Anda di halaman 1dari 126

Ilmu Bedah

Bedah Traumatologi
Triase
 Merah (segera) = tidak akan bertahan tanpa terapi
segera, punya kemungkinan selamat
 Kuning (observasi) = perlu observasi (& mungkin
triase ulang). Sekarang stabil, tidak dalam bahaya
maut. Butuh perawatan. Dalam kondisi normal akan
segera ditangani.
 Hijau (tunggu) = “walking wounded”; butuh terapi
setelah pasien kritis ditangani
 Putih (dismiss) = luka minor, tidak perlu penanganan
dokter
 Hitam (expectant) = meninggal/luka sangat ekstensif
sehingga tidak bisa selamat dengan terapi yang
tersedia
Grade luka bakar

 Grade I: epidermis→ hiperemis, kering, nyeri


 Grade IIa: sebagian dermis→Bulla merah terang,
basah, nyeri (++), CRT (+)
 Grade IIb: sebagian dermis→Bulla pucat, basah,
nyeri (+), CRT (-)
 Grade III: seluruh dermis + saraf→nyeri(-), bula(-),
warna abu/hitam, kering
 Grade IV: Karbonisasi/ arang.
Rule of Nine
Terapi luka bakar akut

 Jauhkan dari sumber panas, irigasi dengan air


mengalir
 Airway: intubasi bila curiga trauma inhalasi,
stabilisasi leher
 Breathing: O2 100% dengan NRM (nonrebreathing mask)
 Circulation: IV line, mulai resusitasi cairan bila
luka bakar ≥15% pd dewasa/10% pada anak. Jika
kurang dari itu → Debridement
 Disability: GCS
 Exposure: lepaskan pakaian & perhiasan, selimuti,
nilai luas & dalam luka bakar menyeluruh
 Fluid: perhitungkan kebutuhan cairan, kateter urin
untuk memantau
 Analgesik
 Secondary surgery
 Rujuk bila ada indikasi, termasuk trauma inhalasi
• 4 x % luas luka bakar x
BB
Formul • 50 % habis dalam 8
a jam pertama
• 50 % berikutya habis
baxter dalam 16 jam
berikutnya
Clostridium Perfingens

 Keluhan kaki berbau busuk, riw tertusuk beling,


keluar nanah dan kehitaman  gangren
(nekrosis/kerusakan jaringan karena bakteri anaerob)

Anaerob, gram +, rod-shaped, spore


 Clostridium dificile
 Bakteri gram positif anaerobic, spore-forming rods (bacilli),
penyebab diare, biasanya muncul akibat penggunaan antibiotik
spektrum luas
Clostridium botulinum
Anaerobik gram positif batang
Menyebabkan botulism  kelainan neurologik akut yang
menyebabkan neuroparalisis
Dapat melalui makanan (makanan kaleng/pengawet) atau
luka
 Staphylococcus:  Streptococcus pyogenes:
 Facultative anaerob, gram  Aerob, gram +, round
+, round
 Grape-like clusters
Tetanus
 C.tetani menghasilkan 2 toxin:  Spasme:
tetanolysin dan tetanospasmin 
 Tetanospasmin (heavy chain) akan
 Otot napas & laring: asfiksia
terikat pada motor neuron presinaps & sianosis
dan membuat pori u/ masuknya light  Otot uretral: retensio urin
chain ke dalam neuron  bermigrasi
aksonal retrogade ke medspin ant.
 M.mastikatoris: trismus
horn light chain (Zn dependent  M.erector trunki: kuduk
protease) akan memotong kaku, epistotonus
synaptobrevin sehingga vesikel berisi
GABA dan glisin tidak dapat
 M.rectus abdominis: perut
dilepaskan  loss of inhibitory papan
action on motor & autonomic  M.fasialis: risus sardonikus
neurons  spasme & hiperaktivitas
otonom.
 Ekstremitas inferior:
ekstensi, lengan kaku,
 Tetanolisin: Destruksi jar sekitar
infeksi tangan mengepal
Tetanus – Gejala Klinis & Tatalaksana
 Bila luka:  Gejala tetanus:
 Sudah booster tetanus <5  Opistotonus, trismus,
tahun, tidak perlu vaksinasi disfagia, kaku leher, fleksi
lanjut lengan, ekstensi tungkai,
 Belum booster dalam waktu disfungsi otonom.
5 tahun terakhir, segera  Gejala mulai muncul dari
diberikan vaksinasi hari ke-2 setelah infeksi,
 Belum pernah vaksinasi atau paling sering trismus, RR +
tidak lengkap  suntikan HR meningkat
immunoglobulin tetanus dan  Tata laksana:
suntikan pertama dari  Antibakteri  metronidazole
vaksinasi
 Mengikat toksin bebas 
tetanus immune globulin
 Simtomatis  diazepam
 Profilaksis  tetanus toxoid
(penyakit tetanus tidak
membuat imun)
Clostridium tetani:
Anaerob, gram +, rod-shaped,
endospore
Tennis racket/drumstick
appearance
*Vaksin TT:
induksi
imunitas

*HTIG/ATS:
mengikat
toksin bebas
 Pneumotoraks
 Penimbunan udara dlm paru
 Sesak mendadak, riw trauma?
Perkusi hipersonor
 Ro: pleural line, radiolusen pd
hemitoraks yg terkena
 Th: WSD/Chest tube sela iga 5
linea aksila anterior.
o Tension pneumotoraks/ Ventile:
 Hipotensi, trakea terdorong,
distensi vena jugular
Th: Torakosintesis(jarum besar)
sela iga 2 linea midklavikula
→WSD(definitif)

 Hematopneumotoraks 
sonor+redup, air fluid level.
Bedah Orthopedi
• Klasifikasi Fraktur Gustillo-anderson
– I. Open, clean, luka <1cm.
– II. Open, luka >1cm.
– III. Open, luka >10cm, kotor, kerusakan jar lunak
luas, pemb darah, saraf.
• A. Open, luas, bisa menutup patahan tulang
• B. Open, soft tissue loss, bone expose
• C. Open, kerusakan pemb darah utama & saraf.
• Th: early antibiotik dlm 3jam, debridement
dlm 6jam, primary closure dlm 72jam, early
skeletal stabilization.
Sindrom Kompartemen

 6P: Pain, Parestesia, Pallor(pucat), Pulselessness,


Paralisis, Poikilotermia (suhu sama dgn lingkungan)
 Tanda awal yg paling konsisten: pe↓ diskriminasi 2-
titik
 Palpasi: teraba keras
 Th: Stabilisasi→Rujuk spesialis bedah
Fraktur Radius – Ulna

 Fraktur Colles: Fraktur radius distal dengan dislokasi


pergelangan tangan ke arah dorsal. “dinner fork deformity”
 Fraktur Smith: fraktur radius distal dengan dislokasi
pergelangan tangan ke arah volar/anterior. “reverse Colles
fracture”.
 Fraktur Galeazzi: fraktur radius distal disertai dislokasi
sendi radius ulna distal.
 Fraktur Monteggia: fraktur proksimal ulna disertai dislokasi
sendi radius.
• Fraktur boxer’s hand
– Fraktur os metakarpal IV dan atau V
Flail chest

 Adalah gerak paradoksal suatu segmen dinding dada akibat


fraktur ≥3 ruas rusuk yang berdekatan di ≥2 titik
 Gangguan napas juga disebabkan kontusio jaringan paru
Management:
1) Pemberian oksigen
2) Pemberian analgesia untuk mengurangi nyeri dan membantu
pengembangan dada: Morphine Sulfate. Hidrokodon atau kodein
yang dikombinasi denganaspirin atau asetaminofen setiap 4 jam.

3) Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri


berat akibat fraktur costae
a) Bupivakain (Marcaine) 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di
sekitar n. interkostalis pada costa yang fraktur serta costa-
costa di atas dan di bawah yang cedera
b) Tempat penyuntikan di bawah tepi bawah costa, antara tempat
fraktur dan prosesus spinosus. Jangan sampai mengenai
pembuluh darah interkostalis dan parenkim paru

4) Pengikatan dada yang kuat tidak dianjurkan karena dapat


membatasi pernapasan.
Sprain-Strain

 Sprain dan Strain adalah cedera


olahraga/muskuloskeletal yang paling sering terjadi.
Perbedaan pada bagian yang terkena
 Sprain Cedera yang terjadi karena regangan
berlebihan atau terjadi robekan pada ligamen
(penghubung antar tulang)
 Strain Cedera yang terjadi karena regangan
berlebihan atau terjadi robekan pada otot maupun
tendon (penghubung tulang dan otot)
Osteomielitis
 Infeksi pada tulang
 Penyebab: trauma (47%), insufisiensi vaksular mis.
DM (34%), penyebaran hematogen (19%)
 Tanda/gejala: riwayat trauma/operasi, tanda
peradangan pada lokasi kelainan, deformitas, gejala
konstitusional (demam, malaise)
 Foto polos: kelainan dapat baru terlihat setelah 5-7
hari  hasil negatif tidak dapat mengeksklusi
osteomyelitis
 Periosteal thickening, cortical thickening, hilangnya struktur
trabekular, osteolisis, pembentukan tulang baru
 Terapi: antibiotik (4-6 minggu), operasi bila
kerusakan jaringan lunak luas
Spondilitis tuberkulosa/Pott’s disease

 Spondilitis tuberkulosa
 Akibat penyebaran TB dari tempat infeksi lain.

 Menyerang segmen anterior vertebra  destruksi tulang 


kolaps vertebra (gibbus/lesi granulomatosa)  kifosis
 Pembentukan abses dapat menekan kanalis spinalis  kompresi
medspin  defisit neurologis
 Tanda/gejala: nyeri punggung kronik, tanda neurologis
(parestesi, paraparesis/plegi), deformitas vertebra, abses
paraspinal
Spondilitis TB - Gibus
Dislokasi HIP

 Dislokasi posterior (90%): pemendekan tungkai, rotasi


internal, adduksi
 Dislokasi anterior: pemendekan, rotasi eksternal, abduksi
 Ligamen yg rusak pada dislokasi posterior: iliofemoral
 Osteomalacia: Penyakit tulang akibat def vit D
(dewasa)
 Gejala:
 Fraktur tanpa trauma signifikan
 Kelemahan otot
 Nyeri tulang luas, terutama di pinggul
 Pemeriksaan: darah (vitamin D, kalsium, fosfat),
bone x-ray & bone density test (pseudofractures,
bone loss, and bone softening)
 Terapi: suplemen vit D, kalsium, fosfor

 Rakitis: Penyakit tulang akibat def vit D (anak)


 Penyakit Paget:
 Tulang bertumbuh abnormal dan rapuh, nyeri

 Ada peningkatan alkalin fosfatase

 Umumnya hanya pada satu regio tulang

 X ray: Osteolisis (radiolusensi), pembentukan tulang


berlebihan, blade of grass (V-shaped), cotton wool
Osteoporosis

 Definisi: gangguan tulang progresif yang ditandai


dengan penurunan massa dan densitas tulang dan
menyebabkan tulang rapuh sehingga risiko fraktur
meningkat
 Patof: ketidakseimbangan pembentukan dan resorpsi
tulang
 Diagnosis: Bone densitometri < 2.5 SD
 Tx: bisfosfonat dan underlying disease
 Etiologi:
 Primer: postmenopausal
 Sekunder: penyalahgunaan steroid, dll
Osteoporosis Osteopenia Normal
-2,5 -1
Bedah Vaskular
Raynaud’s disease

 Vasospasme rekuren akibat kelainan fungsional pembuluh darah,


biasanya dipicu stres emosional dan suhu dingin
 Bentuk serangan: pemicu (dingin)  vasospasme (pucat, biru,
nyeri)  reflow (hiperemia)
 Muncul simetris di ujung jari kaki dan tangan, tidak ada nekrosis,
CRP normal
 PF umumnya normal
DVT

 Adanya trombus pada vena dalam yang menghalangi


aliran darah ke jantung
 Komplikasi: pulmonary embolism
 Gejala: nyeri, swelling, kemerahan, hangat, dan
terjadi unilateral.
Buerger disease = thromboangitis obliterans
 Karakteristik:
 progressive inflamasi dan trombosis pada arteri dan vena kecil
dan sedang pada tangan dan kaki. Terjadi iskemik.
 Asosiasi kuat dengan penggunaan rokok
 Gejala: rest pain, unremitting ischemic ulcerations, dan
gangrene pada jari kaki dan tangan, pulsasi arteri biasanya
menghilang.
Acute Limb
Ischemia

 Terjadi penurunan aliran darah secara tiba-tiba pada


ekstremitas
 Dapat terjadi akibat emboli atau trombosis
 Limb ischaemia diklasifikasikan berdasarkan onset
dan beratnya penyakit
Acute Limb
Ischemia
Varicose Vein

 Pelebaran vena yang sering terjadi di vena


superfisial, dan yang banyak terjadi di ekstremitas
bawah
 Akibat inkompetensi katup vena  stasis aliran
darah  edema ekstremitas  perubahan sekunder
pada kulit: iskemik, dermatitis stasis, ulserasi.
Varicose Vein

Gejala:
 Kaki terasa berat
 Telangiektasia
 Ankle swelling,
especially in evening.
 A brownish-blue
shiny skin
discoloration
 Gatal
 Mudah berdarah
Phlebitis

 Inflamasi vena, terutama pada kaki


 Gejala:
 Eritema dan hangat

 Nyeri sepanjang vena

 Edema

 Jika terjadi akibat blood clot atau trombus, disebut


thrombophlebitis.
 Phlebitis ada yang mengenai vena superfisial dan
vena dalam. Thrombophlebitis pada vena dalam,
disebut sebagai DVT.
Venous vs Arterial Ulcer

Venous ulcer Arterial Ulcer

 Full thickness wound


 Shallow
 Individual may complain of painnocturnally;
 Superficial
pain can be relieved by lowering the
 Irregular shape leg below heart level
 Small to large  Located mainly on thelateral foot, but can
 Painful related toedema, phlebitis, or occur anywhere on the lower leg or foot
infection  Lower extremities cool to touch
 Usually appear on the lower leg and  Skin is pale, shiny, taut, and thin
ankle
 Periwound skin pale
 Frequently the individual develops
 Minimal to no hair
contact dermatitis
 growth on lower limbs
 Hemosiderin staining
 Minimal drainage
 Lipodermatosclerosis
 Wound bed contains bright red granulation
 NYAMAN BILA DI GANTUNG DI tissue
ATAS
 May be secondary toperipheral arterial
disease
 NYAMAN BILA DIGANTUNG DIBAWAH
Bedah Onkologi
Limfoma

Limfoma Hodgkin Limfoma Non-Hodgkin

 Superfisial  Difus
(servikal/supraklavikular)  nodal dan ekstranodal,
 Menyebar teratur dari satu menyebar tidak beraturan
nodus ke nodus berikutnya  Gejala tergantung organ yang
 Ada gejala konstitusional terkena (kembung, nyeri
(demam, keringat malam, tulang)
penurunan berat badan)  Gejala konstitusional lebih
 Biopsi: sel Reed- jarang
Sternberg  Biopsi: sel limfosit besar
Multipel Mieloma

 Multipel mieloma: kanker yang berasal dari sel


plasma di bone marrow
 Gejala: pucat, nyeri tulang, fraktur kompresi,
gangguan perdarahan, lemas (anemia), demam
 Pemeriksaan penunjang
 Darah perifer lengkap (eritrosit ↓, leukosit ↓, trombosit ↓)
 Hapusan darah tepi: rouleaux
 Xray: gambaran litik punched out
 Elektroforesis Hb: bence-jones protein (light chain)
 Biopsi sumsum tulang: plasmasitosis > 10%
Punched out
“menonjol/
menekan ke
luar”
Leukemia

 Keganasan sel darah ditandai dgn proliferasi klonal.


 Akut: diferensiasi tdk berhasil→sel blast >20%
 Kronik: diferensiasi berhasil→sel blast (-),
hepatosplenomegali(+)
 Th: supportif, kemoterapi

Akut Kronik
Mieloid AML. “Auer rods” CML “kromosom
philadelpia”
Limfositik ALL CLL “smudge
cell”
 Auer rods: gumpalan bahan
granula azurophilik yg
nampak seperti jarum
memanjang
 Smudge: sel basket/ limfosit
yg rusak
Tumor Marker

 Tumor marker
 CA 19-9: pankreas

 -feto protein: hepar, testis, ovarium

 PSA: prostat

 CA-153: Ca mammae

 CA-125: Ca ovarium

 CEA: Ca Kolon (untuk prognosis, bukan diagnosis)


AFP (Alfa-fetoprotein)
SI Units
Nonpregnant female 0–15 ng/mL 0–15 μg/L
Pregnant
2 months <75 ng/mL <75 μg/L
3 months <130 ng/mL <130 μg/L
4 months <210 ng/mL <210 μg/L
5 months <300 ng/mL <300 μg/L AFP juga dapat
6 months <400 ng/mL <400 μg/L meningkat pada
7 months <450 ng/mL <450 μg/L sirosis dan hepatitis
8 months <450 ng/mL <450 μg/L
9 months <400 ng/mL <400 μg/L
AFP paling spesifik
Immediately postpartum <375 ng/mL <375 μg/L
Adult males 0–15 ng/mL 0–15 μg/L
sebagai penanda
Children tumor jika kadarnya
Premature infant Up to 158,000 ng/mL Up to 158,000 μg/L > 1000 ng/mL
Full-term infant
0–14 days 5000–105,000 ng/mL 5000–105,000 μg/L
2 weeks–1 month 100–10,000 ng/mL 10–10,000 μg/L
2 months 40–1000 ng/mL 40–1000 μg/L
3 months 11–300 ng/mL 11–300 μg/L
4 months 5–200 ng/mL 5–200 μg/L
5 months 0–90 ng/mL 0–90 μg/L
≥ 6 months 0–15 ng/mL 0–15 μg/L
KNF

 Tumor ganas yang tumbuh didaerah nasofaring


dengan predileksi di fosa Rossenmuller
 Etio: EBV, gen HLA & p450E, konsumsi ikan asin &
merokok.
 Fibroadenoma mammae (FAM)
 Massa kenyal, berbatas tegas, mobile, nyeri(-).

 Tumor Phyllodes
 Berasal dari sel periduktal

 80-85% jinak, sisanya ganas

 Massa keras, berbatas tegas, mobile, kulit permukaan tipis dan


mengkilat, vena dapat terlihat, ukuran bisa mencapai 30 cm
 Fibrokistik (fibrocystic breast changes)
 Akibat hiperproliferasi jaringan ikat

 Benjolan bertambah keras & nyeri saat mens.

 Papiloma intraductal
 Sekret darah dari puting susu.

 Tumor jinak jaringan lemak


 Ca mammae = curiga bila massa keras, ireguler,
terfiksasi, mudah berdarah.
 Disertai perubahan ukuran/bentuk payudara (asimetri
payudara), perubahan kulit (bengkak, penebalan, radang,
peau d’ orange “gambaran kulit jeruk”), abnormalitas puting
(retraksi, inversi, mudah berdarah, ulserasi), massa aksila
Osteosarkoma

 Tumor ganas mesenkimal yang menunjukkan diferensiasi osteoblasik


 Usia remaja
 Predileksi benjolan di proksimal tibia atau distal femur.
 X-ray: sun-burst appearance, Codman’s triangle “destruksi tulang &
reaksi periosteum”
Ewing Sarkoma

 Kanker di tulang / jaringan lunak


 Biasanya di pelvis dan tulang panjang (femur)

 Genetik, usia anak-anak & remaja (10-20th)


 Temuan:
 Nyeri dengan bengkak di tulang, demam

 Anemia, leukositosis, LED ↑

 Xray: Destruksi tulang dg batas tidak jelas. Pembentukan


tulang reaktif baru oleh periosteum berlapis2  Onion
Skin, Sun burst
Kondrosarkoma

 Keganasan tulang yg memproduksi kartilago


 Usai tua (dekade 5 dan 6), pada tulang axial
 Xray: lesi lusen dengan kalsifikasi di dalamnya
Osteoklastoma/giant cell tumor
 Rhabdomiosarkoma
 Tumor ganas jaringan lunak (berasal dari otot)

 Umumnya di kepala leher, urogenital tract, lengan tungkai

 Tumor jaringan lunak terbanyak pada anak. Popcorn mineralisasi

 Leiomioma
 Tumor jinak jaringan lunak

 Berasal dari otot polos

 Retinoblastoma
 Tumor intraokular ganas tersering pada masa kanak.

 Gejala klinis: leukokoria (cat’s eye reflex), strabismus, dan mata


terasa nyeri.
 Terapi dengan enukleasi mata pada kasus lanjut. Dapat pula
dipertimbangkan radioterapi, krioterapi
 Bedakan dengan katarak kongenital ec
rubella/TORCH, ada leukokoria dilihat tampak
depan. Kalau retinoblastoma jika anak melihat ke
sisi tertentu baru terlihat bayangan
putih/leukokoria (mata kucing)

 Meningioma: tumor yang berasal dari selaput


meninges, tumor otak primer paling sering (30%).
Gejala: nyeri kepala, kejang, pandangan buram,
kelemahan ekstremitas. Pemeriksaan: CT scan.
Bedah Digestiv
Ileus

 Klinis: kembung, muntah, tidak bisa BAB dan buang


angin
 Jenis:
 obstruksi:
 PF: distensi abdomen, bising usus meningkat, metallic sound
 Foto polos: usus membesar, gambaran step ladder (air-fluid level),
fish bone appearance
 Paralitik:
 Sering terjadi pascaoperasi
 PF: distensi abdomen, bising usus menghilang
 Foto polos: usus halus dan colon penuh udara, air fluid level
memanjang
Step ladder

Herring bone
Air fluid level memanjang
Inflammatory Bowel Disease
Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn

Kolitis ulseratif Penyakit Crohn


 Manifestasi klinis:
 Manifestasi klinis:  Gejala kronis dengan nyeri
Diare berdarah banyak, perut, demam, lemas, BB turun
kram perut bawah,  Diare darah tidak terlalu
mules banyak, tapi bercampur dengan
mukus
 Diagnosis: kolonoskopi
 Diagnosis:
(lesi dimulai dari
 EGD/kolonoskopi + pencitraan
rektum dan usus halus (menyerang seluruh
memanjang, hanya traktus GI, lesi terputus-
melibatkan kolon) putus/skip lesion),
cobblestone appearance
IBD - Klasifikasi
Ulcerative Colitis (UC) Chron’s Disease (CD)

Inflamasi idiopatik pada mukosa Inflamasi transmural idiopatik pada


Definisi
kolon saluran cerna; skip lession

Nonfriable mucosa; cobblestoning,


Granular, friable mucosa with
Patologi aphthous ulcers, deep & long
diffuse ulceration; pseudopolyps
fissure

Hazy margins, loss of haustra (“lead Sharp lesions, cobblestoning, long


Ba enema
pipe”) ulcers & fissures (“string sign”)

Mucus containing, non grossly


Gejala klinis Grossly bloody diarrhea
bloody diarrhea

Komplikasi Ca Colon Ca Colon


Divertikulosis
 Infeksi pada divertikulum (herniasi mukosa kolon ke seluruh
lapisan dinding kolon membentuk kantung)
 Nyeri perut kiri atau kanan bawah tergantung lokasi kelainan ,
nyeri seperti kram, perubahan pola defekasi, demam
 Bila terisi pus dapat teraba massa
Apendisitis – ALVARADO SCORE

Nyeri tekan
Nyeri lepas
Atresia Esofagus
ATRESIA ESOFAGUS Penunjang
 bisa disertai fistula  X-ray polos: cari udara di
trakeoesofageal. Paling bawah diafragma untuk
sering (85%) fistul antara menilai ada fistul
trakea dan esofagus distal. trakeoesofageal distal atau
 Komplikasi: aspirasi tidak
 Cari anomali lain
Gejala dan tanda (VACTeRL)
 Ibu polihidramnion
(karena tidak ditelan fetus) Tata laksana
 Bayi liurnya banyak, Bedah
tersedak saat minum
 Cari anomali kongenital note
lain (sindrom VACTeRL) Atresia: tidak terbentuk sempurna
Stenosis: pnyempitan saluran
HPS
HIPERTROFI STENOSIS PF
PILORUS
Teraba massa epigastrium
adalah hipertrofi lapisan otot pilorus
“zaitun/olive”
gaster, menyebabkan obstruksi

Gejala dan tanda Penunjang


 Muntah nonbilier progresif mulai  USG: tebal dan panjang
usia 4 minggu (kisaran onset 2-6 pilorus
minggu) setiap setelah makan (<3
jam), kalau berat bisa proyektil  Enema barium: single
 Di awal penyakit, nafsu makan
bubble, string sign.
baik dan bayi terlihat sehat.
Namun jika dibiarkan, bayi bisa Tata laksana
dehidrasi.
 Bisa ditemukan bercak darah atau
Piloromiotomi
bercak kopi akibat hematemesis
ringan
• USG merupakan gold standard
• Barium meal digunakan bila
tidak terdapat tenaga USG
terlatih
Atresia Duodenum

ATRESIA DUODENUM Penunjang


 25-40% kasus terjadi X-ray abdomen: double-
pada bayi dengan bubble sign tanpa adanya
sindrom Down udara distal dari atresia

Gejala dan tanda Tata laksana


 Muntah bilier sejak lahir  Awal:
 Abdomen skafoid, dapat  Awasi status hidrasi dan
ditemukan distensi nutrisi
epigastrium  Dekompresi lambung
 Definitif:
duodenoduodenostomi
Intususepsi/ Invaginasi
INTUSUSEPSI PF
Invaginasi sebuah segmen usus ke  Massa berbentuk sosis di kuadran
lumen usus sebelahnya kanan atas
 Kekosongan di kuadran kanan
Gejala dan tanda bawah (Dance’s sign)
 Trias intususepsi: Muntah, nyeri
abdomen, BAB darah bercampur Penunjang
mukus (red currant jelly stool) USG abdomen: target sign, portio
 Letargi like sign
 Nyeri bersifat kolik. Pada bayi:
menangis melengking dan fleksi Tatalaksana
pinggang saat nyeri.  Enema terapeutik: hanya jika
 Penyebab idiopatik
 Bukan invaginasi usus halus-usus
halus
 Tidak ada perforasi atau peritonitis
 Bedah
Volvulus

VOLVULUS PF : tidak spesifik


adalah terpuntirnya
segmen usus, bisa Penunjang
menyebabkan obstruksi  X-ray: coffee bean sign
dan/atau nekrosis. (volvulus sigmoid)
 Barium meal: bird’s beak
Gejala dan tanda sign, corkscrew
 Muntah bilier appearance
 Nyeri abdomen akut
(awalnya kolik, lama- Tata laksana
lama menetap) Bedah
MH
MORBUS HIRSCHSPRUNG Penunjang
Pasase mekoneum terhambat  Barium enema: ditemukan zona
akibat segmen aganglionik transisional
 Biopsi rektum (definitif):
Gejala dan tanda aganglionik plesus meissner &
 Keterlambatan pengeluaran
aurbach
mekonium >24 jam
 Pada anak yang lebih tua: Tata laksana
konstipasi kronik  Prekolostomi: Hidrasi dan
 Tidak ada enkopresis dekompresi gaster
(membedakan dengan konstipasi  Awal: kolostomi
fungsional)  Terapi definitif setelah BB >10kg:
Rectosigmoidectomi dilanjutkan
PF dengan anastomosis koloanal
 Distensi abdomen
 Feses menyemprot saat RT
Aganglionik
NEC
ENTEROKOLITIS PF
NEKROTIKANS Bising usus menurun
sindrom nekrosis intestinal akut pada
neonatus yang ditandai oleh Penunjang
kerusakan intestinal berat akibat X-ray polos: pneumatosis
gabungan jejas vaskular, mukosa, dan intestinalis (udara di dalam
metabolik (dan faktor lain yang dinding usus)
belum diketahui) pada usus yang
imatur
Tata laksana
 NPO (nutrisi parenteral)
Gejala dan tanda
 Dekompresi NGT
 Umumnya pada bayi prematur di
 Antibiotik
minggu ke-2 atau ke-3
 Bedah jika ada perforasi atau
 Diare berdarah, eritema abdomen,
nekrosis
riw susu formula,
Hernia

 Keluarnya rongga intra-abdomen melalui defek pada


peritoneum

Berdasarkan lokasi
 Medial: direct, melalui segitiga hesselbach/ lokus minoris, tdk
dpt mencapai skrotum. Menyentuh samping jari.
 Lateral: indirect, melalui kanalis inguinalis, dpt mencapai
skrotum(skrotalis). “proc vaginalis gagal menutup”.
Menyentuh ujung jari.
 Femoralis: di bwah ligamen inguinal, melalui kanalis
femoralis.
 Umbilicalis: Dewasa→sirosis, ↑ tek vena porta
Neonatus→hipotiroid kongenital
Hernia – Klasifikasi Kondisi

TIPE HERNIA MENURUT KONDISI


 Reponibilis : bisa dimasukkan
 Ireponibilis : tidak bisa dimasukkan
 Inkarserata : terjadi obstruksi (kembung, muntah, konstipasi)
 Strangulata : nekrosis usus krn gangguan pemb
darah, disertai nyeri hebat, OP cito
Hernia Diafragmatika
HERNIA Penunjang
DIAFRAGMATIKA  X-ray toraks: gambaran
menyebabkan hipoplasia udara usus di rongga toraks
pulmonal dan hipertensi
pulmonal (karena gangguan Tata laksana
perkembangan paru saat
masa fetus)  Intubasi
 Dekompresi NGT
Gejala dan tanda  Definitif: (bedah)
 Gangguan napas, sianosis

PF
 Bunyi napas menurun
 Bising usus ditoraks
Omfalokel & Gastroskiziz

 Omfalokel tertutup peritoneum


 Gastroskisis tanpa peritoneum
Hemoroid – Klasifikasi, Etiologi, Patofisiologi
 Klasifikasi  Patofisiologi
 Hemoroid interna

 Asal pl. vena hemoroidalis


 Hemoroid interna terjadi
superior dan media akibat sumbatan aliran
 2/3 atas anus darah sistem porta yang
 Permukaan mukosa (epitel torak) menyebabkan terbentuknya
 Hemoroid eksterna kolateral pad v.hemoroidalis
 Asal pl. Vena hemoroidalis superior
inferior
 1/3 bawah anus
 Permukaan kulit (epitel gepeng)
 Hemoroid eksterna terjadi
 Etiologi
akibat robeknya
 Kelainan organik: sirosis hepatis,
v.hemoroidalis inferior
trombosis vena porta, tumor pelvis sehingga terbentuk
 Idiopatik: herediter, faktor anatomi, hematoma subkutis yang
gravitasi, peningkatan tekanan kebiruan, kenyal-keras dan
intraabdomen, tonus sfingter ani
nyeri
lemah
Derajat hemoroid interna

1. Berdarah menetes
2. Beonjolan keluar,
masuk spontan
3. Benjolan keluar, masuk
dengan bantuan
4. Benjolan tidak dapat
dimasukkan

Th: derajat I :edukasi, diet


tinggi serat, pola hidup
sehat
Atresia Ani
ATRESIA ANUS/ANUS PF
IMPERFORATA
 Cari fistul perineum
banyak disertai kelainan
kongenital lain.  Periksa abdomen,
genitalia, rektum, dan
Gejala dan tanda vertebra untuk kelainan
Tidak keluar mekonium >24 jam
Penunjang
Untuk mencari kelainan
kongenital lain

Tatalaksana
Bedah
Koledokolitias
Kolelitiasis Kolesistitis Kolangitis
is
Nyeri kolik + + +/- +/-

Murphy’s sign - - + Dapat +

Demam - - + (low-grade) + (high-grade)


Ikterus - + - +

Batu di Batu di Inflamasi Infeksi bakteri


K.empedu Sal empedu K.empedu akut saluran
Penunjang empedu
• USG
• Laboratorium: leukosit, bilirubin, SGOT/SGPT

Tata laksana
• Kolelitiasis: kolesistektomi
• Kolesistitis: NPO, cairan IV, analgesik, antibiotik, kolesistektomi
• Koledokolitiasis: ERCP diikuti oleh kolesistektomi
• Kolangitis: antibiotik. Kalau tidak ada respons, maka dilakukan dekompresi
bilier darurat dengan ERCP.
Bedah Urologi
Batu Saluran Kemih

 Batu kalsiumradioopaq
 80% mengandung ca.oksalat,ca.fosfat,asam
urat,MAP,xantyn,dan sistin
 Etio:hiperkalsiuri,hiperoksalouri,hiperurikosuria,hipositraturi
a,hipomagnesiuria
 Batu struvit (MAP) semiopaq
 batu infeksi, pH↑

 Batu asam urat radiolusen


 IPV: Staghorn,filling defect

 USG: Shadow acustic


Pemeriksaan penunjang

Foto polos abdomen radio-


opasitas(kalsiumopak,MAPsemiopak,Uratnon
opak)

PIVkeadaan anatomi dan faal ginjal,mendeteksi


batu semiopak dan non opak yg tdk terlihat pada foto
abdomen

USGbila pasien tidak mungkin menjalani


PIV(aleergi terhadap kontras,faal ginjal menurun,&
hamil) gambaran echoic shadow
BPH

 Gejala obstruktif: pancaran lemah, tdk lampias


 Gejala iritatif: frekuensi bak↑, nokturia, urgensi(sulit menahan
bak)
 RT: pembesaran prostat, kenyal, nyeri(-), pool atas umumnya tdk
teraba
 Px: USG, BNO IVP→Indensitas VU. Ca Buli→Filling defect
 Th: Alfa blocker(tamsulosin, terazosin): 5alfa reduktase inhibitor
(finasterid), TURP, Open prostat.
CA Prostat

 tumor ganas yang berasal dari sel kelenjar prostat


 Nyeri berkemih, hematuria
 RT: nodul keras pada kelenjar prostat, berbonjol-bonjol
 ↑ PSA ≥10. normal <4,5.
 Terapi: kemoterapi
Ruptur Urethra

 Uretra anterior  retensi urin, hematom meatus uretra


eksternus (butter hematom)
 Uretra posterior  VU penuh, floating prostat (RT)
 Px: uretrografi/retrograde

 Th: pungsi suprapubik, rekontruksi uretra

 Fraktur pelvis biasanya menyebabkan ruptur buli


Floating prostat

Butterfly hematom
Pemeriksaan urologi

 Pemeriksaan penunjang pada ruptur uretra posterior


adalah uretrocystogram
 retrogade pyelogram: injeksi kontras ke ureter utk liat
ginjal dan ureter  uretra ga kliatan
 anterograd pyelogram  injeksi kontras dari darah utk
liat ureter dan ginjal
 Uretrocystogram  injeksi kontras dari uretra untuk liat
bocor dmana
 voiding uretrocystogram: kontras dmasukin lewat
kateter suprapubik diobservasi dengan floroskopi. Kalo
masuk ke ureter/ginjal  vesicouretral reflux
 intravena urogram: kontras dimasukin lewat darah utk
visualisasi ginjal, ureter, uretra (disebut juga IVP)
Hidrokel:
• Kumpulan dari cairan serosa akibat defek atau iritasi di
tunika vaginalis skrotum
• Gejala dan tanda:
– Pembesaran skrotum  Biasanya tidak nyeri
– Pemeriksaan trasluminasi positif
• Varikokel dilatasi pleksus venosus
pampiniformis dan vena spermatik internal 
tampak gambaran cacing pada skrotum; ps
datang dengan keluhan infertilitas
• Kriptorkismus: “undescenden testis”. Th:
observasi max 6bln→orkidopeksi.
 Kriptorkismus: “undescenden testis”. Th: observasi
max 6bln→orkidopeksi.
• Torsio testis demam/tanda radang lain (-),
riwayat terkena bola/benda lain/trauma tumpul,
nyeri (+), phren sign (-). Px: USG dopler.
Kelainan kongenital urogenital
• Fimosis: preputium tidak dapat diretraksi, sakit.
Th: sirkumsisi
• Parafimosis: preputium menjepit batang penis,
saat diretraksi tidak dapat dikembalikan,
emergency→dorsumsisi→sirkumsisi.
• Hipospadia: orifium uretra eksterna berada di sisi
ventral/bawah. I: glans, subcorona; II: corpus; III:
Skrotum, perineum.
• Epispadia: OUE pada bagian dorsum/atas
• Kriptorkismus: “undescenden testis”. Th:
observasi max 6bln→orkidopeksi.
Bedah Saraf
Glasgow Coma Scale

Interpretasi
GCS

Ringan: 13-15
Sedang: 9-12
Berat: 3-8
EDH vs. SDH

EDH SDH

 Robeknya a.meningia media,  Robeknya bridging vein


v. diploica  Interval lucid: > 24jam
 Interval lucid: tidak sadar   CT scan: hiperdens konkaf
sadar  tidak sadar (bulan sabit)
 CT scan: hiperdens  Prognosis EDH lebih baik
konveks/bikonveks daripada SDH, karena pada
 Komplikasi: herniasi EDH jaringan otak umumnya
• Tata laksana: intubasi, elevasi tidak terganggu
kepala, manitol (jika MAP > 90 • Tata laksana: oksigenasi adekuat,
mmHg + TIK meningkat), sedatif (kalau TIK meningkat),
hiperventilasi (bila TIK tidak manitol (kalau ada herniasi),
terkontrol), fenitoin (mencegah hiperventilasi ringan, antikonvulsan
kejang)  setelah itu rujuk bedah (mencegah kejang)  rujuk bedah
EDH SDH
Fraktur Basis Cranii

Fraktur Lokasi Gejala Klinis


Basis Cranii Fraktur
Fosa Anterior os.frontal, Ekimosis periorbita/racoon eyes
os.etmoidalis, Anosmia
os.sfenoid Rhinorea  LCS bocor  uji Halo Sign (+)
(lesser wings)
Fosa Media os.sfenoid, Otorea  LCS bocor  uji Halo Sign (+)
os.temporalis Hemotimpanum
Paresis N.VII dan N.VIII
Karotid-carvernous fistula
Fosa Posterior os.oksipital, Hematoma
os.parietal Battle sign
Hernia nukleus pulposus
 Di antara vertebra ada bantalan diskus intervertebra yang
tersusun dari
 Annulus fibrosus: membentuk cincin yang melingkari diskus
 Nukleus pulposus: bagian dalam diskus
 Berfungsi sebagai shock absorber
 Kerusakan annulus  materi nukleus bocor  iritasi saraf
 gejala nyeri yg merambat, kelemahan, refleks menurun
 Tanda/gejala: nyeri episodik menjalar dipicu aktivitas,
kekakuan
 Manuver Lasegue: tarikan pada nervus sciatica/ischiadica
 (+) bila nyeri menjalar ke kaki, menandai adanya iritasi akar nervus
ischiadica di area lumbal
 Terapi: konservatif, analgetik, operatif
HNP

 Sindrom cauda equina: HNP + gangguan otonom.


 Kegawatdaruratan bedah  jika terlambat dapat
mengakibatkan kerusakan permanen fungsi bowel
and bladder control, dan paralisis tungkai bawah.

Anda mungkin juga menyukai