Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RANGKUMAN MATERI SEMINAR

“CODE STROKE”

Oleh:

NOVI
P00320022100

KELAS 2B KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
KENDARI
2023
1. PERAN PERAWAT PADA TERAPI TROMBOLITIK

A. Peran Perawat pada Terapi Trombolitik

Trombolitik adalah salah satu metode penanganan stroke iskemik dengan cara
memecah gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah di dalam otak.

B. Terapi Trombolitik

 Stroke iskemik akut


 Tatalaksana dengan teknik revaskularisasi tissue plasminogen activator (Tpa)
intravena dan kateterisasi intra arteri
 Onset Direkomedasikan ≤4,5 Jam Atau ≤6 Jam (Bukan Wake Up Stroke)
 Agen Trombolitik Ada 2 Kategori,
 Spesifik-fibrin (Alteplase (Tpa), Reteplase (Recombinant Plasminogen Activator [R-
pa]), Dan Tenecteplase)
 Non-spesifik Fibrin (Streptokinase
 Terapi Trombolitik Intravena
r-TPA (recombinant tissue plasminogen activator) suatu terapi trombolitik yang
dimasukkan melalui jalur intravena pada pasien stroke iskemik yang dapat
meningkatkan outcome setelah stroke, diberikan dalam waktu yang sangat cepat
(onset kurang dari 4,5 jam ) dan pasien stroke yang lolos skrining awal (AHA,2019).

C. Kriteria
 Inklusi
 Boleh Diberikan Pada Pasien Yang Mengonsumsi Aspirin Atau Kombinasi
Aspirin Dan Klopidogrel Sebelumnya
 Boleh Diberikan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Aptt Normal
(Risiko Perdarahan Meningkat Pada Pasien Dengan Peningkatan Aptt).
 Boleh Diberikan Pada Pasien Dengan Sickle Cell Disease.
 Inform consent
 Eksklusi
 NIHSS ≤5 Atau Cepat Mengalami Perbaikan.
 Riwayat Trauma Kepala Atau Stroke Dalam 3 Bulan Terakhir
 Infark Multilobar (Gambaran Hipodens >1/3 Hemisfer Serebri).
 Kejang Pada Saat Onset Stroke
 Kejang Dengan Gejala Sisa Kelainan Neurologis Postiktal.
 Riwayat CVD SI Atau CKB Dalam 3 Bulan Sebelumnya.
 Perdarahan Aktif Atau Trauma Akut (Fraktur)
 Riwayat Pembedahan Mayor Atau Trauma Berat Dalam 2 Minggu Sebelumnya.
 Riwayat Perdarahan Gastrointestinal Atau Traktus Urinarius Dalam 3 Minggu
Sebelumnya.

D. Peran Perawat pada Trombolitik


 Identifikasi Kontra Indikasi Tpa
 Nilai NIHSS
 Inform Concent
 Ambil Sampel Darah GDS POCT
 Timbang BB
 Hitung Dosis
 Pemberian Bolus Dan Drip Trombolisis
 Monitoring pasca pemberian trombolisis
 Edukasi pencegahan komplikasi

E. Hiperakut
 Asesmen Keperawatan
 Periksa gula darah POCT
 Start O2: 2-4 l/m bila SaO2 ≤ 95%
 Pasang akses IV
 Tentukan BB Pasien
 Lakukan EKG
 TTV Monitor per 10 menit
 Lab studies sampling
 Persiapan CT
 Intervensi Keperawatan
 Elevasi kepala 30o
 Monitor TD (Lapor jika TDS >180, TDD>110)
 Foley Cateter sesuai indikasi
 Skrining Disfagia, putuskan NGT

F. Monitoring selama dan pasca trombolisis

 Monitoring durante trombolisis


 Ukur TD setiap 15 menit selama trombolisis (1 jam pertama)
 Awasi vital sign (nadi, nafas, suhu) setiap 15 menit selama trombolisis
 Hentikan trombolisis segera, jika ada nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran,
perdarahan, kesulitan bernafas  hubungi neurologist  CT Scan kepala cito
 Nilai skor NIHSS setelah trombolisis selesai
 Rawat di ruang stroke hiperakut, minimal 1x24 jam  monitoring paska
trombolisis
 Monitoring paska trombolisis (24 jam)
 Observasi ketat di ruang stroke hiperakut
 Ukur Tekanan Darah
Tiap 15 menit, sampai jam ke-2
Tiap 30 menit, jam ke-3 sampai jam ke-8
Tiap jam, jam ke-9 sampai 24 jam
 Monitor nadi, irama jantung, SpO2, suhu, nafas
Tiap 30 menit sampai jam ke-3
Tiap jam, sampai jam ke-6
Tiap 3 jam, sampai 24 jam

G. Deteksi faktor resiko


 Perdarahan
 Tingkat keparahan stroke
 Hipo / hiperglikemi
 Hipertensi tidak terkontrol
 Luasnya iskemik
 Fibrilasi atrium
 Luasnya iskemik
 Angioedema
 Riwayat Penggunaan inhibitor enzim pengkonversi angiotensin

 Monitoring Komplikasi

1. Perdarahan internal termasuk perdarahan pada intrakranial dan retroperitoneal atau


traktus gastrointestinal, genitourinaria dan respiratoria.

2. Perdarahan pada permukaan (superfisial) dilihat terutama tempat dilakukan


pemberian rtPA (Alteplase) (misal: robekan vena, tempat tusukan arteri, bekas operasi
yang masih baru).

Perdarahan dianggap serius (misal: perdarahan tidak dapat dihentikan dengan penekanan
lokal) selama pemberian rtPA (Alteplase), maka segera hentikan pemberian rtPA (Alteplase).

 Penatalaksanaan Komplikasi
Kaji tanda tanda
1. sakit kepala akut ataupun memberat
2. hipertensi akut >180mmHg sistolik, atau >105 diastolik
3. mual dan muntah, agitasi
4. kejang
5. penurunan GCS lebih dari 2 poin
6. peningkatan nilai NIHSS lebih dari 4 poin
7. Perdarahan gusi, hematuri, perdarahan area insisi
8. Kesulitan bernafas, oro angioedeam
9. Hentikan infus alteplase
10. Pertahankan ABC
11. Monitor TTV & Status neurologi
12. Ambil sampel darah untuk pem lab: DPL, PT, aPTT, Fibrinogen dan
Thrombo Test
13. CT Scan ulang cito
14. Kolaborasi tatalaksana medik
15. Terapi suportif: manajemen blood pressure, MAP, ICP, temperatur, glukosa
2. SKRINING DISFAGIA DAN NIHSS

1. NIHSS

Skala tingkat keparahan stroke yang terstandar untuk menggambarkan defisit neurologi
pada pasien stroke fase akut.

 Mengetahui perbaikan atau perburukan status neurologis pasien.

 Memberikan standarisasi

 Komunikasi kondisi pasien

National Institute Health Stroke Scale (NIHSS)

 Komponen terintegrasi dari pem neurologi

 Persiapan alat: Form, gambar & tulisan, jarum pentul/ujung tajam

 Lakukan sesuai urutan pemeriksaan

 Catat kemampuan pasien setelah pemeriksaan

 Maximum score: 42, minimum score: 0

11 item:

1. Tk kesadaran

2. Gerakan mata/ konyugat

3. Lapang pandang

4. Paresis wajah

5. Motorik lengan

6. Motorik tungkai

7. Ataksia anggota gerak

8. Sensorik

9. Bahasa terbaik

10. Disartria

11. Neglect/ inatensi

B. Dysphagia Screening
1. Dysphagia

 37-78% pasien stroke mengalami disfagia (AHA, 2019)


 Disfagia adalah gangguan menelan makanan dan atau cairan
 Dysphagia have been associated with a high mortality and worst functional outcome
 Nurses have a key role to play in identifying, assessing, managing, and preventing
complication related to dysphagia

2. Skrining Disfagia

Semua pasien stroke harus dilakukan penilaian skrinning disfagia sebelum diberikan
makan,minum atau terapi (AHA, 2019)

 Angka kejadian disfagia berkisar 37% - 78% pada pasien stroke.

 Komplikasi akibat disfagia adalah terjadinya Aspirasi pneumonia, malnutrisi,


dehidrasi bahkan kematian.

3. Prosedur Skrining Disfagia

 Kaji tingkat kesadaran


 Kaji disarthria
 Dapat merapatkan gigi, merapatkan bibir, wajah simetris, letak lidah ditengah, uvula
ditengah
 Refleks muntah ada, batuk spontan, refleks menelan baik
 Tes menelan air putih satu sendok teh
 Jika tidak tersedak…berikan minum air putih bertahap 50 ml

Kesimpulan: Disfagia

negatif/ positif

Anda mungkin juga menyukai