Anda di halaman 1dari 13

Promkes

KUSTA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan


Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara

Oleh :

Phonna Maghfirah, S.Ked


2106111024

Preseptor :
dr. M. Mimbar Topik, M.Ked(DV), Sp.DV

BAGIAN/SMF ILMU KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat dan
karunia Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Kusta”.
Shalawat dan salam penulis panjatkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan

Penyusunan referat ini sebagai salah satu tugas dalam menjalani


Kepaniteraan Klinik Kulit dan Kelamin Universitas Malikussaleh RSUD Cut
Meutia. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. M. Mimbar
Topik, M.Ked (DV), Sp. DV selaku preseptor yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, saran, arahan, semangat, dan motivasi bagi penulis
sehingga referat ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Lhokseumawe, Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................2

2.1 Definisi...............................................................................................................2

2.2 Etiologi.................................................................................................................2

2.3 Manifestasi klinis.................................................................................................2

2.4 Derajat................................................................................................................3

2.5 Diagnosis............................................................................................................3

2.6 Tatalaksana.........................................................................................................4

2.7 Komplikasi.........................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................6

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang


jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan. Kusta atau lepra dapat ditandai
dengan rasa lemah atau mati rasa di tungkai dan kaki, kemudian diikuti
timbulnya lesi pada kulit. Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi bakteri yang
dapat menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau
bersin.
Disebabkan oleh bakteri Myobacterium Leprae. Mycobakterium ini
adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, dikelilingi oleh
membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobakterium. Panjangnya
1-8micro, lebar 0,2 – 0,5 micro.
Pemeriksaan penunjang pada kusta dapat dilakukan dengan Hitung darah
lengkap, Tes fungsi liver atau hati, Tes kreatinin, Biopsi saraf.
.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan
kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan. Kusta atau lepra dapat ditandai dengan rasa
lemah atau mati rasa di tungkai dan kaki, kemudian diikuti timbulnya lesi pada kulit.
Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi bakteri yang dapat menyebar melalui
percikan ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin.

2.2 Etiologi
Disebabkan oleh bakteri Myobacterium Leprae. Mycobakterium ini adalah
kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, dikelilingi oleh membran sel
lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobakterium. Panjangnya 1-8micro, lebar
0,2 – 0,5 micro. Kusta dapat menular jika seseorang terkena percikan droplet dari
penderita kusta secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Hal ini menunjukkan
bahwa bakteri penyebab lepra tidak dapat menular ke orang lain dengan mudah.
Selain itu, bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di
dalam tubuh penderita.

2.3 Manifestasi klinis

Gejala kusta pada awalnya tidak tampak jelas. Bahkan, pada beberapa kasus
gejala kusta baru bisa terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh
penderita selama 20–30 tahun. Beberapa gejala kusta yang dapat dirasakan
penderitanya adalah:

 Mati rasa di kulit, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu,


sentuhan, tekanan, atau rasa sakit
 Muncul lesi pucat, berwarna lebih terang, dan menebal di kulit
 Kulit tidak berkeringat (anhidrosis)
 Muncul luka tapi tidak terasa sakit
 Pembesaran saraf yang biasanya terjadi di siku dan lutut
 Otot melemah, terutama otot kaki dan tangan
 Kehilangan alis dan bulu mata
 Mata menjadi kering dan jarang mengedip
 Mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung

2.4 Derajat kusta

Berdasarkan tingkat keparahan gejala, kusta dikelompokkan menjadi 6 jenis, yaitu:

 Intermediate leprosy, ditandai dengan beberapa lesi datar berwarna pucat atau


lebih cerah dari warna kulit sekitarnya yang kadang sembuh dengan
sendirinya
 Tuberculoid leprosy, ditandai dengan beberapa lesi datar yang kadang
berukuran besar, mati rasa, dan disertai dengan pembesaran saraf
 Borderline tuberculoid leprosy, ditandai dengan munculnya lesi yang
berukuran lebih kecil dan lebih banyak dari tuberculoid leprosy
 Mid-borderline leprosy, ditandai dengan banyak lesi kemerahan, yang
tersebar secara acak dan asimetris, mati rasa, serta pembengkakan kelenjar
getah bening setempat
 Borderline lepromatous leprosy, ditandai dengan lesi yang berjumlah banyak
bisa berbentuk datar, benjolan, nodul, dan terkadang mati rasa
 Lepromatous leprosy, ditandai dengan lesi yang tersebar dengan simetris,
umumnya lesi yang timbul mengandung banyak bakteri, dan disertai dengan
rambut rontok, gangguan saraf, serta kelemahan anggota gerak.

2.5 Diagnosis

Lesi lepra pada kulit biasanya berwarna pucat atau merah (hipopigmentasi)
dan mati rasa. Untuk memastikan apakah pasien menderita lepra, dokter akan
mengambil sampel kulit dengan cara dikerok (skin smear). Sampel kulit ini kemudian
akan dianalisis di laboratorium untuk mengecek keberadaan bakteri Mycobacterium
leprae.
Di daerah endemik lepra, seseorang dapat didiagnosis menderita lepra meskipun
pemeriksaan kerokan kulit menunjukkan hasil negatif. Hal ini mengacu pada
klasifikasi badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) terhadap
penyakit kusta, yaitu:

 Paucibacillary, yaitu terdapat lesi kulit meskipun hasil tes kerokan kulit
(smear) negatif
 Multibacillary, yaitu terdapat lesi kulit dengan hasil tes kerokan kulit (smear)
positif

Jika lepra yang diderita sudah cukup parah, kemungkinan dokter akan melakukan
tes pendukung untuk memeriksa apakah bakteri Mycobacterium leprae sudah
menyebar ke organ lain atau belum. Contoh pemeriksaannya adalah:

 Hitung darah lengkap


 Tes fungsi liver atau hati
 Tes kreatinin
 Biopsi saraf

2.6 Tatalaksana

Metode pengobatan utama penyakit kusta atau lepra adalah dengan obat antibiotik.
Penderita kusta akan diberi kombinasi beberapa jenis antibiotik selama 6 bulan
hingga 2 tahun. Jenis, dosis, dan durasi penggunaan antibiotik ditentukan berdasarkan
jenis kusta yang diderita.
Contoh antibiotik yang digunakan untuk pengobatan kusta
adalah rifampicin, dapsone, clofazimine, minocycline, dan ofloxacin. Di Indonesia
pengobatan kusta dilakukan dengan metode MDT (multi drug therapy).
Operasi umumnya dilakukan sebagai penanganan lanjutan setelah pengobatan dengan
antibiotik. Operasi bagi penderita kusta bertujuan untuk:

 Menormalkan fungsi saraf yang rusak


 Memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat
 Mengembalikan fungsi anggota tubuh

2.8 Komplikasi

Komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat penyakit tersebut
didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika
kusta terlambat diobati adalah:

 Mati rasa
 Glaukoma
 Kebutaan
 Gagal ginjal
 Disfungsi ereksi dan kemandulan pada pria
 Kerusakan bentuk wajah
 Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung
 Kelemahan otot
 Cacat permanen, seperti kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan, dan
hidung
 Kerusakan saraf permanen di luar otak dan saraf tulang belakang, termasuk
pada lengan, tungkai kaki, dan telapak kaki
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. (Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, 2017).
2. Widaty, S., Soebono, H., Nilasari, H. & Listiawan, Y. Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Di Indonesia. Journal of
Organic Chemistry vol. 74 (Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin Indonesia (PERDOSKI), 2017).
3. Ingram. Eczematous Disorders. Dalam: Rook’s textbook of dermatology.
(Blackwell, 2016).
4. Todorova. Eropean handbook of dermatological treatments. (Springer,
2015).
5. Harlim, A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin: Alergi Kulit. (FK
UKI, 2016).
KUSTA

Anda mungkin juga menyukai