Anda di halaman 1dari 27

TETANUS

KELOMPOK 6
KELOMPOK 6
Dahlia Novianti R.
01 Azizah Dhiwa
(P21335121014)
04 (P21335121021)

Balqis Amanda S. Farhan Aulia R.


02 (P21335121017)
05 (P21335121033)

Belva Sabina B. Fauzan Azhar D.


03 (P21335121019) 06 (P21335121034)
TETANUS
Tetanus adalah penyakit serius yang
terjadi pada sistem saraf. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri penghasil racun
yaitu bakteri Clostridium tetani.
Gejalanya dapat berupa kontraksi otot,
terutama otot rahang dan leher. Tetanus
juga dikenal sebagai lockjaw.
o Tetanus
  yang parah dapat mengakibatkan komplikasi yang dapat
mengancam jiwa.

o Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan


tetanus.

o Perawatan tetanus berfokus pada pengelolaan gejala dan


komplikasi sampai efek toksin tetanus teratasi.

o Meskipun sudah ada vaksin tetanus, tapi penyakit ini tetap


menjadi ancaman bagi orang-orang yang belum mengikuti
perkembangan vaksin.
PENYEBAB
o Tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. 

o Spora Clostridium tetani dapat bertahan lama di luar tubuh. Mereka paling sering


ditemukan di kotoran hewan dan tanah yang terkontaminasi, tapi kemungkinan ada
hampir dimana saja.

o Ketika Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh, mereka berkembang biak dengan


cepat dan melepaskan tetanospasmin, yaitu suatu neurotoksin. Ketika tetanospasmin
memasuki aliran darah, bakteri dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh, sehingga
menyebabkan gejala tetanus.
KLASIFIKASI TETANUS

Grade 1 (Ringan) Grade 3 (Berat)

Trismus ringan, kaku , Trismus berat, Rigiditas seluruh


tidak ada gangguan tubuh, Spasme berkepanjangan,
pernafasan, tidak ada disfagia berat, gejala apnea, denyut
spasme, tidak ada disfagia. nadi >120 , RR >40.

Grade 2 (Sedang) Grade 4


(Sangat Berat)

Trismus sedang, rigiditas, spasme dengan Grade 3 dengan


durasi singkat, disfagia ringan, instabilitas sistem
keterlibatan sistem pernafasan, RR >30. saraf otonom.
STADIUM TETANUS
 Stadium klinis pada anak

Dengan gejala klinis berupa trisnus (3 cm) belum ada kejang rangsang, dan
Stadium 1
belum ada kejang spontan.

Dengan gejala klinis berupa trismus (3 cm), kejang rangsang,dan belum ada
Stadium 2
kejang spontan.

Dengan gejala klinis berupa trismus (1 cm), kejang rangsang,dan kejang


Stadium 3
spontan.

 Stadium klinis pada orang dewasa

Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4

Trismus Opisthotonos Kejang rangsang Kejang spontan


GEJALA
o Waktu rata-rata dari infeksi hingga munculnya tanda dan gejala (masa inkubasi) adalah 10
hari. Masa inkubasi dapat berkisar 3 hingga 21 hari.
o Tanda dan gejalanya muncul secara bertahap, kemudian semakin memburuk selama dua
minggu.
o Tanda dan gejala tetanus umum meliputi :
1. Kejang otot yang menyakitkan dan otot kaku yang tidak dapat digerakkan (kekakuan otot)
di rahang.
2. Ketegangan otot di sekitar bibir, terkadang menyebabkan pengidap menyeringai secara
kuat.
3. Kejang dan kekakuan yang menyakitkan pada otot leher.
4. Kesulitan menelan. 
5. Otot perut kaku.
o Perkembangan tetanus menyebabkan kejang berulang yang menyakitkan, seperti kejang yang
berlangsung selama beberapa menit. Biasanya gejala dapat berupa :
1. Leher dan punggung melengkung.
2. Kaki menjadi kaku.
3. Lengan ditarik ke atas.
4. Tangan mengepal.

o Seiring berkembangnya penyakit, tanda dan gejala lain yang mungkin muncul yaitu :
1. Tekanan darah tinggi.
2. Tekanan darah rendah.
3. Detak jantung cepat.
4. Demam.
5. Keringat ekstrim.
PATHWAY TETANUS
PATOLOGI
&
PATOGENESIS
o Bakteri ini menghasilkan tetanospasmin (Neurotoxin) [Sebuah exotoxin] yang menyerang
jaringan saraf dan tetanolisin yang bersifat hemolisin,namun  tetanolisin tidak berhubugan
dengan manifestasi klinis pada tetanus.

o Tetanospasmin memiliki dasar molekul yang aktivitasnya di sinaptosoma. DI sinaptosoma


terdapat gangliosida yang bertanggung jawab terhadap pengikatan toksin tetanus.

o Bakteri tetanus masuk ke dalam tubuh manusia dari luka (luka laserasi dalam) yang
terkontaminasi Clostridium tetani  atau sporanya. Setelah spora masuk, mikroorganisme
berkembang biak pada tempat infeksi (otot) dan menghasilkan toksin tetanospasmin yang
selanjutnya melalui saraf motorik mencapai susunan saraf pusat.
o Selanjutnya toksin akan menghambat mekanisme inhibisi postsinap dengan cara menghambat
pelepasan neurotransmitter GABA dan glisin. Tidak ada inhibisi post synaps menyebabkan otot
berkontraksi terus menerus karena pengaruh asetilkolin. Hal ini yang membuat gambaran khas
kontraksi spasme pada tetanus.

o Pada beberapa kasus terdapat gangguan pada sistem saraf otonom sehingga menyebabkan
gangguan pernafasan dan kardiovaskular.

o Kematian akibat tetanus paling sering akibat spasme dari otot2 pernafasan yang berujung pada
gagal nafas. Terapi yang aggresif diperlukan saat sudah terjadi kasus gagal nafas.
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terbesar untuk infeksi tetanus adalah tidak divaksinasi
atau tidak mendapatkan suntikan booster 10 tahun. Selain itu, faktor
lain yang meningkatkan risiko infeksi tetanus adalah:
● Luka terkena tanah atau pupuk kandang.
● Terdapat benda asing di luka, seperti paku atau serpihan.
● Terdapat lesi kulit yang terinfeksi pada orang yang hidup dengan
diabetes.
● Tali pusar yang terinfeksi ketika seorang ibu belum sepenuhnya
divaksinasi.
● Menggunakan jarum bersama dan tidak bersih saat
menggunakan obat-obatan terlarang.
DIAGNOSIS
Tetanus didiagnosis berdasarkan gejala klinis.
Hingga saat ini belum ada pemeriksaan
penunjang yang spesifik untuk tetanus. Kuman C.
tetani tidak tumbuh pada saat dikultur dari sampel
yang berasal dari luka terkontaminasi. Tes spatula
dengan menyentuhkan ujung spatula pada
dinding faring akan direspon dengan gigitan kuat
pada spatula tersebut, tes ini spesifik dan sensitif
untuk diagnosis tetanus.
KOMPLIKASI TETANUS

Masalah Pernafasan Penyumbatan arteri paru-paru Radang paru-paru


(emboli paru)

Patah tulang Kematian


PENCEGAHAN
Aktif
1. IMUNISASI
Pasif
o Sebagian besar ahli, menganjurkan untuk melakukan imunisasi Td (tetanus dan
diphtheria) setiap 10 tahun sekali. Sedangkan, mereka yng belum pernah menerima
vaksin imunisasi sebaiknya mendapatkan 3 seri imunisasi setiap 7 bulan.

o Ada juga bukti yang menunjukkan kalau imunisasi tetanus efektif lebih dari 10
tahun. Beberapa ahli mengatakan kalau imunisasi pertama saat sekolah menengah
atas dan imunisasi kedua di usia 60 bisa melindungi dari serangan tetanus seumur
hidup.
o Saat luka, bahkan goresan sekecil apapun, sepanjang merusak kulit, mempunyai
kemungkinan mengalami tetanus. Sebagain besar dokter menyarankan langkah
berikut :
1. Jika lukanya bersih dan belum menerima imunisasi tetanus selama 10 tahun
terakhir, maka direkomendasikan untuk melakukan imunisasi.

2. Jika lukanya kotor atau cenderung mengalami tetanus, dokter menyarankan


untuk melakukan imunisasi jika belum melakukan imunisasi selama 5 tahun
terakhir.

2. PENANGANAN LUKA
Bersihkan luka dengan air bersih dan sabun, cobalah mengeluarkan semua partikel
dan kotoran dari luka. Hal ini tidak hanya akan mencegah tetanus tetapi juga
mencegah infeksi bakteri lainnya.
UPAYA PENGENDALIAN & PEMBERANTASAN PENYAKIT

Manajemen Luka Vaksinasi


Manajemen luka untuk mencegah tetanus dilakukan Pemberian vaksin difteri tetanus (DT) satu dosis
dengan eksplorasi dan debridemen secara untuk anak kelas 1 SD, dilanjutkan dengan
menyeluruh pada luka. Namun, luka bersih yang pemberian satu dosis vaksin tetanus toxoid atau
terjadi tidak lebih dari 6 jam tidak perlu dilakukan tetanus difteri (TT/Td) masing-masing saat kelas 2
debridemen. dan 3 SD.
PENGOBATAN

Tetanus dapat disembuhkan, tetapi membutuhkan waktu


yang cukup lama. Sangat disarankan untuk mencegah
tetanus dengan vaksinasi sesuai rekomendasi yang ada.
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi tetanus :

1. Rawat di Rumah Sakit

2. Pemberian obat untuk mengendalikan kaku/kejang (spasme) pada otot

3. Pemberian obatAntibiotik (metronidazole), untuk membunuh kuman


tetanus

4. Vaksinasi tetanus

5. Terapi pada luka secara agresif. Pembersihan luka dapat dilakukan dengan
tindakan pembedahan minor supaya dapat membersihkan luka yang dalam
hingga ke dasarnya.
6. Suntikan immunoglobulin tetanus (TIG-Tetanus immune globulin). TIG adalah antibodi yang dapat
menetralisir toksin penyebab tetanus. Perlu diingat TIG hanya dapat menetralisir toksin bebas yang belum
menempel pada saraf. Hingga saat ini, belum ada obat untuk menetralisir toksin yang sudah menempel
pada saraf.

7. Pemasangan mesin bantu nafas/ventilator akan dilakukan jika penderita tetanus mengalami gejala sesak
napas

Apabila tidak segera ditangani, tetanus dapat menimbulkan komplikasi berupa spasme pita
suara secara involunter/tidak dikehendaki (laringospasme), patah tulang karena spasmeotot yang
berlebih, tertular infeksi di Rumah Sakit karena rawat inap dalam waktu lama (hospital-
acquired infection), emboli paru, pneumonia, kesulitan bernapas, hingga kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Makarim, Fadhil Rizal. 2022. “Tetanus”. https://www.halodoc.com/kesehatan/tetanus
Azhari, Achmad Rizki. 2015. Tetanus. Semarang: Universitas Diponegoro.
https://www.academia.edu/18550620/Tetanus
Pittara. 2022. “Tetanus”. https://www.alodokter.com/tetanus/pengobatan
Klikdokter.com. 2020. “Tetanus dan Pencegahannya”.
https://www.klikdokter.com/info-sehat/otot-sendi/tetanus-dan-pencegahannya
Anakfk.weebly.com. “Tetanus”. http://anakfk.weebly.com/tetanus.html
Linksehat.com. 2020. “Tetanus”. https://linksehat.com/artikel/tetanus
Rahmanto, Danawan.
file:///C:/Users/Dahlia/Downloads/Danawan_Rahmanto_22010113130141_Lap.KTI_Bab2.PDF
KESIMPULAN
TERIMAKASIH!

Anda mungkin juga menyukai