Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ILMU NEUROLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2016


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TETANUS

DISUSUN OLEH :
SYAHRIANTY USMAN
111 2015 2278

PEMBIMBING :
dr. ERWIN RAHMAN M.Kes, Sp.S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
PENDAHULUAN

Tetanus adalah penyakit akut yang ditandai oleh


kekakuan otot dan spasme yang diakibatkan oleh toksin
dari Clostridium tetani. Berasal dari kata Yunani “tetanos”
yang berarti “berkontraksi”. Pada luka dimana terdapat
keadaan yang anaerob, seperti pada luka yang kotor dan
nekrotik, bakteri ini memproduksi tetanospasmin,
neurotoksin yang cukup poten. Dengan ditemukannya
vaksin tetanus, angka kejadian penyakit dapat ditekan.
Apa itu tetanus?
TINJAUN PUSTAKA

DEFINISI

Tetanus adalah penyakit pada sistem saraf dengan


perlangsungan yang akut, disebabkan oleh Clostridium
tetani dan menghasilkan neurotoksin yaitu Tetanolisin
dan Tetanospasmin .
EPIDEMIOLOGI

Pada negara yang sedang berkembang dilaporkan


terdapat 1 juta kasus per tahun di seluruh dunia, dengan
angka kejadian 18/100.000 penduduk per tahun serta angka
kematian 300.000-500.000 pertahun akibat tetanus. Sebagian
besar kasus pada negara berkembang adalah tetanus
neonatorum, namun angka kejadian tetanus pada dewasa
juga cukup tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan program
imunisasi yang tidak adekuat.
ETIOLOGI
Clostridium tetani
 anaerob gram +,
bentuk bacillus,
membentuk spora
yang tahan panas
dan sinar matahari
dapat ditemukan di
tanah dan kotoran
hewan.
PATOGENESIS

o Luka  Clostridium tetani masuk ke kulit 


lingkungan anaerob yang sesuai untuk pertumbuhan
sporanya  toksin tetanospasmin dan tetanolisin

o Toksin diabsorpsi di neuromuskular juction menyebar


melalui saraf motorik dan otonom yang terdekat,
kemudian di transpor menuju sistem saraf pusat
PATOGENESIS
o Toksin awalnya mempengaruhi jalur inhibisi,
mencegah pelepasan glisin dan GABA  kegagalan
menghambat refleks motorik sehingga muncul
aktivasi saraf yang tak terkendali.  peningkatan
tonus dan rigiditas otot berupa spame otot.

o Eksotoksin diproduksi, yang diserap oleh aliran


darah dan serabut saraf perifer  ke motoneuron
terutama interneuron sel Renshaw, menghilangkan
inhibisi terhadap alfa motoneuron  hipereksitasi
dan menimbulkan kejang tonik otot skeletal dan
wajah “risus sardonikus”
GEJALA KLINIS
• Periode inkubasi 3-21 hari (rata-rata 7 hari), gejala muncul 1-
2minggu setelah terinfeksi.
• Hipertoni dan spasme otot :
- Trismus ( Kontraksi dari otot mastikasi)
- Risus Sardonikus (spasme otot wajah)
- kaku leher dan nyeri punggung
- Opistotonus (peningkatan tonus otot tungkai)
- Perut papan (dinding perut tegang)
- Anggota gerak spastic
- Gejala lain : disfagia, asfiksia, nyeri otot sekitar luka ,dln
• Kejang Tonik ( Kesadaran tidak terganggu)
• Spasme laring : obstruksi saluran napas akut dan respiratory
arrest
• Gangguan otonom : vasokontriksi, takikardi, hipertensi.
Manifestasi klinis tetanus terdiri
dari :
• Tetanus lokal
• Tetanus sefalik
• Tetanus umum/generalisata
• Tetanus neonatorum
SISTEM PENILAIAN TETANUS

• Derajat penyakit tetanus modifikasi


Albleet
• Menilai prognosis tetanus : Phillips score,
dakar score.
Derajat penyakit tetanus modifikasi
Albleet
 Grade 1 (ringan)
Trismus ringan sampai sedang, spasme umum, tidak ada penyulit
pernafasan, tidak ada spasme, sedikit atau tidak ada disfagia.
 Grade 2 (sedang)
Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atau sedang
namun singkat, penyulit pernafasan sedang dengan takipneu.
 Grade 3 (berat)
Trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lama dan
sering, serangan apneu, disfagia berat, spasme memanjang spontan
yang sering dan terjadi refleks, penyulit pernafasan disertai dengan
takipneu, takikardi, aktivitas sistem saraf otonom sedang yang terus
meningkat.
 Grade 4 (sangat berat)
Gejala pada grade 3 ditambah gangguan otonom yang berat,
sering kali menyebabkan “autonomic storm”.
Phillips
score
Ringan :<9
Sedang : 9-16
Berat : > 16
Dakar score
DIAGNOSIS

Pemeriksaan
Anamnesis
Fisis

Pemeriksaan
kultur
C.tetani
KOMPLIKASI

• Laringospasme
• Kekakuan otot pernapasan
• Kompresi fraktur vertebra
• Laserasi lidah
PENATALAKSANAAN

1. Membuang sumber tetanospasmin


2. Menetralisir toksin yang tidak terikat
3. Pengobatan suportif
Membuang sumber tetanospasmin
• Bersihkan luka dan debridement
• Antibotik : metronidazole 15mg/kgBB IV,
Penicilin prokain 50.000-100.000 U/kgBB/hari
selama 7-10 hari, tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari.

Netralisasi toksin yang tidak terikat


• HTIG 3.000-10.000 IM dibagi tiga dosis yg sama.
• ATS 100.000-200.000 U IM
• Imunisasi : TT
Pengobatan suportif
• Untuk minimalisasi risiko spasme  rawat di ruangan
gelap dan tenang
• Trakeostomi  untuk menjaga jalan napas
• Ventilator
• Pemilihan nutrisi yang tepat
• Diazepam 0,1-0,3 mg/kgBB/kali dengan interval 2-4 jam
sesuai gejala klinis
• Phenobarbital 120-200mg IV dan diazepam ditambahkan
terpisah, dosis 120mg/hari
• Chlorpromazine 4-8 jam 50-150mg
PROGNOSIS
Tetanus dapat menimbulkan kematian dan
gangguan fungsi tubuh, namun apabila diobati
dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan
baik. Tetanus biasanya tidak terjadi berulang, kecuali
terinfeksi kembali oleh C. tetani.
PENCEGAHAN
Penanganan luka yang baik dan
imunisasi
• Imunisasi tetanus yaitu 3 dosis awal
saat infan, booster pertama umur 4-7
serta 12-15 tahun dan booster trakhir
saat dewasa.
• Pada orang dewasa yang menerima
imunisasi saat masih anak-anak,
namun tidak mendapat booster,
menerima dosis imunisasi 2 kali
dengan selang 4 minggu
• Pada ibu hamil : 2 dosis dengan selang
4 minggu tiap dosisnya
KESIMPULAN
Tetanus adalah penyakit pada sistem saraf yang
disebabkan oleh tetanospasmin yang di hasilkan oleh
bakteri Clostridium tetani. Terdapat 4 tipe tetanus, yaitu
tetanus generalisata, lokal, neonatal, dan sefalik. Tetanus
memiliki gambaran klinis dengan ciri khas trias rigiditas
otot, spasme otot, dan ketidakstabilan otonom. Ada tiga
sasaran penatalaksanaan tetanus yakni: (1) membuang
sumber tetanospasmin; (2) menetralisasi toksin yang
tidak terikat; (3) perawatan penunjang (suportif ).
Tetanus dicegah dengan penanganan luka yang baik dan
imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai