Anda di halaman 1dari 14

Makalah ASKEP Gangguan Pencernaan Pada Lansia

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

Kelompok 5:
1. Ajeng. S
2. Filliani
3. Nurhafizah
4. Risky Fransiska
5. Taufik Al Farhan
6. Wirda Rizkia

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN ACEH
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KOTA LANGSA
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat
alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel
tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan
menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang maksimal.
Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang
adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan menglami penurunan fungsi secara
perlahan-lahan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi lansia?
2. Penyakit apa saja yang berhubungan dengan pencernaan pada lansia?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pencernaan?

C. Tujuan
1. Untuk mengehui definisi lansia
2. Untuk mengehui Penyakit apa saja yang berhubungan dengan pencernaan pada lansia
3. Untuk mengehui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pencernaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Proses Penuaan


1. Pengertian
Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah cabang ilmu
yang membahas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada orang
yang berusia lanjut. Sedangkan geriatric berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang
terjadi pada orang yang berlanjut usia. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan
professional yang didasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang berbentuk
bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang komprehensif, ditujukan pada klien lanjut usia
baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
komunitas/masyarakat. Menurut undang-undang no.13 tahun 1998 bab 1 pasal 1 ayat 2
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang
adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan menglami penurunan fungsi secara
perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua
adalah suatu proses memghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).
Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan
atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative.

B. Perubahan – Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal


Banyak masalah GI yang dihadapi oleh lansia berkaitan gaya hidup. Mulai dari gigi
sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada
rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan. Berikut ini merupakan yang terjadi pada
system GI akibat proses menua :
1. Rongga mulut.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat proses menua:
a) Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, pengurangan dentin, dan retaksi dari
struktur gusi. Implikasi dari hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam
mempertahankan pelekatan gigi palsu yang lepas.
b) Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih
merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis karena penyusutan epithelium dan
mengandung keratin.
c) Air liur/saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang telah dikunyah.
Saliva memfalisitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai berikut : penyediaan
enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan lunak, remineralisasi pada gigi. Pada
lansia saliva telah mengalami penurunan.
2. Esophagus, Lambung, dan Usus.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada esophagus, lambung dan usus akibat
proses menua :
a) Diatasi esophagus, kehilangan tonus sfingterjantung, dan peurunan refleks muntah.
Implikasi dari hal ini adalah peningkatan aspirasi.
b) Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lamung sebesar 11% sampai 40
% dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam mencerna
makanan dan mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri usus halus akan
bertambah secara berlebihan dan menyebabkan kurangnya penyerapan lemak.
c) Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan absorbsi
obat-obatan, zat besi, kalsium,vitamin B12, dan konstipasi sering terjadi.
3. Saluran empedu, Hati, Kandung Empedu, dan pancreas
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada saluran empedu,hati, dan pancreas
akibat proses menua :
a) Pengecilan ukuran hai dan pancreas. Implkasi dari hal ni adalah terjadi penurunan
kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan.
b) Perubahan proporsi lemak empedu tanpa diikuti perubahan metabolisme asam
empedu yang signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan sekresi
kolesterol.

C. Penyakit Pada Alat Pencernaan Dan Pengobatannya


1. Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami
pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada
penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, akibat samping
obat-obatan (Aluminium hidroksida (dalam antasid yang dijual bebas), Garam
bismuth, Garam besi, Antikolinergik, Obat darah tinggi (anti-hipertensi), Golongan
narkotik, Beberapa obat penenang dan obat tidur), dan juga karena kelainan anatomis.
Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses
mengeras dan sulit dikeluarkan.
Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan
pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut,
minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau
membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air
besar yang disebut bowel training.
2. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga
gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Faktor
kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah
makan. Pengobatannya adalah dengan Perawatan yang terpenting untuk mengobati diare
adalah memastikan kecukupan asupan cairan dan garam (elektrolit).
3. Wasir atau hemoroid.
Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam anyaman
pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah buang air besar
(BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu
diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran dan buah-buahan yang bertujuan membuat
volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu mengejan
dapat merangsang wasir.
4. Kanker usus
Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di seluruh
dunia. Penelitian sebelumnya dengan menggunakan binatang sebagai percobaan,
kandungan kalsium yang banyak terdapat pada susu mampu melindungi usus dari
serangan kanker. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium yang
dikonsumsi sangat positif dakam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini. Setiap
kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi 15% resiko
dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa
mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan
dari susu. Pengobatan Kanker Usus. Empat jenis utama pengobatan untuk kanker
kolorektal adalah Pembedahan, Radioterapi, Kemoterapi, Target terapi Pembedahan
biasanya merupakan pengobatan utama untuk kanker usus stadium awal.
5. Kanker Lambung
Tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala atau masalah medis.
Tetapi kadang-kadang, beberapa mengalami perdarahan atau berkembang menjadi
kanker. Sekitar 99% kanker lambung adalah adenokarsinoma. Faktor makanan tertentu
diperkirakan berperan dalam pertumbuhan kanker lambung. Faktor-faktor ini meliputi
asupan garam yang tinggi, asupan karbohidrat yang tinggi, asupan bahan pengawet
(nitrat) yang tinggi, dan asupan sayuran hijau dan buah yang kurang.
6. Kanker Anus
Faktor risiko untuk kanker anus adalah penyakit tertentu yang ditularkan secara
seksual.
a) Berdarah dengan buang air besar, rasa sakit, dan kadang-kadang gatal seputar dubur
adalah gejala khas.
b)  Pemeriksaan manual dan biopsi dilakukan untuk mencek diagnosa.
c) Pengobatan mungkin diperlukan baik pembedahan saja atau kombinasi terapi
radiasi dan kemoterapi atau terapi radiasi dan pembedahan. 
7. Irritable Bowel Syndrome
Irritable Bowel Syndrome adalah suatu kelainan pergerakan keseluruhan saluran
pencernaan, yang menyebabkan nyeri perut, sembelit (konstipasi) atau diare. Penyakit ini
lebih banyak ditemukan pada wanita. Pada kelainan ini, saluran pencernaan sangat peka
terhadap berbagai rangsangan. Stres, makanan, obat-obatan, hormon atau rangsangan
lainnya bisa menyebabkan kontraksi saluran pencernaan menjadi abnormal.
8. Perdarahan Pada Kelainan Arteriovenosa
Perdarahan Pada Kelainan Arteriovenosa adalah pecahnya pembuluh darah abnormal
yang menghubungkan pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh balik (vena). Penyebab
terbentuknya arteriovenosa yang abnormal pada lapisan lambung dan usus, tidak
diketahui. Tetapi hal ini sering terjadi pada orang dengan :
a) Kelainan pada katup jantung, ginjal atau hati
b) Penyakit jaringan ikat
c) Terapi penyinaran pada usus.
9. Ulkus Peptikum
Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan
lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam lambung dan
getah pencernaan. Ulkus yang dangkal disebut erosi. Pepsin adalah suatu enzim yang
bekerja sama dengan asam klorida (HCl) yang dihasilkan oleh lapisan lambung untuk
mencerna makanan, terutama protein. Ulkus peptikum terjadi pada lapisan saluran
pencernaan yang telah terpapar oleh asam dan enzim-enzim pencernaan, terutama pada
lambung dan usus dua belas jari.

D. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan


1. Pemeriksaan Kerongkongan
2. Rontgen
3. Parasentesis
4. USG Abdomen
E. Perubahan Fisik Pada Lansia Pada Sistem Pencernaan
1. Kehilangan gigi.
2. Indera pengecap menurun.
3. Esofagus melebar.
4.  Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun,
waktu mengosongkan menurun.
5. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7. Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.

.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.  Pengkajian
Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis, social
dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh menyangkut
aspek tersebut.
1. Biologis
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji dengan
menanyakan tentang:
a) Pandangan lansia tentang kesehatannya.
b) Kegiatan yang mampu dilakukan lansia.
c) Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran.
d) Kebiasaan lansia merawat diri sendiri.
e) Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil.
f) Kebiasaan gerak badan / olahraga.
g) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
h) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat.
i) Masalah-masalah seksual yang dirasakan
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan dengar
untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system integument,
muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan, dan fungsi sensoris
misalnya : penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman.
3. Psikologi
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk melihat
fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji alam perasaan,
orientasi terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam penyelesaian masalahnya.
Hal-hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :
a) Apakah mengenal masalah-masalah utamanya.
b) Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan.
c) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
d) Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
e) Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
f) Apakah mudah untuk menyesuaikan diri
g) Apakah lansia sering mengalami kegagalan.
h) Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll
4. Sosial – ekonomi
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
a) Apa saja kesibukan lansia
b) Dari mana saja sumber keuangannya
c) Dengan siapa ia tinggal
d) Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia
e) Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
f) Siapa saja yang biasa mengunjunginya
g) Seberapa besar ketergantungannya
h) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg ada
5. Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia dan
sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, keyakinan
tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan lebih mudah
menyesuaikan diri terhadap proses penuaan. yang perlu dikaji pada lansia :
a) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
b) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-lain
c) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa jika
menghadapi masalah.
d) Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
6. Fisik
a) gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan
makanan yang tidak adekuat.
b) gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran / penglihatan
c) kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat dalam merawat diri
d) resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian terhadap penurunan fungsi
tubuh tidak adekuat.
e) perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif
f) gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri
g) gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas atau adanya sekret
pada jalan napas
h) gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan lain-lain
7. Psikologis – sosial
a) Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu
b) Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga
c) Depresi berhubungan dengan isolasi sosial
d) Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
e) Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan
perasaan secara tepat
f) Cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.
8. Spiritual
a) Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan
b) Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi
kematian
c) Marah terhadap tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami
d) Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara
tepat.

B. Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar
antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif

C. Tindakan keperawatan :
1) Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
a) Berikan makanan porsi kecil tapi sering
b) Banyak minum & kurangi makan: dapat meringankan pekerjaan ginjal & dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, hindari makanan yang terlalu asin.
c) Beri makanan yg mengandung serat,agar buang air besar menjadi mudah & teratur
d) Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar badan dalam
keadaan seimbang seperti: gula,makanan manis,minyak,makanan berlemak.
e) Membatasi minum kopi dan teh, bila perlu diencerkan untuk merangsang gerakan
usus & menambah nafsu makan.
2) Meningkatkan keamanan & keselamatan lansia
a. Klien / lansia
1) biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
2) latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
3) biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
4) jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan persyarafan,
latih klien untuk berjalan dan latih klien menggunakan alat bantu berjalan
5) bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang menggunakan
obat penenang atau diuretika
6) menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu
7) usahakan ada yang menemani jika bepergian.
b. Lingkungan
1) tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga mudah di observasi
apabila lansia dirawat diruang perawatan lansia
2) letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya
3) gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
4) letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah menempatkan alat-alat
yang selalu digunakan
5) upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah
6) kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia yang menggunakan
7) pasang pegangan dikamar mandi
8) hindari lampu yang redup dan menyilaukan
9) sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt
10) jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia untuk memejamkan
mata sesaat
11) gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet
c. Memelihara kebersihan diri
1) mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
misalnya, cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll.
2) menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung
miyak atau berikan skin lotion
3) mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata,
dan gunting kuku
D. Diagnosa keperawatan:
1. Diare b.d Iritasi terhadap saluran pencernaan
2. Kekurangan volume cairan b.d Kehilangan cairan
3.  ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d Pola makan tidak teratur

E. Intervensi keperawatan
1. Diare berhubungan dengan iritasi pada saluran pencernaan
Tujuan dan kriteria hasil :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diare dapat teratasi dengan kriteria hasil Frekuensi  BAB berkurang, BB normal
intervensi :
a. Monitor tanda dan gejala diare
b. Identifikasi faktor penyebab
c. Pantau warna, volume, frequensi,dan consistensi feses setiap kali BAB
d. Evaluasi asupan nutrisi klien
e. Kolaborasi : Instruksikan kepada pasien untuk mengurangi makanan yang pedas
dan asam.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
Intervensi :
a. Berikan cairan oral dan parenteral
Rasional : sesuai dengan program rehidrasi
b. Pantau intake dan output.
Rasional : Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
c. Memberikan informasi status keseimbangan cairan
Rasional : untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
d. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
Rasional : Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
e. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Rasional  : Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab  diare
diketahui.

3.  Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pola makan


tidak teratur
Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam
kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil Pola makan teratur, BB normal
Intervensi :
a. Monitor intake nutrisi
b. Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi
c. Sarankan untuk makan makanan ringan tapi sering
d. Timbang berat badan setiap waktu
e. Bantu pasen menentukan program pemenuhan nutrisi
f. Sarankan pasien untuk memasang gigi palsu.
g. Ajarkan perawatan gigi palsu
F. Evaluasi
Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji respon verbal dan non
verbal lansia / keluarga terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan dengan mengacu
pada tujuan. Hasil pengkajian digunakan untuk menyusun rencana tindak lanjut
keperawatan.Selain asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat dilakukan asuhan
keperawatan keluarga lansia, yang ditujukan untuk asuhan keperawatan keluarga di
rumah.

DAFTAR PUSTAKA
Darmojo R.B, Martono H, (2000), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit FKUI, Jakarta
Price SA, Lorraine M, (1995), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,
Edisi IV, EGC, Jakarta
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC,
Jakarta
Capernito L.J, (2000), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai