Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

TETANUS

DISUSUN OLEH:
DR. KADEK WIDHIANA UTAMI

PENDAMPING: DOKTER
PENANGGUNG JAWAB PASIEN:
DR. HERLIN RATNAWATI, MPH DR. MARSUJI, SP.B
KASUS
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit : 13.400 / l
Hemoglobin : 16,9 g / dl
Hematokrit : 51,7 %
Trombosit : 338.000 / l
GDS : 160 mg / dl
SGOT : 40 U / l
SGPT : 31 U / l
Ureum : 21 mg / l
Kreatinin : 0,5 mg / dl
Natrium : 144 mEg / l
Kalium : 4 mEg / l
Klorida : 113 mEg / l
Philips Skore
Penilaian:
1. Score <9
tetanus ringan
2. Score 9-16
tetanus
sedang
3. Score >16
tetanus berat

Philips Skore : 16

DIAGNOSIS :
Tetanus
sedang
Pengobatan
Follow up

IVFD RL 20 tpm
Inj Metronidazole
3x500mg (IV)
Inj PPC 2 x 1,5jt (IM)
Sryringe pump
diazepam 0,6cc/jam
Ruang isolasi

Rawat
Jalan

Diazepam STOP
Diazepam STOP
Pindah
Pindah ruangan
ruangan
TINJAUAN PUSTAKA
TETANUS
Tetanus
Patogenesis

Note : Masa inkubasi antara inokulasi spora dengan manifestasi klinis awal
bervariasi antara beberapa hari sampai 3 minggu.
FAKTOR RESIKO
Mekanisme kerja
tetanospasmin
MANIFESTASI KLINIS

TETANUS
LOKAL
Gejala Klinik
Diagnosis
Anamnesis
gejala klinis: Trismus, opistotonus, risus
sardonicus, hipertonisitas otot-otot, refleks
tendon meningkat, kesadaran tidak
terganggu, dan sistem saraf sensoris normal.
Pemeriksaan Laboratorium : Bateriologis
C. Tetani , Leukositosis sedang (tidak khas)
Philips Skore
Penilaian:
1. Score <9
tetanus
ringan
2. Score 9-16
tetanus
sedang
3. Score >16
tetanus berat
Skoring Udwadia
Grade I Trismus ringan hingga sedang, spastisitas
(ringan) general, tidak ada distres pernapasan, tidak
ada spasme dan disfagia.
Grade II Trismus sedang, rigiditas yang tampak,
(sedang) spasme ringan hingga sedang dengan durasi
pendek, takipnea 30 kali/menit, disfagia
ringan.
Grade III Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme
(berat) spontan yang memanjang, distres pernapasan
dengan takipnea 40 kali/menit, apneic spell,
disfagia berat, takikardia 120 kali/menit,
keringat berlebih, dan peningkatan salivasi.
Grade IV Keadaan seperti pada grade III ditambah
(sangat berat) disfungsi otonom berat yang melibatkan
sistem kardiovaskuler: hipertensi menetap (>
Tabel 3. Sistem skoring tetanus menurut Udwadia
160/100 mmHg), hipotensi menetap (tekanan
Sumber: Udwadia, 1992.
darah sistolik < 90 mmHg), atau hipertensi
Skoring dakar
Faktor prognostik Skor 1 Skor 0
7 hari atau tidak
Masa inkubasi < 7 hari
diketahui
Periode onset < 2 hari 2 hari
Umbilikus, luka bakar,
Penyebab lain dan
uterus, fraktur terbuka,
Tempat masuk penyebab yang tidak
luka operasi, injeksi
diketahui
intramuskular
Spasme Ada Tidak ada
Demam > 38.4 Co
< 38.4oC
Dewasa > 120 kali/menit Dewasa < 120 kali/menit
Takikardia Neonatus > 150 Neonatus < 150
kali/menit
Tabel 4. Sistem skoring Dakar untuk tetanus
Sumber: Ogunrin, 2003.
kali/menit

Skor total mengindikasikan keparahan dan prognosis penyakit sebagai berikut:


Skor 0-1 : tetanus ringan dengan tingkat mortalitas < 10%
Skor 2-3 : tetanus sedang dengan tingkat mortalitas 10-20%
Skor 4 : tetanus berat dengan tingkat mortalitas 20-40%
Skor 5-6 : tetanus sangat berat dengan tingkat mortalitas > 50%
Diagnosis Banding
Penyakit Gambaran diferensial
INFEKSI
Meningoensefalitis Demam, trismus ridak ada, penurunan kesadaran, cairan
serebrospinal abnormal.
Polio Trismus tidak ada, paralisis tipe flasid, cairan serebrospinal
abnormal.
Rabies Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya spasme orofaring.
Bersifat lokal, rigiditas atau spasme seluruh tubuh tidak ada.
Lesi orofaring Trismus dan spasme seluruh tubuh tidak ada.

Peritonitis Hanya spasme karpo-pedal dan laringeal, hipokalsemia.


KELAINAN METABOLIK Relaksasi komplit diantara spasme.
Tetani Distonia, menunjukkan respon dengan difenhidramin.
Keracunan striknin
Reaksi fenotiazin Penurunan kesadaran.
PENYAKIT SISTEM SARAF PUSAT Trismus tidak ada, penurunan kesadaran.
Status epileptikus
Perdarahan atau tumor (SOL) Trismus inkonstan, relaksasi komplit antara spasme.
KELAINAN PSIKIATRIK
Histeria Hanya lokal.
KELAINAN MUSKULOSKELETAL
Trauma
Pnatalaksanaan
Prinsip pengobatan

1. menetralisir toksin yang masih beredar


didalam darah

2. mengatasi akibat eksotoksin yang sudah


terikat pada susunan saraf pusat dan
memberikan terapi suportif

3. menghilangkan sumber tetanospasmin


Penatalaksanaan Tetanus

Isolasi dan debridement luka 1-2 jam setelah


pemberian HTIG atau ATS dan antibiotik
Imunoterapi : Human TIG 3000-6.000IU IM (Dosis
tunggal)

ATS 40.000 IU (resiko alergi tinggi) skin test


Antibiotik : Metronidazol 500mg/6jam 7-10 hari

Penisilin G 100.000-200.000 iu/kg/hari iv 2-


4dose
Perawatan suportif
Kejang
Ruang isolasi bebas suara dan cahaya
Antikonvulsan
BENZODIAZEPIN : Diazepam 0,2-0,5 mg/kg BB
diberikan bila terjadi kejang secara IV atau
midazolam 2-3 mg / jam.
Fenobarbital 1.5-2.5 mg/kgBB untuk anak atau
100-150 mg untuk dewasa diberikan IM
fenobarbital 120-200 mg intravena ditambahkan
diazepam dalam dosis terbagi sampai 120
mg/hari IV (bila kejang semakin berat)
Klorpromazin dosis 4-12 mg untuk bayi atau 50-
150 mg untuk dewasa diberikan setiap 4-8 jam
Mengontrol spasme
Magnesium Sulfat : loading dose 5 mg diberikan
selama 20 menit diikuti maintenance dose 2
gram/jam. KI: gagal ginjal
Baklofen : 1000 mcg pada dewasa < 55 tahun, 500
mcg < 16 tahun, dan 800 mcg > 55 tahun;
diberikan dengan bolus intermiten pada interval 10-
20 jam tergantung respon pasien atau diberikan
dengan infus kontinyu apabila dibutuhkan
Terapi suportif
Bed rest
diet per sonde, dengan asupan sebesar
2000 kalori/hari untuk orang dewasa,
dan sebesar 100 kalori/KgBB/hari untuk
anak-anak
bersihkan jalan nafas secara teratur
berikan cairan infus dan oksigen
awasi dengan seksama tanda-tanda
vital.
komplikasi

Sistem organ Komplikasi


Jalan napas Aspirasi, spasme laring, obstruksi terkait
penggunaan sedatif.
Respirasi Apneu, hipoksia, gagal napas tipe I dan II, ARDS,
komplikasi akibat ventilasi mekanis jangka panjang
(misalnya pneumonia), komplikasi trakeostomi.
Kardiovaskula Takikardia, hipertensi, iskemia, hipotensi,
r bradikardia,
aritmia, asistol, gagal jantung.
Renal Gagal ginjal, infeksi dan stasis urin.
Gastrointesti Stasis, ileus, perdarahan.
nal
Muskuloskele Rabdomiolisis, myositis ossificans circumscripta,
tal fraktur akibat spasme.
Lain-lain Penurunan berat badan, tromboembolisme, sepsis,
sindrom disfungsi multiorgan.
Pencegahan
Bayi dan anak Imunisasi DPT pada usia 2,4,6, dan 15-18 bulan.
normal. Dosis ke-5 diberikan pada usia 4-6 tahun.
Sepuluh tahun setelahnya (usia 14-16 tahun) diberikan
injeksi TT dan diulang setiap 10 tahun sekali.
Bayi dan anak DPT diberikan pada kunjungan pertama, kemudian 2 dan 4
normal sampai usia bulan setelah injeksi pertama.
7 tahun yang tidak Dosis ke-4 diberikan 6-12 bulan setelah injeksi pertama.
diimunisasi pada Dosis ke-5 diberikan pada usia 4-6 tahun.
masa bayi awal. Sepuluh tahun setelahnya (usia 14-16 tahun) diberikan
injeksi TT dan diulang setiap 10 tahun sekali.
Usia 7 tahun yang Imunisasi dasar terdiri dari 3 injeksi TT yang diberikan pada
belum pernah kunjungan pertama, 4-8 minggu setelah injeksi pertama,
diimunisasi. dan 6-12 bulan setelah injeksi kedua.
Injeksi TT diulang setiap 10 tahun sekali.
Ibu hamil yang Wanita hamil yang belum pernah diimunisasi harus
belum pernah menerima 2 dosis injeksi TT dengan jarak 2 bulan (lebih
diimunisasi. baik pada 2 trimester terakhir).
Setelah bersalin, diberikan dosis ke-3 yaitu 6 bulan setelah
injeksi ke-2 untuk melengkapi imunisasi.
Injeksi TT diulang setiap 10 tahun sekali.
Apabila ditemukan neonatus lahir dari ibu yang tidak
pernah diimunisasi tanpa perawatan obstetrik yang
Sumber: Edlich, 2003 adekuat, neonatus tersebut diberikan 250 IU human tetanus
Tabel 9. Panduan pemberian profilaksis tetanus pada pasien trauma
(20)

Sumber: American College of Surgeon Committee on Trauma (1995)


Luka tidak rentan
Luka rentan tetanus
Riwayat imunisasi tetanus
tetanus
sebelumnya
TT HTIG TT HTIG
(dosis)

Tidak diketahui Ya Ya Ya Tidak


atau < 3
3 dosis Tidak Tidak Tidak Tidak
(kecuali 5 (kecuali
tahun sejak 10 tahun
DPT 0,5 CC IM dosis sejak dosis
TT 0,5 CC IM terakhir) terakhir)

HTIG 250 u IM ( dewasa), 125 u ( 5-10 th), 75 u (<5th)


ATS 1500 u ( dewasa), 750 u ( anak-anak)
TERIMA KASIH
Ageng: Indikasi rawat jalan apa?
Puput: bagaimana dengan toksin yg sudah
berikatan dg sistem saraf ?
Ferry: Beda kejang krn tetanus dan krn causa lain?
Upit: apakah skoring memengaruhi pilihan terapi?
Novi: mengapa cross incisi dilakukan 1-2 jam
setelah ATS
Patricia: Gimana kalo tdk tersedia HTIG
Kontraksi otot kenapa di otot perut? Apakah otot
lain juga jadi kontraksi?

Anda mungkin juga menyukai