Tetanus
Dokter Pembimbing
dr. Wirandi Dalimunthe, M.ked (PD), Sp.PD, FINASIM
Bab I
Latar Belakang
luka dan cedera sudah diketahui sejak zaman kuno. Tetanus identik
01 02 03
Tetanus umum Tetanus neonatus Tetanus lokal
04
Tetanus serebral
Epidemiologi
Secara global selama tahun 2011-2016 laporan kasus tetanus selalu
kurang dari 20.000 kasus per tahun. Di Amerika Serikat pada tahun
2019, sebanyak 29 kasus tetanus.
Dari tahun 2009 hingga 2017, di Amerika Serikat terdapat 264 kasus
dan 16 kematian akibat tetanus. Sejumlah 60 kasus (23%) merupakan
pasien berusia ≥ 65 tahun dan 36 kasus (13%) terjadi pada pasien
dengan usia kurang dari 20 tahun, dimana 2 diantaranya merupakan
kasus tetanus neonatorum.
Sedangkan di indonesia penemuan kasus tetanus mengikuti kejadian
bencana gempa di Yogyakarta pada tahun 2006 dengan temuan kasus
sebanyak 26 kasus tetanus yang ditemukan dari data 8 rumah sakit
setempat dan delapan dari 26 pasien atau sebanyak 30,8% dari total
pasien tersebut meninggal .
Patofisiologi
Diagnosa
Manifestasi klinis
Tetanus umum adalah bentuk tetanus yang paling umum, terjadi pada
sekitar 80% kasus.
• pola spasme otot menurun, pertama muncul dengan rahang
terkunci, dan risus sardonicus (senyum kaku karena kontraksi otot
wajah yang berkelanjutan).
• leher kaku
• kesulitan menelan
• otot dada dan betis yang kaku.
• Kejang dapat terjadi hingga 4 minggu,
Diagnosa
Manifestasi klinis
Tetanus neonatal adalah bentuk tetanus umum yang terjadi pada bayi
baru lahir dari ibu yang tidak diimunisasi atau dari infeksi melalui
alat yang terkontaminasi saat pemotongan tali pusat.
• sifat lekas marah
• susah menyusu
• wajah meringis
• Kaku
• kontraksi kejang yang parah dipicu oleh sentuh.
Diagnosa
Manifestasi klinis
Tetanus cephalic paling sering terjadi setelah trauma kepala seperti
patah tulang tengkorak, laserasi kepala, cedera mata, prosedur gigi,
otitis media, atau dari tempat cedera lain. Gejalanya berupa
• leher kaku
• Disfagia
• Trismus
• kelopak mata retraksi
• pandangan menyimpang
• risus sardonicus
Diagnosa
Manifestasi klinis
1. Masa Inkubasi :
2. Tempat infeksi :
Umbilicus Nilai 5
Kepala/leher Nilai 4
Badan Nilai 3
4. Faktor Penyerta :
Antitoksin
Antitoksin yang dianjurkan adalah human tetanus immunoglobulin(HTIG)
dengan dosis 3000-6000 unit intramuskular dibagi dalam beberapa kali
pemberian dengan dosis yang sama. Dosis bayi adalah 500 unit
intramuskular tunggal.
anti tetanus serum (ATS)dengan dosis 100.000-200.000 unit dibagi
separuh dimasukkan intravena dan sisanya dimasukkan intramuskular pada
hari pertama. Dosis untuk bayi adalah 10.000 unit intramuskular.
Antibiotik
digunakan untuk mengeradikasi bakteri. Antibiotik pilihan
adalah metronidazole dengan dosis 500 mg intravena setiap 6
jam atau 1 gram setiap 12 jam untuk pasien dewasa dan 7,5
mg/kg BB tiap 8 jam. Antibiotik lain yang dapat digunakan
adalah klindamisin, tetrasiklin, eritromisin, kloramfenikol, dan
penisilin.
pemberian antibiotik hanya efektif bila debridemen luka telah
diberikan secara adekuat
Benzodiazepin
Untuk mengurangi spasme yang terjadi akibat efek toksin,
dapat diberikan obat golongan benzodiazepin. Diazepam dapat
diberikan secara berkelanjutan dengan dosis 0,5-15
mg/kg/hari atau diberikan intermiten dengan dosis 5 atau 10
mg maksimal 3 dosis setiap jam. Beberapa pasien dapat
mentoleransi dosis diazepam hingga 600 mg per 24 jam.
Untuk mencegah spasme yang berlangsung lebih dari 5-10
detik, berikan diazepam secara intravena dengan dosis 10-40
mg tiap 1 hingga 8 jam per hari sesuai kondisi pasien.
Komplikasi
1. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien antara lain
• Asfiksia
• obstruksi jalan napas
• gagal napas apabila terjadi spasme yang mengganggu
fungsi pernapasan atau disfungsi otonom.
2. Gangguan kardiovaskular yang dapat menjadi komplikasi tetanus
adalah
• Aritmia
• Takikardia
• Bradikardia
• Hipertensi
• asistol.
Prognosis
Umbilikus, luka
bakar, uterus, fraktur terbuka, Selain dari yang disebutkan atau
Port d’entree
luka operasi, injeksi tidak diketahui
intramuskular