Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
REFERAT

TETANUS
Oleh:
Dian Ariska Sahabuddin, S.Ked (105501104821)

Pembimbing: dr. Hj. Debby Veranico, M.Kes, Sp.S

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
DEFINISI
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan
otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran.
Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung,
tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanospasmin)
yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps ganglion
sambungan sumsung tulang belakang, sambungan
neuromuscular junction) dan saraf autonom.
EPIDEMIOLOGI
Secara global 38.000 orang meninggal karena tetanus pada tahun 2017.
Sekitar setengahnya (49%) berusia di bawah lima tahun.

Selama tiga dekade terjadi penurunan yang signifikan dalam jumlah


kematian akibat tetanus secara global. Pada tahun 1990, 314.000 orang
meninggal karena tetanus sementara pada tahun 2019 ada kurang dari 35.000
kematian.

Saat ini mayoritas kasus baru tetanus terjadi di Asia Selatan dan Afrika Sub-
Sahara, kedua wilayah ini menyumbang 82% dari semua kasus tetanus secara
global.
ETIOLOGI
Clostridium tetani
Basillus anaerobik, bersifat saprofit, bakteri gram
positif, motile, organisme pembentuk spora
Bertahan pada kondisi ekstrim, tahan terhadap
desinfektan (agen fisik maupun agen kimia),
Gambaran klasik ‘drum stick’
Menghasilkan tetanolisin dan tetanospasmin:
 Tetanolisin  Merusak jaringan disekitar infeksi dan
mengoptimalkan multiplikasi bakteri
 Tetanospasmin Memberikan gejala penyakit
FAKTOR RISIKO
Tidak menerima vaksin tetanus
Bayi dengan ibu yang tidak diimunisasi
Pemotongan tali pusat tidak steril
Penyalahgunaan jarum suntik
Individu Imunocompromised
Prosedur bedah, infeksi gigi, luka tidak steril
PATOFISIOLOGI
DAN GEJALA
KLINIS
MANIFESTASI
KLINIS
CONTINUE
KLASIFIKASI BERDASARKAN
MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 21 hari, biasanya sekitar 8 hari. Semakin pendek masa
inkubasi angka kematian akibat tetanus kesempatan semakin tinggi.

Generalized Local Cephalic


Tetanus tetanus tetanus
SEVERITAS TETANUS BERDASARKAN
KLASIFIKASI ALBETT
• <9 Severitas ringan
• 9-18 Severitas sedang
PHILLIPS SCORE • >18 severitas berat

Faktor Skore Status proteksi :


Masa Inkubasi : • Tidak ada 10
• <48 jam 5 • Mungkin ada atau imunisasi pada ibu bagi 8
• 2-5 hari 4 pasien-pasien neonatus
• 5-10 hari 3 • Terlindungi >10 tahun 4
• 10-14 hari 2 • Terlindungi <10 tahun 2
• >14 hari 1 • Proteksi lengkap 0
Lokasi infeksi : Faktor-faktor komplikasi :
• Organ dalam & umbilikus 5 • Cedera atau penyakit yg mengancam nyawa 10
• Kepala, leher, & badan 4 • Cedera berat atau penyakit yg tidak segera 8
• Perifer proksimal 3 mengancam nyawa
• Perifer distal 2 • Ciedera atau penyakit yg tdk mengancam 4
• Tidak diketahui 1 nyawa
• Cedera atau penyakit minor 2
• ASA grade I 0
DAKAR SCORE

Prediksi mortalitas. Interpretasi:


 0-1 : ringan, mortalitas 10%
 2-3 : sedang, mortalitas 10-20%
 4 : berat, mortalitas 40%

Sensitivitas 25% Spesifitas 96%


Diagnosis Klinis  Berdasarkan
gejala klinis

DIAGNOSIS Uji Spatula (+) Jika kontraksi rahang


involunteer, (-) bila ada refleks muntah

Kultur C. Tetani  Sulit dilakukan


(hanya 30% positif)

LCS  Biasanya normal


Diagnosis Banding
Meningitis, ensefalitis,
meningioensefalitis

Tetani e.c Hipokalsemia

Rabies
TATALAKSANA
Membuang Sumber Tetanospasmin : Netralisir Toksin yang tidak terikat :
• Debriment 1st: Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG) :
3000-10.000 Unit I.M
• Antibiotik
2nd: ATS 100.000 – 200.000
1st: Metronidazole Dosis inisial 15 mg/KgBB
IV, dilanjutkan 30mg/KgBB/hari selama 6 jam 50.000 unit I.M dan 50.000 unit IV pada
selama 7 hari hari pertama
2nd: Penicilin Procain 50.000-100.000 60.000 unit dan 40.000 unit I.M masing2
U/KgBB/Hari (7 Hari) pada hari ke 2 dan ke 3
IMUNISASI AKTIF TETANUS
Tetanus tidak memberikan proteksi imunitas jangka panjang, sehingga
tetap diperlukan imunisasi aktif Tetanus Toxoid (Tdap atau Td)
dengan seri lengkap (3 dosis untuk anak >7 tahun dan dewasa)
 Dosis I : segera setelah diagnosis

 Dosis II : jarak 4-8 minggu dari dosis I

 Dosis III : jarak 6-12 bulan dari dosis II

Diinjeksikan pada tempat yang berbeda dari injeksi HTIG.


PROGNOSIS
Berat ringannya penyakit tergantung pada lamanya masa inkubasi dan onset period. Makin
pendek masa inkubasi dan onset period, prognosis makin buruk

Terdapat system skoring untuk menilai prognosis tetanus misalnya dengan menggunakan
Dakar score. Sistem skoring ini memasukkan kriteria periode inkubasi dan onset period
sehingga kita bisa memprediksi angka mortalitasi pasien

Prognosis dari tetanus juga dipengaruhi oleh berat penyakit dan fasilitas pengobatan yang
tersedia. Jika tidak diobati mortalitasnya lebih dari 60%. Di fasilitas yang baik, angka
mortalitas 13% sampai 25%
TERIMA KASIH
REFERENSI
•Panduan Praktis Klinis Neurologi. (2016). Indonesia: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
•Tertia, C., Sumada, I. K., & Candra Wiratmi, N. K. (2019). Tetanus Tipe General pada Usia Tua tanpa Vaksinasi. Callosum Neurology Journal, 110-117.
•Saraswita Laksmi, N. K. (2014). Penatalaksanaan Tetanus. 823-827.
•Tetanus 2021. Crystal Bae; Daniele Bourget. from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459217/
•Safrida, W., & Syahrul. (2016). Tatalaksana Tetanus Generalisata dengan Karies Gigi. Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720., 86-95.
•Rhee, P. dkk. (2005). Tetanus and Trauma: A Review and Recommendations. The Journal of TRAUMA, Injury, Infection, and Critical Care, 1082-1088.
•Kobayashi, A., & Iwasaki, H. (2017). Tetanus attacks an old person with inadequate vaccination showing Risus Sardonicus Face. NCBI, 38-39.
•Dr. dr.A.A.A Putri Laksmidewi, S. dkk. (2015). Emergency In Neurology . Bali: Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran Univ. Udayana RSUP Sanglah. Hal.1-4.
•WHO. Current recommendations for treatment of tetanus during humanitarian emergencies. WHO Tech Note [Internet]. 2010 [cited 2015 May 29].
Available from: http://www.who.int/ diseasecontrol_emergencies/who_hse_gar_dce_2010_en.pdf.
•Setiati, S., & Alwi, I. (2014). Tetanus. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke VI Jilid I. Jakarta Pusat: Interna Publishing. Hal. 639-642.
•Soedarmo SSP, Garna H, Hardinegoro SRS, Satari HI. Tetanus. Buku Ajar Infeksi &Pediatri Tropis. Edisi Ke-2.Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010; hal.322-9.

Anda mungkin juga menyukai