Anda di halaman 1dari 22

1

BAB.I PENDAHULUAN

Keratosis merupakan suatu istilah klinis yang sering dipakai


untuk semua lesi yang disebabkan oleh peningkatan pembentukan
keratin yang tidak disebabkan oleh proses peradangan. Secara
histopatologis,

istilah

keratosis

tidak

dapat

diterima

sebagai

diagnosis klinis, karena keratosis seboroik adalah suatu papiloma


dan lebih tepat disebut sebagai veruka seboroik. Walaupun
demikian istilah keratosis masih terus digunakan.
Keratosis seboroik merupakan tumor jinak kulit yang paling
banyak muncul pada orang yang sudah tua, sekitar 20% dari
populasi dan biasanya tidak ada atau jarang pada orang dengan
usia pertengahan. Banyak manifestasi klinik yang bisa dilihat, dan
keratosis seboroik ini terbentuk dari proliferasi sel-sel epidermis
kulit. Keratosis seboroik dapat muncul dalam berbagai bentuk lesi,
bisa satu lesi ataupun tipe lesi yang banyak atau multipel.
Walaupun tidak ada faktor etiologi khusus yang dapat diketahui,
lebih sering muncul pada daerah yang terpapar sinar matahari,
terutama pada daerah leher dan wajah, juga daerah ekstremitas.
Secara global, keratosis seboroik merupakan tumor jinak pada
kulit yang paling banyak diantara populasi di Amerika Serikat.
Angka frekuensi untuk munculnya keratosis seboroik meningkat
seiring dengan peningkatan usia seseorang. Tidak ada tendensi
bahwa lesi ini dapat berubah menjadi ganas. Pengangkatan
keratosis seboroik adalah atas indikasi kosmetik, namun pasien juga
harus diingatkan bahwa lesi baru akan terus tumbuh.

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi
Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai
pada orang tua berupa tumor kecil atau makula hitam yang
menonjol diatas permukaan kulit seperti tahi lalat. Disebabkan oleh
proliferasi

keratinosit

epidermal

dan

biasanya

asimtomatik.

Mempunyai sinonim nevus seboroik, kutil senilis, veruka seboroik


senilis, papiloma sel basal. (3)
Keratosis seboroik adalah lesi kulit jinak yang meniru lesi ganas, karsinoma
sel skuamosa khususnya, baik secara klinis dan patologis. Berbagai jenis lesi
keratotik telah diidentifikasi, yaitu, keratosis seboroik dan senile, actinic keratosis,
verucca vulgaris, keratoacanthoma, folikel keratosis terbalik dan papiloma skuamosa.
Lesi ini jinak kadang-kadang bisa bingung dengan keganasan khususnya melanoma
sebagai keratosis seboroik mungkin memiliki implikasi yang tidak diinginkan untuk
pasien, baik sebagai prosedur diagnostik dan perawatan mungkin tidak optimal. (4)
2.2 Etiologi
Penyebab pasti dari keratosis seboroik belum diketahui. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa faktor keturunan memegang
peranan penting. Beberapa kasus menurun melalui autosomal
dominan.

Ada pula yang mengatakan bahwa terpapar sinar

matahari secara kronis yang menjadi penyebabnya. Ada pula yang

mengatakan diduga infeksi virus berdasarkan gambaran klinis


kutilnya. DNA dari human papiloma virus didapat pada 40 kasus
keratosis seboroik genital dan 42 dari 55 kasus keratosis seboroik
non genital (76%).(2)
Ada hubungan yang memungkinkan sebagai faktor pencetus terjadinya
keratosis seboroik yaitu paparan sinar matahari. Pertama mungkin karena beberapa
keratosis seboroik berhubungan dengan paparan sinar matahari yang berat selama
bertahun-tahun. Yang kedua adanya perubahan perilaku pada individu muda
dibandingkan dengan usia tua, dimana terjadi perubahan paparan sinar matahari
kepada badan di usia yang lebih muda. Sehingga dapat ditarik kesimpulan sinar
matahari tdk mempunyai hubungan dengan perkembangan keratosis seboroik. Selain
itu perkembangan keratosis seboroik juga berhubungan dengan faktor pertumbuhan
epidermal dan melanosit yang mendapat faktor pertumbuhan dengan penambahan ke
peningkatan lokal ekspresi faktor nekrosis tumor dan endotelin yang mengkonversi
enzim. (5)
2.3 Epidemiologi
Prevalensi pada populasi inggris menyebutkan bahwa keratosis seboroik
muncul pada individu dengan usia diatas 40 tahun (laki-laki 8,3% ; perempuan
16,7%), sedangkan di kenya belum ditemukan penyakit kulit ini. Peneltian terbaru di
Australia melaporkan prevalensi sekitar 12% dengan rentang usia 15-25 tahun. Ini
adalah temuan yang tidak terduga, mengingat lesi kulit ini biasanya ditemukan pada
individu usia diatas 50 tahun yang tinggal di daerah beriklim tropis.
Pada tahun 1963, Tindall dan Smith meneliti populasi dari individu yang
sudah berusia lebih dari 64 tahun di Carolina Utara dan mendapatkan hasil bahwa
88% dari populasi tersebut setidaknya memiliki paling kurang satu lesi keratosis
seboroik. Dalam penelitian ini, keratosis seboroik ditemukan pada 38% wanita kulit

putih dan 54% pada pria kulit putih dan sekitar 61% pada pria kulit hitam dan sekitar
10% lebih pada wanita kulit hitam.
Ballin pada tahun 2009, menggolongkan epidemiologi keratosis seboroik
menurut hal dibawah ini :
A) Ras
Keratosis seboroik kurang umum di populasi dengan kulit gelap
dibandingkan dengan mereka yang memiliki kulit putih, namun orangorang kulit hitam mengembangkan varian keratosis seboroik yang disebut
dermatosis papulosa nigra. Lesi ini mempengaruhi wajah, terutama pipi
atas dan lateral daerah orbita. Lesi ini kecil, pedunkulasi, dan sangat
berpigmen dengan elemen keratotik minimal. Awal lesi ini umumnya
berawal dari keratosis seboroik biasa.
B) Gender
Tidak ada perbedaan gender dalam frekuensi terjadinya keratosis seboroik.
C) Umur
Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang umum pada individu yang
lebih tua. Mereka tampak meningkat seiring dengan meningkatnya usia.
Keratosis seboroik juga telah ditemukan terjadi pada individu muda.
2.4 Patogenesis
Epidermal Growth Faktor (EGF) atau reseptornya, telah
terbukti terlibat dalam pembentukan keratosis seboroik. Tidak ada
perbedaan yang nyata dari ekspresi reseptor immunoreactive
growth hormone di keratinosit pada epidermis normal dan keratosis
seboroik.
Ekspresi

dari

gen

bel-2,

suatu

gen

onkogen

penekan

apoptosis, rendah pada keratosis seboroik dibandingkan dengan


basal sel karsinoma atau skuamos sel karsinoma, yang memiliki
nilai yang tinggi untuk jenis gen ini. Tidak ada peningkatan yang

dapat dilihat dalam sonic hedgehog signal transducers patched


(ptc) dan smoothened (smo) mRNA pada keratosis seboroik
disbanding kulit yang normal.
Frekuensi yang tinggi dari mutasi gene dalan meng-encode
reseptor tyrosine kinase FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3)
telah ditemukan pada beberapa tipe keratosis seboroik. Hal ini
menjadi alasan bahwa faktor gen menjadi basis dalam patogenesis
keratosis seboroik. FGFR3 terdapat dalam reseptor transmembrane
tyrosine kinase yang ikut serta dalam memberika sinyal transduksi
guna

regulasi

pertumbuhan,

deferensiasi,

migrasi

dan

penyembuhan sel. Mutasi FGFR3 terdapat pada 40% keratosis


seboroik hiperkeratosis, 40% keratosis seboroik akantosis, dan 85%
keratosis seboroik adenoid.
Keratosis Seboroik memiliki banyak derajat pigmentasi. Pada
pigmentasi keratosis seboroik, proliferasi dari keratinosit memacu
aktivasi

dari

melanosit

melanocyte-stimulating

disekitarnya

cytokines.

dengan

Endotelin-1

mensekresi

memiliki

efek

simulasi ganda pada sintesis DNA dan melanisasi pada melanosit


manusia dan telah terbukti terlibat sabagai salah satu peran
penting
seboroik.

dalam

pembentukan

Secara

hiperpigmentasi

imunohistokimia,

pada

keratinosit

keratosis
seboroik

memperlihatkan keratin dengan berat molekul yang rendah, tetapi


ada sebagian kecil pembentukan keratin dengan molekul yang
tinggi. (2)
2.5 Varian Klinikopatologi
Ada beberapa bentuk histologi dan terkadang berbeda
secara klinis untuk keratosis seboroik: (2,5,6)

1. Common Seborrheic Keratosis


Sinonim: basal cell papilloma, solid seborrheic keratosis.
Jenis ini dianggap sebagai lesi klasik. Bentuknya seperti
jamur, dengan epidermis hiperplastik dan berbatas tegas
yang menggantung di sekitar kulit. Tumor ini terdiri dari selsel basaloid yang seragam. Kista-kista keratin kadang lebih
banyak, dan bisa tampak didalam folikel dan diluar folikel.
Melanosit terkadang muncul dalam jumlah banyak, dan
produksi

pigmennya

menghasilkan

warna

luka

hitam.

Perpindahan pigmen ke keratinosit kelihatan cukup normal.


2. Reticulated Seborrheic Keratosis
Sinonim: adenoid seborrheic keratosis. Kumpulan sel-sel
basaloid turun dari dasar epidermis. Kista-kista keratin
dikelilingi oleh sel-sel ini. Stroma kolagen eosinopilik yang
halus membungkus di sekeliling kumpulan sel basaloid dan
dapat membentuk lesi yang banyak.
3. Stucco Keratosis
Sinonim: hyperkeratotic seborrheic keratosis, digitate
seborrheic keratosis, serrated seborrheic keratosis, verrucous
seborrheic

keratosis.

Stucco keratosis muncul berukuran 3-4 mm, berwarna seperti


warna kulit atau benjolan berwarna putih abu-abu yang
muncul di tungkai bagian bawah. Penampakan sel epidermal
seperti puncak menara gereja mengelilingi inti kolagen
membentuk

hiperkeratosis

seperti

jalinan

keranjang.

Keratinosit yang bervakuola yang ada pada veruka vulgaris


tidak ditemukan pada lesi ini, meskipun secara klinis lesi ini
bisa menyerupai kutil virus yang kecil.

4. Clonal Seborrheic Keratosis.


Jenis keratosis seboroik ini berbentuk sarang-sarang sel
basaloid yang tidak selamanya berbatas tegas berbentuk
bulat dan terbungkus longgar di dalam jaringan epidermis.
Walaupun sel yang paling banyak adalah keratinosit, sarangsarang tersebut mengandung melanosit dalam jumlah besar.
Keratinosit ini ukurannya bisa bermacam-macam.
5. Irritated Seborrheic Keratosis
Sinonim: inflamed seborrheic keratosis, basosquamous
cell acanthoma. Kelainan kulit eksematous berubah menjadi
keratosis

seboroik

yang

khas.

Penyebab

dari

reaksi

eksematous ini tidak diketahui. Bisa jadi disebabkan trauma,


tapi belum dapat dibuktikan. Secara histologi, suatu keratosis
seboroik

memperlihatkan

inflamasi,

banyak

bagian-bagian

lingkaran

atau

dari

pusaran

perubahan
dari

sel-sel

eosinofilik skuamous yang merata dan tertata seperti bawang.


Ini menyerupai mutiara keratin dalam sel karsinoma bersisik,
tapi bisa dibedakan oleh besarnya jumlah mereka, kecilnya
ukuran, dan bentuknya yang terbatas. Keratinosit dalam
suatu keratosis seboroik yang iritasi menunjukan tingginya
tingkat keratinisasi atau keratosis seboroik yang sudah
dewasa dibandingkan dengan common seborrheic keratosis.
6. Seborrheic Keratosis with Squamous Atypia
Sel atipik dan diskeratosis bisa terlihat pada beberapa
keratosis seborrheic. Lesi tersebut bisa sangat mirip dengan
penyakit

Bowens

atau

karsinoma

sel

squamous

yang

invasive. Tidak diketahui sebab-sebab perubahan tersebut,


baik itu akibat dari iritasi atau aktivasi, atau tanda karsinoma
sel squamous. Sebaiknya untuk menghilangkan lesi ini
seluruhnya.

7. Melanoacanthoma
Sinonim:
pigmented

seborrheic

keratosis.

Melanoacanthoma lebih gelap dari pigmented seborrheic


keratosis. Di dalam lesi ini, ada proliferasi melanosit dendritik
yang

jelas.

Melanosit

tersebut

kaya

dengan

melanin,

sebaliknya di sekitar keratinosit sangat sedikit mengandung


melanin. Melanosit dapat berkembang menjadi sarang, yang
melebar dari lapisan basal ke lapisan superfisial epidermis.
Lesi ini tidak berpotensi menjadi ganas.
8. Dermatosis Papulosa Nigra
Dermatosis papulosa nigra merupakan papul kecil pada
wajah yang tampak pada orang Afrika Amerika, namun
terlihat pada orang yang berkulit lebih gelap dari ras lain,
nampak merupakan varian dari keratosis seboroik. Lesi ini
merupakan erupsi papul yang berpigmen pada wajah dan
leher.

Mereka

menyerupai

melanoacanthoma

kecil-kecil.

Gambaran histologis seperti common seborrheic keratosis tapi


berukuran lebih kecil.
9. The Sign of Leser-Trelat
Erupsi multipel keratosis seboroik, juga dikenal sebagai
the sign of Leser-Trelat, disebutkan berkaitan dengan multipel
internal malignancies yang tersembunyi dan sering diikuti
dengan

rasa

gatal

Keganasan

yang

paling

sering

dihubungkan adalah adenokarsinoma lambung, colon, dan


payudara. Tanda ini juga telah dilaporkan dengan berbagai
macam tumor, termasuk limfoma, leukemia, dan melanoma.
Tanda ini juga disebutkan bahwa berhubungan dengan
hiperkeratosis telapak tangan dan telapak kaki terkait dengan
penyakit keganasan dan dengan acanthosis nigricans.

Fenomena keratosis seboroik yang bisa pecah, mungkin


menunjukkan

peradangan

dermatosis

yang

berpusat

di

sekitar papiloma kulit dan keratosis seboroik membuat


fenomena itu lebih kelihatan. Tentu saja, dibutuhkan keahlian
klinis melihat peninggian lesi keratosis seboroik pada pasien
dengan dermatitis generalisata yang disebabkan banyak hal.
Kemoterapi,

khususnya

citarabine,

bisa

menyebabkan

peradangan keratosis seboroik, khususnya ketika dikaitkan


dengan tanda

Leser-Trelat.

Maligna

acanthosis

nigricans

muncul sebanyak 35% pasien dengan tanda Leser-Trelat, yang


menunjukkan

kesamaan

mekanisme.

Namun,

hubungan

sebenarnya antara erupsi keratosis seboroik multipel dengan


keganasan organ dalam masih harus dijelaskan.
2.6 Gejala Klinis
Awitan keratosis seboroik biasanya dimulai dengan lesi datar, berwarna coklat
muda, berbatas tegas, dengan permukaan seperti beludru sampai verukosa halus,
diameter lesi bervariasi antara beberapa mm sampai 3 cm. Lama kelamaan lesi akan
menebal, dan member gambaran yang khas yaitu menempel (stuck on) pada
permukaan kulit. Lesi yang telah berkembang akan mengalami pigmentasi yang gelap
dan tertutup oleh skuama berminyak. Predileksi tumor terutama pada daerah
seboroika yaitu : dada, punggung, perut, wajah dan leher.
2.7 Diagnosis
Diagnosis didapat melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik

serta

pemeriksaan

penunjang

berupa

histologi.

Tidak

diperlukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis.


1. Anamensis

10

Biasanya

terdapat bejolan hitam terasa tidak nyaman.


Lesi kadang dapat terasa gatal, ingin digaruk atau di

jepit.
Pasien kadang terasa benjolan semakin membesar

secara lambat.
Lesi tidak dapat sembuh sendiri secara tiba-tiba.
Sebagian kasus terdapat riwayat keluarga

diturunkan.
Lesi dapat timbul diseluruh tubuh kecuali telapak

asimptomatik,

pasien

hanya

mengeluh

yang

tangan dan kaki serta membran mukosa. (2)


2. Pemeriksaan Fisik
Keratosis seboroik tampak sebagai lesi berupa papul atau
plak yang agak menonjol, namun dapat juga terlihat menempel
pada permukaan kulit. Lesi biasanya memiliki pigmen warna
yang sama yaitu coklat, namun kadang kadang juga dapat
ditemukan yang bewarna hitam atau hitam kebiruan, bentuk
bulat sampai oval, ukuran dari miliar sampai lentikular bahkan
sampai 35x15cm. pada lesi multiple distribusi seiring dengan
lipatan kulit. Permukaan lesi biasanya berbenjol benjol. Pada lesi
yang memiliki permukaan halus biasanya terkandung jaringan
keratotik yang menyerupai butiran gandum. Pada perabaan
terasa lunak dan berminyak.

Gambar1. Lesi soliter keratosis seboroik Gambar2. Gambaran klinis


keratosis

11

seboroik pada leher

Gambar3. Multipel keratosis seboroik pada warisan secara autosomal


dominan.

Lesi biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun dan


terus bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Pada
beberapa individu lesi dapat bertambah besar dan tebal,
namun jarang lepas dengan sendirinya.
Trauma

atau

penggosokan

dengan

keras

dapat

menyebabkan bagian puncak lesi lepas, namun akan tumbuh


kembali dengan sendirinya. Tidak ada tendensi untuk berubah
ke arah keganasan. Akan tetapi melanoma, karsinoma sel
basal, dan terkadang tumbuh di lesi keratosis seboroik.(2,5)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain pemeriksaan histopatologi. Komposisi keratosis seboroik
adalah

sel

basaloid

dengan

campuran

sel

skuamosa.

Invaginasi keratin dan horn cyst merupakan karakteristiknya.


Sarang-sarang sel skuamosa kadang dijumpai, terutama pada
tipe irritated. Satu dari tiga keratosis seboroik terlihat
hiperpigmentasi pada pewarnaan hematoksilin-eosin.

12

Setidaknya ada 5 gambaran histologi yang dikenal :


acanthotic

(solid),

(papilomatous),

reticulated

clonal

dan

(adenoid),
irritated.

hyperkeratotic

Gambaran

yang

bertumpang tindih biasa dijumpai. (2,4,5)


1. Tipe acanthotic dibentuk oleh kolumna-kolumna sel basal
dengan campuran horn cyst.

Gambar4. Keratosis seboroik tipe akantotik


2. Tipe reticulated mempunyai gambaran jalinan untaian tipis
dari sel basal, seringkali berpigmen, dan disertai horn cyst
yang kecil.

3. Tipe hiperkeratotik terlihat eksofilik dengan berbagai tingkat


hiperkeratotis, papilomatosis dan akantosis. Terdapat sel
basaloid dan sel skuamosa.

13

4. Tipe clonal mempunyai sarang sel basaloid intraepidermal.


5. Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami
inflamasi berat, dengan gambaran likenoid pada dermis
bagian atas. Sel apoptotik terdapat pada dasar lesi yang
menggambarkan adanya regresi imunologi pada keratosis
seboroik. Kadangkala terdapat infiltrat sel yang mengalami
inflamasi berat tanpa likenoid, jarang terdapat netrofil yang
berlebihan dalam infiltrat.

Pada pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop


elektron

menunjukkan

bahwa

sel

basaloid

yang

kecil

berhubungan dengan sel pada lapisan sel basal epidermis.


Kelompok- kelompok melanososm yang sering membatasi
membran dapat ditemukan di antara sel.
2.8 Diagnosis Banding
Berikut beberapa diagnosis banding keratosis seboroik:
(2,4)

1. Melanoma maligna
Awalnya berupa tahi lalat yang berubah dalam warna, ukuran,
mulai timbul gejala (terbakar, gatal, sakit), terjadi peninggian
lesi, berkembangnya lesi satelit.

14

Akademi

dermatologi

Amerika

menekankan

pentingnya

evaluasi lesi berpigmen, yaitu:


A = asimetri
B = border irregularity
C = color variegation
D = Diameter leib dari 0,6 mm.
2. Epitelioma sel basal berpigmen
Predileksi terutama pada wajah, jarang pada lengan, tangan,
badang, tungkai dan kaki.
Lesi dapat berupa papul atau nodul kecil dengan diameter
kurang 2cm dengan tepi meninggi dan berwarna hitam atau
coklat.

Permukaan

tampak

mengkilat,

sering

dijumpai

teleangiektasia dan kadang ada skuama halus atau krusta


tipis.
3. Nevus pigmentosus
Nevus pigmentosus dapat terjadi disemua tempat termasuk
membrana mukosa dekat permukaan tubuh.
Lesi dapat datar, papuler, atau papulomatosa biasanya
berukuran 2-4mm. papul berbatas tegas dan mengkilat
dengan permukaan agak licin, umumnya berambut.
4. Keratosis senilis
Lesi awalnya berupa makula atau plak kecoklatan berbentuk
bulat atau irreguler, dapat soliter atau multiple, berbatas
tegas, teleangiektasi dengan permukaan kasar, kering dan
skuama yang melekat.
2.9 Penatalaksanaan
A. Terapi Medikamentosa(2)
Keratolytic agent
Dapat menyebabkan epitelium yang menanduk menjadi
mengembang, lunak, maserasi kemudian deskuamasi.
1. Amonium lactat lotion

15

Mengandung asam laktat dan asam alfa hidroxi yang


mempunyai daya keratolitik dan memfasilitasi pelepasan
sel-sel keratin. Sedian 15% dan 5% strenght; 12% strenght
dapat menyebabkan iritasi muka karena menjadikan sel-sel
keratin tidak beradesi.
2. Trichloroacetic acid
Membakar kulit, keratin dan jaringan lainya. Dapat
menyebabkan iritasi lokal. Pengobatan keratosis seboroik
dengan 100% trichloroacetic acid dapat menghilangkan
lesi, tepi penggunaanya harus ditangan profesional yang
ahli.
Terapi topikal dapat digunakan tazarotene krim 0,1% dioles 2
kali

sehari

dalam

16

minggu

menunjukkan

perbaikan

keratosis seborik pada 7 dari 15 pasien.


B. Terapi Bedah
1. Krioterapi
Merupakan bedah beku dengan menggunakan cryogen
bisa berupa nitrogen cair atau karbondioksid padat.
Mekanismenya adalah dengan membekukan sel-sel kanker,
pembuluh darah dan respon inflamasi lokal. Pada keratosis
seboroik

bila

pembekuan

terlalu

dingin

maka

dapat

menimbulkan skar atau hiperpigmentasi, tetapi apabila


pembekuan dilakukan secara minal diteruskan dengan
kuretase

akan

kosmetik.(5)

memberikan

hasil

yang

baik

secara

16

2. Bedah listrik
Bedah listrik (electrosurgery) adalah suatu cara
pembedahan atau tindakan dengan perantaraan panas
yang ditimbulkan arus listrik boiak-balik berfrekwensi
tinggi

yang

terkontrol

untuk

menghasilkan

destruksi

jaringan secara selektif agar jaringan parut yang terbentuk


cukup

estetis

den

aman

baik

bagi

dokter

maupun

penderita. Tehnik yang dapat dilakukan dalam bedah listrik


adalah : elektrofulgurasi, elektrodesikasi, elektrokoagulasi,
elektroseksi

atau

elektrotomi,

elektrolisis

den

elektrokauter.
Elektrodesikasi
Merupakan

salah

satu

teknik

bedah

listrik.

Elektrodesikasi dan kuret dilakukan di bawah prosedur


anestesia lokal, awalnya tumor dikuret, kemudian tepi dan
dasar lesi dibersihkan dengan elektrodesikasi, diulang-

17

ulang selama dua kali. Prosedur ini relatif ringkas, praktis,


dan

cepat

serta

berbuah

kesembuhan.

Namun

kerugiannya, prosedur ini sangat tergantung pada operator


dan sering meninggalkan bekas berupa jaringan parut.(8)

3. Laser CO2
Sinar Laser adalah suatu gelombang elektromagnetik
yang memiliki panjang tertentu, tidak memiliki efek radiasi
dan memiliki afinitas tertentu terhadap suatu bahan/target.
Oleh karena memiliki sel target dan tidak memiliki efek
radiasi sebagaimana sinar lainnya, ia dapat digunakan
untuk tujuan memotong jaringan, membakar jaringan pada
kedalaman tertentu, tanpa menimbulkan kerusakan pada
jaringan

sekitarnya.

Sebagai

pengganti

pisau

bedah

konvensional, memotong jaringan sekaligus membakar


pembuluh darah sehingga luka praktis tidak berdarah saat
memotong.(9)
4. Bedah scalpel
Satu cara konservatif namun tetap dipakai sampai
sekarang ialah bedah skalpel. Umumnya karena invasi
tumor sering tidak terlihat sama dengan tepi lesi dari
permukaan, sebaiknya bedah ini dilebihkan 3-4 mm dari
tepi lesi agar yakin bahwa seluruh isi tumor bisa terbuang.

18

Keuntungan prosedur ini ialah tingkat kesembuhan yang


tinggi serta perbaikan kosmetis yang sangat baik.
5. Dermabrasi
Prosedur

dermabrasi

dikerjakan

menggunakan

instrumen yang digerakkan motor 24,000 rpm dengan


silinder sandpaper / wire brush. Menggunakan anestesi
lokal atau narkose. Perbaikan terjadi karena dermis yang
ditipiskan dengan tehnik ini tidak akan menebal kembali.
Setelah luka sembuh ditutupi epitel baru yang terbentuk
diatas

raw

penyembuhan

surface.

Keberhasilan

tergantung

dan

pertumbuhan

cepatnya

sel-sel

epitel,

foilikel rambut, kelenjar keringat yang ada. Proses ini


menyerupai penyembuhan pada donor-site skin graft.(9)
2.10 Prognosis
Keratosis seboroik merupakan tumor jinak dan tidak menjadi
ancaman bagi kesehatan individu. Lesi keratosis seboroik umumya
tidak mengecil namun akan bertambah besar dan tebal seiring
dengan waktu, dan tidak berubah menjadi ganas.(1,4)

19

BAB.III REFLEKSI KASUS


I.

IDENTITAS
Nama Pasien
Umur
Jenis Kelamin
Status
Pekerjaan
Alamat
Agama

: Ny. S
: 50 tahun
: Perempuan
: Janda
: Ibu Rumah Tangga
: Jember
: Islam

II. ANAMNESIS
Keluhan utama
Terdapat bercak-bercak berwarna coklat di daerah bawah mata dan pipi kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan di bawah mata kanan dan kiri serta pipi kiri muncul
bercak-bercak berwarna coklat dan hitam. Pasien mengatakan keluhan sudah lama
dirasakan, kurang lebih sudah 4 tahun. Pada awalnya bercak yang muncul hanya
sedikit dan kecil-kecil, tapi lama-kelamaan makin banyak dan membesar. Pasien tidak
mengeluh gatal maupun nyeri, tetapi merasa terganggu secara kosmetik karena
adanya bercak tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Menderita penyakit serupa (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Kakak kandung juga mengalami gejala yang sama dengan dirinya
Riwayat Pengobatan
Belum diobati
Riwayat Alergi
Pasien tidak alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan

20

III.PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Kesadaran
: kompos mentis
Keadaan umum
: baik
Kepala / leher : dalam batas normal
Jantung
: dalam batas normal
Paru
: dalam batas normal
Abdomen
: dalam batas normal
Extremitas
: dalam batas normal
Genitalia
: dalam batas normal
STATUS DERMATOLOGIS
Didapatkan papula dan plak di regio fasialis infra orbita dextra et sinistra serta

di region zigoma sinistra. Papula dan plak hiperpigmentasi dengan ukuran bervariasi
dari 1cm hingga 2,5 cm, warna coklat kehitaman, konsistensi lunak dan batas jelas.

IV. RESUME

Wanita, 50 tahun.
Mengeluhkan adanya bercak berwarna coklat di bawah mata kanan dan kiri
serta pipi kiri. Lesi tak nyeri dan tak gatal. Keluhan dirasakan sejak 4 tahun

yang lalu.
RPD (-), RPO (-), Riwayat alergi disangkal, saudara pasien mengalami hal

yang serupa.
Didapatkan papula dan plak di regio fasialis infra orbita dextra et sinistra serta
di region zigoma sinistra. Papula dan plak hiperpigmentasi dengan ukuran

21

bervariasi dari 1cm hingga 2,5 cm, warna coklat kehitaman, konsistensi lunak
dan batas jelas.
V. DIAGNOSIS BANDING
Nevus Pigmentosus
Keratosis senilis
Melanoma Maligna
VI. DIAGNOSIS KERJA
Keratosis Seboroik
VII. PENATALAKSANAAN
Elektrokauter
Fusidic acid 2% 2 dd ue

Daftar Pustaka

1. Halfian,
2006.
Keratosis
Seboroik.
Diakses
dari
http://halfian.multiply.com/journal/item/20/KERATOSIS_SEBOR
OIK
2. Balin, K.A., 2009. Seborrheic Keratosis. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview
3. Siregar, R.A., 2005. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta. EGC.

22

4. Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates.


Jakarta
5. Wolff,K. et al. 2008. Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine. Seventh edition. McGraw Hill.
6. Wikipedia, 2009. Seborrheic Keratosis. Diakses
http://en.wikipedia.org/wiki/Seborrheic_keratosis

dari

7. Handoko, S., 2002. Terapi bedah listrik (electrosurgery)


operasi tumor kulit ditinjau dari kedokteran dan Islam.
Universitas YARSI.
8. Farid, 2006. Basalioma, karsinoma sejuta umat. Diakses dari
http://www.majalah-farmacia.com
9. PERAPI.
2002.
Dermabrasi.
Diakses
http://www.perapisurgeon.org/faq/01,03,002.html

dari

Anda mungkin juga menyukai