Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang yang jelas (dari luar individu itu sendiri),
yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan . Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri)
seperti perasaan akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan
(dismorfobia) yang tak realistik dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik). Sebagai
akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam.Error: Reference source
not found
Gangguan Ansietas Menyeluruh adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati tentang
beberapa kejadian atau aktifitas dalam waktu beberapa hari sekurang kurangnya dalam periode 6 bulan
(DSM-IV yang dikutip dari Kaplan dan Sadock, 2007 ; 622 ). Pada gangguan ini terdapat hipotesa bahwa
pasien mewujudkan respon secara tidak tepat dan tidak akurat terhadap bahaya yang dihadapinya. Pasien
sulit untuk mengendalikan kecemasannya, sehingga dikhawatirkan pasien dapat melakukan hal yang
membahayakan diri. Beberapa pasien dapat jatuh dalam Gangguan Panik dan Depresi Berat bila gangguan
ini tidak teratasi.Error: Reference source not found
Terapi obat dan terapi organik terhadap gangguan mental dapat didefinisikan sebagai suatu usaha
untuk memodifikasi atau mengkoreksi perilaku, pikiran, atau mood yang patologis dengan zat kimia atau
cara fisik lainnya. Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem
Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien.Error: Reference source
not found
Obat anti ansietas terutama berguna utnuk simtomatik penyakit psikoneurosis (neurosis, keluhan
subjektif tanpa gangguan somatik yang nyata dengan fungsi mental-kognitif tidak terganggu) dan berguna
untuk terapi tambahan penyakit somatic dengan ciri ansietas (perasaan cemas) dan ketegengan mental. Obat
anti-ansietas mempunyai beberapa sinonim, antara lain psikoleptik, transquilizer minor, antiantxiety drugs

dan anksioliktik .Obat anti ansietas disebut anxiolitika yaitu obat yang dapat mengurang antiansietas dan
patologik, ketegangan dan agitasi obat-obat ini tidak berpengaruh pada proses kognitif dan persepsi, efek
otonomik dan ekstra piramidal tetapi menurunkan ambang kejang dan berpotensi untuk ketergantungan
obat apabila digunakan dalam dosis tinggi dan jangka panjang.Error: Reference source not found
Obat anti ansietas terbagi atas dua golongan yaitu golongan benzodiazepin dan nonbenzodiazepin. Alprazolam merupakan salah satu dari golongan obat enzodiazepine yang paling umum
digunakan sebagai anti ansietas 4 dan buspiron dari golongan non-benzodiazepin banyak digunakan karena
memperbaiki ansietas tanpa menimbulkan sedasi. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas perbandingan
penggunaan antara aprazolam dan buspiron.

1.2 Batasan Masalah


1. Makalah ini membahas mengenai penggolongan dan jenis anti-anxietas
2. Makalah ini membahas mengenai indikasi dan kontra indikasi, farmakokinetik,
farmakodinamik, efek samping anti-anxietas, dosis dan cara penggunaan
Alprazolam.
3. Makalah ini membahas mengenai indikasi dan kontra indikasi, farmakokinetik,
farmakodinamik, efek samping anti-anxietas, dosis dan cara penggunaan Buspiron.
4. Makalah ini membahas mengenai indikasi dan kontra indikasi, farmakokinetik,
farmakodinamik, efek samping anti-anxietas, dosis dan cara penggunaan
Fluoxetin.

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
penggunaan anti-anxietas Alprazolam, Buspiron dan Fluoxetin.
1.4 Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari
berbagai literatur.
1.5 Manfaat Penulisan
Melalui penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat untuk informasi dan
pengetahuan tentang anti-anxietas
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anti Anxietas


2.1.1 Definisi dan golongan
Anti anxietas adalah obat obat yang digunakan untuk mengatasi kecemasan dan juga mempunyai
efek sedative, relaksasi otot, amnestic, dan antiepileptic.5
Obat antiansietas dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Golongan Benzodiazepine
2. Golongan Non-Benzodiazepin
Anti anxietas yang terutama adalah benzodiazepine. Banyak golongan obat yang mendepresi system
saraf pusat (SSP) lain telah digunakan untuk sedasi siang hari pada pengobatan ansietas, namun
penggunaannya saat ini telah ditinggalkan. Alasannya ialah antara lain golongan barbiturate dan
meprobamat, lebih toksik pada takar lajak (overdoses). 5

Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas adalah klordiazepoksid, diazepam,
oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam, dan halozepam. Sedangkan klorazepam lebih
dianjurkan untuk pengobatan panic disorder. 5

Selain golongan benzodiazepin dan non-benzodiazepin seperti buspiron terapi


farmakologis lain yang dapat diberikan meliputi antridepresan, hydroxyzine dan
propanolol. Efektifitas penggunaan antidepresan lebih efektif dibandingkan penggunaan
placebo.6

2.1.2 Indikasi
Indikasi Penggunaan adalah untuk mengatasi sindrom anxietas. Butir butir diagnostik sindrom
ansietas :5
Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2 atau lebih hal yang
dipersepsi sebagai ancaman, perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan
tenang (inability to relax).
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala : penurunan
kemampuan kerja, hububngan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala gejala berupa ketegangan motorik seperti kedutan otot
atau rasa gemetar,otot tegang/kaku/pegal linu, tidak bisa diam, mudah menjadi lelah.
Hiperaktivitas otonomik berupa nafas pendek/terasa berat, jantung berdebar-debar, telapak tangan
basah-dingin, mulut kering, kepala pusing/rasa melayang, mual, mencret, perut tidak enak, muka
panas/badan menggigil, buang air kecil lebih sering, sukar menelan/rasa tersumbat. Kewaspadaan
yang berlebihan dan Penangkapan berkurang (mudah terkejut/kaget, sulit konsentrasi pikiran,
sukar tidur, mudah tersinggung).

2.1.3 Mekanisme Kerja


Sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitas dari system limbic SSP yang terdiri dari dopaminergic,
noradrenergic, serotoninnergic neurons yang dikendalikan oleh GABA-ergic neurons. Mayoritas

neurotransmitter yang melakukan inhibisi di otak adalah asam amino GABA (gamma-aminobutyric acid
A). Secara selektif reseptor GABA akan membiarkan ion Chlorida masuk ke dalam sel, sehingga terjadi
hiperpolarisasi neuron dam menghambat penglepasan transmisi neuronal. Secara umum obat obat
antiansietas ini bekerja di reseptor GABA. Benzodiazepine menghasilkan efek pengikatan terhadap reseptor
GABA tersebut.Error: Reference source not found Anti-ansietas non benzodiazepin seperti buspirone

menimbulkan efek ansiolitik yaitu dengan bekerja sebagai agonis sebagian pada reseptor
5-HT1A.7

2.2 Alprazolam

Alprazolam merupakan salah satu dari golongan obat benzodiazepin atau disebut juga Minor
Transquillizer dimana golongan ini merupakan obat yang paling umum digunakan sebagai anti
ansietas. Alprazolam merupakan obat anti ansietas dan anti panik yang efektif digunakan untuk
mengurangi rangsangan abnormal pada otak, menghambat neurotransmitter asam gamaaminobutirat (GABA) dalam otak sehingga menyebabkan efek penenang. 4

2.2.1 Farmakokinetik dan Farmakodinamik

Alprazolam diabsorbsi dengan baik di dalam saluran pencernaan dan bekerja cepat dalam
mengatasi gejala ansietas pada minggu pertama pemakaian. Alprazolam memiliki waktu paruh
yang pendek yaitu 12 15 jam dan efek sedasi (mengantuk) lebih pendek dibanding
benzodiazepine lainnya, sehingga tidak akan terlalu mengganggu aktivitas. Alprazolam juga
aman digunakan bagi penderita gangguan fungsi hati dan ginjal dengan pemakaian di bawah
pengawasan dokter.4

2.2.2 Mekanisme Kerja

Kegunaan obat ini terutama untuk Anti-anxietas dan anti panik. Pada saat keadaan cemas dan
panik terjadi penurunan sensitivitas terhadap reseptor 5HT1A, 5HT2A/2C, meningkatnya
sensitivitas discharge dari reseptor adrenergic pada saraf pusat, terutama reseptor alfa-2
katekolamin, meningkatnya aktivitas locus coereleus yang mengakibatkan teraktivasinya aksis
hipotalamus-pituitari-adrenal (biasanya berespons abnormal terhadap klonidin pada pasien
dengan panic disorder), meningkatnya aktivitas metabolic sehingga terjadi peningkatan laktat
(biasanya sodium laktat yang kemudian diubah menjadi CO2(hiperseansitivitas batang otak
terhadap CO2), menurunnya sensitivitas reseptor GABA-A sehingga menyebabkan efek
eksitatorik melalui amigdala dari thalamus melalui nucleus intraamygdaloid circuitries, model
neuroanatomik memprediksikan panic attack dimediasi oleh fear network pada otak yang
melibatkan amygdale, hypothalamus, dan pusat batang otak. 4

2.2.3 Dosis dan Cara Penggunaan

Mengatasi ansietas dengan dosis 0,25-0,5 mg per oral selama 6-8 hari, bisa ditingkatkan
dalam 3-4 hari, namun tidak lebih dari 4 mg/hari. Mengatasi gangguan panik dengan dosis 0,5 mg
per oral selama 8 hari , ditingkatkan dalam 3-4 hari kurang 1mg/hari. 5

2.2.4 Efek Samping


Obat ini memiliki potensi ketergantungan yang besar jika dipakai lebih dari dua minggu. Sulit lepas
ini juga disebabkan karena efek putus zat yang sangat tidak nyaman. Belakangan karena potensi
ketergantungan, toleransi dan reaksi putus zat, obat ini sudah tidak menjadi pilihan pertama lagi sebagai
obat anticemas di Amerika Serikat, di sana lebih cenderung menggunakan Antidepresan gol SSRI seperti
Sertraline, Fluoxetine, Paroxetine (Paxil). Selain itu ESO yang ditimbulkan SSP : depresi, mengantuk,
disartria (gangguan berbicara), lelah, sakit kepala, hiperresponsif, kepala terasa ringan, gangguan ingatan,
sedasi; Metabolisme-endokrin : penurunan libido, gangguan menstruasi; Saluran cerna : peningkatan atau

penurunan selera makan, penurunan salivasi, penurunan/peningkatan berat badan, mulut kering
(xerostomia).4

2.3 Buspirone
Buspirone merupakan contoh dari golongan azaspirodekandion yang potensial
berguna dalam pengobatan ansietas. Semua golongan obat ini dikembangkan sebagai anti
psikosis. Buspirone digunakan dalam terapi gangguan kecemasan yang umum.8,9
2.3.1

Farmakokinetik dan Farmakodinamik

Buspirone diabsorbsi dengan baik dari

saluran

gastrointestinal dan tidak

dipengaruhi asupan makanan. Obat ini mencapai kadar puncak plasma dalam 60 hingga
90 menit setelah pemberian oral. Waktu paruh yang pendek (2 hingga 11 jam)
memerlukan dosis 3 kali sehari.8
2.3.2

Mekanisme kerja

Berlawanan dengan benzodiazepine dan barbiturat yang bekerja pada saluran ion
klorida terkaitaminobutyric acid (GABA), buspirone tidak memiliki efek pada
mekanisme reseptor ini. Buspirone lebih bekerja sebagai agonis atau agonis parsial pada
reseptor serotonin 5-HTIA. Buspirone juga memiliki aktivitas pada reseptor 5-HT2 dan
reseptor dopamine tipe 2 (D2), meskipun makna efek pada reseptor ini tidak diketahui.
Pada reseptor D2, obat ini memilikisifat agonis dan antagonis. Fakta bahwa buspirone
memerlukan 2 hingga 3 minggu untuk menghasilkan efek terapeutik mengesankan
bahwa apapun efek awalnya, efek terapeutik buspirone dapat meliputi modulasi
beberapa neurotransmitter dan mekanisme intraneuronal.8

2.3.3

Dosis dan Cara Penggunaan

Mengatasi ansietas dengan dosis 15 30 mg/hari, yang dapat diberikan sebanyak 3


kali sehari dengan dosis 5 mg atau 10 mg selama 2 3 minggu.9
2.3.4

Efek Samping

Efek samping buspirone yang paling lazim terjadi adalah sakit kepala, mual, pusing,
dan insomnia (jarang). Buspirone tidak disertai dengan sedasi. Beberapa orang dapat
melaporkan

adanya

perasaan

gelisah

ringan,

meskipun

gejala

ini dapat

mencerminkan gangguan ansietas yang tidak diterapi secara utuh. Tidak ada kematian
dialporkan akibat over dosis buspirone, dan dosis letal median (LD50) diperkirakan 160
hingga 550 kali dengan dosis harian yang dianjurkan. Buspirone harus digunakan
dengan hati-hati pada orang dengan gangguan hati dan ginjal, perempuan hamil, dan ibu
yang menyusui. Obat ini dapat digunakan dengan aman oleh lansia.8,9
2.4 Fluoxetin
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) merupakan grup kimia
antidepresan yang hanya menghambat ambilan serotonin secara spesifik. Berbeda dengan
antidepresan trisiklik yang menghambat tanpa seleksi ambilan-ambilan norepinefrin,
serotonin, reseptor muskarinik, H,-histaminik dan a,-adrenergik.

Dibanding dengan

antidepresan trisiklik, SSRI menyebabkan efek antikolinergik lebih kecil dan


kordiotoksisitas lebih rendah. 10,11
2.4.1 Farmakokinetik dan farmakodinamik

Fluoksetin dalam terapi terdapat sebagai campuran R dan enantiomer S yang lebih
aktif' Kedua senyawa mengalami demetilasi menjadi metabolit aktif,norfluoksetin.
Fluoksetin dan norfluoksetin dikeluarkan secara lambat dari tubuh dengan waktu paruh 1
sampai 10 hari untuk senyawa asli dari 3-30 hari untuk metabolit aktif . Dosis terapi
fluoksetin diberikan oral dan konsentrasi plasma yang mantap tercapai setelah beberapa
minggu pengobatan Fluoksetin merupakan inhibitor kuat untuk isoenzim sitokrom P-450
hati yang berfungsi untuk eliminasi obat antidepresan trisiklik, obat neuroleptika dan
beberapa obat antiaritmia dan antagonis B-adrenergik. Sekitar 7% kulit putih tidak
mempunyai enzim P-450 sehingga metabolisme fluoksetin sangat lambat.10,11
2.4.2 Mekanisme Kerja
Meringankn gejala dengan menghambat reabsorpsi atau pengambilan kembali serotonin oleh
beberapa nervus dalam otak. Sehingga meninggalkan lebih banyak serotonin yang tersedia
sehingga dapat memperbaiki mood. SMemiliki efek samping yang lebih ringan dibandingkan
dengan antidepresan trisiklik. Obat ini dipertimbangkan sebagai pengobatan efektif untuk
mengatasi anxietas., walaupun untuk pengobatan pada OCD memerlukan dosis yang lebih besar.12

2.4.3 Dosis dan cara penggunaan


Pemberian SSRI dimulai dengan dosis kecil yang ditingkatkan secara bertahap
2-3 minggu. Reaksi optimal didapat setelah 4-6 minggu. Pada pasien usia lanjut,
disfungsi ginjal dan hepar, berikan dosis rendah.puskes dimulai degan dosis tunggal 10
mg pada pagi hari. Reaksi klinis setelah beberapa minggu pemberian. Dosis dapat

ditingkatkan secara bertahap setelah 2 minggu pemerian menjadi 20 mg, 40 mg dan dosis
maksimal adalah 60 mg. Untuk bulimia nervosa dosis awal 60mg/hari.10,11
2.4.4 Efek Samping
SSRI secara selektif menghambat ambilan kembali serotonin dan dapat
menyebabkan efek samping dizzines sementara, mengantuk, tremor, berkeringat, sakit
kepala, mulut kering, diare, mual, muntah, penurunan berat badan (sementara), di
fungsikan seksual. SSRI kadang-kadang juga memyebabkan efeksamping insomnia
(fluoxetin), somnolen atau mengantuk berat (paroxetin), diare (sertralin). Pada minggu
pertama terapi dengan SSRI, sering menimbulkan gejala cemas, gelisah, insomnis, dan
gangguan pada pencernaan. Apabila tidak dijelaskan kepada pasien bahwa gejala tersebut
akan menghilang dengan berlalunya waktu, pasien sering kali menghentikan obat.
Pemberian benzodiazepin sementara (misalnya alprazolam) dapat mengurangi lama dan
beratnya gejala. 10,11

BAB 3
KESIMPULAN

Memilih diantara beberapa obat yang dapat mengobati anxietas tidaklah mudah.
Antidepressan dan buspiron membutuhkan waktu beberapa minggu agar bisa bekerjja
secara efektif, dan berbanding terbalik dengan obat golongan benzodiazepin yang

10

langsung bekerja efektif dengan cepat. Namun dibaik keuntungan ini, obat golongan
benzodiazepin menjadi kurang efektif jika digunakan untuk jangka panjang dibandingkan
dengan menggunakan antidepresan, dan yang terpenting obat golongan benzodiazepin
memiliki efek samping neuro adaptasi dan gejala putus obat yang sangat tidak nyaman
bagi penderita. Oleh karena itu untuk penggunaan singkat dan segera menghilangkan
gejala seperti pada serangan panik dapat digunakan golongan benzodiaepin, namun untuk
jangka panjang lebih baik menggunakan non benzodiazepin maupun SSRI. Dapat juga
dilakukan pemberian golongan benzodiazepin terlebih dahulu kemudian swicth dengan
SSRI dengan cara tappering off dan pemberian bersamaan dengan buspiron untuk
menghindari eksaserbasi.

DAFTAR PUSTAKA
1.

DR. Rusdi Maslim S, MKes. Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan


Gangguan Terkait Stress. In: Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan PPDGJIII dan DSM-5. PT Nuh Jaya: Jakarta; 2013. p. 72.

2.

Hermawan, Triyoga A. Dukungan sosial keluarga pada pasien gangguan ansietas


menyeluruh di instalasi rawat jalan rumah sakit baptis kediri. STIKES RS. Baptis
Kediri 2011;4.

11

3.

Arozal W, Gan S. Psikotropik. In: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, editors.


Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 5 ed; 2007. p.
161,169-171.

4.

Sweetman SC. Et.al. Martindale:The complete drug reference, 34th ed., Pharmaceuticall
Press 2005.

5.

Dr. Rusdi Maslim S. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( psyhotropic Medication).


PT Nuh Jaya-Jakarta; 2007.

6.

Keller MB. The long-term clinical course of generalized anxiety disorder. The
Journal of Clinical Psychiatry 2002;63(Suppl 8):1116.

7.

Tanu, ian. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : FK UI. 2009. Hal 169-171.

8.

Sadock, Benjamin. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta : EGC.
2010. Hal 484-485.

9.

Solanki, Gaurav. Anti Anxiety Drugs. India : Jodhpur National University. 2009.

10. Gunawan SG, Setabudy R, Nafrialdi, dan Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi
ke-lima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007. hal. 171-7
11. Hollister LE. Obat antidepresan. Dalam: Farmakologi dasar dan klinik. Katzung BG.
Edisi ke-enam.1998. Jakarta: EGC. hal. 467-77.
12. Anxiety and Depression Association of America. Diakses pada tanggal 30 Januari
2016 pukul 20.00 pada: http://www.adaa.org/finding-help/treatment/medication

12

Anda mungkin juga menyukai