Anda di halaman 1dari 28

Tutorial Klinik

Tetanus

SORAYA HUMAIRA (2108320011

Dokter Pembimbing
dr. Wirandi Dalimunthe, M.ked (PD), Sp.PD, FINASIM
Bab I
Latar Belakang

Tetanus adalah penyakit yang terutama mempengaruhi sistem saraf

pusat dan perifer. Gambaran klinis tetanus dan hubungannya dengan

luka dan cedera sudah diketahui sejak zaman kuno. Tetanus identik

dengan istilah "lockjaw", tanda utama sebagai pengingat akan kejang

otot masseter yang intens dan menyakitkan serta ketidakmampuan

untuk membuka mulut.


Tetanus memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi di
seluruh dunia sebelum perkembangan toksoid tetanus pada
tahun 1924. Vaksin pertama tidak terlalu efektif dan memiliki
efek merugikan yang signifikan. Versi yang lebih baik dan
lebih aman tersedia pada tahun 1938. Ini digunakan secara
luas pada tahun 1940-an selama Perang Dunia II untuk
tentara, yang menghasilkan penurunan tingkat tetanus
sebesar 95%.
Tujuan Penulisan
1. Menelaah secara komperhensif mengenai tetanus melalui studi
literatur yang valid.
2. Sebagai narasi dasar untuk melakukan diskusi klinis selama
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior ilmu penyakit dalam.
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD.DRS.H.AMRI TAMBUNAN.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Definisi

Tetanus adalah penyakit akibat infeksi bakteri


yang menyebabkan otot menjadi kaku dan
tegang. Tetanus merupakan kondisi gawat
darurat, yang jika tidak segera diobati dapat
menyebar ke seluruh tubuh dan membahayakan.
etiologi
Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri
ini banyak ditemukan di sekitar manusia, seperti di tanah, debu, tinja
manusia atau hewan, serta di permukaan benda-benda yang berkarat.
Bakteri tetanus dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui luka
terbuka di kulit, misalnya akibat:
• Luka yang terkontaminasi tinja, tanah, debu, dan air liur
• Luka tusuk akibat benda yang tajam, seperti paku atau jarum
• Luka bakar
• Luka yang disertai dengan jaringan mati, seperti gangrene
• Luka akibat kecelakaan lalu lintas
• Luka gigitan hewan, misalnya tikus
Klasifikasi

01 02 03
Tetanus umum Tetanus neonatus Tetanus lokal

04
Tetanus serebral
Epidemiologi
Secara global selama tahun 2011-2016 laporan kasus tetanus selalu
kurang dari 20.000 kasus per tahun. Di Amerika Serikat pada tahun
2019, sebanyak 29 kasus tetanus.
Dari tahun 2009 hingga 2017, di Amerika Serikat terdapat 264 kasus
dan 16 kematian akibat tetanus. Sejumlah 60 kasus (23%) merupakan
pasien berusia ≥ 65 tahun dan 36 kasus (13%) terjadi pada pasien
dengan usia kurang dari 20 tahun, dimana 2 diantaranya merupakan
kasus tetanus neonatorum.
Sedangkan di indonesia penemuan kasus tetanus mengikuti kejadian
bencana gempa di Yogyakarta pada tahun 2006 dengan temuan kasus
sebanyak 26 kasus tetanus yang ditemukan dari data 8 rumah sakit
setempat dan delapan dari 26 pasien atau sebanyak 30,8% dari total
pasien tersebut meninggal .
Patofisiologi
Diagnosa
Manifestasi klinis
Tetanus umum adalah bentuk tetanus yang paling umum, terjadi pada
sekitar 80% kasus.
• pola spasme otot menurun, pertama muncul dengan rahang
terkunci, dan risus sardonicus (senyum kaku karena kontraksi otot
wajah yang berkelanjutan).
• leher kaku
• kesulitan menelan
• otot dada dan betis yang kaku.
• Kejang dapat terjadi hingga 4 minggu,
Diagnosa
Manifestasi klinis
Tetanus neonatal adalah bentuk tetanus umum yang terjadi pada bayi
baru lahir dari ibu yang tidak diimunisasi atau dari infeksi melalui
alat yang terkontaminasi saat pemotongan tali pusat.
• sifat lekas marah
• susah menyusu
• wajah meringis
• Kaku
• kontraksi kejang yang parah dipicu oleh sentuh.
Diagnosa
Manifestasi klinis
Tetanus cephalic paling sering terjadi setelah trauma kepala seperti
patah tulang tengkorak, laserasi kepala, cedera mata, prosedur gigi,
otitis media, atau dari tempat cedera lain. Gejalanya berupa
• leher kaku
• Disfagia
• Trismus
• kelopak mata retraksi
• pandangan menyimpang
• risus sardonicus
Diagnosa
Manifestasi klinis

Tetanus lokal adalah kontraksi otot yang terus-


menerus di lokasi cedera yang dapat bertahan selama
berminggu-minggu. Jenis ini sangat fatal; Namun, itu
dapat berkembang menjadi bentuk tetanus umum,
yang lebih mengancam jiwa.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien tetanus umumnya tanda vital normal,
kecuali jika sudah terjadi gangguan sistem saraf otonom. Demam
tidak selalu ada pada pasien tetanus. Pemeriksaan fisik yang utama
untuk tetanus adalah penemuan salah satu tanda klinis yakni trismus
atau risus sardonikus atau spasme otot yang nyeri.

Pada pemeriksaan fisik tetanus neonatorum dapat ditemukan refleks


hisap yang lemah. Kelainan lain yang dapat ditemukan adalah bayi
gelisah, menangis terus menerus, risus sardonikus, rigiditas, dan
opistotonus
NO FAKTOR SKOR

1. Masa Inkubasi :

< 2 hari Nilai 5

2-5 hari Nilai 4

6-8 hari Nilai 3

11-14 hari Nilai 2

>15 hari Nilai 1

2. Tempat infeksi :

Umbilicus Nilai 5

Kepala/leher Nilai 4

Badan Nilai 3

Extremitas atas proksimal Nilai 3

Extremitas bawah proximal Nilai 3

Extremitas atas distal Nilai 2

Extremitas bawah distal Nilai 2


3. Imunisasi :

Belum pernah Nilai 10

Mungkin pernah Nilai 8

Pernah > 10 tahun yang lalu Nilai 4

Pernah < 10 tahun yang lalu Nilai 2

Imunisasi lengkap Nilai 0

4. Faktor Penyerta :

Trauma mengancam jiwa Nilai 10

Trauma berat Nilai 8

Trauma sedang Nilai 4

Trauma ringan Nilai 2

A.S.A derajat 1 Nilai 1


Interpretasi philip score

• ringan dengan skor <9


• sedang dengan skor 9-15
• berat dengan skor >16.
Tatalaksana

Antitoksin
Antitoksin yang dianjurkan adalah human tetanus immunoglobulin(HTIG)
dengan dosis 3000-6000 unit intramuskular dibagi dalam beberapa kali
pemberian dengan dosis yang sama. Dosis bayi adalah 500 unit
intramuskular tunggal.
anti tetanus serum (ATS)dengan dosis 100.000-200.000 unit dibagi
separuh dimasukkan intravena dan sisanya dimasukkan intramuskular pada
hari pertama. Dosis untuk bayi adalah 10.000 unit intramuskular.
Antibiotik
digunakan untuk mengeradikasi bakteri. Antibiotik pilihan
adalah metronidazole dengan dosis 500 mg intravena setiap 6
jam atau 1 gram setiap 12 jam untuk pasien dewasa dan 7,5
mg/kg BB tiap 8 jam. Antibiotik lain yang dapat digunakan
adalah klindamisin, tetrasiklin, eritromisin, kloramfenikol, dan
penisilin.
pemberian antibiotik hanya efektif bila debridemen luka telah
diberikan secara adekuat
Benzodiazepin
Untuk mengurangi spasme yang terjadi akibat efek toksin,
dapat diberikan obat golongan benzodiazepin. Diazepam dapat
diberikan secara berkelanjutan dengan dosis 0,5-15
mg/kg/hari atau diberikan intermiten dengan dosis 5 atau 10
mg maksimal 3 dosis setiap jam. Beberapa pasien dapat
mentoleransi dosis diazepam hingga 600 mg per 24 jam.
Untuk mencegah spasme yang berlangsung lebih dari 5-10
detik, berikan diazepam secara intravena dengan dosis 10-40
mg tiap 1 hingga 8 jam per hari sesuai kondisi pasien.
Komplikasi
1. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien antara lain
• Asfiksia
• obstruksi jalan napas
• gagal napas apabila terjadi spasme yang mengganggu
fungsi pernapasan atau disfungsi otonom.
2. Gangguan kardiovaskular yang dapat menjadi komplikasi tetanus
adalah
• Aritmia
• Takikardia
• Bradikardia
• Hipertensi
• asistol.
Prognosis

Faktor Prognosis Skor 1 Skor 0

Periode inkubasi <7 hari > 7 hari atau tidak diketahui

Periode onset (spasme) <2 hari >2 hari

Umbilikus, luka
bakar, uterus, fraktur terbuka, Selain dari yang disebutkan atau
Port d’entree
luka operasi, injeksi tidak diketahui
intramuskular

Spasme Ada Tidak ada

Demam >38,4oC <38,4oC

Dewasa: >120 kali/menit Dewasa: <120 kali/menit


Takikardia
Neonatus: >150 kali/menit Neonatus: >150 kali/menit
Berdasarkan skor Dakar:
• total skor 0-1, menunjukkan tetanus ringan dan angka
mortalitas kurang dari 10%.
• Total skor 2-3, menunjukkan tetanus sedang, dan
angka mortalitas 10-20%.
• Skor 4 menandakan tetanus berat dengan angka
mortalitas 20-40%. Skor 5-6 menandakan tetanus
sangat berat dengan angka mortalitas di atas 50%
Edukasi
Pekerja yang berisiko tinggi untuk terkena luka,
diedukasi untuk selalu menggunakan alas kaki yang
sesuai serta alat pelindung diri yang telah
disediakan untuk menghindari terjadinya luka atau
kontaminasi luka oleh spora Clostridium Tetani.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian
vaksin.
Kesimpulan

Clostridium tetani adalah organisme penyebab proses penyakit


yang dikenal sebagai tetanus. Clostridia adalah organisme
anaerob dengan setidaknya 209 spesies dan lima subspesies.
Meskipun upaya vaksinasi yang meluas telah mengurangi
ancaman kesehatan masyarakat, tetanus merupakan kondisi
yang berpotensi fatal. Dengan demikian, penting untuk
mengenali gambaran klinis yang khas, penatalaksanaan segera,
dan pengobatan infeksi C. tetani.Kunci infeksi tetanus adalah
mencegahnya dengan vaksinasi.
Tetanus adalah gangguan serius yang mengancam jiwa yang
muncul dengan kejang otot. Meskipun upaya vaksinasi yang
meluas telah mengurangi ancaman kesehatan masyarakat,
tetanus merupakan kondisi yang berpotensi fatal. Dengan
demikian, penting untuk mengenali gambaran klinis yang
khas, penatalaksanaan segera, dan pengobatan infeksi C.
tetani.Kunci infeksi tetanus adalah mencegahnya dengan
vaksinasi. Tetanus adalah gangguan serius yang mengancam
jiwa yang muncul dengan kejang otot
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai