Anda di halaman 1dari 24

COMPREHENSIVE WOUND CARE:

What can we do to prevent tetanus infection?

Dr. Surya Habsara, Sp. B

RSUD Panembahan Senopati Bantul


2023
CASE PRESENTATION
CASE
IDENTITAS & ANAMNESIS

Identitas Anamnesis
• Tn. P • Keluhan utama: Pasien
• 63 tahun datang tak bisa membuka
• Dongkelan Panggungharjo, mulut.
Sewon, Bantul • RPS: Pasien merasa rahang
• Tanggal rawat : 12 Desember kaku dan tidak dapat dibuka.
2022 Keluhan ini dirasakan sejak
tadi malam. Bersamaan
dengan itu pasien tidak bisa
menelan. Hal ini bermula dari
riwayat pasien tertusuk besi
pembajak sawah seminggu
yang lalu di telapak kaki kiri.
Tapi tidak di periksakan ke
fasilitas kesehatan. Riwayat
vaksinasi terakhir tidak
CASE
Tanda Vital : PEMERIKSAAN FISIK
TD 160/70
N : 61 Kepala
Temp : 36,7
R : 16 CA(-/-), sklera ikterik (-/-) pupil
Sp.O2 : 96% (3mm/3mm), TRISMUS +

Thoraks :
Simteris (+), retraksi (-)Pulmo : SDV Abdomen
+/+ , RBH -/-, RBK -/-, Wheezing -/- PERUT PAPAN (-), bising usus (+)
Cor : S1 S2 Reguler, bising (-) normal, nyeri tekan (-)

Ekstremitas atas
TAMPAK VULNUS LACERATUM
Akral hangat (+), nadi kuat (+) TIDAK TERHECTING 3CM
Ekstremitas bawah
Akral hangat (+), nadi kuat (+)
CASE
LABORATORIUM
PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN
Hemoglobin 13.9 14-18
Leukosit 6.33 4.00-11.00
Eritrosit 4.90 4.50-5.50
Trombosit 379 150-450
Hematokrit 44.0 42.0-52.0
Segmen 79 51-67
Limfosit 15 20-35
Monosit 6 4-8
SGOT 28 <37
SGPT 25 <41
Ureum 38 17-43
Creatinin 1.05 0.9-1.30
GDS 109 80-200
Natrium 143.0 137-145
Kalium 4.7 3.50-5.10
Chlorida 108 98-107
Antigen negatif negatif
CASE
DIAGNOSIS & TERAPI

DIAGNOSIS
Tetanus Grade II

TERAPI

• O2 nasal kanul 3lpm


• Inf. NaCl 0.9% 15tpm
• Inj tetagam 3000 unit im
• Inj. metronidazol 500 mg/6 jam
• Inj pantoprazol 1vial/12 jam
• inj diazepam 20mg/8jam setiap ganti cairan
• inj ceftriaxon 2x1gr
• NGT
• DC
TETANUS INFECTION &
PREVENTION
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI

TOTAL SKOR DERAJAT KEPARAHAN :


< 10 TETANUS GRADE I (RINGAN, recovery spontan )
10 – 14 TETANUS GRADE II (SEDANG dengan perawatan standard seharusnya sembuh)
15 – 23 TETANUS GRADE III (BERAT, out-come survive tergantung kwalitas pengelolaan)
> 24 TETANUS GRADE IIIB (SANGAT BERAT, out-come diduga meninggal )
DERAJAT
KEPARAHAN
PENGERTIAN

Definisi
• Gangguan neurologik yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme,
yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani.
Sejarah
• Hippocrates pertama kali (abad ke-5 sebelum Masehi).
• Tahun 1884, Carlo dan Rattone menemukan etiologic (penyebab/asal penyakit).
• Tahun 1889 Kitasato mengisolasi organisme penyebab tetanus, dari manusia yang
mati disuntikkan ke binatang.
• Sporanya dapat bertahan beberapa tahun bila tidak kena sinar matahari , tahan
terhadap antiseptik, pamanasan 100 derjat C dan otoklaf 120 derjat C selama 15-20
menit .

Sumber infeksi
• Dapat ditemui pada debu,tanah,feses manusia,feses binatang .
• Toksinnya diproduksi oleh bentuk vegetatifnya
PATOGENESIS

Porte d’entry Toksin kumannya tetap tinggal


di daerah luka

Caries
otitis gigi
media
Luka tali
pusat dari tempat itulah kuman
neonatus mengeluarkan Toksin.
Uterus
pasca
persalinan ,
pasca
60 % abortus
luka provocatus Toksin ini di sebut eksotoksin
tusuk yang terdiri dari 2 macam :
di kaki Tetanolisin dan Tetanospasmin
PATOGENESIS
• Tetanolisin dapat
menghancurkan sel darah
merah dan mengoptimalkan
kondisi lokal bagi kuman

• Tetanospasmin adalah
protein toksik terhadap sel
saraf

• Toksin diabsorpsi oleh saraf


end organ diujung saraf
motorik dan diteruskan ke sel
ganglion kemudian ke
Sistema Syaraf Pusat .Toksin
ini terikat dgn sel saraf dan
tidak bisa dinetralkan lagi .
MANIFESTASI KLINIS

Masa Inkubasi 3 hr- 4 minggu . ( rt= 8 hr)

Prognosa ditentukan oleh masa inkubasi

Kematian meninggi bila masa inkubasi < 1 minggu

Bila trauma /luka dikepala atau misal Caries Dentis :


tetanus lokal sefalik sesuai dgn saraf cranial yg dikenai

Kaku otot disekitar luka pada tetanus lokal


MANIFESTASI KLINIS

Timbul defanse muskuler


Setelah itu timbul dinding perut seperti papan.
Mula kaku otot maseter opistotonus ( regangan otot Risus sardonikus ( muka
kemudian gangguan belakang ) yg disebabkan setan ) karena kaku otot
membuka mulut (trismus) oleh kaku kuduk,kaku wajah penderita susah
leher,dan kaku punggung. menelan kekakuan otot
ekstrimitas

Akibat rangsangan lemah


Nyeri kepala, konstipasi, (Cahaya,Suara) terjadi kaku Kematian disebabkan
berdebar dan berkeringat hipertonus. Hal ini karena kelelahan otot nafas,
demam, peningkatan menyebabkan nyeri otot dan infeksi sekunder diparu dan
frekuensi nafas karena gangguan nafas sehingga gangguan keseimbangan
gangguan saraf simpatis terjadi anoksia dan cairan dan elektrolit
kematian
MANIFESTASI KLINIS

The back muscles are more


powerful, thus creating the
arc backward

Opostotonus, by Sir Charles Bell,


1809

Baby has neonatal tetanus


with completed rigidity
DIAGNOSIS

Anamnesis

Gejala klinis : Trismus , Risus sardonikus, kaku


kuduk, epistotonus, defanse muskuler, kejang
tanpa gangguan kesadaran

Diagnosis tetanus adalah murni diagnosis klinis.


Pemeriksaan fisik dapat dilakukan uji spatula,
dilakukan dengan menyentuh dinding posterior
faring menggunakan alat dengan ujung yang
lembut dan steril.

Hasil tes positif jika terjadi kontraksi rahang


involunter (menggigit spatula) dan hasil negatif
bila pasien mengeluarkan spatula.
DIAGNOSIS

UJI SPATULA
DD. Infeksi lokal daerah mulut yang menyebabkan
trismus, meningitis ,encephalitis , histeria
PENCEGAHAN

Luka tempat masuknya kuman Tetanus


• Kuman yang hidup di tempat luka ini menghasilkan eksotoxin terus menerus.
• Suatu hal yang mutlak harus dilakukan untuk membersihkan luka ini ,
membuatnya menjadi aerob , dari sebelumnya anaerob

Menetralkan toxin yang di hasilkan oleh kuman yang berdiam luka


tesebut
• PREVENTIF (pada masa Inkubasi 2-3 minggu) dengan memberikan TT pasif
yakni ATS atau Human Tetanus Immunoglobulin G ( TIG ) dan TT aktif pada luka
baru, Pemberian TT aktif pada penderita yang mendapatkan Vaksin lebih dari 10
tahun yang lalu.
• KURATIF: ketika sudah menampakkan gejala diberikan ATS 20.000 I.U selama 5
hari berturut turut atau Human Immunoglobulin

a.Pemberian Vaksinasi untuk pencegahan pada ibu hamil dan usia


dewasa.
VAKSINASI
Dewasa (Indikasi)

Semua orang dewasa berusia 19 tahun ke atas


yang belum pernah menerima vaksin tetanus perlu
melakukan vaksinasi TT, terutama

Petugas kesehatan yang berhubungan langsung


dengan pasien

Ibu hamil pada trimester ketiga (minggu ke 27–


36), meskipun mereka telah menerima vaksin
Tdap

Ibu yang baru pertama kali melahirkan dan


belum pernah menerima vaksin Tdap
VAKSINASI
Dewasa & Ibu Hamil

 Luka bersih dan ringan: tiga dosis atau lebih vaksin TT, jika
sudah lebih dari 10 tahun sejak dosis terakhir vaksin yang
mengandung tetanus-toksoid diberikan

 Luka dalam dan kotor: tiga dosis atau lebih vaksin Tdap, jika
sudah lebih dari 5 tahun sejak dosis terakhir vaksin yang
mengandung tetanus-toksoid diberikan

 Sementara itu, pada orang yang belum pernah menerima


rangkaian vaksinasi tetanus selama masa kanak-kanak atau
riwayat vaksinasinya tidak diketahui, vaksin TT perlu diberikan
minimal 3 dosis. Dosis kedua diberikan 4 minggu setelah dosis
pertama dan dosis ketiga diberikan 6–12 bulan setelah dosis
kedua.
VAKSINASI
Dewasa & Ibu Hamil
Tingkat
Imunisasi TT Waktu pemberian Durasi Proteksi
Proteksi

TT1 Pada kontak pertama Tidak ada Tidak ada


TT2 4 minggu setelah TT1 80% 3 tahun
TT3 Minimum 6 bulan setelah TT2 95% 5 tahun
TT4 Minimum 1 tahun setelah TT3 99% 10 tahun
TT5 Minimum 1 tahun setelah TT4 99% 30 tahun

Pada usia anak dan remaja. bayi saat usia 2 ,3,4 bulan, sehingga sang ibu dan
sekaligus bayinya akan terlindungi pada saat kelahiran
VAKSINASI
Bayi & Anak Sampai
18Tahun

Dosis imunisasi untuk bayi dan anak sampai berusia 11 tahun, termasuk
dalam program imunisasi dasar dengan jadwal sebagai berikut:
• Dosis pertama: kunjungan pertama saat bayi berusia minimal 6 minggu,
diberikan vaksin kombinasi DTwP atau DTaP
• Dosis kedua: kunjungan kedua minimal 4 minggu berikutnya, diberikan vaksin
kombinasi DTwP atau DTaP
• Dosis ketiga: kunjungan ketiga minimal 4 minggu setelah kunjungan kedua,
diberikan vaksin kombinasi DTwP atau DTaP
• Dosis keempat (booster): diberikan pada usia 18 bulan, dengan jarak
pemberian minimal >6 bulan dari dosis ketiga. Vaksin yang diberikan adalah
Td atau Tdap.
• Dosis kelima (booster): diberikan pada usia 5-7 tahun, dengan jarak pemberian
minimal >1 tahun dari dosis keempat. Biasanya di Indonesia, diberikan pada
saat program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) kelas 1
• Dosis keenam (booster): diberikan pada usia 10-18 tahun, atau pada program
BIAS kelas 5. Sediaan yang digunakan adalah Td atau Tdap. Booster
selanjutnya diberikan setiap 10 tahun
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai