Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

TETANUS
Desy Pratiwi Widjajana

Pembimbing:
Dr. Lely Martha Uli, Sp.S

KSM Ilmu Penyakit Saraf


RSD dr. Soebandi
Fakultas Kedokteran
Universitas Jember
2019
Pendahulan
TETANUS merupakan penyakit yang
disebabkan oleh kuman Clostridium
tetani yang memproduksi neurotoksin yang
mengakibatkan gejala neurologis

TETANUS dapat dicegah menggunakan


vaksin Tetanus Toxoid

Yen, L. M., dan C. L. Thwaites. 2019. Tetanus. Oxford University Clinical Research Unit, Hospital for Tropical Disease. 2
WHO. 2010. Current Recommendation for Treatment of Tetanus during Humanitarian Emergencies.Switzerland
CDC. 2019. Tetanus. USA
DEFINISI
TETANUS adalah penyakit sistem saraf
yang diakibatkan oleh tetanospasmin,
yaitu neurotoksin yang dihasilkan
Clostridium tetani, ditandai dengan
spasme tonik persisten dengan serangan
yang jelas dan keras yang melibatkan otot
leher, rahang, otot ekstremitas, dan otot
batang tubuh.

3
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi.
EPIDEMIOLOGI

 Banyak terjadi di Negara berkembang (terbanyak tetanus neonatorum


dibandingkan dewasa)
 1 juta per tahun kasus di seluruh dunia
 Insidensi 18/100.000 per tahun

 Negara Maju:
Inggris  2-7 kasus (2010-2014)
Prancis  10 dari 70 pasien meninggal di ruang ICU (2000-2014)
Jepang  34 dari 499 meninggal (2010-2016)
 Bencana Alam.
Tsunami Aceh  106 kasus (2004)
Gempa Kashmir (Asia Selatan)  139 kasus (2005)
Gempa Yogya  71 kasus (2006)

4
Yen, L. M., dan C. L. Thwaites. 2019. Tetanus. Oxford University Clinical Research Unit, Hospital for Tropical Disease.
ETIOLOGI
○ Bakteri Clostridium tetani  bakteri
obligat anaerob, batang, gram positif,
ukuran ± 0,4 x 6 μm.
○ Clostridium tetani  toksin
tetanolisin dan tetanospasmin
○ Toksin tetnolisin : hemolisin tanpa
aktivitas patologis
○ Toksin tetanospasmin : eksotoksin
yang memiliki afinitas tinggi terhdap
jaringan saraf (dosis mematikan
minimum diperkirakan 2,5 ng/kgBB

Yen, L. M., dan C. L. Thwaites. 2019. Tetanus. Oxford University Clinical Research Unit, Hospital for Tropical Disease.
5
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi.
CDC. 2019. Tetanus. USA
PATOFISIOLOGI
Infeksi C. tetani  Toxin diabsorbsi di Toxin merusak
dalam tubuh NMJ VAMP2/synaptobrevin2
 Toxin ke pembuluh
limfe dan peredaran
darah Menghambat pelepasan
neurotransmiter glisin dan
GABA
Masuk ke saraf motorik ( α
motorneuron)

Toxin menghambat inhibisi


Tranport axonal retrograde ke normal otot skletal
sitoplasma α motorneuron

Otot tetap kontraksi dan tidak


bisa relaksasi
Toxin keluar dari
motorneuron di cornu spinalis

Toxin masuk ke interneuron


inhibisi spinalis
6
Yen, L. M., dan C. L. Thwaites. 2019. Tetanus. Oxford University Clinical Research Unit, Hospital for Tropical Disease.
CARA
Crush
Injury Luka
Ulkus
Bakar
kronis

PENULARAN
luas

Human
Luka and
Operasi Animal
Clostridium Bite
tetani

Otitis Caries
Media Gigi

Open Pemotongan
Fracture tali pusat
non steril

Yen, L. M., dan C. L. Thwaites. 2019. Tetanus. Oxford University Clinical Research Unit, Hospital for Tropical Disease. 7
WHO. 2010. Current Recommendation for Treatment of Tetanus during Humanitarian Emergencies.Switzerland
CDC. 2019. Tetanus. USA
KLASIFIKASI
1 TETANUS LOKAL

○ Otot-otot dekat luka menjadi


spasme, kaku dan nyeri secara
kontinu
○ Gejala dapat berlangsung
beberapa minggu  hilang
tanpa komplikasi
○ Terkadang jenis tetanus lokal
mendahului tetanus umum/
generalized.

Yen, L. M., dan C. L. Thwaites. 2019. Tetanus. Oxford University Clinical Research Unit, Hospital for Tropical Disease. 8
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi.
Hassel,B. 2013. Tetanus: Pathophysiology, Treatment, and the Possibility of Using Botulinum Toxin againt Tetanus-Induced Rigidity and Spasm.Toxin MDP journal
KLASIFIKASI
2 TETANUS SEFALIK

○ Jarang terjadi
○ Masa inkubasi sangat singkat 1 – 2 hari
○ Dari otitis media, luka pada kepala atau muka
termasuk benda asing di lubang hidung
○ Kerusakan pada Syaraf Kranial III, IV, VII, IX, X & XI
paling menonjol. Yang paling sering VII (“Facial
Nerve or Bell’s Palsy”)
○ Kadang-kadang tetanus kefalik mendahului tetanus
umum.

Yen, L. M., dan C. L. Thwaites. 2019. Tetanus. Oxford University Clinical Research Unit, Hospital for Tropical Disease. 9
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi.
Hassel,B. 2013. Tetanus: Pathophysiology, Treatment, and the Possibility of Using Botulinum Toxin againt Tetanus-Induced Rigidity and Spasm.Toxin MDP journal
KLASIFIKASI
3 TETANUS GENERALISATA

○ Perkembangan sangat pelan.


○ Febris ringan
○ Gejala awal  iritabel, nyeri/pusing kepala, sulit
menjadi tenang.
○ Trismus “Lockjaw” (kaku & kemudian spasme pada
otot masseter)  presenting symptom pada 50%
kasus non neonatus.

Yen, L. M., dan C. L. Thwaites. 2019. Tetanus. Oxford University Clinical Research Unit, Hospital for Tropical Disease. 10
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi.
Hassel,B. 2013. Tetanus: Pathophysiology, Treatment, and the Possibility of Using Botulinum Toxin againt Tetanus-Induced Rigidity and Spasm.Toxin MDP journal
Kriteria trismus dan kejang

“ ○

Grade 1 : Trismus > 3 cm tanpa kejang tonik
umum bila diransang
Grade 2 : Trismus ≤ 3 cm dengan kejang
tonik umum bila diransang
○ Grade 3 : Trismus ≤ 3 cm dengan kejang
tonik umum spontan
Trismus diukur dari batas gingiva superior ke
inferior

11
KLASIFIKASI
3 TETANUS GENERALISATA

○ Risus Sardonicus  senyum beku/senis, alis


terangkat keatas, otot dahi mengerut, otot pipi
menarik pojok mulut ke lateral.)
○ Spasme pada otot abdomen & lumbar makin
keras.
○ Opisthotonus  spasme otot pinggang & leher
[kaku kuduk]) sampai posisi badan spt busur jika
kejang.
○ Kejang-kejang tetanik  tiba-tiba spasme /
kontraksi umum krn stimulasi apapun (sinar lampu
yg dinyalakan, angin, suara keras, sentuhan,
suntikan).
12
○ Tambah dengan rasa cemas, takut terserang lagi.
KLASIFIKASI
3 TETANUS GENERALISATA

○ Disfungsi otonom  seminggu setelah onset spasme umum dan


fatality ratenya 11-28%.
○ Manifestasi  hipertensi labil, takikardia, dan demam serta dapat
berakhir dengan hipotensi dan bradikardi.
○ gangguan kardiovaskular  disritmia dan infark miokard serta
kolaps sirkulasi
○ Tanda Efek otonom  toksin tetanus mencapai batang otak atau
terminal saraf preganglionik dari sistem saraf simpatis yang
menyebabkan disregulasi otonom.

Yen, L. M., dan C. L. Thwaites. 2019. Tetanus. Oxford University Clinical Research Unit, Hospital for Tropical Disease. 13
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi.
Hassel,B. 2013. Tetanus: Pathophysiology, Treatment, and the Possibility of Using Botulinum Toxin againt Tetanus-Induced Rigidity and Spasm.Toxin MDP journal
Derajat Keparahan (Klasifikasi Ablett)
GRADE KLINIS

Trismus ringan dan sedang, spastisitas umum, tidak


I
ada gangguan respirasi, gangguan menelan (-)
Trismus sedang, rigiditas jelas, spasme ringan-sedang
II berlangsung singkat, gangguan respirasi sedang 
takipnea (RR 30-35x/m), disfagi ringan
Trismus berat, spastik umum, kejang spontan dan
berlangsung lama, gangguan respirasi (takipneu
III
RR40x/mnt), terkadang apneu, disfagia berat, takikardi,
peningkatan aktivitas otonom sedang dan meningkat
Gambaran grade III dengan gangguan otonom hebat
(autonomic strom) melibatkan sistem kardiovaskular
IV
(HT berat, takikardi bergantian dengan Hipotensi relatif
dan bradikardi)

Grade >2  pertimbangan ventilasi mekanik atau trakeostomi, rawat di ICU


14
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
 Riwayat trauma, open fracture, aborsi, keluar cairan dari telinga, luka dikulit
yang beralngsung lama, caries gigi
 Onset jarak waktu trauma hingga gejala
 Gejala awal ?
 Pasien tetap sadar
 Apakah disertai kejang? Kejang spontan? Dengan rangsang?
 Riwayat imunisasi TT? DPT?

PEMERIKSAAN FISIK
 Pasien sadar
 Gejala sesuai klasifikasi tetanus

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Kultur C. tetani

Yen, L. M., dan C. L. Thwaites. 2019. Tetanus. Oxford University Clinical Research Unit, Hospital for Tropical Disease. 15
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi.
Hassel,B. 2013. Tetanus: Pathophysiology, Treatment, and the Possibility of Using Botulinum Toxin againt Tetanus-Induced Rigidity and Spasm.Toxin MDP journal
DIAGNOSIS BANDING
DD TRISMUS
 Abses peritonsil  uvula tergeser sisi sehat, odinofagi berat
 Abses retrofaring
 Rabies

DD KEJANG
 Meningitis
 Ensefalitis dan Ensefalopati
 Hipokalsemia

16
KOMPLIKASI
Asfiksia
Aspirasi pneumonia
Atelektasis  obstruksi e.c retensi
sekret
Malnutrisi dan Electrolite Imbalance
Ulkus Dekubitus

17
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi.
TATALAKSANA

• Metronidazole (rekomendasi WHO, 2010) • Diazepam (rekomendasi WHO, 2010)


Dosis 500mg / 6 jam IV atau per oral 5 mg ditiitrasi hingga tercapai kontrol
maksimal 4 gram / hari spasme (maks 600mg/hari)
Dosis anak 0,1 -0,2 mg/kgbb
jika tidak dapat dberikan kedua Antibiotik
diatas dapat diberikan Tetrasiklin, • Magnesium sulfat
Eritromisin, Klindamisin, Sefalosporin MgS04 dan Benzodiazepin dapat
dipadukan untuk mengontrol spasme
Diberikan selama 7-10 hari dan gangguan autonomik

Dosis loading 5gram (75mg/kgBB) IV


Dosis maintanance 2-3gram/jam
sampai spasme terkontrol

Refleks patella (-) post pemberian 


overdose  turunkan dosis

18
WHO. 2010. Current Recommendation for Treatment of Tetanus during Humanitarian Emergencies.Switzerland
TATALAKSANA
• Log roll tiap 2 jam
• Rawat luka, jaringan nekrosis dibersihkan, corpus alienum dikeluarkan
• Mata dibersihkan  cegah konjungtivitis
• Trismus pasang NGT
• Nutrisi dan cairan adekuat
• Beri Oksigen
• Rawat di ruang yang gelap dan sepi  minimalkan provokasi kejang

19
WHO. 2010. Current Recommendation for Treatment of Tetanus during Humanitarian Emergencies.Switzerland
PENCEGAHAN
○ Perawatan luka yg adekuat
○ Tetanus Toxoid diberi 2 kali  ibu hamil,
jarak 1 bln, yg ke2 > 2 mgg sblm
bersalin. Bagi ibu yg telah menerima
seri TT dulu, diberi 1 kali saja.
○ Imunisasi Aktif Rutin: DPT/DTaP pd umur
2, 4, 6 bulan, 6 – 12 bln kemudian serta
pada usia 5 – 7 thn, LALU setiap 10
tahun

Yen, L. M., dan C. L. Thwaites. 2019. Tetanus. Oxford University Clinical Research Unit, Hospital for Tropical Disease.
20
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi.
PROGNOSIS
Faktor Skor 1 Skor 0 DAKAR
Prognosis SCORE
Periode inkubasi <7 hari >7 hari atau tidak diketahui
Periode onset <2 hari >2 hari Severitas:
Umbilikus, luka bakar, Selain dari yang disebut Nilai 0-1  ringan
uterus, atau (mortalitas 10%)
Tempat masuk fraktur terbuka, luka tidak diketahui
operasi, Nilai 2-3  sedang
(mortalitas 10-20%)
injeksi intramuskuler
Spasme Ada Tidak ada Nilai 4  berat
Demam >38,4° C <38,4° C (mortalitas 20-40%)
Dewasa >120 Dewasa <120 kali/menit
Nilai 5-6  sangat berat
kali/menit
Takikardia dengan mortalitas >50%
Neonatus >150 Neonatus <150 kali/menit
kali/menit 21
TERIMA
KASIH

22

Anda mungkin juga menyukai