Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

TETANUS
Disusun untuk memenuhi tugas laporan akhir profesi ners departemen medikal bedah
Di ruang 13 hcu rsud dr. Saiful anwar malang

Disusun Oleh:
PURNADI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL


HASAN

GENGGONG-PROBOLINGGO

2019

1
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Purnadi
NIM : 14901.06.19032
Ruang : 13 HCU
No Tanggal Evaluasi ttd

2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
TETANUS
DI RUANG 13 HCU RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Mahasiswa

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Kepala ruangan

3
A. PENGERTIAN TETANUS
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi
sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari
teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot
tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum,
melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis
pernapasan. Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw , merupakan penyakit yang
disebakan oleh tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium
tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku
(rigid). Kitasato merupakan orang pertama yang berhasil mengisolasi organisme dari korban
manusia yang terkena tetanus dan juga melaporkan bahwa toksinnya dapat dinetralisasi
dengan antibodi yang spesifik.
B. ETIOLOGI
a. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar
b. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik
c. OMP, caries gigi
d. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
e. Penjahitan luka robek yang tidak steril.
Clostridium tetani termasuk dalam bakteri Gram positif, anaerob obligat,
PATOFISIOLOGI
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif anaerob,
Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi bentuk spora ke
dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode inkubasi). Penyakit ini merupakan 1
dari 4 penyakit penting yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh
kekuatan eksotoksin (tetanus, gas ganggren, dipteri, botulisme). Tempat masuknya kuman
penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan
lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal
dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki
yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan. Pada keadaan
anaerobik, spora bakteri ini akan bergerminasi menjadi sel vegetatif. Selanjutnya, toksin
akan diproduksi dan menyebar ke seluruh bagian tubuh melalui peredaran darah dan sistem

4
limpa. Toksin tersebut akan beraktivitas pada tempat-tempat tertentu seperti pusat sistem
saraf termasuk otak. Gejala klonis yang ditimbulakan dari toksin tersebut adalah dengan
memblok pelepasan dari neurotransmiter sehingga terjadi kontraksi otot yang tidak
terkontrol. Akibat dari tetanus adalah rigid paralysis (kehilangan kemampuan untuk
bergerak) pada voluntary muscles (otot yang geraknya dapat dikontrol), sering disebut
lockjaw karena biasanya pertama kali muncul pada otot rahang dan wajah. Kematian
biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan dan rasio kematian sangatlah tinggi.
Ada 3 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:
1. Tetanus lokal : otot terasa sakit, lalu timbul rigiditas dan spasme pada bagian
paroksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan
menghilang tanpa sekuele.
2. Tetanus general; merupakan bentuk paling sering, timbul mendadak dengan
kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung dan sakit kepala merupakan
manifestasi awal. Dalam waktu singkat konstruksi otot somatik — meluas.
Timbul kejang tetanik bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan
ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya spasme berlangsung
beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
3. Tetanus cephalic : varian tetanus local yang jarang terjadi masa inkubasi 1-2
hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol
adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX dan XI tersering adalah saraf otak VII
diikuti tetanus umum.
Menurut berat gejala dapat dibedakan 3 stadium :
1. Trismus (3 cm) tanpa kejang-lorik umum meskipun dirangsang.
2. Trismur (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila dirangsang.
3. Trismur (1 cm) dengan kejang torik umum spontan.
C. MANIFESTASI KLINIS
a. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari
b. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak)
c. Kesukaran membuka mulut (trismus)
d. Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang
e. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus

5
a. Badan kaku dengan epistotonus
b. Tungkai dalam ekstensi
c. Lengan kaku dan tangan mengepal
d. Biasanya keasadaran tetap baik
e. Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :
o Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan
o Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi
urine, fraktur vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan
stadium akhir. Pada saat kejang suhu dapat naik 2-4 derakat celsius
dari normal, diaphoresis, takikardia dan sulit menelan.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuanotot
rahang.
b. Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi kuman suli
c. Pemeriksaan Ecg dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tata laksana pasien tetanus
Umum
a. Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi. Pemberian cairan secara i.v., sekalian
untuk memberikan obat-obatan secara syringe pump (valium pump).
b. Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu tracheostomy.
c. Memeriksa tambahan oksigen secara nasal atau sungkup.
d. Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian valium/diazepam bolus i.v.
5 mg untuk neonatus, bolus i.v. atau perectal 10 mg untuk anak-anak
(maksimum 0.7 mg/kg BB).
Khusus
a. Antibiotika PP 50.000-100.000 IU/kg BB.
b. Sera anti. Dapat diberikan ATS 5000 IU i.m. atau TIGH (Tetanus Immune
Globulin Human) 500-3.000 IU. Pemberian sera anti harus disertai dengan
imunisasi aktif dengan toksoid (DPT/DT/TT)

6
c. Perawatan luka sangat penting dan harus secara steril dan perawatan terbuka
(debridement).
d. Konsultasi dengan dokter gigi atau dokter bedah atau dokter THT
F. KOMPLIKASI
a. Spasme otot faring
b. Pnemonia aspirasi
c. Asfiksia
d. Atelektasis
e. Fraktur kompresi
G. PENCEGAHAN
Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik daripada mengobatinya.
Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis,
tetanus).
Dewasa sebaiknya menerima booster, Pada seseorang yang memiliki luka, jika:
o Telah menerima booster tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir, tidak perlu
menjalani vaksinasi lebih lanjut
o Belum pernah menerima booster dalam waktu 5 tahun terakhir, segera
diberikan vaksinasi
o Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap, diberikan
suntikan immunoglobulin tetanus dan suntikan pertama dari vaksinasi 3
bulanan.
o Setiap luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus dibersihkan secara
seksama karena kotoran dan jaringan mati akan mempermudah pertumbuhan
bakteri Clostridium tetani

7
PATWAY

Terpapar kuman Clostridium


tetani
Eksotoksin

Pengangkutan toksin melewati saraf motorik

Ganglion Sumsum Otak Saraf Otonom


Tulang Belakang

Tonus otot  Menempel pada Cerebral Gangliosides Mengenai Saraf Simpatis

Menjadi kaku Kekakuan dan kejang khas -Keringat berlebihan


pada tetanus -Hipertermi
-Hipotermi
-Aritmia
Hilangnya keseimbangan tonus otot
otot -Takikardi
Kekakuan otot Hipoksia berat

 O2 di otak
Sistem Pencernaan Sistem Pernafasan

Kesadaran 

-Ggn. Eliminasi -Ketidakefektifan jalan -PK. Hipoksemia


-Ggn. Nutrisi (< dr. Kebut jalan nafas -Ggn.Perfusi Jaringan
-Gangguan Komunikasi -Ggn. Pertukaran Gas
Verbal Kurangnya pengetahuan

8
ASUHAN KEPERAWATAN TETANUS

1. PENGKAJIAN
Data fokus meliputi :
a) Apakah ada riwayat luka tusuk, bakar atau luka tembak.
b) Apaka pernah digigit hewan
c) Apakah sedang menderita infeksi telinga atau gigi berlubang.
d) Pada neonatus : pengkajian prenatal, antal dan Post natal.
e) Keadaan umum klien
f) Tanda-tanda vital
g) Pemeriksaan fisik
Pengkajian Umum
a. Riwayat penyakit sekarang; adanya luka parah atau luka bakar dan imunisasi yang
tidak adekuat.
b. Sistem Pernafasan ; dyspneu asfiksia dan sianosis akibat kontaksi otot pernafasan
c. Sistem kardio vaskuler; disritmia, takikardia, hipertensi dan perdarahan, suhu tubuh
awal 38-40 C atau febril, terminal 43-44 C
d. Sistem Neurolgis; (awal) irritability, kelemahan, (akhir) konvulsi, kelumpuhan satu
atau beberapa saraf otak.
e. Sistem perkemihan; retensi urine (distensi kandung kencing dan urine out put tidak
ada/oliguria)
f. Sistem pencernaan; konstipasi akibat tidak adanya pergerakan usus.
g. Sistem integumen dan muskuloskletal; nyeri kesemutan tempat luka, berkeringan
(hiperhidrasi). Pada awalnya didahului trismus, spasme oto muka dengan
meningkatnya kontraksi alis mata, risus sardonicus, otot-otot kaku dan kesulitan
menelan. Apabila hal ini berlanjut akan terjadi status konvulsi dan kejang umum.
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-
otot pernafasan.
b. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot
pengunyah

9
c. Hubungan interpersonal terganggu berhubungan dengan kesulitan bicara
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi lemah dan
sering kejang
2. INTERVENSI
No Dx keperawatan NOC NIC
1 Gangguan pola - Monitor irama pernafasan dan Indikasi adanya
nafas respirati rate penyimpangan atau kelaianan
berhubungan dari pernafasan dapat dilihat
dengan jalan dari frekuensi, jenis
nafas terganggu pernafasan,kemampuan dan
akibat spasme irama nafas.
otot-otot
pernafasan
Atur posisi luruskan jalan nafas. Jalan nafas yang longgar dan
tidak ada sumbatan proses
respirasi dapat berjalan
dengan lancar.
Observasi tanda dan gejala sianosis Sianosis merupakan salah
satu tanda manifestasi
ketidakadekuatan suply O2
pada jaringan tubuh perifer
. Oksigenasi Pemberian oksigen secara
adequat dapat mensuplai dan
memberikan cadangan
oksigen, sehingga mencegah
terjadinya hipoksia
Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam Dyspneu, sianosis merupakan
tanda terjadinya gangguan
nafas disertai dengan kerja
jantung yang menurun timbul
takikardia dan capilary refill

10
stime yang memanjang/lama.
2 Pemenuhan Jelaskan faktor yang mempengaruhi Dampak dari tetanus adalah
nutrisi kurang kesulitan dalam makan dan pentingnya adanya kekakuan dari otot
dari kebutuhan makanabagi tubuh pengunyah sehingga klien
berhubungan mengalami kesulitan menelan
dengan kekakuan dan kadang timbul refflek
otot pengunyah balik atau kesedak. Dengan
yang ditandai tingkat pengetahuan yang
dengan intake adequat diharapkan klien
kurang dapat berpartsipatif dan
kooperatif dalam program
diit.
Kolaboratif : Diit yang diberikan sesuai
dengan keadaan klien dari
Pemberian diit TKTP cair, lunak atau
tingkat membuka mulut dan
bubur kasar.
proses mengunyah.

Pemberian carian per IV line


Pemberian cairan perinfus
diberikan pada klien dengan
Pemasangan NGT bila perlu
ketidakmampuan mengunyak
atau tidak bisa makan lewat
mulut sehingga kebutuhan
nutrisi terpenuhi.

NGT dapat berfungsi sebagai


masuknya makanan juga
untuk memberikan obat
3

11
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, ME. 2018. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi.3.Jakarta: EGC

Soeparman. 2017. Ilmu Penyakit Dalam. Universitas Indonesia Press :Jakarta.

Theodore R. 2014. Ilmu Bedah. EGC :Jakarta

http://medicastore.com/penyakit/91/Tetanus.html di akses tanggal 28 Mei 2011.

http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/jenis-klasifikasi-tetanus-dan-stadium.html

http://www.akperppni.ac.id/sistem-persarafan/askep-klien-dengan-tetanus di akses tanggal 29


Mei 2016

12

Anda mungkin juga menyukai