Anda di halaman 1dari 65

Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

Oleh
Rusmilawaty, SKM,M.PH
Kebutuhan Oksigen
 Oksigen ( O2 ) adalah suatu komponen
gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
 Bernafas adalah pergerakan udara dari
atmosfir ke sel tubuh dan pengeluaran
CO2 dari sel tubuh ke luar tubuh. Proses
pernafasan mencakup ventilasi, difusi,
transportasi dan perfusi.
Proses Pernafasan
Ventilasi
 Ventilasi adalah proses masuk dan ke luarnya udara di paru
sehingga pertukaran gas terjadi.
 Ventilasi mencakup kegiatan bernafas atau inspirasi dan
ekspirasi.
 Selama inspirasi, diafragma dan otot intercostal eksternal
berkontraksi, sehingga memperbesar volume thorak dan
menurunkan tekanan intrathorak. Pelebaran dinding dada
mendorong paru ekspansi, menyebabkan tekanan jalan napas
turun di bawah tekanan atmosfir, dan udara masuk paru.
 Pada saat ekspirasi, diafragma dan otot intrcostal relaksasi,
menyebabkan thorak kembali bergerak ke atas ke ukuran
lebih kecil. Tekanan dada meningkat menyebabkan udara
mengalir keluar dari paru
Difusi gas
 Difusi adalah proses dimana molekul (gas/partikel
lain) bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi
ke daerah yang bertekanan rendah.
 Oksigen dan karbon dioksida berdifusi diantara
alveoli dan darah.
 Bernapas secara kontinyu menambah supply
oksigen paru, sehingga tekanan partial oksigen
(PO2) di alveoli relatif tinggi.
 Sebaliknya bernapas mengeluarkan karbon
dioksida dari paru, sehingga tekanan partial
karbon dioksida (PCO2) di alveoli rendah.
 Oksigen berdifusi dari alveoli ke darah karena
PO2 lebih tinggi di alveoli daripada di darah
kapiler. Karbon dioksida berdifusi dari darah ke
alveoli.
Transportasi dan Perfusi Gas
 Oksigen ditransportasikan dari membran
kapiler alveoli paru ke darah kemudian ke
jaringan
 Karbondioksida ditransportasikan dari
jaringan ke paru kembali.
 Oksigen diangkut dalam darah melalui
hemoglobin.
 Metabolisme meningkat maka akan
mengakibatkan peningkatan kebutuhan
oksigen. Jumlah oksigen yang disampaikan ke
sel disebut perfusi gas.
Efek samping pemberian O2
a. Keracunan O2
Terjadi bila O2 yang diberikan konsentrasi
tinggi & dalam waktu relatif lama. Dapat
merusak struktur jaringan paru, seperti
atelektasis dan kerusakan surfaktan, difusi di
paru terganggu
b. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan
konsentrasi dan aliran yg tepat pada klien
dengan retensi CO2 dapat menekan
ventilasi

PEMBERIAN OKSIGEN :M. MUKHTAR 6


c. Menimbulkan kebakaran dan peledakan
O2 bukan bahan pembakar, tapi dapat
memudahkan kebakaran. Klien tdk boleh
merokok
d. Infeksi
e. Terjadi aspirasi bila muntah
f. Penumpukan CO2
Bila aliran O2 yang diberikan lebih rendah
dari ketentuan masing-masing alat

PEMBERIAN OKSIGEN :M. MUKHTAR 7


Kelompok Usia dan Pernafasan
No Kelompok Usia Rata-rata Pernafasan permenit
1 Bayi baru lahir dan bayi 30-60
2 1-5 tahun 20-30
3 6-10 18-26
4 10 tahun - Dewasa 12-20
5 Dewasa tua > 60 tahun 16-25
Jenis Pernafasan
 Pernafasan Eupnoe: pernafasan normal,
tenang dan teratur.
 Pernafasan Kussmaul: Pernafasan kadang-
kadang cepat dan kadang-kadang lambat
sehingga frekuensi tidak teratur
 Pernafasan Cheyene stokes: Pernafasan
kadang-kadang apnoe (berhenti), frekuensi
pernafasan di bawah 20x/menit
 Pernafasan Biot: Pernafasan yang tidak
teratur iramanya dan kadang-kadang diikuti
apnoe
Faktor yang mempengaruhi
pernafasan
 Posisi Tubuh
1. Berdiri atau duduk tegak menyebabkan ekspansi (pelebaran) paru
paling besar. Diafragma dapat naik turun secara leluasa karena
organ abdominal tidak menekan/mendorong diafragma.
2. Pernapasan lebih kuat saat berbaring karena isi abdomen
mendorong diafragma. Pada minggu-minggu terakhir kehamilan,
pernapasan meningkat dan sulit pada posisi berbaring karena
janin mendorong diafragma.
 Lingkungan
1. Ketinggian tempat (mempunyai tekanan O2 lebih rendah),
sehingga darah arteri mempunyai tekanan oksigen yang rendah.
Akibatnya orang di dataran tinggi mempunyai pernafasan dan
denyut nadi yang meningkat dan peningkatan kedalaman napas.
2. Polusi udara Polutan (hidrokarbon, oksidan) bercampur dengan
oksigen membahayakan paru. Karbon monoksida menghambat
ikatan oksigen dalam hemoglobin. Polutan menyebabkan
peningkatan produksi mukus, bronkhitis dan asma.
3. Alergen Alergen (pollen, debu, makanan)
menyebabkan jalan napas sempit akibat udem,
produksi mukus meningkat, dan bronkhospasme. Hal
ini menyebabkan kesulitan bernapas sehingga
meningkatkan kebutuhan oksigen
4. Suhu Panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah
perifer yang mengakibatkan aliran darah ke kulit dan
meningkatkan sejumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh. Vasodilatasi kapiler menurunkan
resistensi atau hambatan aliran darah. Respons
jantung meningkatkan output untuk
mempertahankan tekanan darah. Peningkatan cardiac
output membutuhkan tambahan oksigen sehingga
kedalaman napas meningkat.
5. Lingkungan yang dingin menyebabkan kapiler perifer
kontriksi, sehingga meningkatkan tekanan darah yang
menurunkan kerja jantung dan menurunkan
kebutuhan oksigen.
 Gaya Hidup dan Kebiasaan
1. Merokok. Perokok lebih banyak mengalami emfisema, bronkhitis kronis,
Ca paru, Ca mulut, dan penyakit kardiovaskular daripada yang bukan
perokok. Rokok dapat menghasilkan banyak mukus dan memperlambat
gerakan mukosilia, yang akan menghambat gerakan mukus dan dapat
menyebabkan sumbatan jalan napas, penumpukan bakteri dan infeksi,
sehingga menyebabkan pernapasan lebih cepat.
2. Obat-obatan dan alkohol Barbiturat, narkotik, beberapa sedative, dan
alkohol dosis tinggi dapat menekan sistem syaraf pusat dan menyebabkan
penurunan pernapasan. Alkohol menekan refleks yang melindungi jalan
napas, sehingga orang yang teracuni alkohol dapat muntah, teraspirasi isi
lambung ke paru dan menyebabkan pneumonia.
3. Nutrisi Kalori dan protein diperlukan untuk kekuatan otot pernapasan
dan memelihara sistem imun. Cairan diperlukan untuk mengencerkan
dan mengeluarkan sekresi sehingga kepatenan jalan napas terjaga. Pada
obesitas, gerakan paru terbatas khususnya pada posisi berbaring,
menyebabkan pernapasan cepat dan dangkal, sehingga kebutuhan oksigen
meningkat.
4. Aktivitas. Aktivitas meningkatkan pernafasan dan kebutuhan oksigen
dalam tubuh. Mekanisme yang mendasarinya tidak banyak diketahui.
Walaupun demikian hal ini menerangkan bahwa beberapa faktor yang
terlibat di dalamnya antara lain kimiawi, neural dan perubahan suhu.
 Emosi Takut, cemas, dan marah
menyebabkan impuls ke hipotalamus otak
yang menstimulasi pusat kardiak untuk
membawa impuls ke saraf simpatis dan
parasimpatis kemudian mengirim ke
jantung. Kerja jantung meningkat dengan
jalan meningkatkan frekuensi nadi,
sehingga pernapasan dan kebutuhan
oksigen meningkat untuk membantu kerja
jantung.
Terapi O2 merupakan salah satu terapi
pernafasan dalam mempertahan oksigenasi.
Tujuan pemberian terapi O2 adalah
 Mengatasi keadaan hipoksemia
 Menurunkan kerja pernafasan
 Menurunkan beban kerja otot Jantung
(miokard)
Indikasi pemberian terapi O2
 Kadar oksigen arteri (Pa 02) menurun
 Kerja pernafasan meningkat ( laju nafas
meningkat, nafas dalam, bernafas dengan otot
tambahan)
 Adanya peningkatan kerja otot jantung
(miokard)
 Indikasi klinis:Henti jantung paru, Gagal nafas,
Gagal jantung, Syok, Meningkatnya kebutuhan
O2 (luka bakar, infeksi berat, multiple
trauma), Keracunan co, Post operasi, dll
Indikasi untuk menetukan penambahan O2
berdasarkan pengukuraan oxymetri:
Saturasi oksigen interpretasi intervensi
(oxymeter)

95% - 100% Normal O2 4 liter/menit


- Nasal canul

90% - <95% Hypoksia ringan-sedang Face mask 6-10 liter/menit

85% - <90% Hypoksia sedang-berat Face mask dengan


reserpoir 10-15 liter/menit

<85% Hypoksia berat-mengancam Assisted ventilation


nyawa
Metode Pemberian Oksigen
Sistem aliran rendah
 Diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan.
 Menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada
tipe pernafasan dengan patokan volume tidal pasien.
 Ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi
masih mampu bernafas dengan pola pernafasan
normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml
dengan kecepatan pernafasan 16–20 kali permenit.
Contoh system aliran rendah ini adalah : kateter nasal,
kanula nasal, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan kantong rebreathing, sungkup muka dengan
kantong non rebreathing.
Nasal Kanul/Nasal Kateter
 klien yang memerlukan oksigen secara
kontinyu dengan kecepatan aliran 1–6
liter/menit serta konsentrasi 21–44%
 Penggunaan nasal kanule diatas 6 lpm
tidak dianjurkan karena dapat
menimbulkan mukosa hidung kering,
epistaksis dan perforasi septal.
Cara:
 Memasukkan selang yang terbuat dari plastik ke
dalam hidung dan mengaitkannya di belakang
telinga.
 Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang
dihidung hanya berkisar 0,6–1,3 cm.
 Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang
paling mudah, sederhana, murah, relatif nyaman,
mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok
untuk pemasangan jangka pendek dan jangka
panjang, dan efektif dalam mengirimkan oksigen.
Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu klien
untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau
makan
 Keuntungan: Pemberian O2 stabil dengan
volume tidal dan laju pernafasan teratur,
mudah memasukkan kanul dibanding kateter,
klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih
mudah ditolerir klien dan nyaman.
 Kerugian Tidak dapat memberikan
konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2
berkurang bila klien bernafas lewat mulut,
mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1
cm, mengiritasi selaput lendir.
 Persiapan Alat dan Bahan: Tabung oksigen
lengkap dengan flowmeter dan humidifier
Nasal kateter, kanula, atau masker, pelumas
(jelly)
Pemberian Oksigen dengan Nasal Canula
 Tahap Pre Interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien terhadap
indikasi tindakan
2. Siapkan alat-alat Tabung humidifier, Plester (k/p), Gunting Plester
(k/p), Flowmeter, Tabung Oksigen
3. Cuci tangan
 Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan kepada pasien dan keluarga
3. Beri kesempatan pasien untuk bertanya
4. Jaga privacy klien
5. Atur posisi klien agar nyaman
 Tahap Kerja
1. Mengisi glass humidifier dengan for irrigation
setinggi batas yang tertera
2. Menghubungkan pressure regulator dengan
tabung 02 (jika belum terhubung) kemudian
buka pengatur aliran 02 (kran) antara tabung
dan pressure regulator atau jika sumber 02
sentral hubungkan flow meter dengan outlet
dinding dari sentral 02.
3. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan
memutar pengatur konsentrasi 02 dan amati ada
tidaknya gelembung udara dalam glass flowmeter.
4. Menghubungkan catheter nasal/ kanul nasal dengan
flowmeter.
5. Alirkan oksigen ke: kateter nasal dengan
menggunakan punggung tangan untuk
mengetahui ada tidaknya aliran 02. 1-6 L/m
6. Cek kanul tiap 6 – 8 jam
7. Membereskan alat dan melepas sarung
tangan
Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan
obyektif)
2. Beri reinforcement positif pada klien
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4. Mengakhiri pertemuan dengan baik
5. Cuci tangan
6. Dokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan
Pemberian Oksigen Masker
 Memiliki prinsip yang hampir sama dengan nasal kanule namun
menghasilkan konsentrasi oksigen yang sedikit lebih tinggi
dibandingkan nasal kanula.
 Macam bentuk masker:
1. Simple face mask: mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-
60% dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.
2. Partial Rebreathing Mask : mengalirkan oksigen konsentrasi
oksigen 60- 80% dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit.
Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi
maupun ekspirasi.
Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang
antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara
inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga
konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask.
Indikasi: klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah.
3. Non Rebreathing Mask : mengalirkan
oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-
100% dengan kecepatan aliran 10-12
liter/menit.
Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi karena
mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada
saat inspirasi dan tertutup saat pada saat
ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya
mencegah udara kamar masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat
ekspirasi.
Indikasi: klien dengan kadar tekanan CO2
yang tinggi.
 Tujuan Memberikan tambahan oksigen
dengan kadar sedang dengan konsentrasi
dan kelembaban yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kanul.
 Prinsip Mengalirkan oksigen tingkat
sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran
5-6 liter/ menit dengan konsentrasi 40 -
60%.
 Kelebihan: sederhana, ringan, bisa
dilengkapi dengan pelembab udara,
mampu menghasilkan FiO2 sampai 60%
 Kekurangan: Pada beberapa pasien terasa
mengganggu, ingin membuka masker saat
bicara, membatasi akses muka pasien
untuk ekspektorasi sekresi, kesulitan
menempatkan masker secara tepat, pada
pasien dengan NGT atau orogastric tube,
tidak nyaman bila pada muka terdapat
trauma atau luka bakar Iritasi atau rasa
kering pada mata, bila pengaturan log
Keuntungan dan kerugian dari
masing-masing sistem
Sungkup muka sederhana
 Alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan
konsentrasi O2 40 –60%.
 Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari
kateter atau kanula nasal,system humidifikasi dapat ditingkatkan
melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam
pemberian terapi aerosol.
 Kerugian: Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%,
dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
Sungkup muka dengan kantong rebreathing :
 Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 –
80% dengan aliran 8 – 12 L/mnt
 Keuntungan : Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka
sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir
 Kerugian : Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika
aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong
O2 bisa terlipat.
Sungkup muka dengan kantong non
rebreathing
 Merupakan tehnik pemberian O2 dengan
Konsentrasi O2 mencapai 99% dengan
aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi
tidak bercampur dengan udara ekspirasi
 Keuntungan : konsentrasi O2 dapat
mencapai 100% dan tidak mengeringkan
selaput lendir
 Kerugian : kantung O2 dapat berlipat
Standar Operasional Prosedur
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Cuci tangan
 Atur posisi dengan semi-fowler Atur aliran oksigen
sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, (umumnya
6–10 liter/menit).
 Kemudian observasi humidifire pada tabung air yang
menunjukkan adanya gelembung
 Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung
pasien dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien
 Periksa kecepatan aliran tiap 6 - 8 jam, catat
kecepatan aliran oksigen, rute pemberian, dan respon
klien
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Rebreathing Mask
 Tempatkan masker ke arah wajah klien dan
letakkan dari hidung kebawah
 Atur masker sesuai dengan bentuk wajah ,
Masker harus menutup wajah (6-10 l/m)
 Ikatkan karet pengikat melingkar kepala
klien shg masker terasa nyaman
 Alasi karet di belakang telinga dan diatas
tulang yang menonjol.
Non Rebreathing Mask
• Terangkan prosedur pada pasien
• Hubungkan selang oksigen dengan humidifier dgn
aliran rendah
• Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup
menutup lubang antara kantung dengan sungkup,
minimal 2/3 bagian reserpoir
• Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat
dan nyaman
• Pakai kasa pada daerah yang tertekan (k/p)
• Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi
waktu ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi
 Humidifier dilengkapi dengan kontainer air steril
yang bisa di isi kembali dan sekali pakai.
 Flow meter adalah sebuah alat yang melekat ke
oksigen outlet, yang mengatur jumlah oksigen yang
dihasilkan.
 Ada 2 tipe flowmeter; balon air raksa dan ukuran,
kedua tipe mencatat jumlah liter oksigen yang
dikeluarkan per menit
 Sentral tabung berasal dari pusat di dalam institusi
dimana salurannya berada di dinding / dalam tembok
dan disiapkan untuk digunakan secara cepat
dihubungkan melalui sebuah pipa yang bertekanan
50 - 60 pound per inchi persegi.
 Alat pengukur aliran ini membuka jalan keluar dan
pembukaan katup membuat aliran oksigen terjadi
NRM RM
Masker dengan Venturi
 Sistem aliran cepat meliputi venturi mask
dan large-volume aerosol system, yaitu: high-
humidity face mask, high-humidity face tent,
high-humidity tracheostomy mask
/collar dan high-humidity Tpiece.
 Penggunaan ventilasi mekanis sesuai
dengan definisi sistem aliran udara cepat,
namun ia ditempatkan dalam kelas
tersendiri.
 Pemberian oksigen dengan aliran cepat akan
memberikan kecukupan gas yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi semenit pasien. Secara
umum, metode ini digunakan untuk menyediakan
FiO2 secara konsisten pada pasien dengan pola
pernapasan yang berubah (dalam, tidak teratur,
dangkal). FiO2 tetap konstan dan tidak dipengaruhi
oleh pola ventilasi pasien. Suhu dan kelembaban udara
juga dikendalikan.
 Masker Venturi atau Venti tampak seperti simple face
mask, namun masker ini mempunyai jet adapter yang
terletak antara masker dengan pipa dari sumber
oksigen. Oksigen dari pipa akan melewati lubang kecil
pada jet adapter sehingga mengalir dengan cepat dan
disemburkan menuju masker. Jet adapter tersedia
dalam berbagai ukuran (dengan kode warna yang
berbeda) sesuai dengan besarnya nilai FiO2 yang
dihasilkan.
 Masker Venturi bekerja sesuai dengan hukum
Bernoulli, mengubah udara menjadi butir-butir
udara sangat kecil dan padat. Aliran udara dengan
kecepatan tinggi melalui lubang kecil pada jet
adapter menyebabkan terbentuknya area dengan
tekanan sub atmosfer di sekitar lubang kecil
tersebut.
 Proses tersebut menghasilkan "jet drug" yaitu
mengubah udara di sekitar jet
adapter menjadi butir-butir udara sangat kecil.
Besarnya FiO2 yang dihasilkan bisa diatur dengan
cara mengubah ukuran pintu udara di samping
atau mengubah diameter
lubang jet adapter, keduanya akan menentukan
jumlah udara yang mengalami pemadatan menjadi
butir-butir sangat kecil. Kecepatan aliran oksigen
yang diperlukan biasanya tertulis pada jet adapter.
Kelebihan
 Menghasilkan nilai FiO2 yang sangat tepat
 Sangat tepat pada pasien yang apabila
diberikan oksigen berlebihan akan menekan
pusat pernapasan
Kekurangan
 Keterbatasan akses pasien untuk makan,
minum dan ekspektorasi
 Klaustrofobia karena penggunaan masker
 Iritasi pada mata karena kecepatan aliran
yang tinggi
RESUSITASI
 Yaitu suatu usaha untuk mengembalikan
fungsi nafas dan fungsi jantung agar
kembali kepada keadaan semula.
 Tujuan : Mengembalikan fungsi nafas,
fungsi jantung dan mencegah kematian
Keterlambatan BHD
Keterlambatan Kemungkinan
BHD berhasil

1 menit 98 dari 100


3 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100
 Mati Klinis
Tidak ditemukan adanya pernafasan dan
denyut nadi. Mati klinis dapat reversible. Pasien
/korban mempunyai kesempatan waktu
selama 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi,
sehingga memberikan kesempatan kedua
sistem tersebut berfungsi kembali.
 Mati Biologis
Terjadi kematian sel, dimana kematian sel
dimulai terutama sel otak dan bersifat
irreversible, biasa terjadi dalam waktu 8 – 10
menit dari henti jantung.

Anda mungkin juga menyukai