TETANUS
Oleh:
Dian Ariska Sahabuddin, S.Ked (105501104821)
Saat ini mayoritas kasus baru tetanus terjadi di Asia Selatan dan Afrika Sub-
Sahara, kedua wilayah ini menyumbang 82% dari semua kasus tetanus secara
global.
ETIOLOGI
Clostridium tetani
Basillus anaerobik, bersifat saprofit, bakteri gram
positif, motile, organisme pembentuk spora
Bertahan pada kondisi ekstrim, tahan terhadap
desinfektan (agen fisik maupun agen kimia),
Gambaran klasik ‘drum stick’
Menghasilkan tetanolisin dan tetanospasmin:
Tetanolisin Merusak jaringan disekitar infeksi dan
mengoptimalkan multiplikasi bakteri
Tetanospasmin Memberikan gejala penyakit
FAKTOR RISIKO
Tidak menerima vaksin tetanus
Bayi dengan ibu yang tidak diimunisasi
Pemotongan tali pusat tidak steril
Penyalahgunaan jarum suntik
Individu Imunocompromised
Prosedur bedah, infeksi gigi, luka tidak steril
PATOFISIOLOGI
DAN GEJALA
KLINIS
MANIFESTASI
KLINIS
CONTINUE
KLASIFIKASI BERDASARKAN
MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 21 hari, biasanya sekitar 8 hari. Semakin pendek masa
inkubasi angka kematian akibat tetanus kesempatan semakin tinggi.
Rabies
TATALAKSANA
Membuang Sumber Tetanospasmin : Netralisir Toksin yang tidak terikat :
• Debriment 1st: Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG) :
3000-10.000 Unit I.M
• Antibiotik
2nd: ATS 100.000 – 200.000
1st: Metronidazole Dosis inisial 15 mg/KgBB
IV, dilanjutkan 30mg/KgBB/hari selama 6 jam 50.000 unit I.M dan 50.000 unit IV pada
selama 7 hari hari pertama
2nd: Penicilin Procain 50.000-100.000 60.000 unit dan 40.000 unit I.M masing2
U/KgBB/Hari (7 Hari) pada hari ke 2 dan ke 3
IMUNISASI AKTIF TETANUS
Tetanus tidak memberikan proteksi imunitas jangka panjang, sehingga
tetap diperlukan imunisasi aktif Tetanus Toxoid (Tdap atau Td)
dengan seri lengkap (3 dosis untuk anak >7 tahun dan dewasa)
Dosis I : segera setelah diagnosis
Terdapat system skoring untuk menilai prognosis tetanus misalnya dengan menggunakan
Dakar score. Sistem skoring ini memasukkan kriteria periode inkubasi dan onset period
sehingga kita bisa memprediksi angka mortalitasi pasien
Prognosis dari tetanus juga dipengaruhi oleh berat penyakit dan fasilitas pengobatan yang
tersedia. Jika tidak diobati mortalitasnya lebih dari 60%. Di fasilitas yang baik, angka
mortalitas 13% sampai 25%
TERIMA KASIH
REFERENSI
•Panduan Praktis Klinis Neurologi. (2016). Indonesia: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
•Tertia, C., Sumada, I. K., & Candra Wiratmi, N. K. (2019). Tetanus Tipe General pada Usia Tua tanpa Vaksinasi. Callosum Neurology Journal, 110-117.
•Saraswita Laksmi, N. K. (2014). Penatalaksanaan Tetanus. 823-827.
•Tetanus 2021. Crystal Bae; Daniele Bourget. from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459217/
•Safrida, W., & Syahrul. (2016). Tatalaksana Tetanus Generalisata dengan Karies Gigi. Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720., 86-95.
•Rhee, P. dkk. (2005). Tetanus and Trauma: A Review and Recommendations. The Journal of TRAUMA, Injury, Infection, and Critical Care, 1082-1088.
•Kobayashi, A., & Iwasaki, H. (2017). Tetanus attacks an old person with inadequate vaccination showing Risus Sardonicus Face. NCBI, 38-39.
•Dr. dr.A.A.A Putri Laksmidewi, S. dkk. (2015). Emergency In Neurology . Bali: Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran Univ. Udayana RSUP Sanglah. Hal.1-4.
•WHO. Current recommendations for treatment of tetanus during humanitarian emergencies. WHO Tech Note [Internet]. 2010 [cited 2015 May 29].
Available from: http://www.who.int/ diseasecontrol_emergencies/who_hse_gar_dce_2010_en.pdf.
•Setiati, S., & Alwi, I. (2014). Tetanus. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke VI Jilid I. Jakarta Pusat: Interna Publishing. Hal. 639-642.
•Soedarmo SSP, Garna H, Hardinegoro SRS, Satari HI. Tetanus. Buku Ajar Infeksi &Pediatri Tropis. Edisi Ke-2.Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010; hal.322-9.