PEMBIMBING :
dr. H. Amiruddin Abu, Sp. KK
Pendahuluan
Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) merupakan kelainan kulit ditandai dengan eksantem generalisata, lepuh luas disertai erosi dan deskuamasi superfisial.
Epidemiologi
Penyakit ini terutama terdapat pada anak di bawah 5 tahun, pria lebih banyak dari wanita
Etiologi
Staphylococcal scalded skin syndrome disebabkan oleh toksin eksfoliatif (ETs) yaitu toksin eksfoliatif A (ETA) dan B (ETB) yang dihasilkan dari strain toksigenik bakteri staphylococcus aureus (faga grup 2)
Patofisiologi
Manifestasi Klinik
Staphylococcal scalded skin syndrome biasanya dimulai dengan - demam - Malaise - Gelisah - Nyeri - kemerahan - Dalam waktu 24-48 jam terbentuk benjolan-benjolan berisi cairan, benjolan-benjolan ini mudah pecah, dan meninggalkan kesan yang tampak seperti terbakar - terjadi deskuamasi
Gambar 2.(A) bercak kemerahan yang menyebar pada lengan, muka dan badan bayi penderita SSSS, (B) bula berdinding tipis yang pecah dan meninggalkan kesan terbakar8
Diagnosis
Berdasarkan temuan klinis, kultur mikroorganisme, identifikasi ET, dan hasil biopsi
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
Sistemik : antibiotik spectrum luas seperti kloksasiklin dengan dosis untuk dewasa 4 x 500mg/hari, atau eritromisin 40-50 mg/KgBB selama 1421 hari, bisa juga diberikan sefalosporin 1gr/hari selama 10-14 hari
Komplikasi paling berat yang dapat terjadi pada pasien SSSS adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Kasus SSSS pada anak jarang menyebabkan sepsis sehingga angka kematiannya lebih rendah (1-5%). Angka kematian pada dewasa lebih besar (mencapai 50-60%) karena diikuti beberapa faktor penyebab kematian lainnya dan peningkatan kejadian sepsis
TERIMA KASIH