Anda di halaman 1dari 35

PENANGANAN

KEGAWATDARURATAN PADA
TETANUS

1. THEODORA PURBA
2. NOLA SOENDANG DEWI
3. SIRI GANESAN CHANDRAN

110100267
110100154
110100473

Supervisor:
dr. Soejat Harto, SpAn. KAP

LATAR
BELAKANG
LATAR BELAKANG
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang
disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai
dengan spasme otot yang periodik dan
berat.
Mortalitas tetanus melebihi 50% dengan
perkiraan jumlah kematian 800.0001.000.000 orang per tahun, sebagian besar
pada neonatus.2,3 Kematian tetanus
neonatus diperkirakan sebesar 248.000
kematian per tahun

EPIDEMIOLOGI
DISTRIBUTION

Its often called the silent killer, since


infants often die before their birth is
recorded.

DEFINISI
DEFINISI
Tetanus adalah suatu toksemia akut
yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani
ditandai dengan spasme otot yang
periodik dan berat.
Tetanus biasanya akut dan
menimbulkan paralitik spastik yang
disebabkan tetanospasmin yang
merupakan neurotoksin yang
diproduksi oleh Clostridium tetani.
Ciri utama dari tetanus adalah
kekakuan otot (spasme), tanpa disertai

ETIOLOGI
ETIOLOGI
Basil Gram-positif dengan spora pada ujungnya
sehingga berbentuk seperti pemukul genderang
Obligat anaerob (berbentuk vegetatif apabila
berada dalam lingkungan anaerob) dan dapat
bergerak dengan menggunakan flagela
Menghasilkan eksotoksin yang kuat
Mampu membentuk spora ( terminal spore)
yang mampu bertahan dalam suhu
tinggi,kekeringan dan desinfektan.
Banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia
dan hewan peliharaan serta di daerah pertanian

CAUSATIVE AGENT
Clostridium tetani

Left. Stained pus from a mixed anaerobic infection. At least three


different clostridia are apparent.
Right. Electron micrograph of vegetative Clostridium tetani cells.

PATOGENESIS
DANDAN
GEJALA
PATOGENESIS
KLINIS
GEJALA
KLINIS

DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Anamnesis

Grade I (ringan)

Skor Ablett

Skor Dakar
Skor 1
Skor 0
Masa inkubasi
<7 hari
>7 hari
Awitan penyakit
<48 jam
>48 jam
Tempat masuk
Tali pusat, uterus, Selain
tempat
fraktur
terbuka, tersebut
postoperatif,
bekas
suntikan IM
Spasme
(+)
(-)
Panas badan (per > 38,40C
<38,40C
rektal)
Takikardiadewasa
> 120 x/menit
<> 120 x/menit
Neonatus
> 150 x/menit
<> 150 x/menit
Tingkat
Jumlah Skor
Prognosis
mortalitas (%)
Ringan
0-1
< 20
Sedang
2-3
10 20
Berat
4
20 40
Sangat berat
5-6
> 50

Skor Phillip

PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
1. Terapi suportif awal
2. Manajemen luka
3. Menghentikan pelepasan toksin di
dalam luka
4. Menetralisasi toksin yang belum
terikat.
5. Kontrol manifestasi klinis penyakit
akibat toksin yang sudah terikat

KOMPLIKASI

KOMPLIKASI

Sistem organ

Komplikasi

Jalan napas

Aspirasi, spasme laring, obstruksi terkait


penggunaan sedatif.

Respirasi

Kardiovaskular
Renal

Apneu, hipoksia, gagal napas tipe I dan II,


ARDS, komplikasi akibat ventilasi mekanis
jangka panjang (misalnya pneumonia),
komplikasi trakeostomi.
Takikardia, hipertensi, iskemia, hipotensi,
bradikardia, aritmia, asistol, gagal jantung.
Gagal ginjal, infeksi dan stasis urin.

Gastrointestinal

Stasis, ileus, perdarahan.

Muskuloskeletal

Rabdomiolisis, myositis ossificans circumscripta,


fraktur akibat spasme.
Penurunan berat badan, tromboembolisme,
sepsis, sindrom disfungsi multiorgan.

Lain-lain

PENCEGAHAN
PENCEGAHAN
1. Perawatan luka yang adekuat
2. Imunisasi aktif dan pasif
Imunisasi aktif dilakukan dengan
memberikan tetanus toksoid (TT) yang
bertujuan merangsang tubuh untuk
membentuk antitoksin.
Imunisasi aktif dapat dimulai sejak
anak berusia 2 bulan dengan pemberian
imunisasi DPT atau DT. Untuk orang
dewasa digunakan tetanus toksoid (TT).

Jadwal Imunisasi Aktif Terhadap


Tetanus
Bayi dan anak normal.

Bayi dan anak normal sampai usia


7 tahun yang tidak diimunisasi
pada masa bayi awal.

Imunisasi DPT pada usia 2,4,6,


dan 15-18 bulan.
Dosis ke-5 diberikan pada usia 46 tahun.
Sepuluh tahun setelahnya (usia
14-16 tahun) diberikan injeksi TT
dan diulang setiap 10 tahun sekali.
DPT diberikan pada kunjungan
pertama, kemudian 2 dan 4 bulan
setelah injeksi pertama.
Dosis ke-4 diberikan 6-12 bulan
setelah injeksi pertama.
Dosis ke-5 diberikan pada usia 46 tahun.
Sepuluh tahun setelahnya (usia
14-16 tahun) diberikan injeksi TT
dan diulang setiap 10 tahun sekali.

Jadwal Imunisasi Aktif


Terhadap Tetanus
Usia 7 tahun yang belum pernah
diimunisasi.

Imunisasi dasar terdiri dari 3 injeksi


TT yang diberikan pada kunjungan
pertama, 4-8 minggu setelah injeksi
pertama, dan 6-12 bulan setelah injeksi
kedua.
Injeksi TT diulang setiap 10 tahun
sekali.

Ibu hamil yang belum pernah diimunisasi. Wanita hamil yang belum pernah
diimunisasi harus menerima 2 dosis
injeksi TT dengan jarak 2 bulan (lebih
baik pada 2 trimester terakhir).
Setelah bersalin, diberikan dosis ke-3
yaitu 6 bulan setelah injeksi ke-2 untuk
melengkapi imunisasi.

Panduan pemberian profilaksis


tetanus pada pasien trauma

Riwayat imunisasi
tetanus sebelumnya
Tidak diketahui atau < 3
3 dosis

Luka rentan tetanus

Luka tidak rentan tetanus

TT

HTIG

TT

HTIG

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak
(kecuali 5
tahun sejak
dosis terakhir)

Tidak

Tidak
(kecuali 10 tahun
sejak dosis
terakhir)

Tidak

Panduan pemberian profilaksis


tetanus pada pasien trauma
Untuk anak 7 tahun dapat digunakan DPT
sebagai pengganti TT.
Dosis profilaksis HTIG yang
direkomendasikan adalah 250 IU diberikan
intramuskular.
Apabila tidak tersedia HTIG dapat
digunakan anti tetanus serum (ATS) yang
berasal dari serum kuda dengan dosis
3000-6000 IU.

LAPORAN KASUS

ANAMNESIS
Tuan W, 66 tahun
KU :

KEJANG

TELAAH
: Hal ini dialami pasien sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit. Kejang
berlangsung terus menerus tanpa disertai
penurunan kesadaran. Kejang rangsang
dijumpai. Wajah menyeringai dijumpai.
Lima hari yang lalu, kaki kanan pasien
tertusuk duri kelapa sawit di belakang
rumahnya. Gigi hitam dan berlubang
dijumpai.
Pasien
sudah
mendapat
pertolongan pertama dari RS SURYA Binjai,
dan dirujuk ke RSUP H. Adam Malik Medan.
BAB dan BAK dalam batas normal.

RPT : Tidak
ada
RPO :
Metronidazo
l
Diazepam
ATS
Ranitidin

Ondansentro
n

TIME SEQUENCES

Pemeriksaan Fisik

B1 : airway clear dengan ETT No. 7.5 cuff


terpasang, RR:
20x/menit, SP : vesikuler, ST :
- , S/G/C = -/-/-, Riw asma/sesak/batuk/alergi :
-/-/-/- ; MLP : I
B2 : akral : H/P/K, TD : 120/80, HR : 80100x/menit, T/V: cukup , CRT < 2 detik, T :
37.2C
B3 : Sens : DPO ; pupil : isokor, diameter kiri
3mm/ kanan 3mm; RC: +/+
B4 : BAK (+), vol : 50cc / jam, warna : kuning
jernih
B5 : abdomen : soepel, peristaltik normal, mual
muntah (-)

port de entry

PENANGANAN IGD
Memastikan jalan nafas clear. Membebaskan jalan nafas
dengan melakukan intubasi ETT no 7,5 cuff saat desaturasi.
Oksigen via ETT 8 L/i, SaO2 98%
Pemasangan IV line dengan abbocath yakni 20 G, IVFD RL
20 gtt/i
Pemasangan kateter urine dan memantau urine output
Pemasangan OGT
IVFD Fentanyl 200 mcg dalam NaCl 0,9 %
Inj Diazepam 1 amp (k/p) bila pasien kejang
Inj Metronidazol 500mg/8 jam
Inj Ranitidine 50mg/12 jam
Vit C 1 gr/24 jam

PEMERIKSAAN

L
A
B
O
R
A
T
O
R
I
U
M

HASIL

RUJUKAN

HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB)

13,9 g%

11,715,5

Leukosit (WBC)

22.860 mm3

4,511,0x103

Hematokrit

42%

3954%

Trombosit (PLT)

273 x 103

150450x103

FAAL HEMOSTASIS
PT

14.5 (13.9) detik

APTT

28.2 (32.8) detik

TT

12.9 (17) detik

INR

1.05

GINJAL
Ureum

43 mg/dL

18-55 mg/dL

Kreatinin

1.21 mg/dL

0,71,3 mg/dL

L
A
B
O
R
A
T
O
R
I
U
M

HASIL

RUJUKAN

Natrium (Na)

148 mEq/L

135155 mEq/L

Kalium (K)

4,2 mEq/L

3,65,5 mEq/L

Klorida (Cl)

107 mEq/L

96106 mEq/L

PEMERIKSAAN
ELEKTROLIT

METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah (Sewaktu) 127 mg/dL

<200 mg/dL

HATI
Albumin

3,5 g/dL

3,5-5,0

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

PENANGANAN AWAL DI
IGD
:
o Membebaskan jalan nafas dengan melakukan intubasi ETT no 7,5 cuff.
o Pemasangan IV line dengan bore besar yakni 16 G, 18 G untuk melakukan resusitasi
dan persiapan operasi
o Pemasangan kateter urine dan memantau urine output
o Pemasangan OGT
o Menilai derajat kelas perdarahan
o IVFD R-SOL
o Inj Ranitidin 50mg/12 jam
o Inj Ceftriaxon 1gr/12 jam
o Inj ketorolac 30 mg/ 8 jam
o Pemeriksaan laboratorium, foto thoraks, head ct-scan, cross match, dan persiapan
darah

DIAGNOSIS

19 Februari 2016
S : Kejang
O:
B1 : airway clear dengan ETT No. 7.5 cuff terpasang, RR
: 16x/menit, SP : vesikuler, ST : - , S/G/C = -/-/-, Riw
asma/sesak/batuk/alergi : -/-/-/- ; MLP : I
B2 : akral : H/P/K, TD : 110/60, HR : 80-100 x/menit,
T/V : kuat/cukup , CRT: < 2 detik, T : 36,4C
B3 : Sens : DPO; pupil : isokor, diameter kiri 2 mm/
kanan 2 mm; RC: +/+
B4 : BAK (+) vol : 50cc/jam, warna : kuning jernih
B5 :abdomen : soepel, peristaltik (+) normal
B6 : oedem(-), fraktur : (-)

A:Penurunan Kesadaran et causa Tetanus


P:
IVFD RL 20 gtt/i
IVFD Fentanyl 200 mcg dalam 50 cc NaCl 0,9 % 5
cc/jam
IVFD Diazepam 2cc/jam
IVFD Rocuronium 3cc/jam
Inj Metronidazol 500mg/8 jam
ATS (debridement) 1500 IU
Inj Ranitidine 50mg/12 jam
Inj PCT 1 gr (k/p)
Vit C 1 gr/24 jam

DISKUSI
DISKUSI
No.

Kasus

Teori

1.

Pasien, laki-laki berusia 66 tahun.

Epidemiologi
Insiden
tinggi

dan

mortalitas

lebih

pada

kelompok

usia

neonatus

dan

dibandingkan
2.

>

50

tahun

kelompok

umur

lain.
Kaki kanan pasien tertusuk duri kelapa sawit Etiologi
di belakang rumahnya.

Spora

Clostridium

tetani

biasanya masuk kedalam tubuh


melalui

luka

pada

karena

terpotong

kulit
,

oleh

tertusuk

ataupun luka bakar serta infeksi


tali pusat (tetanus neonatorum).

NO

KASUS

Pemeriksaan

TEORI
yang

dijumpai

pada Penegakan diagnosa

pasien:
-

- Diagnosis dapat ditegakkan dari

Riwayat luka (+): tertusuk duri

gambaran klinis dan adanya riwayat

pada kaki kanan, gigi hitam dan

luka yang mendahului. Tidak ada tes

berlubang

laboratorium

Gejala

klinis:

sardonicus,

trismus,

risus

yang

dapat

menegakkan diagnosa pasti tetanus.


-

WHO

mendefinisikan

penyakit

tetanus pada dewasa yaitu sekurangkurangnya terdapat satu dari tandatanda berikut : trismus atau risus
sardonicus atau kontraksi otot yang
sangat nyeri.
-

Walaupun

definisi

ini

meminta

terdapatnya riwayat luka atau kaku,


tetanus juga bisa terjadi pada pasien
yang tidak memiliki riwayat luka
yang spesifik.

N
O
4.

KASUS

TEORI

Penatalaksanaan Awal

Penatalaksanaan Awal

Airway: Airway clear, terintubasi ETT No.7,5 cuff,

Airway : Spasme laring dapat terjadi

c-spine stabil

segera,

mengakibatkan

Breathing: RR 16x/i, Oksigen via ETT 8 L/i, SaO2

saluran

nafas

98%

respiratory arrest.

Circulation: Capillary Refill Time <2 detik, Akral:

Breathing

H/P/K ,T/V kuat/cukup,TD: 120/80 mmHg, HR:80-

terpengaruh akibat spasme yang

100 x/menit, regular, dilakukan pemasangan IV

melibatkan otot-otot dada. Selama

line dengan abbocath 20G dan diberikan IVFD RL

spasme

Disability:

terjadi hipoventilasi berat dan apnea

Kesadaran:

GCS

DPO,

AVPU:

yang

atas

obstruksi
akut

Pernapasan

memanjang,

mengancam

dan
dapat

dapat

unresponsive, pupil : 3 mm : 3 mm, isokor,

yang

RC : +/+

fasilitas

Exposure: fraktur (-), oedema(-)

nafas akibat spasme otot adalah

ventilasi

nyawa.

Tanpa

mekanik,

gagal

penyebab kematian paling sering

Circulation:

Pemberian

cairan

intravena

Disability:

Fungsi

neurologis

dievaluasi untuk defisit serius yang


melibatkan otak dan sumsum tulang
belakang.

SEKIAN DAN TERIMA


KASIH

Anda mungkin juga menyukai