Anda di halaman 1dari 58

TIFUS, TETANUS, MALARIA,

KUSTA DAN DISENTRI


OLEH:
MUHAMMAD IKRAM HASBI
NURFAIDAH MANSYUR
IRENE TAWANG
NUR INSANI JAHARUDDIN
Rr. RETNO WAHDA PRATIWI
TIFUS (TYPHOID FEVER)
TIFUS (TYPHOID FEVER)

Demam tifoid :
Infeksi akut pada saluran cerna dengan gejala demam
lebih dari 1 minggu,gangguan saluran pencernaan ,
dan gangguan kesadaran
Etiologi :
Salmonella enterica serotipe typhi (Salmonella typhi)
Gejala
 Demam selama ± 3 minggu
 Nafas bau, bibir pecah-pecah, lidah ditutupi selaput
putih
 Hati dan limpa membesar; nyeri jika ditekan
 gangguan kesadaran
 Dapat ditemukan rose spot pada punggung, abdomen
atas, bawah dada
Komplikasi

Intestinal : Ekstraintestinal :
 Pendarahan usus, • k. Kardiovaskular
 perforasi usus, • Anemia hemolitik
 Peritonitis • Trombositopenis
• Penumonia, peluritis
• Hepatitis & koliestasis
• Perinefritis
• Periostitis, arthritis
• Delirium, meningitis
PATOGENESIS
PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan Mikrobiologi (darah, feses, urin,
sumsum tulang, aspirat usus/empedu)
 Tes Serologi
 Uji Widal
 Uji IDL Tubex
 Uji Typhidot
 Uji Dipstick IgM
 Uji Enzym-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
 Identifikasi secara molekuler
PENCEGAHAN
 Sanitasi Lingkungan
 Higiene Makanan Dan Minuman
 Higiene Perorangan
 Vaksin : Vi Vaksin, Vaksin Ty21a, Vaksin parenteral sel
utuh
PENGOBATAN
1. Istirahat dan perawatan professional
2. Nutrisi dan terapi penunjang (simtomatis dan suportif )
3. Pemberian antibiotik
 Kloramfenikol :50-75 mg/kg/hari, 14 hari dalam 4
dosis /hari. Dewasa 500 mg 4 x sehari.
 Trimetoprim-sulfametoksazol I.V atau per oral
 Ampisilin dan amoksisilin (75-100 mg/kgBB 14 hari)
 Sefalosporin generasi ke tiga : misalnya cefotaxime
dan ceftriaxone (75 mg/kgBB 10-14 hari)
 Florokuinolon :ciprofloxacin, norfloxacin, ofloxacin,
dan pefloxacin (15 mg/kgBB, 5-7 hari)
 Azitromisin (8-10 mg/kgBB 8-10 mg/kgBB
penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme)
tanpa disertai gangguan kesadaran yang disebabkan oleh
kuman Clostridium tetani.
GEJALA
Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung, tetapi
sebagai dampak eksotoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan
oleh kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum
tulang belakang, sambungan neuromuskular
(neuromuscular junction) dan saraf otonom (13).
MACAM-MACAM TETANUS BERDASARKAN GEJALA KLINIS :

Generalized Localized tetanus Cephalic tetanus Tetanus


tetanus (Tetanus (Tetanus lokal) (Tetanus sefalik) neonatorum
umum)
Derajat luka terjadi pada luka Tetanus sefalik Akibat penggunaan
bervariasi, mulai dari yang terkontaminasi umumnya terjadi alat-alat yang
luka yang tidak serta memiliki setelah trauma terkontaminasi
disadari hingga luka derajat yang kepala atau terjadi untuk memotong
trauma yang bervariasi. Bentuk setelah infeksi tali pusat pada ibu
terkontaminasi. ini merupakan telinga tengah. yang belum di
tetanus yang tidak Gejala terdiri dari imunisasi. Angka
umum dan memiliki disfungsi saraf kematian dapat
prognosis yang baik. kranialis motorik melebihi 70%.
(seringkali pada saraf
fasialis). Gejala
dapat berupa tetanus
lokal hingga tetanus
umum. Prognosisnya
biasanya buruk
 MACAM-MACAM TETANUS BERDASARKAN DERAJAT
BERATNYA PENYAKIT:

Derajat Manifestasi Klinis


I : Ringan Trismus ringan sampai sedang;spastisitas umum tanpa spasme atau
gangguan pernapasan;tanpa disfagia atau disfagia ringan

II : Sedang Trismus sedang; rigiditas dengan spasme ringan sampai sedang


dalam waktu singkat; laju napas>30x/menit; disfagia ringan

III : Berat Trismus berat; spastisitas umum; spasmenya lama; laju


napas>40x/menit; laju nadi > 120x/menit, apneic spell, disfagia
berat

IV : Sangat berat (derajat III + gangguan sistem otonom termasuk kardiovaskular)


Hipertensi berat dan takikardia yang dapat diselang-seling dengan
hipotensi relatif dan bradikardia, dan salah satu keadaan tersebut
dapat menetap
KARAKTERISTIK TETANUS
 Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5 -7 hari.

 Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari leher.
Kemudian timbul kesukaran membuka mulut ( trismus, lockjaw ) karena spasme Otot
masetter.

 Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (opistotonus,nuchal rigidity )

 Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik keatas, sudut
mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat .

 Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai dengan
Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.

 Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin,
bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis ( pada anak ).
PATOFISIOLOGI
Spora Clostridium tetani Tetanolisin ( Hemolisis )
Tetanospamin ( Tetanus )
Luka
1. Motor end plate di otot berikatan &
Anaerob rangka menghambat
2. Medula spinalis Neurotransmiter
3. Otak glycine & GAB
4. Sistem saraf simpatis
vegetatif & berkembang biak dengan cepat mencegah terjadinya
penghambatan neuron
Toksin dari tempat luka

Motor end plate Akibatnya saraf aksonal


terangsang
Gangliosida

Kornu anterior sumsum tulang


tetanus
belakang

Menyebar ke SSP
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan biakan pada luka
2. Pemeriksaan leukosit darah
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
4. Serum enzim otot ( Kreatinin kinase & aldolase )
TREATMENT / PENGOBATAN
A. Umum
1. Merawat dan membersihkan luka
2. Netralisasi toksin yang masih terdapat di dalam
darah
3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti
suara dan tindakan terhadap penderita
4. Lakukan pemantauan cairan, elektrolit dan
keseimbangan kalori (karena biasanya terganggu),
terutama pada pasien yang mengalami demam dan
spasme berulang, juga pada pasien yang tidak
mampu makan atau minum akibat trismus yang
berat, disfagia atau hidrofobia.
5. Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi
B. KHUSUS

1. Anti serum atau Human Tetanus Immunoglobuline (HTIG)


Dosis ATS yang dianjurkan adalah 100.000 IU dengan
50.000 IU im dan 50.000 IU iv.
2. Tetanus Toksoid / imunisasi tetanus
3. Antibiotika
- Metronidazol sebagai lini pertama. diberikan secara iv
dengan dosis 15 mg/kgBB dilanjutkan dosis 30
mg/kgBB/hari dengan interval setiap 6 jam selama 7-10
hari
- Penisilin prokain sebagai lini kedua. Dengan dosis
50.000- 100.000 U/kgBB/hari selama 7-10 hari.
- Tetrasiklin jika penisilin mengalami hipersensitifitas. Dengan
dosis 50 mg/kgBB/hari
4. Anti Konvulsan

Jenis Obat Dosis Efek Samping


_______________________________________________________
Diazepam 0,5 – 1,0 mg/kg Stupor, Koma
Berat badan / 4 jam (IM)
Meprobamat 300 – 400 mg/ 4 jam (IM) Tidak Ada
Klorpromasin 25 – 75 mg/ 4 jam (IM) Hipotensi
Fenobarbital 50 – 100 mg/ 4 jam (IM) Depressi pernafasan
_______________________________________________________
Defenisi
Malaria adalah suatu penyakit
akut maupun kronik, yang
disebabkan oleh protozoa genus
Plasmodium dengan manifestasi
klinis berupa demam, anemia
dan pembesaran limpa.
ETIOLOGI
Malaria Kwartana
(Plasmodium
Malariae)

Malaria
Tropika Parasit malaria Malaria Ovale
(yang disebut (Plasmodium
(Plasmodium
Plasmodium) Ovale)
Falcifarum).

Malaria
Tersiana
(Plasmodium
Vivax)

Nyamuk anopheles betina


GEJALA KLINIS
GEJALA GEJALA BERAT
KLASIK
Kondisi lemah
Gangguan kesadaran (>30
Stadium dingin menit).
(cold stage)
Perdarahan di hidung, gusi atau
saluran pencernaan
Kejang, beberapa kali kejang.
Stadium
demam (Hot Mata kuning dan tubuh kuning
stage).
Panas tinggi diikuti gangguan
kesadaran.

Stadium Nafas sesak.


berkeringat
(sweating stage) Diuresis < 400 ml/ 24 jam
PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS
 SIKLUS PADA MANUSIA (ASEKSUAL)
 SIKLUS PADA NYAMUK ANOPHELES BETINA
MEKANISME TEST
 Pemeriksaan Tetes Darah Untuk Malaria
Tetesan preparat darah tebal

Tetesan darah tipis


. Tes Antigen : P-Ftest

mendeteksi antigen dari P.falciparum


(Histidine Rich Protein II). Diteksi sangt
cepat hanya 3-5menit, tidak memerlukan
latihan khusus, sensitivitasnya baik

Tes Serologi

mendeteksi adanya antibodi spesifik


terhadap malaria atau pada keadaan
dimana parasit sangat minimal

Pemeriksaan PRC (Polymerase


Chain Reaction)

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan


teknologi amplifikasi DNA, waktu dipakai
cukup cepat dan sensitivitas maupun
spesifitasnya tinngi jumlah parasit sangat
sedikit dapat memberikan hasil positif
TERAPI PENGOBATAN
Penyakit
ETIOLOGI
kusta

penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman


Micobacterium leprae yang pertama kali menyerang
susunan saraf tepi, selanjutnya menyerang kulit,
mukosa (mulut), saluran pernafasan bagian atas, sistem
retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis.

Sifat khas dari


M. leprae:

• Parasit intra seluler obligat yang tidak dapat dibiakkan dimedia


buatan.
• Sifat tahan asamnya dapat diekstraksi oleh piridin.
• Satu-satunya mikobakterium yang mengoksidasi D-Dopa (D-
Dihydroxyphenylalanin).
• Menginvasi dan bertumbuh dalam saraf perifer.
• Ekstrak terlarut dan preparat M.leprae mengandung komponen
antigenik yang stabil dengan aktivitas imunologis yang khas,
PATOFISIOLOGI

Setelah kuman M.
leprae masuk ke
dalam tubuh,

Mycobacterium leprae
mampu menyerang
dan berkembangbiak
pada saraf perifer

menginfeksi dan
bertahan hidup pada
sel endotel dan fagosit
pada berbagai organ.
KLASIFIKASI

Tipe Tuberkuloid Tuberkuloid (TT)

Tipe Borderline Tuberkuloid (BT)

Tipe Mid Borderline (BB)

Tipe Borderline Lepromatous (BL)

Tipe Lepromatosa (LL)


GEJALA

Lesi (kelainan
kulit) yang mati
rasa.

Adanya luka yang Lesi dapat


tidak mau berbentuk bercak
sembuh. keputih-putihan.

Kulit kering dan Gangguan fungsi


retak-retak. saraf  Mati rasa.

Kelemahan otot.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Ada 3 tanda kardinal yang cukup untuk
menetapkan diagnosis dari penyakit kusta
• Lesi kulit yang anestesi.
• Penebalan saraf perifer.
• Ditemukannya M.leprae.

Tes Laboratorium
Untuk menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu mencari
tanda-tanda utama atau cardinal sign yaitu antara lain:
• Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa. Kelainan kulit atau
lesi dapat berbentuk bercak keputih-putihan
(hipopigmentasi) atau kemerah-merahan yang mati rasa.
• Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan
fungsi saraf. Ganggguan fungsi saraf ini merupakan akibat
dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer).
TERAPI

TERAPI TERAPI NON-


FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI
DDS (Diamino Diphenyl
Sulfone/ Dapson) Rehabilitasi sosial

Klofazimin Menjaga kebersihan pribadi dan


lingkungan
Rifampicin
Mendapat cukup sinar matahari
Prednison
Imunisasi pada anak
Sulfas ferosus

Vitamin A Pengobatan pada penderita


TERAPI FARMAKOLOGI

NAMA OBAT INDIKASI DOSIS EFEK SEDIAAN


SAMPING

DDS (Diamino Bersifat Dewasa 100 mg/hari. • Anemia Tablet warna


Diphenyl Sulfone/ bakteriostatik Anak 1-2 mg/kg berat hemolitik putih dengan
Dapson) yaitu badan/hari. • Manifestasi takaran 50
menghalangi kulit (alergi) mg/tablet dan
atau • Manifestasi 100 mg/tablet.
menghambat saluran
pertumbuhan pencernaan.
kuman kusta.

Lemprene atau Menghambat Dosis untuk segala • Warna kulit Kapsul warna
Clofazimine. pertumbuhan bentuk lepra: 100 mg • Gangguan coklat. Takaran
kuman kusta. sehari. Untuk pencernaan 50 mg/kapsul
mengendalikan reaksi dan 100
lapromatosis mungkin mg/kapsul.
diperlukan dosis sampai
3 kali 100 mg sehari,
NEXT…

NAMA OBAT INDIKASI DOSIS EFEK SAMPING SEDIAAN

Rifampicin Mematikan Untuk semua jenis • Tanda-tanda pada kulit: Kapsul atau
kuman kusta lepra adalah 600 misalnya panas atau gatal kaplet 150 mg,
(bakterisid) mg/hari. Kini juga dengan atau tanpa rash 300 mg, 450 mg,
sedang diteliti (kemerahan), terutama dan 600 mg.
paduan yang terdapat pada kulit muka dan
menggunakan kepala yang biasanya disertai
rifampisin dosis kemerahan mata dan mata
300 mg/hari atau yang berair.
untuk penggunaan • Gangguan saluran
intermiten dengan pencercernaan
dosis 600 mg • Syndrome flu
sampai 1500 mg. • Hepatitis

Prednisone Untuk Lihat pada Hipoglisemia, hipotensi, Tablet 5 mg


penanganan/ pengobatan reaksi. hipertensi, sakit kepala, mual,
pengobatan muntah, depresi, bingung, mata
reaksi. kabur, tidak bias tidur.
NEXT…

NAMA OBAT INDIKASI DOSIS EFEK SAMPING SEDIAAN

Sulfas ferosus Untuk Untuk Mual, nyeri lambung, konstipasi, diare Tablet 325 mg
penderita dewasa 2-4 dan kolik.
kusta yang tablet/hari
anemia berat

Vitamin A Untuk 25.000- Efek toksik dosis diatas 100.000 U Tablet 6000 IU,
menyehatkan 50.000 U sehari dapat terjadi mual, muntah, sakit Tablet 12000 IU
kulit yang sehari kepala, halusinasi, kulit bersisisk, gatal-
bersisik selama gatal, rambut rontok, persendian nyeri,
(ichthiosis) maksimal 2 kelainan darah dan mata serta
bulan gangguan pertumbuhan pada anak.
WHO menganjurkan maksimal 8.000 U
sehari bagi wanita hamil berhubung
pada dosis tinggi (25.000 UI sehari atau
lebih) resiko teratogen atau cacat pada
janin.
DISENTRI

dys (gangguan) enteron (usus)

peradangan pada usus besar yang ditandai


dengan sakit perut dan buang air besar yang
encer secara terus menerus (diare) yang
bercampur lendir dan darah.
ETIOLOGI
Disentri basiler (Shigella s.p)

• S.dysentriae, S.flexneri,
S.bondii dan S.sonnei.

• keadaan lingkungan yang jelek akan


menyebabkan mudahnya penularan penyakit.

• Shigella sp merupakan penyebab terbanyak


dari diare invasif (disentri)
Disentri amoeba

• Entamoeba hystolitica

• membentuk koloni di dinding usus dan


menembus dinding usus sehingga
menimbulkan ulserasi.

• trofozoit komensal tanpa menyebabkan


gejala penyakit
• trofozoit patogen gejala disentri
GEJALA
Disentri basiler (Shigella s.p)

Diare mendadak yang disertai


darah dan lendir dalam tinja.

Panas tinggi (39,50 – 40,0OC)

Muntah-muntah.

Anoreksia

Sakit kram di perut dan sakit di


anus saat BAB.
Kategori Manifestasi
GEJALA klinik
Disentri amoeba
Disentri amoeba
Carrier
pasien tidak menunjukkan gejala klinis
sama sekali
Diare disertai
Amebiasis ringan darah dan
lendir
perut dalam
kembung, tinja
nyeri perut . diare 4-5 x/ hari,
ringan,
tinja berbau busuk bercampur darah dan lendir,
demam subfebris.
Frekuensi BAB umumnya
lebih sedikitsedang
Amebiasis daripada disentri
basiler
lebih (≤10x/hari)
berat dibanding disentri ringan ditambah perut
kram, lemah, hepatomegali

Amebiasis berat(kolik)
Sakit perut hebat
diare disertai darah yang banyak > 15 x/ hari,
demam
panas tinggi (40-40,5
hanya derajat celcius),
ditemukan padamual,
anemia, tidak dianjurkan sigmoidoskopi.
1/3 kasus
Amebiasis kronik
amebiasis ringan yang berjalan berbulan-
bulan sampai bertahun-tahun
PATOFISIOLOGI
Disentri basiler (Shigella s.p)

Invasi membran
basolateral sel memproduksi toksin
epitel usus. (Shigatoksin)
menimbulkan kerusakan
sel

Terjadi
kematian sel
multiplikasi
epitel gejala sistemik seperti
dalam sel
demam, nyeri perut,
rasa lemah, dan gejala
disentri.
menyebar ke reaksi
sel epitel inflamasi
PATOFISIOLOGI
Disentri amoeba
Trofozoit (komensal) masuk ke
Faktor penyebab Trofozoit dalam lumen usus besar
jadi patogen:
Kerentanan tubuh pasien
-Virulensi Amoeba Trofozoit (patogen) menembus
mukosa usus dan menimbulkan
-Lingkungan usus

Trofozoit patogen memproduksi


enzim fosfoglukomutase dan
lisozim

Kerusakan dan nekrosis


Ulkus yang khas jaringan dinding usus
Pemeriksaan Klinik
Disentri
Disentri amoeba
basiler (Shigella s.p)

Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja
menemukan carrier diperlukan pemeriksaan biakan

Pemeriksaan sigmoidoskopi
Enzim immunoassay
dan kolonoskopi
untuk mendeteksi toksin

Foto rontgen kolon


Sigmoidoskopi
Dilakukan pengerokan daerah sigmoid pada stadium lanjut

Pemeriksaan uji serologi


Gambaran endoskopi
uji bantu diagnosis abses hati amebik
PENATALAKSANAAN
TERAPI
Disentri basiler (Shigella s.p)

ANTIBIOTIKA

WHO, 2005
PENATALAKSANAAN TERAPI

Penggantian Cairan dan elektrolit

 Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi
yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut.
 Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida,
dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa
per liter air.
Mencegah kekurangan gizi. makanan kecil
Makanan sering dikomsumsi, kaya energi dan protein,
harus disediakan.

Terapi Lainnya • Untuk Mengatasi Demam digunakan


obat antipiretik seperti paracetamol
• Penggunaan suplemen zinc
PENATALAKSANAAN TERAPI

Disentri amoeba
• Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650
mg tiga kali perhari selama 20 hari.

• Amebiasis intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin 500 mg


empat kali selama 5 hari.

• Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mg


tiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama5
hari, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.

• Amebiasis ektraintestinal, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mg


tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram per hari selama
2 hari dilanjutkan 500 mg/hari selama 4 minggu, dan emetin
1mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari
 Ciproploxacin (Quinolone)
MK : menghambat aktifitas DNA gyrase bakteri, bersifat
bakterisida dengan spektrum luas terhadap
bakteri gram positif maupun gram negatif.
D : Untuk infeksi saluran cerna : Ringan / sedang /
berat : 2 x 250 mg sehari.
ES : Dapat terjadi keluhan pada saluran pencernaan
seperti mual, diare, muntah, dispepsia, sakit perut,
kembung dan anoreksia. Reaksi alergi atau
hipersensitivitas terhadap Ciprofloxacin dapat
berupa ruam/reaksi kulit.
KI : penderita yang hipersensitif terhadap
siprofloksasin atau hipersensitif/alergi terhadap
antibiotik golongan quinolone lainnya.
 Ceftriaxone (sepalosporin)
MK : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan satu
atau lebih ikatan protein - penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs)
yang selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi sintesis
peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga menghambat biosintesis
dinding sel.
I : Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap
Ceftriaxone, seperti pada Infeksi intraabdominal.
D : Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 - 2 gram satu kali sehari. dosis dapat
dinaikkan sampai 4 gram satu kali sehari.
- Anak < 12 tahun : 20 - 80 mg/kg BB, satu kali sehari. Dosis intravena >
50 mg/kg BB harus diberikan melalui infus paling sedikit 30 menit.
ES : Gangguan pencernaan: diare, mual, muntah, stomatitis, glositis. Reaksi
kulit: dermatitis, pruritus,urtikaria, edema, eritema multiforma, dan
reaksi anafilaktik.
KI : Hipersensitif terhadap Ceftriaxone atau sefalosporin lainnya.
 Metronidazole (Nitroimidazoi)
MK : di dalam mikroorganisme akan mengalami proses reduksi
menjadi produk polar. Produk polar hasil reduksi inilah yang
mempunyai aktivitas antibakteri dengan cara kerja
penghambatan pada pembentukan asam nukleat sel kuman.
I : Amebiasis, seperti amebiasis intestinal dan amebiasis hepatic
yang disebabkan oleh E. histolytica.
D : Amebiasis :
 Dewasa : 750 mg 3 kali sehari selama 10 hari.
 Anak-anak : 35 – 50 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi 3
kalisehari, selama
10 hari.
ES : Mual, sakit kepala, anoreksia, diare, nyeri perut ulu hati dan
konstipasi.
KI : Metronidazole jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi
terhadap Metronidazole atau derivat nitroimidazole lainnya.
 Kloroquin Fospat (amubasida)
MK : mempengaruhi keasaman cairan sel parasit dan
menaikkan pH internal sehingga menghambat
pertumbuhan parasit
I : Amubiasis ekstaintestinal
ES : Mata: kerusakan retina yang ireversibel, penglihatan
kabur, kesulitan untuk memfokuskan pandangan dan
penglihatan berkabut, Gastrointestinal: mual, muntah,
diare dan abdominal.
D : Untuk ekstraintestinal amubiasis:
- Dewasa:
600 mg sehari selama 2 hari. Hari berikutnya 300
mg paling sedikit 2 sampai 3 minggu.
Anak: 10 mg/kg BB selama 2 sampai 3 minggu.
KI : Pasien yang hipersensitivitas dengan derivat 4-amino
quinolin; Kontra indikasi pada pasien dengan gangguan
retinal, segera hentikan klorokuin jika terjadi gangguan
penglihatan.
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai