Anda di halaman 1dari 21

TINEA KORPORIS

Mukhlis Rizka Ahda Petra


19360028

Pembimbing :
dr. Hj. Hervina, Sp. KK, FINSDV, MKM

DEPARTEMEN/ SMF ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD DR R.M DJOELHAM BINJAI
SUMATERA UTARA 2021
1. DEFINISI

1. DEFINISI Tinea korporis adalah penyakit kulit yang disebabkan


2. ETIOLOGI
oleh jamur superfisial golongan dermatofita,
3. EPIDEMIOLOGI
menyerang daerah kulit tak berambut pada wajah,
4. FAKTOR RISIKO
5. DIAGNOSIS badan, lengan dan tungkai
6. PATOGENESIS
7. PATOFISOLOGI
8. DIAGNOSA BANDING
9. PENATALAKSANAAN
10. KOMPLIKASI
11. PROGNOSIS
12 EDUKASI&KOMUNIKASI
. (Siregar, 2017)
13. PROFESIONALISME
2. ETIOLOGI

1. DEFINISI
2. ETIOLOGI Dermatofit yang menyebabkan tinea corporis termasuk
3. EPIDEMIOLOGI dalam genera Trichophyton, Epidermophyton, dan
4. FAKTOR RISIKO Microsporum. Trichophyton rubrum adalah spesies yang
5. DIAGNOSIS paling umum menyebabkan infeksi dermatofita dalam 70
6. PATOGENESIS
tahun terakhir. T. Rubrum menyumbang 80 sampai 90%
7. PATOFISOLOGI
strain. Isolat umum lainnya termasuk Trichophyton
8. DIAGNOSA BANDING
mentagrophytes dan  Microsporum audouinii .
9. PENATALAKSANAAN
10. KOMPLIKASI
11. PROGNOSIS
12 EDUKASI&KOMUNIKASI
. (Garret, 2020)
13. PROFESIONALISME
3. EPIDEMIOLOGI

1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
• Tinea corporis terjadi di seluruh dunia, ini
3. EPIDEMIOLOGI
4. FAKTOR RISIKO paling sering diamati di daerah tropis
5. DIAGNOSIS • Paling sering terjadi pada anak-anak pasca
6. PATOGENESIS
7. PATOFISOLOGI
pubertas dan dewasa muda
8. DIAGNOSA BANDING • Dapat menyerang pria dan wanita
9. PENATALAKSANAAN
10. KOMPLIKASI
11. PROGNOSIS (Joseph, 2020)
12 EDUKASI&KOMUNIKASI
.
13. PROFESIONALISME
4. FAKTOR RESIKO

1. DEFINISI 1. Lingkungan padat penduduk


2. ETIOLOGI
3. EPIDEMIOLOGI
2. Penularan lewat binatang
4. FAKTOR RISIKO
5. DIAGNOSIS
3. Sistem Imun Rendah
6. PATOGENESIS
7. PATOFISOLOGI
8. DIAGNOSA BANDING
4. Trauma misalkan gesekan
9. PENATALAKSANAAN
10. KOMPLIKASI 5. Pekerjaan / Kegiatan - Petani
11. PROGNOSIS
12 EDUKASI&KOMUNIKASI 6. Keringat yang berlebihan dapat memicu suasana
. lembab yang meningkatkan pertumbuhan jamur
13. PROFESIONALISME
(Alexander, 2020)
5. CARA PENEGAKAN DIAGNOSIS

1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
1. Anamnesa : didapatkan rasa gatal yang sangat mengganggu,
3. EPIDEMIOLOGI dan gatal bertambah apabila berkeringat. Karena gatal dan digaruk,
4. FAKTOR RISIKO maka timbul lesi sehingga lesi bertambah meluas,terutama pada kulit
yang lembab. Dan dapat adanya riwayat sering berkeringat berlebihan
5. DIAGNOSIS dan tinggal di lingkungan padat.
6. PATOGENESIS
2. Pemeriksaan Fisik :
7. PATOFISOLOGI Lokalisasi : wajah, anggota gerak atas dan bawah, dada dan punggung
8. DIAGNOSA BANDING Efloresensi : Lesi berbentuk macula/plak yang merah/hiperpigmentasi
9. PENATALAKSANAAN dengan tepi aktif dan penyembuhan sentral. Pada tepi lesi dijumpai
papula-papula eritematosa atau vesikel. Pada perjalanan penyakit yang
10. KOMPLIKASI
kronik dapat dijumpai likenifikasi. Gambaran lesi dapat polisiklis, anular
11. PROGNOSIS atau geografis
12 EDUKASI&KOMUNIKASI
. (Alexander, 2020) dan (Siregar, 2017).
13. PROFESIONALISME
5. CARA PENEGAKAN DIAGNOSIS

3. Pemeriksaan Penunjang :
1. DEFINISI
a. Kerokan Kulit + KOH 10- 20%
2. ETIOLOGI
Kerokan positif ditandai dengan adanya filamen hifa yang refrakter,
3. EPIDEMIOLOGI panjang, halus, bergelombang, bercabang, dan septat dengan atau tanpa
arthroconidiospora.
4. FAKTOR RISIKO
(Alok Kumar, 2016)
5. DIAGNOSIS
6. PATOGENESIS
7. PATOFISOLOGI
8. DIAGNOSA BANDING
9. PENATALAKSANAAN
10. KOMPLIKASI
11. PROGNOSIS
12 EDUKASI&KOMUNIKASI
.
13. PROFESIONALISME
5. CARA PENEGAKAN DIAGNOSIS

b. Pemeriksaan Histopatologi
1. DEFINISI Menunjukkan spongiosis, parakeratosis, dan inflamasi
ETIOLOGI superfisial. Pada stratum korneum ditemukan neutrofil, hal ini
2.
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis, dapat juga
3. EPIDEMIOLOGI ditemukan hifa bersepta
4. FAKTOR RISIKO
5. DIAGNOSIS
6. PATOGENESIS
7. PATOFISOLOGI
8. DIAGNOSA BANDING
9. PENATALAKSANAAN
10. KOMPLIKASI
11. PROGNOSIS
12 EDUKASI&KOMUNIKASI
. (Alok Kumar, 2016)
13. PROFESIONALISME
6. PATOGENESIS
Kulit yang luka, jaringan
parut, & adanya luka
bakar
1. DEFINISI menyebabkan

2. ETIOLOGI Masuknya artospora


3. EPIDEMIOLOGI atau konidia
4. FAKTOR RISIKO Akan

Menginvasi stratum
5. DIAGNOSIS
korneum
6. PATOGENESIS Kemudian

7. PATOFISOLOGI Menghasilkan enzim


keratinase
8. DIAGNOSA BANDING lalu
9. PENATALAKSANAAN Menginduksi reaksi (Joelle, 2020)
10. KOMPLIKASI Kemudian
inflamasi
Akan menunjukkan Kemudian
11. PROGNOSIS
Gambaran central healing Patogen mencari tempat
12 EDUKASI&KOMUNIKASI lain dibagian tubuh
.
13. PROFESIONALISME
7. PATOFISIOLOGI

Infeksi oleh adanya deposisi spora/hifa pd Dipengaruhi faktor


stratum korneum kelembaban, trauma,
1. DEFINISI kemudian
Hal ini
keringat berlebih
2. ETIOLOGI Terjadi kolonisasi cabangnya dalam
jaringan keratin yang mati
3. EPIDEMIOLOGI kemudian
4. FAKTOR RISIKO Hifa ini memproduksi enzim keratolitik
5. DIAGNOSIS menyebabkan
difusi ke dalam jaringan epidermis dan merusak
6. PATOGENESIS
keratinosit
7. PATOFISOLOGI kemudian

8. DIAGNOSA BANDING 1-3 minggu respon jaringan terhadap infeksi


tampak meninggi yang disebut ringworm
9. PENATALAKSANAAN
lalu
10. KOMPLIKASI bagian aktif akan meningkatkan proses akan
Menghasilkan
11. PROGNOSIS proliferasi sel epidermis skuama
Dan kemudian
12 EDUKASI&KOMUNIKASI
. menciptakan bagian tepi aktif untuk
13. PROFESIONALISME berkembang dan bagian pusat akan bersih (Joelle, 2020)
8. DIAGNOSA BANDING

1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
3. EPIDEMIOLOGI TINEA KORPORIS
4. FAKTOR RISIKO
5. DIAGNOSIS
6. PATOGENESIS PSORIASIS VULGARIS
7. PATOFISOLOGI
8.DIAGNOSA BANDING
LIKEN SIMPLEKS KRONIS
9. PENATALAKSANAAN
10. KOMPLIKASI
Your Text Here
11. PROGNOSIS
12 EDUKASI&KOMUNIKASI
.
13. PROFESIONALISME
Etiologi Subjek Predileksi Efloresensi

Tinea Korporis Trichophyton Rasa gatal Wajah, ekstremitas atas Lesi berbentuk macula/plak yang
rubrum, dan bawah, dada dan merah/hiperpigmentasi dengan tepi aktif
Trichophyton punggung dan penyembuhan sentral. tepi lesi
mentagrophytes  dijumpai papula-papula eritematosa atau
dan  Microsporum vesikel, likenifikasi. Gambaran lesi dapat
audouinii polisiklis, anular atau geografis

(Siregar, 2017)

Psoriasis Belum diketahui Gatal, rasa Siku, lutut, kulit kepala, Makula eritematosa besarnya dari milier
Vulgaris pasti, diduga terbakar dan telapak kaki dan tangan, sampai numular dengan gambaran yang
mutasi gen PSORS nyeri punggung, tungkai atas beraneka ragam, dapat asinar, sirsinar,
I-VIII (psoriasis dan bawah, serta kuku. polisiklis/geografis, berbatas segar,
susceptibility gen ditutupi skuama kasar putih mengkilat.
1-8) dan kelainan
sistem imun.
(Siregar, 2017)

Liken Simpleks Tidak diketahui, Gatal biasa Punggung leher dan Plak likenifikasi, Eritema dan edema/
Kronis diduga : Kebiasaan paroksismal, ekstremitas, terutama kelompok papul, bagian tengah lesi
menggores/ terus menerus, pergelangan tangan dan menebal, kering dan berskuama serta
menggaruk kulit atau sporadik kaki, serta bokong mengalami hiperpigmentasi
dan Gangguan
psikologis
(Siregar, 2017)
9. PENATALAKSANAAN

1. Non-farmakologi
1. DEFINISI
Tatalaksana non-farmakologis ialah tindakan pencegahan berupa praktik menjaga
2. ETIOLOGI
higienitas tubuh yang baik. Seperti :
3. EPIDEMIOLOGI
• Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena infeksi
4. FAKTOR RISIKO
atau bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah penyebaran
5. DIAGNOSIS
infeksi ke bagian tubuh lainnya.
6. PATOGENESIS
• Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas untuk
7. PATOFISOLOGI
mencegah penyebaran jamur.
8. DIAGNOSA BANDING
• Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan
9.PENATALAKSANAAN
sisa-sisa kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.
10. KOMPLIKASI
11. PROGNOSIS
12 EDUKASI&KOMUNIKASI
.
13. PROFESIONALISME
(Ahmad M, 2020)
9. PENATALAKSANAAN

2. Farmakologi
1. DEFINISI Topikal (salah satu dari berikut)
 Terbinafine: 1% krim 1-2x sehari selama ≥ 1 minggu / solusio 1x sehari selama 2
2. ETIOLOGI
minggu
3. EPIDEMIOLOGI  Klotrimazol: 1% krim / salep 2x sehari selama 4 minggu
4. FAKTOR RISIKO  Ketokonazol: 2% krim / sampo / gel dioleskan 1x sehari selama 2 minggu
 Miconazole: 0,25% salep atau 2% (krim / larutan / lotion / bedak dioleskan 2x
5. DIAGNOSIS sehari selama 2 minggu
6. PATOGENESIS Sistemik
Regimen oral yang disarankan termasuk salah satu dari yang berikut :
7. PATOFISOLOGI • Terbinafine: 250 mg sekali sehari selama dua minggu
8. DIAGNOSA BANDING • Itraconazole: 100 mg sekali sehari selama 2 minggu atau 200 mg sekali sehari
selama satu minggu; berikan kapsul dengan makanan
9.PENATALAKSANAAN • Flukonazol: 150 - 200 mg sekali seminggu atau 50 sampai 100 mg / hari selama 2
10. KOMPLIKASI sampai 4 minggu
• Griseofulvin: 500 - 1000 mg sekali sehari selama 2 sampai 4 minggu
11. PROGNOSIS
12 EDUKASI&KOMUNIKASI
.
13. PROFESIONALISME
(Ahmad M, 2020)
10. EDUKASI & KOMUNIKASI

1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
• Memberikan edukasi terhadap pasien untuk
3. EPIDEMIOLOGI mengenakan pakaian yang ringan dan longgar
4. FAKTOR RISIKO
• Memberikan edukasi terhadap pasien untuk menjaga
5. DIAGNOSIS
6. PATOGENESIS kulit tetap bersih dan kering akan membantu
7. PATOFISOLOGI mencegah perkembangan tinea corporis
8. DIAGNOSA BANDING
• Memberikan edukasi terhadap pasien untuk patuh
9. PENATALAKSANAAN
10.EDUKASI&KOMUNIKASI terhadap pengobatan yang telah diberikan
11. KOMPLIKASI
(Garret, 2020)
12 PROGNOSIS
.
13. PROFESIONALISME
11. KOMPLIKASI

1. DEFINISI Komplikasi yang terjadi adalah infeksi berulang, apabila pengobatan


2. ETIOLOGI tidak berhasil menghilangkan organism secara menyeluruh, seperti
misalnya pada pasien yang menghentikan penggunaan pengobatan
3. EPIDEMIOLOGI
topical terlalu cepat ataupun jamur tersebut resisten terhadap
4. FAKTOR RISIKO pengobatan anti jamur yang diberikan
5. DIAGNOSIS
6. PATOGENESIS
7. PATOFISOLOGI
8. DIAGNOSA BANDING
9. PENATALAKSANAAN
10.EDUKASI&KOMUNIKASI
11. KOMPLIKASI
12 PROGNOSIS (Garret, 2020)
.
13. PROFESIONALISME
12. PROGNOSIS

1. DEFINISI
2. ETIOLOGI Prognosis untuk tinea corporis terlokalisasi sangat
3. EPIDEMIOLOGI baik dengan pengobatan yang tepat dan kepatuhan
4. FAKTOR RISIKO pasien. Kekambuhan dapat terjadi jika terapi
5. DIAGNOSIS dihentikan terlalu cepat tanpa pemberantasan jamur
6. PATOGENESIS sepenuhnya. Infeksi ulang dapat terjadi jika ada
7. PATOFISOLOGI reservoir (tinea pedis, tinea capitis, onikomikosis).
8. DIAGNOSA BANDING
9. PENATALAKSANAAN
10.EDUKASI&KOMUNIKASI
11. KOMPLIKASI
(Garret, 2020)
12. PROGNOSIS
13. PROFESIONALISME
13. PROFESIONALISME

1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
Membantu mengontrol kesembuhan pasien
3. EPIDEMIOLOGI dengan memberikan obat dengan dosis yang
4. FAKTOR RISIKO
tepat.
5. DIAGNOSIS
6. PATOGENESIS Jika tidak ada perbaikan setelah di beri terapi
7. PATOFISOLOGI maka dapat di rujuk ke dokter spesialis kulit dan
8. DIAGNOSA BANDING
kelamin.
9. PENATALAKSANAAN
10. KOMPLIKASI
11. PROGNOSIS
12 EDUKASI&KOMUNIKASI
.
13. PROFESIONALISME
Kesimpulan
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita,
Definisi menyerang daerah kulit tak berambut pada wajah, badan, lengan dan tungkai. Paling
umum disebabkan oleh Trichophyton rubrum
Anamnesis : didapatkan rasa gatal yang sangat mengganggu, dan gatal bertambah apabila berkeringat.
Karena gatal dan digaruk, maka timbul lesi sehingga lesi bertambah meluas,terutama pada kulit yang
lembab, riwayat sering berkeringat berlebihan dan tinggal di lingkungan padat.
Cara Pemeriksaan fisik :
Lokalisata : wajah, anggota gerak atas dan bawah, dada dan punggung.
Penegakan Efloresensi : Lesi berbentuk macula/plak yang merah/hiperpigmentasi dengan tepi aktif dan
diagnosis penyembuhan sentral. Pada tepi lesi dijumpai papula-papula eritematosa atau vesikel. Pada perjalanan
penyakit yang kronik dapat dijumpai likenifikasi. Gambaran lesi dapat polisiklis, anular atau geografis
Pemeriksaan Penunjang : pemeriksaan Kulit + KOH 10% , Histopatologi
Non farmakologi :
• Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena infeksi untuk mencegah
penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Terapi • Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas untuk mencegah penyebaran
jamur.
• Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran
agar jamur tidak mudah tumbuh.
Kesimpulan
Farmakologi
Terapi Topikal : Terbinafine: 1% krim, Klotrimazol: 1% krim, Ketokonazol: 2% krim, Miconazole: 0,25% salep atau 2% krim
Sistemik : Terbinafine: 250 mg, Itraconazole: 100 mg, Flukonazol: 150 - 200 mg, Griseofulvin: 500 - 1000 mg

• edukasi terhadap pasien untuk mengenakan pakaian yang ringan dan longgar
• edukasi terhadap pasien untuk menjaga kulit tetap bersih dan kering akan membantu mencegah
Edukasi perkembangan tinea corporis
• edukasi terhadap pasien untuk patuh terhadap pengobatan yang telah diberikan

• Komplikasi yang terjadi adalah infeksi berulang, apabila pengobatan tidak berhasil menghilangkan
Komplikasi organisme secara menyeluruh

Prognosis untuk tinea corporis terlokalisasi sangat baik dengan pengobatan yang tepat dan
kepatuhan pasien. Kekambuhan dapat terjadi jika terapi dihentikan terlalu cepat. Infeksi ulang
Prognosis dapat terjadi jika ada reservoir (tinea pedis, tinea capitis, onikomikosis).
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai