-partikel asing. Partikel
asing yang tertangkap akan digerakkan oleh silia sel
epitel ke kavum oris.
6. alveolus:
Tersisipi banyak makrofag, memindahkan materi asing
dari dalam paru-paru yang belum tersaring di alat
pernapasan sebelumnya
Alveoli berbentuk kantong sangat tipis,
karena membrannya hanya terdiri
dari satu lapisan sel
Susunan alveoli yang berlobus (memperluas
permukaan difusi)
Sekelilingnya terdapat kapiler-kapiler
Jarak antara dinding kapiler dengan dinding
alveoli hanya berkisar 0,1-1,2 mikron
Konsentrasi oksigen yang berada di alveoli
lebih tinggi daripada yang berada di darah
dalam pembuluh kapiler di sekitarnya
Konsentrasi karbondioksida di kapiler
lebih tinggi dibandingkan yang ada di
dalam alveoli sehingga karbondioksida
akan berdifusi dari kapiler menuju alveoli.
 Proses respirasi:
1. Ventilasi Pulmoner
2. Difusi Gas antara alveoli dan Kapiler Paru
3. Transport O2 dan CO2 melalui darah ke sel
– sel jaringan
→ Proses pertukaran udara alveoli dan atmosfir /
udara luar.

→ Meningkat saat aktifitas dan dalam keadaan sakit.

→ Selama inspirasi rusuk akan naik oleh karena aksi


otot leher anterior dan kontraksi otot intercostal
external.

→ Selama ekspirasi rusuk akan turun oleh karena


aksi
otot perut anterior.

→ Aktifitas otot tambahan dan usaha nafas


bertambah pada klien dengan penyakit obstruksi
saluran pernafasan.
 Kecukupan O2 di Udara Luar
Konsentrasi o2 pada tempat tinggi lebih rendah
dari di laut.

 Kebersihan Jalan Nafas

 Kembang kempis Paru


Pengembangan semua bagian paru dan dada.
 Regulasi Respirasi
Pengatur ventilasi paru ( PO2 dan PCO2 ) tetap
konstan, Pusat pengendali pernafasan terletak di
medulla oblongata dan pons.
 Saat inspirasi, volume paru bertambah, dan
tekanan intrapulmoner menurun.
 Saat ekspirasi volume paru menurun, dan
tekanan intrapulmonal meningkat.
• Difusi adalah pergerakan gas/partikel dari tempat bertekanan tinggi
ke tempat bertekanan rendah.

Faktor yang berpengaruh pada difusi gas dari membran respirasi :


1. Ketebalan membran
→ ketebalan membran akan bertambah pada pasien dengan edema
pulmoner atau penyakit pulmoner yang lain.
→ bertambahnya ketebalan membran menyebabkan penurunan
difusi gas.

2. Area permukaan membran

3. Koefisien difusi gas


Tergantung berat molekul dan kelarutan gas dalam membran. CO2 dapat
berdifusi 20 kali lebih cepat dari O2.

4. Perbedaan tekanan pada semua sisi membran


perbedaan tekann udara pada semua sisi membran respirasi berpengaruh
pada proses difusi. Jika tekanan oksigen pada alveoli lebih besar dari
darah, maka o2 berdifusi ke darah. Perbedaan normal dari PO2 antara
alveoli dan darah adalah 40 mm Hg.
 Oksigen ke jaringan – jaringan, dan
karbondioksida dari jaringan ke paru.
 Normalnya 97 % O2 berikatan dengan
hemoglobin dalam sel darah merah secara
bebas, dan dibawa ke jaringan sebagai
oxyhemoglobin.
 Normalnya 25 % atau 5 ml dari O2 per 100ml
didifusikan ke jaringan – jaringan.
 Cardiac Output : → 5 liter per menit.

 Jumlah Erytrocit : laki – laki 5juta/mm³ dan wanita 4,5


juta /mm³.

 Latihan
Bertambahnya latihan → peningkatan transport O2 ( 20 x
kondisi normal ), menigkatkan cardiac uotput dan
penggunaan O2 oleh sel.

 Hematokrit Darah
Normalnya 40 % – 54 % pada laki – laki, dan 37 % – 47 % pada
wanita.
Meningkatnya hematokrit → peningkatan viskositas →
bertambanya cardiac output → meningkatnya transport
oksigen.
Normalnya, dalam kondisi istirahat sekitar 4 ml CO2 per 100
ml darah ditransport dari jaringan ke paru – paru.
1. Lingkungan / Enviroment : Ketinggian, panas, dingin, dan
polusi udara berpengaruh pada oksigenasi.

2.Latihan / Exercise : Aktifitas atau latihan fisik →


meningkatkan respiratory dan heart rate , dan suplai O2 di dalam
tubuh.
3. Emosi / Emotions
4. Gaya Hidup / Life Style
Silicosis → pada seseorang pemecah batu ; Asbestosis → pada
pekerja asbes
Antracosis → pada penambang batu bara ; Petani → penyakit
debu organic
Rokok cigarret → faktor predisposisi pada penyakit paru
5. Status Kesehatan / Health Status
6.Narcotics : Menurunkan rata – rata dan kedalaman pernafasan
oleh karena depresi pusat respirasi pada medulla.
HYPOXIA
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh,
PERUBAHAN POLA NAFAS
Tachypnea → nafas yang cepat ( penurunan O2 dalam
darah ).
Bradypnea → nafas yang lambat ( penyebab depresi
respirasi ), asidosis metabolik, dan pasien dengan
PTIK (
peningkatan tekanan intrakranial, → injuri otak ).
Hyperventilasi → jumlah udara dalam paru berlebihan.
Sebab udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh.
Hypoventilasi → ketidakcukupan ventilasi alveoli
( ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh ), sehingga
CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi
dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi
jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
•  Cheyne Stokes → bertambah dan berkurangnya ritme
respirasi, dari perafasan yang sangat dalam, lambat dan
akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal jantung
kongestif, PTIK, dan overdosis obat.

 Kussmaul’s ( hyperventilasi ) → peningkatan
kecepatan
dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per
menit.
Dijumpai pada
 Apneustic → asidosisi metabolik,
henti nafas dan gagalsistem
, pada gangguan ginjal.saraf
• pusat

 Biot”s → nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang
sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat.
Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha.
Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
 OBSTRUKSI JALAN NAFAS

Obstruksi partial atau total jalan nafas.


Disebabkan benda asing, sperti makanan,
lidah jatuh ke belakang ( pada pasien tidak
sadar ), penumpukan sekret pada jalan
nafas.
1. PENGKAJIAN
 Riwayat keperawatan: riwayat gangguan
pernapasan
 Pola batuk dan produksi sputum
 Sakit dada
 2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama
(PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling
dirasakan mengganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji, mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala,
dan Time)
• Riwayat perkembangan : Neonatus : 30 - 60 x/mnt;
Bayi : 44 x/mnt; Anak : 20 - 25 x/mnt; Dewasa :
15
- 20 x/mnt; Dewasa tua : volume residu meningkat,
kapasitas vital menurun
• Riwayat kesehatan keluarga : anggota keluarga yang
mengalami masalah / penyakit yang sama.

• Riwayat sosial : merokok, pekerjaan, rekreasi,


keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen
dll.

• Riwayat psikologis : tanggapan pasien & keluarga


terhdp penyakit
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum,
perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi,
bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri dibelakang
pasien, letakkan jari tengah pada bagian
bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke
bawah dan ke samping sehingga kedudukan
trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
•Postur, Bentuk dada, Pigeon chest (sternum
menonjol ke depan), Funnel chest (sternum ke
dalam) ,Barrel chest, Kiposis atau bungkuk,
Lordosis atau membusung ke depan, Skoliosis :
ke salah satu sisi.
•Pola napas : kecepatan/frekuensi : eupnea
(normal : 16 - 24 x/mnt), tachipnea (lebih dari
24 x/mnt), bradipnea ( kurang dari 16 x/mnt),
apnea (henti napas).

hiperventilasi (pernapasan dalam dan panjang),


hipoventilasi ( pernapasan lambat).
• pernapasan dada yaitu pernapasan yang
ditandai dengan pengembangan dada,
ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan
yang ditandai dengan pengembangan
perut.
• Ritme/irama pernapasan yaitu reguler atau
irreguler, cheyne stokes yaitu pernapasan
yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea, atau pernapasan
kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan
dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya
tidak teratur dan diselingi periode apnea.
 Bunyi napas : stridor/mendengkur yang terjadi
karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas,
atau stridor (bunyi kering dan nyaring , didengar
saat inspirasi), wheezing yaitu bunyi napas
(seperti bersiul), rales (mendesak atau
bergelembung dan didengar saat inspirasi),
ronchi (bunyi napas kasar dan kering saat
ekspirasi).
Batuk produktif , batuk non produktif ,
hemoptue
 Oksigenasi : anoxia , hipoxemia , hipoxia,
cianosis
 SUARA TAMBAHAN
 RALES:
o akibat eksudat lengket saat saluran napas
mengembang (inspirasi)
o peradangan jaringan paru (pneumonia-TBC)
 Halus: “meritik” pada akhir inspirasi; pendek
 Sedang: lebih kasar di tengah-akhir inspirasi

 Kasar: lebih lama; pada seluruh fase inspirasi


Rales tidak hilang saat pasien disuruh batuk

 RONCHI:
o akibat terkumpulnya cairan mukus
dalam trakhea
/ bronkus besar (edema paru)
o nada rendah, sangat kasar; pada inspirasi &
ekspirasi
o hilang bila pasien disuruh batuk
…….lanjutan
 WHEEZING:
o akibat ada eksudat lengket tertiup aliran udara &
bergetar nyaring (bronkitis akut)
o bunyi musikal….ngiiiiik…..
o pada ekspirasi dan inspirasi, lebih jelas pada
ekspirasi

 PLEURAL-FRICTION RUB:
o akibat peradangan pleura, terdengar sepanjang fase
pernapasan
o kering seperti gosokan amplas pada kayu
o Paling jelas oada posteri-lateral bawah dinding
thoraks
 Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding
dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat
dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal
selama seseorang berbicara. Normalnya
getaran lebih terasa pada apeks paru dan
dinding dada kanan karena bronkhus kanan
lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa
karena suara pria besar
Suara perkusi normal : SONOR ( dug-dug)
Tidak normal : redup. Pekak, Hipersonor,Timpani,
→ Specimen.
 untuk kultur dan sensitifitas → identifikasi
mikroorganisme spesific dan sensitifitas terhadap obat.
Untuk cytology → untuk mengidentifikasi sebab,
struktur, fungsi dan patologi sel. Specimen untuk sitologi
didapatkan dari pengumpulan sputum pada pagi hari
( selama 3 hari ) dan dites untuk mengetahui kanker
pada paru.
 BTA ( Bacil Tahan Asam ) → dengan mengumpulkan
sputum tiga hari berturut – turut, untuk mengindentifikasi
presentase TB.
→ Spirometri → tes fungsi paru – paru.
→ BGA ( Blood Gas Analysa ) → PCO2 : 35 – 45 mm Hg
PO2 : 80 – 100 mm Hg
pH : 7,35 – 7,45
→ Pemeriksaan darah
: eritrosit, Hb,
leukosit, dll
→ Pemeriksaan Visual : Rontgen, Bronchoscopy, Scaning,
Flouroskopy.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
b.d.
 : Produksi Sekresi yang kenta atau berlebihan

 Imobilisasi
 Efek sedatif obat
 Depresi refleks batuk
 Penurunan oksigen dalam udara inspirasi
 Berkurangnya mekanisme pembersihan silia atau respon
peradangan
 Obstruksi trakea
2. Pola napas tidak efektif b.d.
 Penyakit infeksi pada paru
 Depresi pisat pernapasan
 Lemahnya otot pernapasan
 Turunnya ekspansi paru
3. Kerusakan pertukaran gas b.d. :
 Perubahan suplai oksigen
 Obstruksi Saluran pernapasan
 Adanya penumpukan cairan dalam paru
 Atelekstasis,Bronkospasme,adanya edema paru
 Tindakan pembedahan paru
4. Gangguan perfusi jaringan
b.d.
 Imobilisasi
 Menurunnya Aliran darah
 Vasokonstriksi
 Hipovolemik
A.
TUJUAN
 Mempertahankan jalan napas agar efektif
 Mempertahankan pola napas agar kembali efektif
 Mempertahankan pertukaran gas
 Memperbaiki perfusi jaringan
 Mempertahankan jalan napas agar efektif
1. Awasi perubahan status jalan napas dengan
monitor
jumlah, bunyi atau status kebersihannya
2. Berikan Humidifier ( pelembab )
3. fibrasi,clapping
Lakukan tindakan atau psotural drainage
pembersihan jalan napas (dengan
jika perlu
suction )
4. Ajarkan Teknik batuk efektif
5. Pasang jalan napas buatan : oropharingeal/nasopharingeal
airway,intubasi trakea, trakeostomy
 Mempertahankan pola napas agar kembali efektif
1. Awasi perubahan status pola pernapasan
2. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (
semifowler )
3. Berikan oksigenasi
4. Ajarkan teknik bernapas yang benar
 Mempertahankan pertukaran
gas1. Awasi perubahan status pernapasan
2. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan
( semifowler )
3. Berikan oksigenasi
4. Lakukan suction bila memungkinkan
5. Pertahankan berkembangnya paru
dengan memasang
ventilasi mekanis, chest tube dan
chest drainage
 Memperbaiki perfusi jaringan
1. Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan
( Capillary Refill time )
2. Berikan Oksigenasi sesuai kebutuhan
3. Pertahankan asupan
4. Cegah adanya perdarahan
5. Hindari terjadinya valsah manufer seperti
mengedan, menahan napas, batuk
6. Pertahankan perfusi dengan transfusi
 Mempertahankan jalan napas agar efektif
1. Awasi perubahan status jalan napas dengan
monitor
jumlah, bunyi atau status kebersihannya
2. Berikan Humidifier ( pelembab )
3. fibrasi,clapping
Lakukan tindakan atau psotural drainage
pembersihan jalan napas (dengan
jika perlu
suction )
4. Ajarkan Teknik batuk efektif
5. Pasang jalan napas buatan : oropharingeal/nasopharingeal
airway,intubasi trakea, trakeostomy
 Mempertahankan pola napas agar kembali efektif
1. Awasi perubahan status pola pernapasan
2. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan
( semifowler )
3. Berikan oksigenasi
4. Ajarkan teknik bernapas yang benar
 Mempertahankan pertukaran
gas1. Awasi perubahan status pernapasan
2. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan
( semifowler )
3. Berikan oksigenasi
4. Lakukan suction bila memungkinkan
5. Pertahankan berkembangnya paru
dengan memasang
ventilasi mekanis, chest tube dan
chest drainage
 Memperbaiki perfusi jaringan
1. Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan
( Capillary Refill time )
2. Berikan Oksigenasi sesuai kebutuhan
3. Pertahankan asupan
4. Cegah adanya perdarahan
5. Hindari terjadinya valsah manufer seperti
mengedan, menahan napas, batuk
6. Pertahankan perfusi dengan transfusi
1. Mempertahankan terbukanya jalan napas
A. Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa
(tube) yang dimasukkan ke dalam mulut atau hidung
sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea
untuk memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi
Rute pemasangan :
• Orotrakheal : mulut dan trakhea
• Nasotrakheal : hidung dan trakhea
• Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui
suatu insisi yang diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau
ke-3
• Intubasi endotrakheal
B. Latihan napas dalam dan batuk efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
• Pasien dalam posisi duduk atau baring
• Letakkan tangan di atas dada
• Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada
mengembang
• Tahan napas untuk beberapa detik
• Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada
berkontraksi
• Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
• Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk
beberapa detik
lalu keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara
• Ulangi sesuai kemampuan pasien
• Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada
daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien
batuk, untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri
C. Posisi yang baik
Posisi semi fowler atau high fowler, Orthopneic,
memungkinkan pengembangan paru maksimal
karena isi abdomen tidak menekan diafragma

D. Pengisapan lendir (suctioning)


Melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan
napas, suction dapat dilakukan pada oral,
nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau
trakheostomi tube.
E. Pemberian obat bronkhodilator
Melebarkan jalan napas dan mengurangi
obstruksi dan meningkatkan pertukaran
udara.
Diberikan peroral, sub kutan, intra vena,
rektal dan nebulisasi atau menghisap atau
menyemprotkan obat ke dalam saluran
napas.
2. Mobilisasi sekresi paru
A. Hidrasi
Pasien minum banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam
batas kemampuan/cadangan jantung.
B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan
lendir.
C. Postural drainage
Gunakan kekuatan gravitasi untuk pelepasan sekresi bronkhial dari
bronkhiolus supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur /
istirahat.
Tekniknya :
• Sebelum postural drainage, lakukan :
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 - 2 menit
- Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam
paru.
3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
A. Latihan napas
Peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan
energi melalui pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
• Pernapasan diafragma
• Pursed lips breathing
• Pernapasan sisi iga bawah
• Pernapasan iga dan lower back
• Pernapasan segmental
B. Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan
pengaliran
/ penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini
dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam
periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan
positif.
C. Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural drainage dibuat chest kateter
dari rongga pleura dihubungkan ke sistem drainage.

Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks,


pneumothoraks, open pneumothoraks, flail chest.

Tujuannya :
• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara
• Untuk mengembalikan ekspansi paru.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water
4.Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan
kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
• Nasal canule
• Bronkhopharingeal khateter
• Simple mask
• Aerosol mask / trakheostomy collars
• ETT (endo trakheal tube)
Health promotion
• Ventilasi yang memadai
• Hindari rokok
• Pelindung / masker saat bekerja
• Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang
dapat menekan nervus 1)
• Pakaian yang nyaman
• Upaya mengencerkan sekret
• Teknik batuk dan postural drainage
• Suctioning
• Posisi fowler/semi fowler, significant other
• Mengatur istirahat dan aktifitas, tingkatkan rasa
nyaman, ROM
•Mengurangi usaha bernapas pakaian tipis dan
hangat, hindari makan berlebih dan banyak
mengandung gas
• Mempertahankan nutrisi dan hidrasi
• Mempertahankan eliminasi
• Mencegah dan mengawasi potensial infeksi
• Terapi O2
• Terapi ventilasi
• Drainage dada
1. Latihan Napas
Latihan napas merupakan cara bernapas
untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau
memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan
mengurangi stres.
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi( duduk atau tidur terlentang )
4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara
napas melalui hidung dengan mulut tertutup.
5. Anjurkan untuk menahan napas selama 1-1,5
detik, kemudian disusul dengan
menghembuskan napas melalui bibir mencucu
6. Catat respon yang terjadi
7. Cuci tangan
Latihan batuk untuk membersihkan
laring,trakea, dan bronkiolus dari
sekret atau benda asing di jalan
napas
PROSEDUR KERJA :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi
tempat membungkuk ke depan
4. Anjurkan menarik napas secara pelan dan
dalam dengan menggunakan pernapasan
diafragma
5. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2
detik
6. Batukan 2 kali dengan mulut
terbuka
7. Tarik napas dengan ringan
8. Istirahat
9. Catat respon yang terjadi
10. Cuci tangan
 Memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui
saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu
oksigen: melalui kanul, nasal, masker untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah
hipoksia.

 Oksigen yang diberikan dengan konsentrasi


yang rendah ( 24 – 40 % ) dengan kecepatan 2-
4 liter/menit
1. Alat dan
Bahan
a. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifer
b. Nasal kateter, kanula, masker
c. Vaselin/jeli.
d. Plester
2. Prosedur Kerja
a. Periksa program terapi medik
b. Ucapkan salam teraupetik
c. Cuci tangan
d. Jelaskan prosedur kerja dan kaji gejala hipoksia dan sekret pada
jalan napas
e. Cek Flowmeter dan Humidifier
f. Sambungkan kanul nasal ke selang oksigen dan ke sumber oksigen
g. Hidupkan tabung oksigen
h. Atur pasien pada posisi semifowler atau sesuai dengan kondisi
pasien
i. Berikan oksigen melalui kanul
j. Pastikan aliran oksigen berfungsi dengan baik :
selang tidak tertekuk, terasa udara keluar melalui kanul
k. Catat pemberian dan lakukan observasi
l. Cuci tangan
 Memberikan oksigen dengan konsentrasi dan
kecepatan aliran 40-60 % pada kecepatan
5-8 liter/menit
 Persiapan alat
 Fase mask, sesuai dengan kebutuhan dan ukuran pasien
 Selang oksigen
 Hudimifier
 Cairan steril
 Tabung Oksigen dengan flowmeter
 Pita/Tali palstik
1. Lakukan 1-5 seperti pada pemberian oksigen melalui
kanul nasal
2. Sambungkan masker ke selang dan ke sumber oksigen
3. Atur pita elastik ke telinga sampai masker terasa pas
dan nyaman
4. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan
aliran
5. Periksa masker,aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih
cepat tergantung kondisi dan keadaan umum
6. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap
waktu
7. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program
terapi setiap 8 jam
8. Kaji iritasi pada membran mukosa
9. Cuci tangan
10. Evaluasi respon pasien
11. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan
 Postural drainage
 Clapping
 Vibrating
 Alat dan Bahan :
1. Pot sputum berisi desinfektan
2. Kertas Tisu
3. Dua balok tempat tidur ( postural drainage )
4. Satu bantal ( postural drainage )
 Postural Drainage
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Miringkan tubuh pasien ke arah kiri ( untuk
membersihkan paru bagian kanan )
4. Miringkan tubuh pasien ke arah kanan ( untuk
membersihkan paru bagian kiri )
5. Miringkan tubuh pasien ke kiri dan tubuh bagian belakang
kanan di sokong dengan satu bantal ( untuk
membersihkan bagian lobus tengah )
6. Lakukan postual drainage ± 10-15
menit
7. Observasi TTV selama prosedur
8. Setelah pelaksanaan postural
drainage lakukan Clapping,
Vibrating, dan suction
9. Lakukan hingga lendir bersih
10. Cuci tangan
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan
perawat menepuk punggung pasien secara
bergantian untuk merangsang terjadinya batuk
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar
dan anjurkan menampung sputum pada pot
sputum
6. Lakukan hingga lendir bersih
7. Catat respon yang terjadi
8. Cuci tangan
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi
4. Lakukan vibrating dengan anjurkan pasien untuk
menarik napas dalam dan mengeluarkan secara
perlahan. Kedua tangan perawat diletakan di bagian
atas samping depan cekungan iga,kemudian
getarkan secara perlahan dan lakukan berkali-kali
hingga pasien batuk
5. Bila pasien sudah batuk berhenti sebentar dan
anjurkan untuk menampungnya pada pot sputum
6. Lakukan hingga lendir bersih
7. Catat respon yang terjadi
8. Cuci tangan
Dilakukan saat pasien tidak mampu mengeluarkan
sekret sendiri untuk membersihkan jalan
napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
Alat dan bahan :
 Alat pengisap lendir dengan botol berisi
larutan desinfektan
 Kateter pengisap lendir
 Pinset steril
 Sarung tangan steril
 Dua buah kom berisi larutan aquades atau
NaCl 0.9% dan larutan desinfektan
 Kasa steril
 Kertas Tissue
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3. Atur pasien pada posisi terlentang dengan kepala
miring ke arah perawat
4. Gunakan sarung tangan
5. Hubungkan kateter pengisap dengan selang pengisap
6. Hidupkan mesin pengisap
7. Lakukan pengisapan lendir dengan memasukan kateter
pengisap ke dalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9 %
untuk mencegah trauma mukosa
8. Masukan kateter pengisap dalam keadaan tidak
mengisap
9. Tarik dengan memutar kateter pengisap kurang dari 3-
5
detik
10. Bilas kateter dengan aguades atau NaCl 0,9%
11. Lakukan hingga lendir bersih
12. Catat respon yang terjadi
13. Cuci tangan
 Pengertian :
Merupakan tindakan invasif yang dialakukan
untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,
pus) dari rongga pleura, rongga thoraks, dan
mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung.
 Pneumotoraks, hemotoraks, empyema
 Bedah paru :
 karena ruptur pleura udara dapat masuk ke
dalam rongga pleura
 reseksi segmental msalnya pada tumor, TBC
 lobectomy, misal pada tumor, abses, TBC
 Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura )
keluar dari rongga pleura
 Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura
 Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura
yang dapat menyebabkan pneumotoraks
 Mempertahankan agar paru tetap mengembang
dengan jalan mempertahankan tekanan
negatif pada intra pleura.
 Gravitasi : Udara dan cairan mengalir dari
tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah.
 Tekanan positif : Udara dan cairan
dalam kavum pleura ( + 763 mmHg atau
lebih ).
Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan WSD
sedikit ( + 761 mmHg )
Satu botol
 Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel.
Penutup mempunyai dua lobang, satu untuk ventilasi udara
dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke dasar
botol. Keuntungannya adalah :
 Penyusunannya sederhana
 Mudah untuk pasien yang berjalan
Kerugiannya adalah :
 Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang
diperlukan
 Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari
tekanan botol
 Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol
yang membatasi garis pengukuran drainase
Dua botol
 Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan
yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan
dapat dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke
ventilasi udara.
 Keuntungan :

 Mempertahankan water seal pada tingkat konstan

Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik

Kerugian :
 Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk
masuk ke
dalam area pleura.
 Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan
botol.
 Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran
udara.
Tiga botol
 Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap
ditambahkan ke sistem dua botol.
 Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel
dalam air
 Keuntungan :
 sistem paling aman untuk mengatur pengisapan.
 Kerugian :
 Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya
kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan.
 Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi
 Bagian apeks paru ( apikal ) Anterolateral
interkosta ke 1 - 2 untuk mengeluarkan udara
bagian basal
 Posterolateral interkosta ke 8–9
untuk mengeluarkan cairan ( darah,
pus ).
 Jalan napas efektif
 Pola napas efektif
 Pertukaran gas efektif
 Perfusi jaringan efektif

Anda mungkin juga menyukai