Anda di halaman 1dari 9

KERATOSIS SEBOROIK

Keratosis seboroik biasa juga disebut keratosis senil, veruka seboroik senilis, seboroik wart,
papiloma sel basal. 1,2
Keratosis seboroik merupakan suatu tumor jinak pada lapisan kulit paling luar yang banyak
muncul pada orang usia tua, sekitar 20% dari populasi dan biasanya tidak ada atau jarang pada
orang dengan usia pertengahan. 1,2,3-5
Keratosis seboroik memiliki banyak manifestasi klinik yang bisa dilihat, dan keratosis seboroik
ini terbentuk dari proliferasi sel-sel epidermis kulit. Keratosis seboroik dapat muncul dalam
berbagai bentuk lesi, bisa satu lesi ataupun tipe lesi yang banyak atau multipel. Keratosis
seboroik ini dapat terjadi pada hampir semua badan kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki
oleh karena daerah tersebut jarang terpapar oleh sinar matahari. 4,6

EPIDEMIOLOGI
Secara global atau internasional, keratosis seboroik merupakan tumor jinak pada kulit yang
paling banyak diantara populasi di Amerika Serikat. Angka frekuensi untuk munculnya keratosis
seboroik terlihat meningkat seiring dengan peningkatan usia seseorang. Pada tahun 1963, Tindall
dan Smith meneliti populasi dari individu yang sudah berusaha lebih dari 64 tahun di Carolina
Utara dan mendapatkan hasil bahwa 88% dari populasi tersebut setidaknya memiliki paling
kurang satu lesi keratosis seboroik. Dalam penelitian ini, keratosis seboroik ditemukan pada 38%
wanita kulit putih dan 54% pada pria kulit putih, sekitar 61% pada pria kulit hitam dan 10% lebih
pada wanita kulit hitam. Pada tahun 1965 Young memeriksa 222 orang yang tinggal di panti
jompo Orthodox Jewish di New York dan menemukan bahwa 29,3% pria dan 37,9% pada wanita
memiliki lesi keratosis seboroik. Keratosis seboroik biasanya terjadi pada orang-orang kulit
putih. Perbandingan pada laki-laki dengan wanita sama. 2,4
Di Inggris, pada tahun 2000, Memon dan kawan-kawan menemukan bahwa populasi dengan usia
yang lebih muda dari 40 tahun hanya 8,3% yang memiliki sedikitnya satu macam lesi keratosis
seboroik pada laki-laki dan 16,7% sedikitnya satu macam lesi keratosis seboroik pada wanita. 2,4

Keratosis seboroik ditemukan lebih banyak pada orang kulit putih dibandingkan dengan orang
kulit hitam, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keratosis seboroik merupakan
tumor jinak yang paling sering terjadi pada orang usia tua. Insidennya meningkat sesuai dengan
umur. Kadang disebutkan bahwa keratosis seboroik merupakan bagian dari penuaan karena lebih
banyak ditemukan pada usia lanjut. 4,7
Keratosis seboroik lebih sering muncul pada daerah yang sering terpapar sinar matahari,
terutama pada daerah leher dan wajah. Walaupun tidak menutup kemungkinan biasanya dapat
terjadi hampir semua daerah tubuh yang terkena matahari kecuali telapak tangan dan telapak
kaki. 4-6

ETIOLOGI
Sampai kini, keratosis seboroik belum diketahui penyebabnya. Pasien yang mempunyai resiko
besar untuk terjadinya keratosis seboroik, mungkin mempunyai riwayat keluarga. Keratosis
seborroik ini menggambarkan adanya kecenderungan gen, yang terkait dengan gen autosomal
dominan. 3,8
Penyebab dari perkembangan lesi keratosis seboroik pada usia tua tidak dapat diketahui dengan
pasti. Meningkatnya jumlah sel yang bereplikasi menunjukkan adanya hubungan dengan
terjadinya keratosis seboroik ini. Hal ini telah diketahui melalui penelitian bromodeoxyuridin
dan imunohistokimia untuk pengembangan antigen tertentu yang berhubungan. Ada peningkatan
yang nyata dan signifikan dari angka terjadinya apoptosis pada semua variasi bentuk dari
keratosis seboroik dibandingkan dengan kulit yang normal. Keratosis seboroik biasanya terdapat
pada bagian kulit yang paling sering terpajan sinar matahari, dan sebagian tipe keratosis dapat
terbentuk akibat radiasi sinar matahari pada kulit manusia. Walaupun gambaran klinis keratosis
seboroik berupa lesi yang verukosa, human papiloma virus (HPV) hanya kadang-kadang
dideteksi, terutama pada lesi di sekitar genitalia yang kemungkinan sebenarnya merupakan suatu
kondiloma akuiminata. Pada kasus-kasus dimana ditemukan HPV di lokasi lain, pertanyaan
selalu muncul dimana lesi yang ditemukan jarang verukosa. 4,9

PATOGENESIS
Walaupun tidak secara umum untuk mempertimbangkan penyebab dari keratosis seboroik,
penyakit ini sering terjadi pada daerah yang jarang tertutup oleh pakaian, paparan sinar matahari
telah dipikirkan sebagai salah satu faktor resiko dari pertumbuhan keratosis seboroik,
sebagaimana pertumbuhannya lebih awal dan lebih sering ditemukan pada daerah dengan iklim
tropis. Pada sebuah studi (Australia) menyatakan prevalensi yang tinggi dari keratosis seboroik
pada daerah kulit yang terekspose dengan sinar matahari, seperti kepala, leher, berlawanan

dengan daerah yang jarang terekspos sinar matahari dari subyek yang sama. Walaupun tidak ada
etiologi spesifik yang telah diidentifikasi pada pathogenesis keratosis seboroik, tetapi pada
pengamatan secara umum bahwa pertumbuhan dan derajat pigmentasi menunjukkan hubungan
langsung dengan paparan sinar matahari.8,9
Perubahan yang utama dari keratosis seboroik adalah akumulasi keratinosit normal diantara
lapisan basal dan lapisan permukaan epidermis yang mengalami keratinisasi. Proliferasi dari
keratinosit memacu aktivasi dari melanosit disekitarnya dengan mensekresi melanocytestimulating cytokines. Melanosit akan berploriferasi diantara keratinosit-keratinosit yang imatur
ini dan mentransfer melanin padanya. Endotelin-1 memiliki efek stimulasi ganda pada sintesis
DNA dan melanisasi pada melanosit manusia dan telah terbukti terlibat sebagai salah satu peran
penting dalam pembentukan hiperpigmentasi keratosis seboroik.4,8

GAMBARAN KLINIK
Keratosis seboroik merupakan pertumbuhan papilomatous yang paling umum yang sering
muncul pada umur pertengahan. Lesinya berbentuk lingkaran, lebih tinggi dari jaringan
sekitarnya dengan permukaan yang verukosa. Keratosis seboroik muncul pada bagian tubuh
mana saja. Biasanya asimtomatik tetapi dapat berupa gatal. Lesi keratosis seboroik lebih sering
terdapat pada wajah dan punggung atas. Gambaran awal yang jelas yaitu hiperpigmentasi yang
kecil. Pada lengan dan kepala. Keratosis seboroik meninggalkan sisa di permukaan kulit pada
waktu yang lama, dan dapat disalah artikan sebagai lesi melanositik. Sangat sulit untuk
membedakan lesi keratosis seboroik superfisial dari lentigo maligna dan pigmented actinic
keratosis. Lesi kemerahan dapat bertangkai, akantosis, permukaan halus, berbentuk kubah, dan
sangat berpigmen tetapi ini berbeda dengan nevus melanositik yang tidak mengkilat, dan selalu
menyumbat saluran folikel pada permukaan, pada umumnya memberikan gambaran cerebriform.
Kebanyakan lesi keratosis seboroik mempunyai rambut yang lebih sedikit dengan kulit
disekitarnya. Lesinya berbatas tegas, dapat berupa makula, papula atau plak, tergantung pada
tahap pertumbuhannya. Lesi keratosis seboroik biasanya berwarna kecoklatan. Namun dapat juga
berwarna kuning mengkilat sampai coklat kehitaman. Kadang-kadang pasien mempunyai lesi
keratosis yang berwarna keputih-putihan pada punggungnya. Lesinya hampir selalu mempunyai
permukaan yang datar pada saat pertama kali ditemukan, namun, seiring waktu, lesi dapat
menjadi verukosa, polipoid atau bertangkai. Bentuknya bulat, atau oval dan lesi multipel dan
dapat tersusun lurus pada daerah lipatan kulit.6,8,9
Keratosis seboroik biasanya tidak bergejala, tetapi dapat membuat tidak nyaman pada
penderitanya. Ukurannya bervariasi antara 1 mm sampai beberapa sentimeter. Lesi yang paling
kecil terdapat di sekitar orifisium folikel, terutama pada punggung. Seiring dengan waktu, lesi
menjadi lebih tebal, dan penampakannya menjadi bertangkai dan tertanam pada permukaan kulit

Pada kelopak mata dan fleksura mayor lainnya,keratosis seboroik dapat bertangkai dan lebih
sedikit keratotik.7,8
Karakteristik permukaan dari keratosis seboroik adalah lembut dan tebal, berbentuk bulat, kasar
(seperti batu-batu yang tertanam), kering dan pecah-pecah. lesinya tampak tertanam pada
permukaan kulit dan, pada kenyataannya, hanya terdapat pada lapisan epidermis saja.
Karakteristik permukaan bervariasi sesuai umur dari lesi tersebut dan lokasinya. Lesinya pada
ekstremitas biasanya halus dan datar, atau minimal menonjol dan ramping dengan penonjolan
dari kulit sekitarnya. Seiring dengan waktu, permukaan lesi menjadi verukosa Lesi pada wajah
dan punggung sangat bervariasi pada bentuknya, tetapi karakteristik umumnya pada semua lesi
yaitu lingkaran yang berbatas tegas, tampak tertanam, dengan warna yang bervariasi coklathitam. Jika tepinya ireguler, keratosis seboroik menyerupai melanoma maligna.9,10
Lesi-lesi ini dapat muncul pada sebagian besar dari permukaan tubuh kecuali membran mukosa.
Jika lesinya multipel dan tumbuh pada punggung, Keratosis seboroik dapat terlihat seperti
bentuk pohon natal, berada pada aksis yang panjang di seluruh permukaan kulit, atau
Blaschkos lines. Keratosis seboroik khas muncul awalnya datar, berbatas tegas, makula
berwarna coklat. Seiring dengan pertumbuhannya, lesinya menjadi polipoid dengan permukaan
yang tidak rata. Keratosis seboroik muncul hanya pada kulit yang mempunyai rambut, tanpa
terkecuali sedikit pada permukaan mukosa, telapak tangan dan telapak kaki. Wajah, leher dan
punggung-terutama punggung bagian atas dan ekstremitas merupakan yang paling sering
terkena. 3,8
Lesi dapat mengalami radang dari rupture small horn pseudocyst, atau trauma. Infeksi oleh
beberapa organisme seperti Staphylococcus aureus jarang terjadi. Lesi yang mengalami trauma
atau peradangan, selalu kemerahan, krusta, dan dapat terasa nyeri ataupun gatal.iritasi dapat
menyebabkan pembengkakan, kadang-kadang berdarah,, krusta, serta warnanya menjadi lebih
gelap oleh karena inflamasi. Kebanyakaan Keratosis seboroik tidak bergejala, kecuali alasan
kosmetik.7,9

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Akurasi diagnosis sangat diperlukan untuk membenarkan beberapa praktisi, yang tidak
mengambil sampel untuk konfirmasi histopatologi.Pada sebuah studi, akurasi diagnosis lebih
dari 99% dapat ditegakkan oleh ahli kulit. Lebih hebatnya, ketepatan diagnosis juga lebih dari
99% dapat ditegakkan oleh dokter umum. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan histopatologis.Biopsi harus dilakukan apabila terdapat keraguan dalam menentukan
diagnosis.4,11
Gambaran histopatologi dari keratosis seboroik terdiri dari proliferasi epitel yang berada pada
pemukaan kulit. Proliferasi ini selalu sangat hiperkeratosis dengan permukaan yang tertutup dan

saluran keratin yang ireguler yang meluas ke epidermis. Komposisi keratosis seboroik adalah sel
basaliod dengan campuran sel skuamosa Keratosis seboroik yang mengalami iritasi biasanya
mempunyai gambaran mikroskopik yang berbeda, dan lesinya tetap memperlihatkan gambaran
peningkatan keratinisasi.4,11
Terdapat setidaknya 5 tipe histologik dari keratosis seboroik : achantotic, hiperkeratotik,
retikulated, klonal, irritated, dan melanoachantoma. Gambaran ini selalu tumpang tindih pada
satu lesi yang sama dikarenakan oleh pada penampakan
yang berbeda, kebanyakan lesi menunjukkan derajat hiperkeratosis dan papilomatous yang
bervariasi.

Acnthotic type, dengan hiperkeratosis yang minimal


Adenoid (reticulated) type, tersusun atas jalinan helaian dari dua lapisan epitel basalis,
Hyperkeratotic type, dengan ciri hiperkeratosis yang jelas dan ,selalu, sangat papilomatous.
Irritated seborrheic keratosis, dengan karakteristik sangat akantosis,
Clonal seborrheic keratosis, dengan karakteristik sel pulau-pulau basaloid sepanjang
epidermis.6,9

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Kebanyakan keratosis seboroik sangat mudah untuk diidentifikasi dari gambaran klinik.
Walaupun terdapat beberapa kelainan yang mempunyai gambaran klinik yang sama, diagnosis
banding dari keratosis seboroik utamanya yaitu acrocordont, veruca vulgaris, kondiloma
akuiminata, acrokeratosis veruciformis, tumor infundibulum, ekcrine paroma, bowens disease,
infasif squamos carcinoma, colar lentigo, melanositik melanoma. Dari gambaran patologik,
gambaran papilomatous yang lain dapat dipertimbangkan tetapi pada umumnya sangat berbeda
pada penampakan kliniknya.9
Acrochordon merupakan tumor jinak kecil yang terutama terbentuk pada daerah lipatan-lipatan
kulit. Acrochordon sering terdapat pada kelopak mata, leher, aksilla, lipatan paha dan di bawah
payudara. Keratosis seboroik juga bisa didapatkan pada lokasi-lokasi tersebut tetapi lesi
akantolisis dan bertangkai. Epidermal nevus dapat mirip keratosis seboroik, namun epidermal
nevus ini lebih sering muncul pada saat kelahiran dan masa kanak-kanak serta mempunyai
konfigurasi yang linear atau lingkaran.9,12

Veruka vulgaris mirip dengan keratosis seboroik pada penampakan klinisnya, tetapi pada veruka
vulgaris, terdapat kapiler-kapiler yang tersumbat.Veruka vulgaris biasanya mengenai lutut,
tangan dan jari sebagaimana kondiloma akuiminata yang mempunyai predileksi di daerah
genital. Veruka vulgaris dan kondiloma akuiminata berisi human papiloma virus, koilesitosis,
kumpulan parakeratosis, hipergranulosis dan dilatasi kapiler dapat membantu diagnosis, tetapi
gejala-gejala ini tidak selamanya muncul. Untuk menguji infeksi human papiloma virus
dibutuhkan pemeriksaan molekuler, tetapi pemeriksaan ini tidak selalu dilakukan karena
keterbatasan alat. Human papiloma virus selalu dilaporkan pada beberapa lesi non-genital
dengan gambaran klinik dan histoogi dari keratosis seboroik. Walaupun lesi ini lebih kepada
kandiloma akuiminata dengan gambaran morfologi keratosis seboroik dari pada keratosis
seboroik yang mendapat infeksi sekunder.9,13
Keratosis seboroik dapat disalah diagnosiskan sebagai keganasan jika terdapat atipik. Gambaran
sel skuamous dapat berlimpah antara keratosis seboroik dan karsinoma sel skuamous. Namun
pada irritated keratosis seboroik tidak ada perluasan ke daerah dermis. Keratosis seboroik
( terutama tipe achantotik) dapat mirip dengan melanositik melanoma secara klinik. Pemeriksaan
histologi dibutuhkan untuk membedakannya.Untuk membedakan kasus-kasus seperti keratosis
seboroik, karsinoma sel squamos insitu (bowels disease) dan karsinoma sel squamos yang
invasif membutuhkan pemeriksaan histologi. 9,13
Bowens disease merupakan karsinoma sel squamosa insitu yang berpotensial untuk menyebar
kearah lateral. Secara klinik bowens disease berwarna merah kecoklatan, irritated dan keratosis
seboroik yang meradang dapat memberikan gambaran yang sama. Pada lesi ini, dibutuhkan
pemeriksaan biopsi. Biasanya bowens disease dapat terlihat sebagai pre keratosis seboroik.9,15
Keratosis seborroik tipe achantotic dapat memberikan gambaran yang sama dengan eccrine
paromas secara histologis tetapi pada penampakan kilinisnya berbeda. Paromas lebih sering
terdapat pada telapak kaki dan punggung dengan plak yang merah dan lembut dapat bertangkai
dan multilobuler.9
DIAGNOSIS
Diagnosis keratosis seboroik berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis penderita. Pada
anamnesis, biasanya keratosis seboroik tidak menunjukkan gejala, tetapi mengganggu
penderitanya. Keratosis seboroik selalu muncul awalnya sebagai satu atau lebih makula datar,
berbatas tegas dan berwarna cokelat. Lesinya dapat jarang atupun banyak. Pada pemeriksaan
fisis, didapatkan satu atau lebih lesi yang datar, berwarna cokelat dan berbatas tegas, yang dapat
berkembang menjadi lesi dengan permukaan yang verukosa. Lesi ini tumbuh pada kulit yang
normal. Ukurannya bervariasi antara 1 mm sampai beberapa sentimeter. Lesi yang paling kecil
terdapat di sekitar orifisium folikel, terutama pada punggung. Seiring dengan waktu, lesi menjadi
lebih tebal, dan penampakannya menjadi bertangkai dan tertanam pada permukaan kulit.7,8

Tipe superfisial dari keratosis seboroik harus dibedakan dengan simpel lentigo atau lentigo
maligna, dan dari aktinik keratosis terutama pada wajah. Celah yang baik pada permukaannya
mungkin dapat membantu. Jenis lesi yang berupa kubah berpigmen mungkin sangat mirip
dengan nevus melanositik , tetapi permukaannya tidak terlalu berkilat dan satu saluran folikel
tersumbat. Lesi keratosis yang mengalami inflamasi dapat membingungkan dengan melanoma
maligna. Jika lesinya diterapi dengan antibiotik topikal selama 3-5 hari, diagnois mungkin lebih
jelas. Pada keadaan ragu-ragu dalam menegakkan diagnosis, pemeriksaan histopatologis harus
dilakukan. Pemeriksaan histopatologis juga sebaiknya diminta pada semua specimen yang telah
dihilangkan.8,10

TERAPI
Pada dasarnya terapi yang digunakan untuk menghilangkan keratosis seboroik adalah untuk
semata tujuan kosmetik. Penanganan dengan menggunakan obat-obatan sistemik relatif tidak
diperlukan kecuali mengarah kepada keganasan. Jenis penanganan tersebut termasuk kuret
dengan alat diseksi listrik, scalpel, radiasi, bedah dengan bahan kimia, dan bedah beku. Keratosis
seboroik dengan diameter kurang dari 2 cm biasanya ditangani dengan scalpel atau alat diseksi
listrik dan kuret setelah dilakukan biopsi untuk memastikan diagnosis. Dalam beberapa
kesempatan, keratosis seboroik pada dasarnya mudah diangkat dengan kauterisasi,
elektrokoagulasi atau dengan menggunakan solusi hemostasis seperti cairan silver atau ferri
sulfat ( solusi Monsels ). Pada bedah kimia, eksisi mikroskopik pada tumor dilakukan dengan
memisahkan tumor selapis demi selapis dengan scalpel, kemudian dibuat preparat irisan beku
yang selanjutnya diperiksa untuk menemukan bukti adanya keganasan. Teknik ini adalah yang
paling efektif dan mahal, tetapi angka kesembuhannya melebihi 97%. 3,17
Sedangkan pada Bedah krio dengan menggunakan nitrogen cair angka kesembuhannya sama
seperti kuret dan pemotongan dengan listrik. Penanganan yang kurang umum digunakan untuk
menghilangkan Giant seborrheic keratosis meliputi obat-obatan topikal seperti fluorourasil dan
dermabrasion. Satu hal yang harus menjadi perhatian dalam penanganan pada pasien dengan
keratosis seboroik setelah pengangkatan dengan eksisi adalah lesi akan mengarah
kepadadisplasia melanosit atau melanoma dengan keganasan. Eksisi ini harus mendapatkan
rekomendasi sebelumnya dari pemeriksaan histologis bahwa lesi yang akan diangkat adalah
tipikal keratosis seboroik. 3,13,17

PROGNOSIS
Prognosis penderita dengan keratosis seboroik tidaklah seburuk yang dipikirkan. Diagnosis dini
serta pembedahan yang segera bertanggung jawab untuk membuat statistik ini menjadi lebih

baik. Jika penanganan tidak tepat, lesi bekas eksisi akan berubah menjadi melanoma. Namun,
pada umumnya penanganan keratosis seboroik memiliki hasil yang memuaskan. 3,13

KESIMPULAN
Keratosis seboroik merupakan suatu tumor jinak pada lapisan kulit paling luar yang banyak
muncul pada orang yang sudah tua, sekitar 20% dari populasi dan biasanya tidak ada atau jarang
pada orang dengan usia pertengahan. Penyakit ini banyak memiliki manifestasi klinik yang dapat
dilihat dan terbentuk dari proliferasi sel-sel epidermis kulit. Dapat muncul dalam berbagai
bentuk lesi, bias satu lesi maupun multipel. Keratosis seboroik ini dapat terjadi hamper semua
badan kecuali telapak tangan dan telapak kaki. Karakteristik permukaan dari keratosis seboroik
adalah lembut dan tebal, berbentuk bulat, kasar (seperti batu-batu yang tertanam), kering dan
pecah-pecah. Lesinya tampak tertanam pada permukaan kulit dan, pada kenyataannya, hanya
terdapat pada lapisan epidermis saja. Pada dasarnya, tujuan dari terapi yang digunakan untuk
menghilangkan keratosis seboroik adalah semata-mata untuk tujuan kosmetik. 1-6,8,9,11,17

DAFTAR PUSTAKA
1. Seborrheic Keratosis. [on-line]. 2006. [Makassar 2008, Jan 27]:[3 screens]. Available from :
URL : http : // www.healthline.com
2. Seborrheic Keratosis. [on-line]. 2006. [Makassar 2008, Jan 27]:[2 screens]. Available from :
URL : http : // www.umm.edu
3. Shane GS, Vincent CY. Benign Epithelial Tumor. In : Irwin MF, Arthur ZE, Klaus W, Frank
AK, Lowell AG, Stephen IK, eds. Dermatology In General Medicine 6th ed. USA. Fitzpatricks.
4. Keratosis Seboroik. [on-line]. 2006. [Makassar 2008, Jan 27]:[8 screens]. Available from :
URL : http : // www.medicinestuff.com
5. Keratosis Seboroik. [on-line]. 2004. [Makassar 2008, Jan 27]:[2 screens]. Available from :
URL : http : // www.medicastore.com
6. Milton RO, Leon ME, Benjamin KF, eds. Gross and Microscopic Pathology of the Skin 2th
ed. USA. Dermatopathology Foundation Press, Inc. 1988
7. Author. Seborrheic Keratosis. [on-line]. 2006. [Makassar 2008, Jan 27]:[11 screens]. Available
from : URL : http // www.emedicine.com
8. Champion RH, Burton JL, Burns DA, Breatthnach SM, eds. Textbook of Dermatology 6th ed.
USA. Rook/Wilkinson?Ebling. 1998
9. Diane P, Christopher B, Torsten E, Clay JC. Benign Epidermal Tumors and Proliferations.
Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, Horn TD, Mascaro JM, Mancini AJ, eds. Dermatology vol

2.USA. Mosby. 2003


10. Habif TP, ed. Clinical Dermatology 4th ed. USA. Mosby. 2004
11. Moschella SL, Hurley HJ, eds. Dermatology 2th ed. USA. WB Saunders Company. 1985
12. Acrocordon. [0n-line]. 2007. [Makassar 2008, Feb 03]:[2 screens]. Available from : URL :
http : // www.wikipedia.com
13. Thomas BF, Richard AJ, Klauss W, Dick S, eds. Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology Common and Serius Diseases. USA. Medical Publishing Division. 2001.
14. Verruca Vulgaris. [on-line]. 2007. [Makassar 2008, Feb 03]:[2 screens]. Available from :
URL : http : // www.missing link.com
15. Stephen DH. Squamous Cell Carcinoma. [on-line]. 2006. [Makassar 2008, Feb 03]:[10
screens]. Available from : URL : http : // www.emedicine.com
16. Melanoma Border. [on-line]. 1988. [Makassar, 2008, Feb 03]:[2 screens]. Available from :
URL http : // www.wikipedia .com
17. Sylvia AP, Lorraine MW, eds. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses penyakit. Indonesia.
EGC. 1995.

Anda mungkin juga menyukai