KELOMPOK 6
KELOMPOK 6
Dahlia Novianti R.
01 Azizah Dhiwa
(P21335121014)
04 (P21335121021)
Dengan gejala klinis berupa trisnus (3 cm) belum ada kejang rangsang, dan
Stadium 1
belum ada kejang spontan.
Dengan gejala klinis berupa trismus (3 cm), kejang rangsang,dan belum ada
Stadium 2
kejang spontan.
o Seiring berkembangnya penyakit, tanda dan gejala lain yang mungkin muncul yaitu :
1. Tekanan darah tinggi.
2. Tekanan darah rendah.
3. Detak jantung cepat.
4. Demam.
5. Keringat ekstrim.
PATHWAY TETANUS
PATOLOGI
&
PATOGENESIS
o Bakteri ini menghasilkan tetanospasmin (Neurotoxin) [Sebuah exotoxin] yang menyerang
jaringan saraf dan tetanolisin yang bersifat hemolisin,namun tetanolisin tidak berhubugan
dengan manifestasi klinis pada tetanus.
o Bakteri tetanus masuk ke dalam tubuh manusia dari luka (luka laserasi dalam) yang
terkontaminasi Clostridium tetani atau sporanya. Setelah spora masuk, mikroorganisme
berkembang biak pada tempat infeksi (otot) dan menghasilkan toksin tetanospasmin yang
selanjutnya melalui saraf motorik mencapai susunan saraf pusat.
o Selanjutnya toksin akan menghambat mekanisme inhibisi postsinap dengan cara menghambat
pelepasan neurotransmitter GABA dan glisin. Tidak ada inhibisi post synaps menyebabkan otot
berkontraksi terus menerus karena pengaruh asetilkolin. Hal ini yang membuat gambaran khas
kontraksi spasme pada tetanus.
o Pada beberapa kasus terdapat gangguan pada sistem saraf otonom sehingga menyebabkan
gangguan pernafasan dan kardiovaskular.
o Kematian akibat tetanus paling sering akibat spasme dari otot2 pernafasan yang berujung pada
gagal nafas. Terapi yang aggresif diperlukan saat sudah terjadi kasus gagal nafas.
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terbesar untuk infeksi tetanus adalah tidak divaksinasi
atau tidak mendapatkan suntikan booster 10 tahun. Selain itu, faktor
lain yang meningkatkan risiko infeksi tetanus adalah:
● Luka terkena tanah atau pupuk kandang.
● Terdapat benda asing di luka, seperti paku atau serpihan.
● Terdapat lesi kulit yang terinfeksi pada orang yang hidup dengan
diabetes.
● Tali pusar yang terinfeksi ketika seorang ibu belum sepenuhnya
divaksinasi.
● Menggunakan jarum bersama dan tidak bersih saat
menggunakan obat-obatan terlarang.
DIAGNOSIS
Tetanus didiagnosis berdasarkan gejala klinis.
Hingga saat ini belum ada pemeriksaan
penunjang yang spesifik untuk tetanus. Kuman C.
tetani tidak tumbuh pada saat dikultur dari sampel
yang berasal dari luka terkontaminasi. Tes spatula
dengan menyentuhkan ujung spatula pada
dinding faring akan direspon dengan gigitan kuat
pada spatula tersebut, tes ini spesifik dan sensitif
untuk diagnosis tetanus.
KOMPLIKASI TETANUS
o Ada juga bukti yang menunjukkan kalau imunisasi tetanus efektif lebih dari 10
tahun. Beberapa ahli mengatakan kalau imunisasi pertama saat sekolah menengah
atas dan imunisasi kedua di usia 60 bisa melindungi dari serangan tetanus seumur
hidup.
o Saat luka, bahkan goresan sekecil apapun, sepanjang merusak kulit, mempunyai
kemungkinan mengalami tetanus. Sebagain besar dokter menyarankan langkah
berikut :
1. Jika lukanya bersih dan belum menerima imunisasi tetanus selama 10 tahun
terakhir, maka direkomendasikan untuk melakukan imunisasi.
2. PENANGANAN LUKA
Bersihkan luka dengan air bersih dan sabun, cobalah mengeluarkan semua partikel
dan kotoran dari luka. Hal ini tidak hanya akan mencegah tetanus tetapi juga
mencegah infeksi bakteri lainnya.
UPAYA PENGENDALIAN & PEMBERANTASAN PENYAKIT
4. Vaksinasi tetanus
5. Terapi pada luka secara agresif. Pembersihan luka dapat dilakukan dengan
tindakan pembedahan minor supaya dapat membersihkan luka yang dalam
hingga ke dasarnya.
6. Suntikan immunoglobulin tetanus (TIG-Tetanus immune globulin). TIG adalah antibodi yang dapat
menetralisir toksin penyebab tetanus. Perlu diingat TIG hanya dapat menetralisir toksin bebas yang belum
menempel pada saraf. Hingga saat ini, belum ada obat untuk menetralisir toksin yang sudah menempel
pada saraf.
7. Pemasangan mesin bantu nafas/ventilator akan dilakukan jika penderita tetanus mengalami gejala sesak
napas
Apabila tidak segera ditangani, tetanus dapat menimbulkan komplikasi berupa spasme pita
suara secara involunter/tidak dikehendaki (laringospasme), patah tulang karena spasmeotot yang
berlebih, tertular infeksi di Rumah Sakit karena rawat inap dalam waktu lama (hospital-
acquired infection), emboli paru, pneumonia, kesulitan bernapas, hingga kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Makarim, Fadhil Rizal. 2022. “Tetanus”. https://www.halodoc.com/kesehatan/tetanus
Azhari, Achmad Rizki. 2015. Tetanus. Semarang: Universitas Diponegoro.
https://www.academia.edu/18550620/Tetanus
Pittara. 2022. “Tetanus”. https://www.alodokter.com/tetanus/pengobatan
Klikdokter.com. 2020. “Tetanus dan Pencegahannya”.
https://www.klikdokter.com/info-sehat/otot-sendi/tetanus-dan-pencegahannya
Anakfk.weebly.com. “Tetanus”. http://anakfk.weebly.com/tetanus.html
Linksehat.com. 2020. “Tetanus”. https://linksehat.com/artikel/tetanus
Rahmanto, Danawan.
file:///C:/Users/Dahlia/Downloads/Danawan_Rahmanto_22010113130141_Lap.KTI_Bab2.PDF
KESIMPULAN
TERIMAKASIH!