Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PEMBAHASAN

A. Definisi terapi trombolitik


Terapi trombolitik adalah terapi klinis yang ditujukan untuk reperfusi
jaringan miokardium dengan memperbaiki aliran darah pada pembuluh darah
yang tersumbat. Bekuan darah yang terdapat dalam pembuluh darah akan
mengganggu aliran darah ke bagian tubuh yang dialiri oleh pembuluh darah. Hal
ini dapat menyebabkan suatu kerusakan serius pada bagian-bagian tubuh.Jika
bekuan terdapat pada arteri yang memasok darah ke jantung, maka dapat
menyebabkan serangan jantung.Jika bekuan terdapat pada aliran darah ke otak,
maka dapat terjadi stroke.  Terapi trombolitik digunakan untuk melarutkan
bekuan darah yang akan mengancam kehidupan jika tidak segera diatasi.
Istilah Sindrom Koroner Akut (SKA) banyak digunakan saat ini
untukmenggambarkan kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner.SKA
merupakan satu sindrom yang terdiri dari beberapa penyakit koroner yaitu, angina
tak stabil (unstable angina), infark miokard non-elevasi ST, infark miokard
dengan elevasi ST, maupun angina pektorispasca infark atau pasca tindakan
intervensi koroner perkutan.  Alasan rasional menyatukan semua penyakit itu
dalam satu sindrom adalah karena mekanisme patofisiologi yang sama. Semua
disebabkan oleh terlepasnya plak yang merangsang terjadinya agregasi trombosit
dan trombosis, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan stenosis berta atau
oklusi pada arteri koroner dengan atau tanpa emboli.  Sedangkan letak perbedaan
antara angina tak stabil, infark Non-elevasi ST dan dengan elevasi ST adalah dari
jenis trombus yangmenyertainya.Angina tak stabil dengan trombus mural, Non-
elevasi ST dengan thrombus inkomplet/nonklusif, sedangkan pada elevasi ST
adalah trombus komplet/oklusif.

1
B. Fungsi terapi trombolitik
1. Terapi trombolitik merupakan pengobatan untuk melarutkan gumpalan
berbahaya dalam pembuluh darah, melancarkan aliran darah, dan mencegah
kerusakan jaringan dan organ. Terapi trombolitik dapat melibatkan suntikan
obat penghilang gumpalan melalui saluran intra vena atau melalui kateter
panjang yang mengantarkan obat langsung kelokasi penyumbatan.
2. Terapi trombolitik sering digunakan sebagai pengobatan darurat untuk
melarutkan gumpalan darah yang terbentuk diarteri yang memberi makan
jantung dan otak, yang merupakan penyebab utama serangan jantung dan
stroke iskemik dan diarteri paru-paru.

C. Agent Thrombolik
Terapi trombolisis menggunakan obat yang disebut agen trombolitik
seperti alteplase ( Activase ), anistreplase (Eminase), streptokinase (Streptase,
Kabikinase), urokinase ( Abbokinase ), dan aktivator plasminogen jaringan (TPA)
untuk membubarkan gumpalan. Obat ini diberikan sebagai suntikan, hanya di
bawah pengawasan seorang dokter.
Agent trombolitik dibagi menjadi 2 kategori :
1. Fibrin selektif
Karakteristik :
a. Aktivasi plasminogen yang terikat pada fibrin
b. Penghancuran bekuan sangat cepat

Jenis :
a. Tissue – Type Plasminogen Activator (t – PA )
 Serine protease yang diproduksi oleh sel endothelial pembuluh darah
 Mengkonversi plasminogen menjadi plasmin setelah terikat pada
bekuan mengandung fibrin

2
 Dosis : 15 mg bolus dilanjutkan 50 mg atau 0,75 mg/kgBB selama 30
menit atau 35 mg atau 0,5 mg/kgBB selama 60 menit dengan total
maximum dosis 100 mg
 Waktu paruh : t – PA = 3 – 5 menit, r – PA = 15 menit
 Efek samping : dapat terjadi reoklusi. Diperlukan infus antikoagulasi
sistemik/heparin

b. Recombinant Tissue Plasminogen Activator ( rt – PA )


 Dosis standar dipercepat dengan cara melalui bolus 15 mg, 50 mg
atau 0,75 mg / kgBB lebih dari 30 menit, dan 35 mg atau 0,50 mg /
kgBB lebih dari 60 menit untuk dosis total maksimum 100 mg.
 Direkomendasikan untuk pasien yang berat badannya kurang dari 65
kg.
 Waktu paruhnya adalah 5 menit.

c. Recombinant Plasminogen Activator ( reteplase, r – PA )


 Recombinant Tissue Plasminogen Activator ( r – PA ) atau Retaplase
adalah obat trombolitik yang digunakan untuk memecah gumpalan
darah. Obat ini bekerja dengan cara mengaktifkan zat kimia yang
membantu menghancurkan gumpalan darah.
 Indikasi penggunaan reteplase adalah  untuk meningkatkan fungsi
jantung dan mencegah gagal jantung kongestif (CHF) atau kematian
pada orang yang mengalami serangan jantung.

d. Single-chain urokinase plasminogen activator ( scu-PA atau prourokinase)

3
2. Non selektif
Karakteristik :
a. Plasminogenolosis dan fibrinogenolisis sistemik
b. Penghancuran bekuan lebih lambat
c. Status penghancuran sistemik lebih panjang

Jenis- Jenis :
a. Streptokinase ( SK )

 Agen trombolitik yang dihasilkan dari  – hemolitik


streptokokus, yang bila dikombinasikan dengan plasminogen akan
berfungsi sebagai katalis dalam konversi plasminogen menjadi
plasmin.
 Dapat diberikan IV atau IC
 Dosis : 1,5 juta U dalam 30 – 60 menit
 Dapat menyebabkan respon alergi, pruritus, demam, mual, urtikaria,
sakit kepala dan malaise
 Efek samping : hipotensi
 Observasi : 12 jam

b. Anisolated Plasminogen Streptokinase Activator ( APSAC )


 Bentuk kimiawi dari SK
 APSAC memiliki waktu paruh relatif lama dan hasil yang
dinyatakan dalam fibrinogenolysis.
 APSAC diberikan lewat bolus 30 U selama 2-5 menit
 Karena APSAC adalah bentuk SK, ia memiliki sifat antigenik yang
sama SK.
 Gejala alergi terjadi pada pasien yang menerima APSAC.

4
 Hipotensi dapat terjadi pada pasien dan akan lebih parah jika obat
diberikan
Semua jenis dari agen trombolitik disertai dengan pemberian antiplatelet
: heparin atau aspirin

D. Indikasi
Kriteria seleksi yang digunakan untuk terapi trombolitik
1. Tidak lebih dari 12 jam setelah waktu terapi : nyeri dada, semakin cepat
semakin baik
2. Elevasi segmen ST pada EKG atau onset baru blok cabang berkas kiri
3. Nyeri dada istemik dengan durasi 30 menit
4. Nyeri dada tidak respon terhadap nitrogliserin sub lingual atau nifedipin
5. Tidak mengalami kondisi yang dapat menjadi predisposisi pendarahan

Indikasi
1. Kelas I
a. Usia pasien  < 75 tahun dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu untuk
terapi < 12 jam.
b. Pasien dengan blok cabang-ikat dan adanya riwayat AMI
2. Kelas IIa
a. Usia pasien  > 75 tahun dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu untuk
terapi  < 12 jam
3. Kelas IIb
a. Pasien dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu untuk terapi lebih dari
12 – 24 jam
b. Pasien dengan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau diastolic > 110
mmHg berhubungan dengan MI
4. Kelas III

5
a. Pasien dengan ST elevasi, waktu untuk terapi > 24 jam dan nyeri istemik
tertangani
b. Pasien dengan ST depresi
E. Kontra Indikasi
1. Terapi trombolitik : Kontraindikasi absolute
a. Sebelumnya mengalami stroke hemoragik; stroke lain atau
serebrovaskular yang terjadi dalam 1 tahun terakhir
b. Neoplasma intracranial
c. Perdarahan internal aktif (tidak termasuk menstruasi)
d. Suspek diseksi aorta
2. Terapi trombolitik : Kontraindikasi relative
a. Hipertensi berat (tekanan darah  >180/110)
b. Riwayat CVA / kelainan intraserebral
c. Trauma yang baru terjadi (dalam 2-4 minggu), termasuk cedera kepala
atau resusitasi jantung > 10 menit atau operasi besar < 3minggu
d. Perdarahan internal dalam 2-4 minggu terakhir
e. Penggunaan streptokinase sebelumnya (5 hari sampai 2 tahun) atau
riwayat alergi terhadap streptokinase
f. Pengunaan antikoagulan
g. Kehamilan
h. Tukak lambung
i. Riwayat hipertensi kronik yang berat

F. Penatalaksanaan pre dan post terapi thrombolisis


1. Pra prosedur
a. Kaji tingkat pengertian dan tingkat ansietas
b. Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam perawatan dan instruksi
c. Beri penguatan penjelasan dokter tentang tujuan prosedur, hasil yang
diinginkan, dan risiko yang berhubungan

6
d. Gambarkan prosedur yang akan dilakukan :
1) Intrakoroner : sama dengan kateterisasi jantung, dapat berakhir dalam
1 sampai 2 jam. Sensasi yang dapat terjadi : tekanan selama
pemasangan kateter, tak ada ketidaknyamanan dalam penginfusan.
2) Intravena : biasanya di bagian kedaruratan atau UPK, penginfusan
diberikan lebih dari 3 jam
e. Jelaskan dan tinjau kembali tindakan intraprosedur dan  pascaprosedur
f. Pemantauan di UPK
g. Hak-hak berkunjung
h. Peralatan yang digunakan (alat pemantauan jantung, pemberian oksigen,
terapi IV)
i. Jelaskan perlunya tirah baring selama dan setelah pemberian dan perlunya
sering mengambil contoh darah untuk memantau masa pembekuan
j. Instruksikan pada pasien untuk segera memberi informasi pada perawat
bila terasa nyeri dada.

2. Post prosedur
a. Komplikasi
Umum dari trombolisis adalah pendarahan, tidak hanya sebagai hasil
terapi trombolitik itu sendiri, tetapi juga karena pasien secara rutin
mendapat terapi antikoagulan selama beberapa hari untuk meminimalisir
kemungkinan retrombosis. Perawat juga harus secara berkala memanatau
manifestasi klinis dari pendarahan.Pendarahan gusi dan kebocoran vena
biasa terjadi. Pendarahan serius dapat terjadi seperti pendarahan
intrakranial dan pendarahan internal.
Sebagai tambahan untuk keakuratan pengkajian pasien untuk
membuktikan pendarahan, penatalaksanaan keperawatannya termasuk
tindakan preventif untuk meminimalisir potensial pendarahan.
Contohnya penanganan pasien yang terbatas, infeksi dapat dihindari jika

7
memungkinkan, dan tambahan tekanan dapat diberikan untuk memastikn
hemosatatis dari venipuncture dan tempat kebocoran arteri.Jalur intra
vena dipasang sebelum pemberian terapi lisis dan penguncian heparin
dapat digunakan untuk penatalaksanaan selama pengambilan spesimen
labor. Antasid dapat diberikan khususnya jika pasien mengalami
ketidaknyaman di bagian gastrointestinal.

G. Tanda Keberhasilan Terapi Thrombolitik


1. Berkurangnya rasa nyeri dada
a. Evolusi atau perubahan EKG berupa kembalinya elevasi segmen ST ke
garis isoelektrik atau menurunnya elevasi ST >50% pada sadapan yang
paling jelas terlihat setelah 90 menit dimulainya terapi.
b. Kadar CK yang lebih cepat mencapai puncak timbulnya aritmia reperfusi
bukan indikator yang baik untuk keberhasilan reperfusi.

H. Tanda Kegagalan Terapi Thrombolitik


Bila nyeri dada terus berlanjut dan eleasi segmen ST menetap. Komplikasi
gagal jantung atau aritmia banyak trerjadi sehingga harus dipertimbangkan recue
PCI yaitu strategi reperfusi PCI yang dilakukan pada pasien yang telah mendapat
terapi thrombolitik tapi dicurigai tidak berhasil yaitu bila ditemukan kondisi-
kondisi sebagai berikut
1. Hemodinamik tidak stabil
2. Gejala nyeri dada yang tidak membaik
3. Gambaran EKG tidak dijumpai penurunan elevasi segmen ST > 50%

I. Efek samping dari terapi trombolitik


Efek samping dari trombolitik terutama mual, muntah, dan perdarahan. Bila
trombolitik digunakan pada infark miokard, dapat terjadi aritmia referfusi.
Hipotensi juga dapat terjadinya dan biasannya dapat diatasi dengan menaikkan

8
kaki penderita saat berbaring, mengurangi kecepatan infus atau menghentikan
sementara. Nyeri punggung telah dilaporkan perdarahan biasanya terbatas pada
tempat injeksi, tetapi dapat juga terjadi perdarahan intra serebral atau perdarahan
dari tempat-tempat lain. Jika terjadi perdarahan serius, trombilitik harus
dihentikan dan mungkin diperlukan faktor-faktor koagulasi dan obat-obat
antifibrinolitik (aprotinin atau asam traniksamat)

9
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/306683088/terapi-trombolitik
http://dokterpost.com/tatalaksana-sindroma-koroner-akut-di-rs/

10

Anda mungkin juga menyukai