REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEI 2022
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
DERMATITIS SEBOROIK
Oleh :
IRAWAN ADE TRIADI
105501102721
Pembimbing :
(Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin)
Nim : 105501102721
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan
Seboroik”. Ucapan terima kasih kepada Dr.dr. Sitti Musafirah Arif, Sp.KK,
banyak masukan dalam menyelesaikan referat ini. Dalam pembuatan referat ini
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan sehingga saran dan kritik yang
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
berulang dengan predileksi pada area yang memiliki banyak kelenjar sebasea
seperti area wajah, kepala, telinga, badan bagian atas dan daerah lipatan-lipatan
tubuh. Dermatitis seboroik (DS) yang juga disebut dengan eksema seboroik, adalah
penyakit yang sering terjadi yang ditandai oleh adanya sisik diatas dasar kulit
kemerahan. Penyakit peradangan kronis superfisial ini sering mengenai daerah kulit
yang memiliki produksi sebum yang tinggi dan daerah lipatan. Walaupun
Pada anak-anak prasekolah Australia, prevalensi DS adalah sekitar 72% pada tiga
bulan kemudian turun dengan cepat dengan insiden keseluruhan 10%. Selanjutnya,
analisis data Studi Rotterdam menemukan bahwa 14% orang dewasa paruh baya
dan lanjut usia memiliki DS.4 Pada HIV-AIDS, bagaimanapun, 35% dengan infeksi
HIV dini memiliki DS, dan prevalensi mencapai 85% pada pasien dengan AIDS.5
Data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2000 sampai 2002 menunjukkan
insidensi rata-rata DS sebesar 8,3% dari jumlah kunjungan dan rasio laki-laki
5
Karena perjalanannya yang kronis dan kambuh-kambuhan, DS dapat
ditekan namun tidak dapat sembuh secara permanen. Sehingga kondisi ini
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KELENJAR SEBASEA
Kelenjar sebasea bersama dengan rambut, folikel rambut dan muskulus arektor
pili disebut sebagai unit pilosebasea. Sebum keluar dari kanal duktus kelenjar
yang menuju ke duktus utama. Sel terluar, lapisan sel basal dekat membran,
7
Bersamaan dengan perpindahan sebosit menuju ke bagian tengah kelenjar,
asinus. Selanjutnya, sel menjadi distensi karena berisi penuh lipid droplets dan
sebasea, sel-sel tersebut memisahkan diri dalam suatu proses sekresi yang
Gambar 1. Polisebasea unit. hair follicle (HF). arrector pili muscle (AP);
Sebum memiliki komposisi yang terutama terdiri dari wax ester (25%),
skualan (12%), trigliserida (60%) serta sedikit kolesterol (1-2%) dan asam
kuantitatif pada komposisi sebum yaitu peningkatan kolesterol dan ester dan
penurunan skualan.9
8
Produksi sebum pada tiga bulan pertama kehidupan manusia, sebagai hasil
bertahap menurun hingga nol mendekati usia 6 bulan. Produksi sebum tetap
inaktif hingga dimulainya masa awal adrenarche, sekitar 7-8 tahun, ketika
sebum kembali. Peningkatan produksi sebum lebih lanjut dan signifikan oleh
karena produksi androgen adrenal dan gonad terjadi pada masa-masa awal
sebum tampak pada pubertas dan mencapai puncaknya pada usia 16-20 tahun.
Penurunan secara bertahap tampak mulai usia 40 tahun pada perempuan dan
hiperplasia sel.9,10
2. DERMATITIS SEBOROIK
A. DEFINISI
dan bersifat kronis dapat mengenai bayi dan dewasa. Penyakit ini secara khas
didapatkan pada daerah tubuh yang memiliki folikel sebasea dengan konsentrasi
yang tinggi dan kelenjar sebasea yang aktif seperti wajah, kulit kepala, telinga,
tubuh bagian atas, dan daerah lipatan (inguinal, inframammae dan aksila). Daerah
yang lebih jarang terkena termasuk interskapula, umbilikus, perineum dan lipatan
9
penyebaran lesi dimulai dari derat ringan misalnya ketombe sampai dengan bentuk
eritroderma.1,11
B. EPIDEMIOLOGI
Dermatitis seboroik dibagi dalam dua kelompok usia, bentuk infantil yang
dapat sembuh sendiri terutama pada tiga bulan pertama kehidupan dan bentuk
dewasa yang kronis. Predominansi laki-laki tampak pada semua usia, tanpa
dengan frekuensi puncak pertama saat kelahiran dan yang kedua adalah pada
insiden seumur hidup termasuk tinggi secara signifikan. Dermatitis seboroik yang
ekstensif dan resisten terhadap terapi adalah suatu tanda kulit yang penting untuk
umum. Lesi ditemukan pada kelompok remaja, dengan ketombe sebagai bentuk
yang lebih sering dijumpai, pada kelompok HIV, angka kejadian dermatitis
seboroik lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Sebanyak 36% pasien
HIV mengalami dermatitis seboroik. Umumnya diawali sejak usia pubertas dan
memuncak pada umur 40 tahun. Dalam usia lanjut dapat dijumpai bentuk yang
ringan, sedangkan pada bayi dapat terlihat lesi berupa kerak kulit kepala (Cradle
C. ETIOPATOGENESIS
10
kerentanan pasien. Kelenjar sebasea pasien DS tidak lebih banyak dibandingkan
dengan individu sehat. Selain itu tidak didapatkan kelainan morfologi dan ukuran
Beberapa faktor endogen dan eksogen telah terlibat dalam perkembangan SD.
Faktor eksogen termasuk jamur Malassezia dan mikrobiota lainnya, stres, praktik
perawatan kulit dan rambut yang buruk, kondisi cuaca lembab yang panas dan obat-
dengan penelitian terbaru menunjukkan peran yang sangat mungkin dari genetika
yang mendasari dan sistem kekebalan tubuh. Peranan kelenjar sebasea dalam
saat bayi baru dilahirkan, namun dengan menurunnya androgen ibu, kelenjar ini
menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun. Remaja dengan kulit berminyak yang
laki-laki dan menurun pada perempuan. Produksi sebum terbesar pada wajah dan
kepala. Dengan demikian penyakit ini lebih tepat disebut sebagai dermatitis di
berikut : dermatitis seboroik dapat merupakan tanda awal infeksi HIV, dermatitis
11
Gambar. Patofisiologi dermatitis seboroik13
dengan DS dapat memiliki kuantitas sebum yang normal atau bahkan kulit yang
penyebab terjadinya DS. Pada sebum pasien DS, trigliserida dan kolesterol
meningkat, sementara skualan dan asam lemak bebas berkurang. Asam lemak bebas
yang diketahui memiliki efek antimikroba dibentuk dari trigliserida oleh lipase
flora residen. Asam lemak bebas dan radikal oksigen reaktif dapat mengubah
Spesies Malassezia tidak dapat memproduksi asam lemak yang penting untuk
12
menggunakan asam lemak jenuh dan melepaskan asam lemak tak jenuh ke
penyakit Parkinson dan facial palsy. Terapi dengan L-dopa hanya akan menurunkan
sekresi sebum jika terdapat sekresi berlebihan, tetapi tidak berdampak secara klinis
pada sekresi kelenjar sebasea yang normal. Namun beberapa studi yang
penting pada kasus ini. Lingkungan panas dan lembab serta keringat diketahui dapat
memperparah gejala DS, terutama gatal pada kulit kepala. Sinar matahari dan iklim
tropis dapat juga memperparah gejala DS. Sehingga temuan ini mengarahkan
Namun untuk klarifikasi lebih lanjut masih diperlukan studi lebih spesifik.7,9
1. Manifestasi Klinis
Lokasi yang terkena seringkali di daerah kulit kepala beramput, wajah, alis,
lipat nasolabial, side burn, telinga dan liang telinga, bagian atas- tengah dada
dan punggung, lipat gluteus, inguinal, genital, ketiak. Sangat jarang menjadi
13
kala disertai rasa gatal dan menyengat. Ketombe merupak tanda awal
1. Seboroik kepala
dan sering lepas sendiri yang disebut pitiriasis sika. Seboroik kepala bisa
2. Seboroik muka
didapati di daerah berambut seperti dagu dan atas bibir maka dapat terjadi
folikulitis.
14
3. Seboroik badan dan sela-sela
Pada bayi, DS dapat tampak pada area kulit kepala, wajah, retroaurikuler,
lipatan tubuh dan badan; jarang menjadi generalisata. Cradle cap adalah
biasanya kronis dan kambuhan. Gatal jarang dirasakan, tetapi sering terjadi
yang meningkatkan kemerahan, eksudat dan iritasi lokal. Namun pada bayi
juga dapat memberat berupa perluasan lesi kulit hingga lebih dari 90% area
klinisnya berupa demam, anemia, diare, muntah, penurunan berat badan dan
15
Gambar. Dermatitis seboroik pada bayi1
Pada fase kronik dapat dijumpai kerontokan rambut. Lesi dapat juga
dijumpai pada daerah retroaurikular. Bila terjadi di liang telinga, lesi berupa
otitis eksterna atau di kelopak mata sebagai blefaritis. Bentuk varian di tubuh
yang dapat dijumpai pitiriasiform (mirip piririasis rosea) atau anular. Pada
16
2. Pemeriksaan Fisik
Pada bayi, dapat ditemukan skuama kekuningan atau putih yang berminyak
dan tidak gatal. Skuama biasanya berbatas pada batas kulit kepala (skalp) dan
dapat pula ditemukan di belakang telinga dan area alis mata. Pada anak dan
dewasa dapat bervariasi mulai dari Ketombe dengan skuama halus atau difus,
tebal dan menempel pada kulit kepala. Kemudian lesi eksematoid berupa plak
tubuh. Serta pada dada dapat pula ditemukan lesi petaloid atau pitiriasiformis.
Apabila lesi terdapat di kelopak mata, dapat disertai dengan blefaritis dan
3. Pemeriksaan Penunjang
17
Gambaran histologi dermatitis seboroik tidak spesifik. Pada bagian
Pada tepi muara folikel rambut yang melebar dan tersumbat masa keratin,
seboroik HIV/AIDS1
4. Diagnosis banding
Turki.1
18
Gambar. Diagnosis banding dermatitis seboroik berdasarkan lokasi
Gambar. psoriasis
19
Gambar. Dermatitis atopi
wajah atau bahan iritan lainnya untuk perawatan wajah (tretinoin, asam
Gambar. Dermatofitosis
20
5. Rosasea : perlu anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti.
Gambar. Rosasea
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi DS tidak hanya untuk meredakan tanda dan gejalanya tetapi juga
untuk menghasilkan struktur dan fungsi kulit yang normal. Dermatitis seboroik
a. Terapi topikal
DS dengan obat obatan topikal dibagi menjadi terapi skalp dan non skalp.
2159 pasien dengan DS pada wajah dan kulit kepala menunjukkan bahwa
terapi yang paling sering digunakan adalah steroid topikal (59,9%), anti
21
Terapi topikal adalah pendekatan lini pertama pada terapi DS skalp.
(antiinflamasi/antibakteri).10,16
22
Gambar. Algoritma penatalaksanaan DS pada kulit kepala
23
2. Terapi dermatitis seboroik pada kulit tidak berambut
ringan dan sedang dapat dilihat pada tabel 2. Beberapa agen telah
24
Tabel 2. Obat yang digunakan pada DS kulit tidak berambut
b. Terapi sistemik
pemeliharaan.8
rutin dengan sampo bayi dan menyikat dengan lembut untuk melepaskan
25
Manfaat klinis krim anti inflamasi non steroid yang memiliki sifat anti
plasebo.17
G. KOMPLIKASI
Dermatitis seboroik biasanya berlangsung jinak, dan komplikasi serius sangat
jarang terjadi. Daerah intertriginosa dan kelopak mata rentan terhadap infeksi
bakteri sekunder, terutama selama flare akut, dan daerah popok sangat rentan
bayi umum, tetapi lebih sering fitur pada orang dewasa dengan HIV-AIDS. Namun,
paling umum yang terkait dengan DS pada bayi dan dewasa berhubungan dengan
H. PROGNOSIS
penyakit. Pasien harus diberitahu bahwa mereka perlu mempersiapkan diri untuk
wabah kembali di masa depan dan menghindari faktor yang memperberat DS.
Namun, pada bayi memiliki perjalanan yang jinak dan terbatas; pada bayi
menghilang secara spontan pada usia 6 sampai 12 bulan. Eksaserbasi parah dengan
26
dermatitis eksfoliasi dapat terjadi, meskipun jarang, tetapi prognosisnya biasanya
I. ASPEK KEISLAMAN
Thaharah diambil dari bahasa arab artinya suci atau bersih. Menurut istilah,
thaharah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil dan
bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang
27
BAB III
KESIMPULAN
dan bersifat kronis dapat mengenai bayi dan dewasa. Penyakit ini secara khas
didapatkan pada daerah tubuh yang memiliki folikel sebasea dengan konsentrasi
yang tinggi dan kelenjar sebasea yang aktif seperti wajah, kulit kepala, telinga,
tubuh bagian atas, dan daerah lipatan (inguinal, inframammae dan aksila).
dengan individu sehat. Selain itu tidak didapatkan kelainan morfologi dan ukuran
skuama kuning berminyak diarea predileksi. Pada kasus yang sulit perlu
dan gejalanya tetapi juga untuk menghasilkan struktur dan fungsi kulit yang normal.
obat obatan topikal dibagi menjadi terapi skalp dan non skalp. Penggunaan obat
sistemik pada DS ditujukan pada kasus-kasus akut, area keterlibatan luas, bentuk
kekambuhan kronis dan berulang. Dermatitis seboroik pada bayi dapat menghilang
secara spontan pada usia 6 sampai 12 bulan dan biasanya prognosisnya baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Collins CD, Hivnor C. Seborrheic Dermatitis. In: Goldsmith LA, Katz SI,
Companies; 2019.
2. Reider N, Fritsch PO. Other eczematous eruptions. In: Bolognia JL, Jorizzo
JL, Schaffer JV. Dermatology 3rd Ed. United States: Elsevier Saunders.
2009: 219-220.
4. Sanders MGH, Pardo LM, Franco OH, Ginger RS, Nijsten T. Prevalence
late HIV diagnosis. BMC Infect Dis. 2013;13:473. Published 2013 Oct 10.
doi:10.1186/1471-2334-13-473
FK UI; 2007:53-59.
29
7. Berth-Jones J. Eczema, lichenification, prurigo and erythroderma. In: Burns
[Updated 2021 Oct 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
11. Jacoeb Thut NA. Dermatitis seboroik dalam Menaldi SL, Bramono K,
13. Juanjuan Li, Yahui Feng, Chen Liu, Zhiya Yang, Sybren de Hoog, Yuying
Qu, Biao Chen, Dongmei Li, Huabao Xiong, Dongmei Shi, Presence of
14. Schwartz JR, Messenger AG, Tosti A, Todd G, Hordinsky M, Hay RJ,
Wang X, Zacharie C, Kerr KM, Henry JP, Rust RC, Robinson MK. A
30
Towards a more precise definition of scalp health. Acta Derm Venereol.
2013;93:131-137.
16. Cheong WK, Yeung CK, Torsekar RG, Suh DH, Ungpakorn R, Widaty S,
Azizan NZ, Gabriel MT, Tran HK, Chong WS, Shih I-H, Dall’Oglio F,
17. David E, Tanuos H, Sullivan T, yan A, Kircik LH. A double blind, placebo
31