KERATOSIS SEBOROIK
Disusun Oleh:
PUTRI MJRNI YULIANTI
102119032
Pembimbing :
dr. Hj. Hervina,Sp.KK, FINSDV, MKM
Akhir kata dengan mengucapkan Puji syukur kepada Tuhan YME, semoga
Tuhan selalu meridhoi kita semua dan tulisan ini dapat bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1............................................................DEFINISI KERATOSIS SEBOROIK
......................................................................................................................3
2.2..........................................................ETIOLOGI KERATOSIS SEBOROIK
......................................................................................................................4
2.3................................................EPIDEMIOLOGI KERATOSIS SEBOROIK
......................................................................................................................4
2.4.............................................FAKTOR RESIKO KERATOSIS SEBOROIK
......................................................................................................................5
2.5.......................................GAMBARAN KLINIS KERATOSIS SEBOROIK
......................................................................................................................5
2.6..................CARA PENEGAKAN DIAGNOSIS KERATOSIS SEBOROIK
......................................................................................................................6
2.7..................................................PATOGENESIS KERATOSIS SEBOROIK
....................................................................................................................11
2.8...............................................PATOFISIOLOGI KERATOSIS SEBOROIK
....................................................................................................................14
2.9. DIAGNOSIS BANDING KERATOSIS SEBOROIK.............................15
2.10.PENATALAKSANAAN KERATOSIS SEBOROIK.............................16
2.11.EDUKASI KERATOSIS SEBOROIK....................................................19
2.12.KOMPLIKASI KERATOSIS SEBOROIK.............................................20
2.13.PROGNOSIS KERATOSIS SEBOROIK...............................................20
2.14.PROFESIONALISME KERATOSIS SEBOROIK.................................20
BAB IIIPENUTUP...............................................................................................22
iii
3.1...............................................................................................KESIMPULAN
....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Keratosis merupakan suatu istilah klinis yang sering dipakai untuk semua
tidak dapat diterima sebagai diagnosis klinis, karena keratosis seboroik adalah
suatu papiloma dan lebih tepat disebut sebagai veruka seboroik. Walaupun
muncul pada orang yang sudah tua, sekitar 20% dari populasi dan biasanya
tidak ada atau jarang pada orang dengan usia pertengahan. Keratosis seboroik
memiliki banyak manifestasi klinik yang bisa dilihat, dan keratosis seboroik
ini terbentuk dari proliferasi sel-sel epidermis kulit. Keratosis seboroik dapat
muncul dalam berbagai bentuk lesi, bisa satu lesi ataupun tipe lesi yang
Walaupun tidak ada faktor etiologi khusus yang dapat diketahui, keratosis
seboroik lebih sering muncul pada daerah yang terpapar sinar matahari,
terutama pada daerah leher dan wajah, juga daerah ekstremitas. (Siregar,
2016)
jinak pada kulit yang paling banyak diantara populasi di Amerika Serikat.
seiring dengan peningkatan usia seseorang. Tidak ada tendensi bahwa lesi ini
adalah atas indikasi kosmetik, namun pasien juga harus diingatkan bahwa lesi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan ciri macula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit dan
umumnya pada orang tua dan serta berasal dari proliferasi keratinosit
Hal ini terlihat dari 40% lesi keratosis seroboik ditemukan mutasi
FGFR 3 somatik.
- Infeksi virus
permukaan keratosis seboroik dan tidak lebih dalam oada lesi, sehingga
(Fitzpatrick’s, 2017)
5
jinak pada kulit yang paling banyak diantara populasi di Amerika Serikat.
Sering dijumpai pada ras kulit putih dengan jumlah pasien laki-laki
dan 4, dapat ditemukan bentuk yang agak datar. 1 Namun, kelainan ini dapat
umur. Keratosis lebih jarang ditemukan pada anak-anak dan ras kulit hitam.
Keratosis seboroik akan terjadi pada usia yang lebih tua, dan makin
seimbang keratosis seboroik pada daerah kulit yang terpapar sinar matahari
paparan kumulatif lebih dari 6 jam sehari memiliki 2,3 kali resiko keratosis
seboroik yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang kurang dari 3
Belanda menemukan bahwa tidak ada riwayat surnburn yang nyeri ataupun
banyak terdapat didaerah wajah dan badan atas. Lesi yang ditemukan
Papul atau nodus dapat berupa kubah, permukaan licin tidak berkilat dengan
sampai beberapa cm dan bila multiple lesi tersusun searah lipatan kulit.
Anamnesis
- Lesi dapat timbul di seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki serta
Pemeriksaan fisik
Inspeksi:
simetris.
- Keratosis seboroik tampak sebagai lesi multipel berupa papul atau plak
permukaan kulit.
- Lesi ini biasanya diliputi oleh kulit kering yang agak berminyak dan
- Lesi biasanya memiliki pigmen warna yang sama yaitu coklat, namun
kadang kadang juga dapat ditemukan yang bewarna hitam atau hitam
kebiruan.
bagian atas
autosomal dominan
Palpasi:
Pemeriksaan Kulit:
- Lokalisasi :
(Siregar. 2016)
- Efloresensi/sifat-sifatnya :
(Siregar. 2016)
pada tipe irritated. Satu dari tiga keratosis seboroik terlihat hiperpigmentasi
basal, seringkali berpigmen, dan disertai horn cyst yang kecil. (Adhi et
all, 2018)
2018)
- Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat,
berhubungan dengan sel pada lapisan sel basal epidermis. (Adhi et all,
KS, dimana dilaporkan prevalensi yang lebih tinggi pada area yang terpapar
sinar matahari (Tindall dan Smith, 1993). Pada sebuah studi di Australia,
kumulatif lebih dari 6 jam per hari memiliki risiko KS sebanyak 2,3 kali
lipat jika dibandingkan dengan pasien yang terpapar sinar matahari kurang
dari 3 jam per hari (Thomas dan Swanson, 2008). Sinar matahari adalah
sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan
manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi UV-A
(315-400 nm), radiasi UV-B (280-315 nm), dan radiasi UV-C (100-280
dalam kombinasi dengan obat dalam terapi penyakit kulit seperti psoriasis
reaktif, seperti radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya efek akut
dan efek kronis yang merugikan bagi kulit. Radiasi sinar UVA dapat
efek yang berbahaya, seperti kulit menjadi kusam dan menggelap, timbul
UV-B, dimana radiasi sinar UV-B memiliki efek yang paling kuat dalam
Intensitas radiasi sinar UVB maksimal terjadi pukul 10.00 hingga pukul
14.00. dalam jumlah yang sedikit, sinar ini dapat memberi vitamin D untuk
tulang. Sinar UV-C merupakan sinar paling berbahaya dari seluruh sinar UV
menurunkan pembentukan sel-sel tumor pada kulit yang diradiasi UVB. Hal
(Zhang dan Zhu, 2011). Mutasi pada FGFR 3 ini ditemukan pada 40-85%
kasus KS (Sober dkk, 2002). Protein FGF sebagai hormon berfungsi dalam
hydroxylase (Su dkk., 2014). Selanjutnya mutasi pada gen FGFR3 ini
terjadi resistensi apoptosis sel keratin. Hal tersebut akan memicu proliferasi
Ekspresi dari gen bcl-2, suatu gen onkogen penekan apoptosis, rendah
skuamos sel karsinoma, yang memiliki nilai yang tinggi untuk jenis gen ini. 2
Tidak ada peningkatan yang dapat dilihat dalam sonic hedgehog signal
cytokines. Endotelin-1 memiliki efek simulasi ganda pada sintesis DNA dan
melanisasi pada melanosit manusia dan telah terbukti terlibat sebagai salah
a. Melanoma maligna
Awalnya berupa tahi lalat yang berubah dalam warna, ukuran, mulai
(Siregar, 2016)
b. Keratosis aktinik
berupa macula atau plak kecoklatan, bentuk irregular, dapat soliter atau
Non-Farmakologi:
- Belum ada dan biasanya tidak perlu di obati. (Adhi, et all, 2018)
Pembedahan:
- Krioterapi
jaringan secara selektif agar jaringan parut yang terbentuk cukup estetis
18
den aman baik bagi dokter maupun penderita. Tehnik yang dapat
- Elektrodesikasi
diulang-ulang selama dua kali. Prosedur ini relatif ringkas, praktis, dan
- Laser CO2
- Bedah scalpel
19
Satu cara konservatif namun tetap dipakai sampai sekarang ialah bedah
dengan tepi lesi dari permukaan, sebaiknya bedah ini dilebihkan 3-4
mm dari tepi lesi agar yakin bahwa seluruh isi tumor bisa terbuang.
Farmakologi:
- Keratolytic agent
Trichloroacetic acid
tua dengan usia decade 3,4 untuk datar dan decade berbentuk nodus.
(Fitzpatrick’s, 2017)
memberikan gejala atau tidak dapat diterima dari segi kosmetik, dapat
rekurensi lokal dapat terjadi. Tidak ada angka tepat tentang rekurensi.
(Siregar, 2016)
2.13. PROFESIONALISME
(Fitzpatrick’s, 2017)
22
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
dengan ciri macula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit dan
umumnya pada orang tua dan serta berasal dari proliferasi keratinosit
epidermal. Sering dijumpai pada ras kulit putih dengan jumlah pasien laki-
lebih jarang ditemukan pada anak-anak dan ras kulit hitam. Keratosis
Seboroik dapat tumbuh di bagian tubuh mana saja, paling banyak terdapat
didaerah wajah dan badan atas. Lesi yang ditemukan berupa plak verukosa,
papul, atau nodus menempel pada kulit hiperpigmentasi warna coklat sampai
alasan kosmetik, gatal, meradang, atau nyeri, selain itu jga dapat dilakukan
tindakan pembedahan. Selain itu Keratosis seboroik adalah suatu tumor kulit
pembuangan lesi, rekurensi lokal dapat terjadi. Tidak ada angka tepat tentang
rekurensi.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi, D., Aida, S.S D., Aryani, S., Benny, W. E., Detty, K.D., Emmy, D. S., Endi N.,
Erdina, P. H., Evita, E. H., Farida, Z., Githa, R., Hanny, N., Herman, C., Made, W. I.,
Irma, B., Kusmarinah, B., Larissa, P., Lili, L., Lily, S., … Melani, M. (2018). Ilmu
2. Halfian, dkk. 2018. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Jakarta: Medicine Stuffs.
5. Dorland Newman. 2007. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. EGC. Jakarta
6. Chandrasoma Parakrama dan Taylor Clive. 2017. Ringkasan Patologi Anatomi. EGC.
Jakarta.
8. Duncan Karynne, Oxman, Geisse John, Lefell David. 2018. Epidermal and Appendegeal
Tumors diseaes. In : Wolff KG,LA. Katz, SI. Gilchrest, BA. Paller, AS. Leffeld, DJ.
10. Indonesia, U. (2018) Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 7th ed. Jakarta: Fakultas
Modeling.