Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keratosis seboroik merupakan tumor jinak yang sering pada orang tua.

Keratosis seboroik memiliki variasi dalam gambaran klinisnya, dan berkembang

dari proliferasi sel epidermis. Walaupun belum ditemukan penyebab yang spesifik

namun keluhan ini lebih sering muncul pada area yang terpapar matahari.

Terkadang berbentuk soliter, biasanya timbul beberapa papul berwarna coklat.

Keratosis seboroik dapat juga disebut wart keratosis, papiloma sel basal, dan

keratosis sinilis. Keratosis seboroik memiliki banyak manifestasi klinik, lesi yang

timbul bisa satu atau banyak lesi. Status dermatologi yang dapat dilihat adalah

berbatas tegas, berwarna kecoklatan atau hiperpigmentasi, dan sedikit meninggi

dibanding permukaan kulit sehingga penampakan keratosis seboroik seperti

tertempel dalam permukaan kulit.1


Kebanyakan keratosis seboroik memiliki permukaan seperti veruka, dengan

konsistensi yang halus atau lembut. Walaupun biasanya diameter lesi keratosis

seboroik berkisar dalam hitungan beberapa millimeter saja, tetapi ada beberapa

lesi yang dapat mencapai ukuran diameter dalam sentimeter. Krusta dan dasar

yang inflamasi dapat ditemukan pada lesi dengan trauma.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Keratosis seboroik adalah salah satu jenis penyakit kulit, yaitu tumbuhnya

benjolan seperti kutil pada permukaan kulit. Benjolan ini merupakan tumor jinak

1
yang paling sering dialami oleh lansia. Benjolan-benjolan keratosis seboroik bisa

tumbuh di mana saja, kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, atau membran

mukosa (lapisan seperti di dalam mulut atau hidung). Bagian tubuh yang sering

menjadi lokasi kemunculan benjolan ini adalah wajah, dada, bahu, serta

punggung.1
2.2 Etiologi
Penyebab di balik pertumbuhan abnormal pada sel-sel kulit keratosis

seboroik juga belum diketahui secara pasti. Diduga sinar matahari memegang

peran yang penting dalam terjadinya keratosis seboroik. Pembagian faktor

penyebab keratoasisi seboroik yaitu:

1. Faktor eksternal

a. Sering terpapar sinar matahari.


b. Terpapar sinar X ray dan radionuklir dalam waktu yang lama.
c. Adanya jaringan parut (keloid) yang luas akibat luka bakar.

2. Faktor internal
a. Imunitas yang rendah dan usia lansia.3

2.3 Epidemiologi
Secara global atau internasional keratosis seboroik merupakan tumor jinak

pada kulit yang paling banyak diantara populasi di Amerika Serikat. Angka

frekuensi untuk munculnya keratosis seboroik terlihat meningkat seiring dengan

peningkatan usia seseorang. Pada tahun 1963, Tindall dan Smith meneliti populasi

dari individu yang sudah berusaha lebih dari 64 tahun di Carolina Utara dan

mendapatkan hasil bahwa 88% dari populasi tersebut setidaknya memiliki paling

kurang satu lesi keratosis seboroik. Dalam penelitian ini, keratosis seboroik

ditemukan pada 38% wanita kulit putih dan 54% pada pria kulit putih, sekitar

61% pada pria kulit hitam dan 10% lebih pada wanita kulit hitam. Pada tahun

2
1965 Young memeriksa 222 orang yang tinggal di panti jompo Orthodox Jewish

di New York dan menemukan bahwa 29,3% pria dan 37,9% pada wanita memiliki

lesi keratosis seboroik. Keratosis seboroik biasanya terjadi pada orang-orang kulit

putih. Perbandingan pada laki-laki dengan wanita sama.2


Di Inggris, pada tahun 2000 Memon dan kawan-kawan menemukan bahwa

populasi dengan usia yang lebih muda dari 40 tahun hanya 8,3% yang memiliki

sedikitnya satu macam lesi keratosis seboroik pada laki-laki dan 16,7% sedikitnya

satu macam lesi keratosis seboroik pada wanita. Keratosis seboroik ditemukan

lebih banyak pada orang kulit putih dibandingkan dengan orang kulit hitam, tidak

ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keratosis seboroik merupakan

tumor jinak yang paling sering terjadi pada orang usia tua. Insidennya meningkat

sesuai dengan umur. Kadang disebutkan bahwa keratosis seboroik merupakan

bagian dari penuaan karena lebih banyak ditemukan pada usia lanjut. Keratosis

seboroik lebih sering muncul pada daerah yang sering terpapar sinar matahari,

terutama pada daerah leher dan wajah. Walaupun tidak menutup kemungkinan

biasanya dapat terjadi hampir semua daerah tubuh yang terkena matahari kecuali

telapak tangan dan telapak kaki.4


2.4 Faktor Resiko
Faktor lain yang mungkin berkontribusi terhadap pengembangan

keratoakantoma adalah faktor genetik, imunosupresi, bahan kimia yang berpotensi

karsinogenik, virus, dan trauma. Faktor resiko sering dikatakan berhubungan

dengan terjadinya, terutama keratoakantoma yaitu diantaranya:


a) Faktor lingkungan dapat menjadi pemicu pada penderita keratosis, seperti

radiasi ultraviolet, tembakau, obat-obatan, virus. Sinar UV mengarah pada

self-immunity dan hilangnya toleransi karena menyebabkan apoptosis

keratinosit. Selain itu sinar UV menyebabkan pelepasan mediator imun pada

3
penderita dan memegang peranan dalam fase induksi yanng secara langsung

mengubah sel DNA, serta mempengaruhi sel imunoregulator yang bila normal

membantu menekan terjadinya kelainan pada inflamasi kulit.


b) Kebiasaan merokok yang menunjukkan bahwa perokok memiliki resiko tinggi

terkena keratosis seboroik, berhubungan dengan zat yang terkandung dalam

tembakau yaitu amino lipogenik aromatik.


c) Pengaruh obat juga memberikan gambaran bervariasi pada penderita keratosis

seboroik. Pengaruh obat salah satunya yaitu dapat meningkatkan apoptosis

keratinosit.
d) Faktor genetik dan sistem imun yang lemah.
e) Usia. Gangguan kulit ini umumnya mulai terjadi pada dewasa di atas 40 tahun

dan jumlahnya akan bertambah seiring usia.


f) Paparan sinar matahari. Hipotesa yang mengatakan keratosis seboroik

umumnya muncul pada bagian kulit yang sering terpapar sinar matahari, pada

kenyataannya kondisi ini juga terdapat pada orang yang tidak terpapar sinar

matahari tersebut. Hal ini terjadi seiring dengan ditemukannya mutasi sel

tubuh.
g) Riwayat keluarga, seseorang kemungkinan mendapatkan penyakit ini bila ada

riwayat keluarga pendahulunya yang mengalaminya.


h) Warna kulit, orang berkulit putih memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami

penyakit ini.
i) Riwayat keluarga, seseorang kemungkinan mendapatkan penyakit ini bila ada

riwayat keluarga pendahulunya yang mengalaminya.


j) Warna kulit, orang berkulit putih memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami

penyakit ini.1
2.5 Diagnosa
2.5.1 Anamnesa

Keratosis seboroik dapat timbul di setiap bagian tubuh, biasanya

asimptomatik tapi dapat terasa gatal. Sering muncul pada wajah dan ekstremitas

atas. umumnya muncul dengan satu atau lebih lesi yang berbatas tegas, coklat

4
muda, dan macula yang datar. Lesi dapat satu atau berkelompok. Warna dari lesi

ini dapat bervariasi mulai dari coklat pucat dengan sedikit warna pink hingga

warna coklat atau hitam. Riwayat lesi sebelumnya yaitu pembesaran disertai

dengan penebalan dan tumbuhnya beberapa lesi baru. Hubungan keluarga

berkaitan berkembangnya keratosis seboroik sekitar separuh pasien penderita

penyakit ini, dengan diturunkan secara autosomal dominan. Keratosis seboroik

dapat muncul pada bagian tubuh mana saja, kecuali telapak tangan dan membran

mukosa.5

2.5.2 Pemeriksaan Dermatologi


Karakteristik permukaan dari keratosis seboroik adalah lembut dan tebal,

berbentuk bulat, kasar (seperti batu-batu yang tertanam), kering dan pecah-pecah.

Lesinya tampak tertanam pada permukaan kulit dan pada kenyataannya, hanya

terdapat pada lapisan epidermis saja. Karakteristik permukaan bervariasi sesuai

umur dari lesi tersebut dan lokasinya. Lesinya pada ekstremitas biasanya halus

dan datar, atau minimal menonjol dan ramping dengan penonjolan dari kulit

sekitarnya. Seiring dengan waktu, permukaan lesi menjadi verukosa. Lesi pada

wajah dan punggung sangat bervariasi pada bentuknya, tetapi karakteristik

umumnya pada semua lesi yaitu lingkaran yang berbatas tegas, tampak tertanam,

dengan warna yang bervariasi coklat-hitam. Jika tepinya ireguler, keratosis

seboroik menyerupai melanoma maligna. Lesi-lesi ini dapat muncul pada sebagian

besar dari permukaan tubuh kecuali membran mukosa. Jika lesinya multipel dan

tumbuh pada punggung, Keratosis seboroik dapat terlihat seperti bentuk “pohon

natal”, berada pada aksis yang panjang di seluruh permukaan kulit, atau

Blaschko’s lines. Keratosis seboroik khas muncul awalnya datar, berbatas tegas,

makula berwarna coklat. Seiring dengan pertumbuhannya, lesinya menjadi

5
polipoid dengan permukaan yang tidak rata. Keratosis seboroik muncul hanya

pada kulit yang mempunyai rambut, tanpa terkecuali sedikit pada permukaan

mukosa, telapak tangan dan telapak kaki. Wajah, leher dan punggung terutama

punggung bagian atas dan ekstremitas merupakan yang paling sering terkena.3

Umumnya dapat berupa lesi yang berbatas tegas, warna coklat muda, lesi

yang datar. Lesi ini muncul pada kulit yang normal. Ukuran dari lesi ini 1 cm,

terkadang bisa tumbuh lebih besar hingga mencapai ukuran lebih dari 5 cm namun

kebanyakan hanya 0,5 – 1 cm. Seiring waktu, lesi akan menebal, keratosis yang

sudah berkembang sering ditemukan dengan pigmen yang dalam dan tidak

memantulkan cahaya. Banyak lesi dari keratosis menonjol keluar. Bentuk lesi

mulai dari bentuk bulat hingga oval. Lesi terkecil terletak di sekitar tepi folikuler,

khususnya pada daerah tungkai. Iritasi pada daerah lesi dapat menyebabkan

peradangan, terkadang berdarah dan bernanah dengan warna lesi akan semakin

gelap (merah kecoklatan).5

Gambar 2.1. Gambaran keratosis seboroik pada pemeriksaan fisik

Erupsi multipel keratosis seboroik juga dikenal sebagai the sign of Leser-

Trelat, disebutkan berkaitan dengan keganasan multipel yang tersembunyi dan

sering diikuti dengan rasa gatal. Keganasan yang paling sering dihubungkan

adalah adenokarsinoma lambung, colon, dan payudara. Tanda ini juga telah

dilaporkan dengan berbagai macam tumor, termasuk limfoma, leukemia, dan

6
melanoma. Tanda ini juga berhubungan dengan hiperkeratosis telapak tangan dan

telapak kaki terkait dengan penyakit keganasan dan acanthosis nigricans. Namun,

bukti yang mendukung dugaan hubungan keratosis seboroik dengan keganasan

sangat sedikit.6

Gambar
2.22.2. Gambaran lesi keratosis seboroik berbentuk
2.3 papular
Gambar 2.3 . Gambaran lesi keratosis seboroik

Kebanyakan keratosis seboroik (77,5%) ditemukan pada daerah badan,

bila dibandingkan dengan ekstremitas dan kepala yang hanya 22,5%. Perlu

dipertimbangkan bila dilihat secara individual, 67,5% distribusinya hanya pada

badan, 25% pada daerah badan dan ekstremitas, 5% hanya pada daerah

ekstremitas saja dan 2,5% memiliki lesi sendiri pada kening. Dan hanya 3% saja

pada daerah ekstremitas inferior.9

Gambar 2.4. Distribusi keratosis seboroik pada tubuh

7
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang

Keratosis seboroik dapat didiagnosa dengan pemeriksaan yang cukup

mudah. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan

histopatologi. Komposisi keratosis seboroik adalah sel basaloid dengan campuran

sel skuamosa. Invaginasi keratin dan pseudohorn cyst karakteristiknya. Sarang-

sarang sel skuamosa kadang dijumpai, terutama pada tipe irritated. Satu dari tiga

keratosis seboroik terlihat hiperpigmentasi pada pewarnaan hematoksilin-eosin.

Setidaknya ada 5 gambaran histologi yang dikenal: acantholic (solid), reticulated

(adenoid), hyperkeratotic (papilomatous), clonal dan irritated.



Tipe acantholic dibentuk oleh kolumna-kolumna sel basal dengan campuran

horn cyst.

Tipe reticulated mempunyai gambaran jalinan untaian tipis dari sel basal,

seringkali berpigmen, dan disertai horn cyst yang kecil.



Tipe hyperkeratotic terlihat eksofilik dengan berbagai tingkat hiperkeratotis,

papilomatosis dan akantosis. Terdapat sel basaloid dan sel skuamosa.



Tipe clonal mempunyai sarang sel basaloid intraepidermal.

Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat,

dengan gambaran likenoid pada dermis bagian atas. Sel apoptotik terdapat

pada dasar lesi yang menggambarkan adanya regresi imunologi pada keratosis

seboroik. Kadang kala terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat

tanpa likenoid jarang terdapat netrofil yang berlebihan dalam infiltrat. Pada

pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan bahwa

sel basaloid yang kecil berhubungan dengan sel pada lapisan sel basal

epidermis. Kelompok - kelompok melanososm yang sering membatasi

membran dapat ditemukan di antara sel.3

8
Gambar 2.5. Acantolitik berisi sel basaloid

Gambar 2.6. Keratosis seboroik pada tubuh tipe clonal

A B
Gambar 2.7. Histologi keratosis seboroik pada tubuh, A. Tipe acantolitik. B. Tipe

hiperkeratotik

Ada beberapa bentuk histologi dan terkadang berbeda secara klinis untuk

keratosis seboroik:
1. Common Seborrheic Keratosis
Sinonim: basal cell papilloma, solid seborrheic keratosis. Jenis ini dianggap

sebagai lesi klasik. Bentuknya seperti jamur, dengan epidermis hiperplastik dan

berbatas tegas yang menggantung di sekitar kulit. Tumor ini terdiri dari sel-sel

basaloid yang seragam. Kista-kista keratin kadang lebih banyak, dan bisa tampak

9
didalam folikel dan diluar folikel. Melanosit terkadang muncul dalam jumlah

banyak, dan produksi pigmennya menghasilkan warna luka hitam. Perpindahan

pigmen ke keratinosit kelihatan cukup normal.


2. Reticulated Seborrheic Keratosis
Sinonim: adenoid seborrheic keratosis. Kumpulan sel-sel basaloid turun dari

dasar epidermis. Kista-kista keratin dikelilingi oleh sel-sel ini. Stroma kolagen

eosinopilik yang halus membungkus di sekeliling kumpulan sel basaloid dan

dapat membentuk lesi yang banyak.

3.Stucco Keratosis
Sinonim: hyperkeratotic seborrheic keratosis, digitate seborrheic keratosis,

serrated seborrhe ickeratosis, verrucous seborrheic keratosis. Stucco keratosis

muncul berukuran 3-4 mm, berwarna seperti warna kulit atau benjolan berwarna

putih abu-abu yang muncul di tungkai bagian bawah. Penampakan sel epidermal

seperti puncak menara gereja mengelilingi inti kolagen membentuk hiperkeratosis

seperti jalinan keranjang. Keratinosit yang bervakuola yang ada pada veruka

vulgaris tidak ditemukan pada lesi ini, meskipun secara klinis lesi ini bisa

menyerupai kutil virus yang kecil.


4. Clonal Seborrheic Keratosis.
Jenis keratosis seboroik ini berbentuk sarang-sarang sel basaloid yang tidak

selamanya berbatas tegas berbentuk bulat dan terbungkus longgar di dalam

jaringan epidermis. Walaupun sel yang paling banyak adalah keratinosit, sarang-

sarang tersebut mengandung melanosit dalam jumlah besar. Keratinosit ini

ukurannya bisa bermacam-macam.


5. Irritated Seborrheic Keratosis
Sinonim: inflamed seborrheic keratosis, basosquamous cell acanthoma.

Kelainan kulit eksematous berubah menjadi keratosis seboroik yang khas.

Penyebab dari reaksi eksematous ini tidak diketahui. Bisa jadi disebabkan trauma,

tapi belum dapat dibuktikan. Secara histologi, suatu keratosis seboroik

10
memperlihatkan bagian-bagian dari perubahan inflamasi, banyak lingkaran atau

pusaran dari sel-sel eosinofilik skuamous yang merata dan tertata seperti bawang.

Ini menyerupai mutiara keratin dalam sel karsinoma bersisik, tapi bisa dibedakan

oleh besarnya jumlah mereka, kecilnya ukuran, dan bentuknya yang terbatas.

Keratinosit dalam suatu keratosis seboroik yang iritasi menunjukan tingginya

tingkat keratinisasi atau keratosis seboroik yang sudah dewasa dibandingkan

dengan common seborrheic keratosis.


6. Seborrheic Keratosis with Squamous Atypia
Sel atipik dan diskeratosis bisa terlihat pada beberapa keratosis seborrheic.

Lesi tersebut bisa sangat mirip dengan penyakit Bowen’s atau karsinoma sel

squamous yang invasive. Tidak diketahui sebab-sebab perubahan tersebut, baik itu

akibat dari iritasi atau aktivasi, atau tanda karsinoma sel squamous. Sebaiknya

untuk menghilangkan lesi ini seluruhnya.


7. Melanoacanthoma.
Sinonim: pigmented seborrheic keratosis. Melanoacanthoma lebih gelap dari

pigmented seborrheic keratosis. Di dalam lesi ini, ada proliferasi melanosit

dendritik yang jelas. Melanosit tersebut kaya dengan melanin, sebaliknya di

sekitar keratinosit sangat sedikit mengandung melanin. Melanosit dapat

berkembang menjadi sarang, yang melebar dari lapisan basal ke lapisan superfisial

epidermis. Lesi ini tidak berpotensi menjadi ganas.


8. Dermatosis Papulosa Nigra.
Dermatosis papulosa nigra merupakan papul kecil pada wajah yang tampak

pada orang Afrika Amerika, namun terlihat pada orang yang berkulit lebih gelap

dari ras lain, nampak merupakan varian dari keratosis seboroik. Lesi ini

merupakan erupsi papul yang berpigmen pada wajah dan leher. Mereka

menyerupai melanoacanthoma kecil-kecil. Gambaran histologis seperti common

seborrheic keratosis tapi berukuran lebih kecil.7

11
2.6 Patogenesis

Tumor biasanya muncul di daerah yang terpapar sinar matahari pada pasien

paruh baya atau lebih tua, yang menunjukkan adanya hubungan etiologis dengan

paparan sinar ultraviolet. Faktor lain yang mungkin berkontribusi terhadap

pengembangan keratoakantoma adalah faktor genetik, Imunosupresi, bahan kimia

yang berpotensi karsinogenik, virus, dan trauma.7


Walaupun tidak secara umum untuk mempertimbangkan penyebab dari

keratosis seboroik, penyakit ini sering terjadi pada daerah yang jarang tertutup

oleh pakaian, paparan sinar matahari telah dipikirkan sebagai salah satu faktor

resiko dari pertumbuhan keratosis seboroik, sebagaimana pertumbuhannya lebih

awal dan lebih sering ditemukan pada daerah dengan iklim tropis. Pada sebuah

studi (Australia) menyatakan prevalensi yang tinggi dari keratosis seboroik pada

daerah kulit yang terekspose dengan sinar matahari, seperti kepala, leher,

berlawanan dengan daerah yang jarang terekspos sinar matahari dari subyek yang

sama. Walaupun tidak ada etiologi spesifik yang telah diidentifikasi pada

pathogenesis keratosis seboroik, tetapi pada pengamatan secara umum bahwa

pertumbuhan dan derajat pigmentasi menunjukkan hubungan langsung dengan

paparan sinar matahari. Perubahan yang utama dari keratosis seboroik adalah

akumulasi keratinosit normal diantara lapisan basal dan lapisan permukaan

epidermis yang mengalami keratinisasi. Proliferasi dari keratinosit memacu

aktivasi dari melanosit disekitarnya dengan mensekresi melanocyte-stimulating

cytokines. Melanosit akan berploriferasi diantara keratinosit-keratinosit yang

imatur ini dan mentransfer melanin padanya. Endotelin-1 memiliki efek stimulasi

ganda pada sintesis DNA dan melanisasi pada melanosit manusia dan telah

12
terbukti terlibat sebagai salah satu peran penting dalam pembentukan

hiperpigmentasi keratosis seboroik.8

2.7 Patofisiologi

Epidermal Growth Faktor (EGF) atau reseptornya, telah terbukti terlibat

dalam pembentukan keratosis seboroik. Tidak ada perbedaan yang nyata dari

ekspresi immunoreactive growth hormone receptor di keratinosit pada epidermis

normal dan keratosis seboroik. Keratosis Seboroik memiliki banyak derajat

pigmentasi. Pada pigmentasi keratosis seboroik, proliferasi dari keratinosit

memacu aktivasi dari melanosit disekitarnya dengan mensekresi melanocyte-

stimulating cytokines. Endotelin-1 memiliki efek simulasi ganda pada sintesis

DNA dan melanisasi pada melanosit manusia dan telah terbukti terlibat sabagai

salah satu peran penting dalam pembentukan hiperpigmentasi pada keratosis

seboroik. Secara Immunohistokimia, keratinosit pada keratosis seboroik

memperlihatkan keratin dengan berat molekul yang rendah, tetapi ada sebagian

kecil pembentukan keratin dengan berat molekul yang tinggi.9


2.8 Diagnosa Banding
Diagnosa Banding dari Keratosis seboroik antara lain:
1. Keratoakantoma
2. Karsinoma sel skuamosa.2
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Farmakologi

Ammonium laktat dan asam alfa hidroksi telah dilaporkan dapat

mengurangi bertambah beratnya penyakit. Lesi superfisial dapat ditangani dengan

baik menggunakan asam triklorasetic, pemberian obat topikal krim tazarotene

0,1% selama 16 minggu memberikan hasil yang baik pada 50% pasien.6

2.9.2 Non-Farmakologi

A. Terapi Bedah

13
1. Krioterapi
Krioterapi mungkin pilihan pengobatan untuk kebanyakan jenis lesi. Suatu

pembekuan seukuran 1 mm diameter di sekitar lesi menggunakan kapas atau

semprotan biasanya menghasilkan respon yang bagus. Jika ada bekas lesi, atau

muncul lagi, ulangi pengobatan tadi. Setelah krioterapi, pasca peradangan

hipopigmentasi atau hiperpigmentasi bisa saja terjadi. Walaupun bersifat

sementara, perubahan-perubahan pigmen ini bisa bertahan pada pasien berkulit

gelap dan bisa sangat mengganggu.

2. Elektrodesisasi

Cara pengobatan lainnya berupa elektrodesisasi diikuti dengan pengangkatan

lesi dengan mudah menggunakan kuret diikuti dengan elektrodesisasi ringan.

3. Laser
Terapi laser menggunakan laser pigmen lesi juga efektif, dan ketika

digunakan untuk mengobati keratosis seboroik datar, bisa menyebabkan

peradangan pasca pigmentasi atau bekas lesi ketika dibandingkan dengan

krioterapi atau elektrodesisasi.


4. Bedah scalpel
Pemotongan melalui cara bedah juga efektif, tapi ini bukan pilihan

pengobatan karena efek terbalik dari bekas lesinya. Salah satu bahaya besar

menangani “keratosis seboroik” selain dari pemotongan dengan cara bedah adalah

lesi yang ditangani bisa menjadi lesi displastik melanositik atau melanoma

maligna. Sangat disarankan kalau lesi itu bukan common seborrheic keratosis,

maka harus dilakukan pemeriksaan histologi.4

2.9.3 Edukasi
1. Karena lesi kulit Keratosis seboroik diketahui disebabkan atau diperburuk oleh

paparan sinar ultraviolet cahaya, pendekatan logis dalam pengelolaan harus

mencakup menghindari matahari. Pengobatan dimulai dengan menghindari

14
faktor pencetus misalnya panas, obat-obatan dan tentunya sinar matahari dan

semua sumber yang menyebabkan paparan radiasi sinar UV.


2. Pasien juga disarankan untuk melakukan follow-up setelah perawatan untuk

memastikan ada atau tidak komplikasi.4


2.10 Komplikasi
Resiko perkembangan penyakit keratosis seboroik yaitu Sel skuamosa

carcinoma atau tumor ganas.8


2.11 Prognosis
Prognosis penderita dengan keratosis seboroik tidaklah seburuk yang

dipikirkan. Diagnosis dini serta pembedahan yang segera bertanggung jawab

untuk membuat statistik ini menjadi lebih baik. Jika penanganan tidak tepat, lesi

bekas eksisi akan berubah menjadi melanoma. Namun, pada umumnya

penanganan keratosis seboroik memiliki hasil yang memuaskan.3

BAB III
KESIMPULAN

Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang berasal dari proliferasi epidermal

berupa makula hitam yang menonjol di permukaan kulit. Penyebab keratosis

seboroik belum diketahui, tetapi beberapa asumsi mengatakan akibat beberapa

faktof, yaitu: autosomal dominan, paparan sinar matahari dan human papilloma

virus. Keratosis seboroik sering dijumpai pada orang tua dan tidak ada perbedaan

antara laki-laki dan perempuan.


Diagnosis keratosis seboroik dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa histopatologi. Diagnosis

banding keratosis seboroik adalah keratoakantoma, dan skuamos cell carcinoma.

Terapi keratosis seboroik dapat berupa terapi obat-obatan dan terapi bedah.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar, R.A., 2005. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta. EGC.


2. Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates. Jakarta
3. Wolff,K. et al. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Seventh
edition. McGraw Hill.
4. Handoko, S., 2002. Terapi bedah listrik (electrosurgery) operasi tumor kulit
ditinjau dari kedokteran dan Islam. Universitas YARSI.
5. Farid, 2006. Basalioma, karsinoma sejuta umat. Diakses: http://www.majalah-
farmacia.com
6. Burn tory. 2010. Roks text book Dermatology Eight Edition: Willey
Black.well.
7. Robin Brown, 2005: Dermatology Ed.8: Erlangga Medical series.

16

Anda mungkin juga menyukai