TETANUS
• Tetanus adalah penyakit yang mengenai sistem saraf yang disebabkan oleh
tetanospasmin yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani
• Penyakit ini ditandai oleh adanya trismus, disfagia, dan rigiditas otot lokal yang dekat
dengan tempat luka.
• Sekitar 50-75% pasien dengan tetanus umum datang dengan trismus ”lockjaw", yang
merupakan ketidakmampuan untuk membuka mulut akibat spasme otot masseter.
• Gejala klinis tetanus hampir selalu berhubungan dengan kerja toksin pada susunan
saraf pusat dan sistem saraf autonom
ETIOLOGI TETANUS
Otitis
Luka tusuk, patah tulang media,
komplikasi kecelakaan, karies gigi, Pemotongan tali pusat yang tidak
gigitan binatang, luka Luka operasi, luka kronik steril, bubuk kopi, bubuk ramuan
bakar yang luas luka yang tak dan daun-daunan merupakan
dibersihkan penyebab utama masuknya spora
(debridement pada tali pusat yang menyebabkan
) dengan terjadinya kasus tetanus
baik. neonatorum.
PATOFISIOLOGI TETANUS
PATOFISIOLOGI TETANUS
MANIFESTASI KLINIS
Trismus (kesukaran membuka Kaku kuduk sampai epistotonus Risus sardonikus karena spasme
mulut) karena spasme otot-otot (karena ketegangan otot-otot otot muka (alis tertarik ke
mastikatoris erector trunki) atas),sudut mulut tertarik ke luar
dan ke bawah, bibir tertekan kuat
pada gigi
- Kesukaran menelan,gelisah, mudah terangsang, nyeri anggota badan
sering merupakan gejala dini
- Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan epistotonus, ekstremitas
inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat.
- Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan
laring
Klasifikasi tetanus berdasarkan derajat panyakit menurut
modifikasi dari klasifikasi Ablett’s
Derajat I (tetanus ringan)
Derajat III (tetanus berat)
• Trismus ringan sampai sedang (3cm)
• Trismus berat (1cm)
• Kekakuan umum: kaku kuduk,
• Otot spastis, kejang spontan
opistotonus, perut papan
• Takipne, takikardia
• Tidak dijumpai disfagia atau ringan
• Serangan apne (apneic spell)
• Tidak dijumpai kejang
• Disfagia berat
• Tidak dijumpai gangguan respirasi
• Aktivitas sistem autonom meningkat
• uji spatula
• Tes ini menggunakan spatula yang disentuhkan ke dinding faring posterior. Hasil yang muncul pada
pasien tetanus adalah spasme otot masseter dan menggigit yang normalnya adalah reflek muntah yang
terjadi. Uji spatula ini memiliki spesifitas dan sensitivitas yang tinggi pada pasien tetanus.
• Tidak ada tes laboratorium khusus untuk menentukan diagnosis tetanus. Diagnosis secara klinis
didasarkan pada adanya trismus, disfagia, kekakuan otot umum, kejang, atau kombinasinya.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
• Satu-satunya kondisi yang menyerupai tetanus adalah keracunan strychnine. Tetapi beberapa
kondisi yang dapat menyebabkan trismus yang merupakan gejala yang sering pada tetanus :
a. Infeksi gigi
b. Infeksi lokal
c. Hipertermia berat
d. Obat stimulan
e. Sindrom serotonin
PENATALAKSANAAN
• Memutuskan invasi toksin dengan antibiotik dan tindakan bedah
• 1. Antibiotik
• Penggunaan antibiotik ditujukan untuk memberantas kuman tetanus bentuk vegetatif. Clostridium peka terhadap penisilin grup beta
laktam termasuk penisilin G, ampisilin, karbenisilin, tikarsilin, dan lain-lain. Kuman tersebut juga peka terhadap klorampenikol,
metronidazol, aminoglikosida dan sef alosporin generasi ketiga. Penisilin G dengan dosis 1 juta unit IV setiap 6 jam atau penisilin
prokain 1,2 juta 1 kali sehari. Penisilin G digunakan pada anak dengan dosis 100.000 unit/kgBB/hari IV selama 10-14 hari
• 2. Perawatan luka
• Luka dibersihkan atau dilakukan debridemen terhadap benda asing dan luka dibiarkan terbuka. Sebaiknya dilakukan setelah
penderita mendapat anti toksin dan sedasi. Pada tetanus neonatorum tali pusat dibersihkan dengan betadine dan hidrogen peroksida, bila
perlu dapat dilakukan omphalektomi.
PENATALAKSANAAN
• Netralisasi toksin
• Dosis anti tetanus serum yang digunakan adalah 50.000-100.000 unit, setengah dosis diberikan
secara IM dan setengahnya lagi diberikan secara IV, sebelumnya dilakukan tes hipersensitifitas terlebih
dahulu. Pada tetanus neonatorum diberikan 10.000 unit IV.
• Human tetanus imunoglobulin merupakan pengobatan utama pada tetanus dengan dosis pada
neonatus sebanyak 500 IU IV dan 800-2000 IU intrathekal.
PENATALAKSANAAN
• 1. Benzodiazepin
• Diazepam merupakan golongan benzodiazepin yang sering digunakan Dosis diazepam pada anak dan dewasa 5-20
mg 3 kali sehari, dan pada neonatus diberikan 0,1-0,3 mg/kgBB/kali pemberian IV setiap 2-4 jam. Pada tetanus
ringan obat dapat diberikan per oral, sedangkan tetanus lain sebaiknya diberikan drip IV lambat selama 24 jam.
PENATALAKSANAAN
• UMUM
• Penderita perlu dirawat dirumah sakit, pada unit perawatan intensif dengan stimulasi yang minimal.
Pemberian cairan dan elektrolit serta nutrisi harus diperhatikan. Pada tetanus neonatorum, letakkan
penderita di bawah penghangat dengan suhu 36,2-36,5 oC (36-37oC), infus IV glukosa 10% dan elektrolit
100- 125 ml/kgBB/hari. Pemberian makanan dibatasi 50 ml/kgBB/hari berupa ASI atau 120 kal/kgBB/hari
dan dinaikkan bertahap. Pemberian oksigen dan isap lendir dari hidung dan mulut harus dikerjakan.
• Trakheostomi dilakukan bila saluran nafas atas mengalami obstruksi oleh spasme atau sekret yang
tidak dapat hilang oleh pengisapan. Trakheostomi dilakukan pada bayi lebih dari 2 bulan. Pada tetanus
neonatorum, sebaiknya dilakukan intubasi endotrakhea.
SKOR PHILIP
TATALAKSANA BERDASARKAN DERAJAT
TETANUS TETANUS
RINGAN TETANUS BERAT
Penderita diberikan penaganan
SEDANG Penanganan umum tetanus. Perawatan
pada ruang perawatan intensif, trakeostomi
dasar dan umum, meliputi Penanganan umum. Bila atau intubasi dan pemakaian ventilator
pemberian antibiotik, HTIG/anti diperlukan dilakukan sangat dibutuhkan serta pemberikan cairan
toksin, diazepam, membersihkan yang adekuat.
intubasi atau trakeostomi
Bila spasme sangat hebat dapat diberikan
luka dan perawatan suportif. dan pemasangan selang pankuronium bromid 0,02 mg/kgBB IV
nasogastrik delam diikuti 0,05 mg/kg/dosis diberikan setiap
anestesia umum. 2-3 jam. Bila terjadi aktivitas simpatis
Pemberian cairan yang berlebihan dapat diberikan beta
parenteral, bila perlu bloker seperti propanolo atau alfa dan beta
diberikan nutrisi secara bloker labetolol
parenteral.
KOMPLIKASI
• Komplikasi tetanus yang sering terjadi adalah pneumonia, bronkopneumonia dan sepsis.
• Komplikasi terjadi karena adanya gangguan pada sistem respirasi antara lain spasme laring
atau faring yang berbahaya karena dapat menyebabkan hipoksia dan kerusakan otak.
Spasme saluran nafas atas dapat menyebabkan aspirasi pneumonia atau atelektasis.
• Komplikasi pada sistem kardiovaskuler berupa takikardi, bradikardia, aritmia, gagal
jantung, hipertensi, hipotensi, dan syok.
• Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa tromboemboli, pendarahan saluran cerna,
infeksi saluran kemih, gagal ginjal akut, dehidrasi dan asidosis metabolik
PROGNOSIS