Anda di halaman 1dari 3

INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT

PENGERTIAN
Adalah intoksikasi akibat zat yang mengandung organofosfat. Organofosfat digunakan
sebagai insektisida. Mekanisme kerjanya adalah melalui inhibisi enzim asetilkolinesterase,
menyebabkan akumulasi asetikolin pada sinaps- sinaps kolinergik, baik perifer maupun sentral.
Asetilkolin berlebih menyebabkan triggering reseptor asetilkolin secara konstan, stimulasi
berlebih pada sinaps kolinergik di system saraf pusat, system saraf otonom dan neuromuscular
junction.
Intoksikasi organofosfat bermanifestasi dalam 3 fase, yaitu krisis kolinergik akut,
intermediate neurotoxic syndrome, dan delayed polyneuropathy.

PENDEKATAN DIAGNOSIS
Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
a. Riwayat minum/kontak dengan zat yang mengandung organofosfat, bau pestisida.
b. Gambaran klinis kha krisis kolinergik akut:
1. Gejala dan tanda muskarinik: Diare dan banyak berkemih, Miosis, Bradikardi,
Bronchorrhoea, Bronkokonstriksi, Emesis, Lakrimasi, Salivasi (DUMBELS), hipotensi,
aritmia jantung.
2. Gejala dan nikotinik; fasikulasi, tremor, kelemahan otot dengan gagal napas,
hipertensi, takikardi, berkeringat, midriasis.
3. Gejala SSP: Gangguan kesadaran, kejang.
c. Gambaran klinis Intermediate neurotoxic syndrome.
d. Cranial nerve palsies, kelemahan leher dan ekstremitas proksimal, dan gagal napas tipe
II.
e. Gambaran klinis delayed polyneuropathy.
f. Gangguan neurologis 1-3 minggu setelah paparan akut, terutama gangguan motoric,
namun juga dapat sensorik.

Pemeriksaan Penunjang
1. Berkurangnya aktivitas kolinesterase darah atau butirilkolinestrerase plasma.
2. <80% menunjukkan paparan signifikan.
3. EKG: Bradikardi, pemanjangan QT, Torsade de pointes, ventricular tachycardia,
ventricular fibrillation
Diagnosis Banding
Intoksikasi karbamat, pendarahan pontin

Tatalaksana
1. Nonfarmakologis
1. Membebaskan jalan napas.
2. Melepas pakaian yang terpapar.
3. Dekontaminasi kulit dengan air dan sabun.
4. Menempatkan pasien pada posisi lateral decubitus kiri.
2. Farmakologis
1. Resusitasi adekuat: Oksigen, cairan normal saline, (NS) 0,9%
2. Antagonis muskarinik: Atropin: untuk memperbaiki tanda dan gejala muskarinik
 Dosis awal 1-3 mg bolus
 5 menit setelahhnya, periksa nadi, tekanan darah, ukuran pupil, keringat dan
auskultasi dada. Jika belum ada perbaikan, gandakan dosis pertama
 Pantau setiap 5 menit, gandakan dosis jika respon masih belum muncul. Jika terjadi
perbaikan, hentikan penggandaan dosis. Gunakan dosis yang sama atau lebih lebih
kecil.
 Berikan atropine bolus sampai denyut jantung >80 kali/menit, dan tekanan darah
sistolik >80 mmhg dan lapangan paru bersih.
 Setelah pasien stabil, berikan infus atropine setiap jam sebesar 10-20% total dosis
yang dibutuhkan untuk menstabilkan pasien.
3. Reaktivator kolinestrerase: Pralidoxime (2-PAM), obidoxime, trimedoxime,
metohoxime, dll untuk memperbaiki tanda dan gejala nikotinik. 2 gr IV selama 20-30
menit dilanjutkan dengan 0,5 – 1 g/jam dalam NS 0.9%. Berikan pralidoxime sampai
atropine tidak digunakan selama 12-24 jam dan pasien telah diekstubasi
4. Diazepam jika agitasi dan kejang.
Dosis awal 2-10 mg, dosis maksimal 30 mg.
5. Kumbah lambung
Hanya dilakukan setelah pasien stabil, biasanya dilakukan <4 jam setelah keracunan,
yaitu dengan cara memberikan dan mengaspirasi 5 ml cairan/ kgBB melalului French
orogastric tube (OGT). Dapat menggunakan air atau NS.
6. Pemberian activated charcoal 50 mg dalam bentuk suspense secara oral melalui
cangkir, sedotan, atau nasogastric tube (NGT).
7. Ventilasi mekanik jika terjadi gagal napas.
Komplikasi
Hipoksia, asidosis, pneumonia, gagal napas, aritmia jantung.

Prognosis
Angka kematian lebih dari 15%. Skor APACHE II awal dapat digunakan sebagai indikator
prognostik. Nilai GCS juga dapat digunakan untuk memprediksi outcome, hipoksemia,
asidosis, dan gangguan elektrolit merupakan faktor predisposisi komplikasi jantung.

Anda mungkin juga menyukai