KASUS:
Ny. WS mengeluh nyeri di dada sebelah kiri yang berlangsung selama lebih dari 30 menit, tidak
hilang dengan pemberian Isosorbide dinitrate, keringat dingin, mual dan muntah. Dilarikan ke
UGD rumah sakit terdekat dan mendapat perawatan injeksi intravena nitrogeliserin, injeksi
morfin, aspirin serta oksigenasi. Dokter di UGD mendiagnosa: Infark Miokard Akut tanpa
disertai elevasi segmen ST.
Data Klinis: Berat Badan 100 kg, tinggi 150 cm, nadi 140 irregular, TD 170/110 long
standing.
Data laboratorik: Darah lengkap, Urin lengkap, elektrolit normal, CKMB dan Troponin
meningkat, kolesterol total 300 mg/dL. EKG Non ST Elevasi
Riwayat Obat
Pertanyaan:
1. Jelaskan 2 mekanisme yang terjadi secara serentak saat terjadinya sindrom koroner akut
(SKA) yaitu saat plaque rupture?
2. Jelaskan macam-macam antiplatelet yang digunakan saat SKA terkait mekanisme kerja,
nama generic, dan dosis dari contoh yang diberikan. Berikan 2 contoh dari tiap
golongan antiplatelet
4. Jelaskan interaksi warfarin baik dengan obat maupun makanan. Jelaskan dosis awal
pemakaian warfarin dan data lab yang digunakan untuk mengetahui efektivitas
terapinya.
5. Jelaskan antikoagulan NOACs yang digunakan setelah KRS (keluar rumah sakit) dari
pasien yang mengalami koagulasi paska infeksi Covid-19.
7. Jelaskan parameter global keberhasilan pengobatan pada SKA baik STEMI maupun
non STEMI
1. Patofisiologi utama sindrom koroner akut (SKA) adalah penurunan aliran darah ke otot jantung.
Penurunan aliran darah ini bisa terjadi akibat:
a. Terbentuknya plak aterosklerosis atau terjadinya ruptur plak aterosklerosis yang telah ada
sehingga memicu adanya trombus
Penurunan aliran darah ke otot jantung pada mulanya akan menyebabkan iskemia. Kemudian
akan menyebabkan infark atau nekrosis miokardium.
Arteri koronaria dekstra mendarahi jantung bagian kanan, yaitu atrium kanan, ventrikel kanan,
dan nodus sinoatrial. Kemudian bercabang menjadi arteri desendens posterior dan arteri
marginal. Sementara arteri koronaria sinistra memperdarahi jantung bagian kiri, yaitu atrium kiri
dan ventrikel kiri dan bercabang menjadi arteri desendens anterior dan arteri circumflexa.
Adanya gangguan aliran darah pada salah satu atau kedua arteri koronaria disebut sebagai
penyakit arteri koroner. Kumpulan gejala yang timbul akibat kurangnya suplai oksigen ke
miokardium dari arteri koroner disebut sebagai sindrom koroner akut (SKA).
Pada arteri koroner, pengisian dan aliran maksimal terjadi justru saat fase diastolik ventrikel. Hal
ini disebabkan karena pada saat fase sistolik, jaringan miokardium justru menekan kedua arteri
koroner sehingga menyebabkan arteri koroner tidak dapat berdilatasi maksimal. Bagian
endokardium adalah yang paling sedikit mendapatkan suplai oksigen saat fase sistolik ventrikel.
Dengan demikian, kondisi apapun yang menyebabkan takikardi atau peningkatan tekanan darah
sistolik juga akan menyebabkan penurunan perfusi arteri koronaria pada jaringan miokardium.
Sementara pada STEMI, terjadi oklusi total pada arteri koroner yang menyebabkan nekrosis pada
dinding transmural atau melibatkan seluruh ketebalan dinding jantung.
2. Antiplatelet yang digunakan pada sindrom coroner akut
aspirin dengan mekanisme kerja : menghambat sintesis platelet melalui asetilasi enzim
COX dalam platelet secara ireversibel. Karena platelet tidak mempunyai nukleus, maka
selama hidupnya platelet tidak mampu membentuk enzim COX ini. Akibatnya sintesis
bekerja sebagai antagonis reseptor ADP, yaitu P2Y12, sehingga menghambat agregasi
platelet.
Clopidogrel
dosis : Klopodogrel oral loading dose 300 mg pada usia < 75 tahun atau 75 mg bila usia
Anti Koagulan
UFH
Heparin drip infus. mekanisme kerja : Heparin bekerja dengan meningkatkan efek
serine protease inhibitor (serpin) antitrombin (AT) yang merupakan kofaktor
utama heparin dalam menginhibisi trombin dan protease koagulasi lain, terutama faktor
Xa dan IIa
Dosis awal bolus 60 U/kg BB maksimum 4000 unit, dosis pemeliharaan 12 U/kg BB
maksimum 1000 U/jam. Kontrol aPTT pertama setelah 3 jam. Dilanjutkan kontrol
aPPT/6jam dengan target 1,5-2,5 kali kontrol
Enoxaparine bekerja dengan cara mengurangi aktivitas protein yang bertugas
membekukan darah, sehingga mencegah terbentuknya gumpalan darah.
Usia < 75 tahun dan kreatinin <2,5 mg/dL (pria) atau < 2 mg/dL ` subkutan tiap 12 jam
maksimal 8 hari. 2 dosis pertama subkutan < 100 mg.
Usia < 75 tahun: tidak ada bolus IV mulai dosis subkutan 0,75 mg/kg BB tiap 12 jam
debgan dosis maksimal 75 mg untuk 2 dosis pertama bila klirens kreatinin < 30 L/menit,
berapapun usianya dosis subkutan diberikan tiap 24 jam.
Bila kreatinin <3 mg/dL: bolus IV 2,5 mg dilanjutkan 24 jam kemudian 2,5 mg/hari
subkutan sampai maksimal 8 hari.
Fibrinolitik
(SK), 1,5 juta unit iv dalam 30-60 menit (kontraindikasi dengan riwayat pemakaian
sebelumnya).
Alteplase (t-PA), Alteplase bekerja dengan membantu proses pembentukan plasmin, yaitu
protein darah yang dapat memecah dan melarutkan gumpalan darah atau emboli.
dosis :15 mg bolus iv dilanjutkan 0,5 mg/kg selama 60 menit drip intravena. Dosis total
tidak lebih dari 100 mg.
Reteplase (r-PA) obat ini bekerja dengan cara mengaktifkan zat kimia yang membantu
menghancurkan gumpalan darah.
Tenecteplase (TNK-tPA) Enzim ini akan berikatan dengan fibrin, protein yang berfungsi
untuk “mengikat” dan menggumpalkan darah. Setelah terikat dengan fibrin, tenecteplase
akan mengurai fibrin sehingga gumpalan darah juga akan terurai dan larut dalam darah.
o 30 mg bila BB <60 kg
o 35 mg bila BB 60-70 kg
o 40 mg bila BB 70-80 kg
o 45 mg bila BB 80=90 kg
o 50 mg bila BB >90 kg
3. yang dimonitor dari obat heparin adalah nilai APTT atau PTT, antidotum heparin yaitu
protamine
4. a. Bawang putih disebutkan memiliki khasiat untuk kesehatan kardiovaskular.
penggunaan herbal bawang putih dengan warfarin akan meningkatkan efek antikoagulasi
dari warfarin
satu kasus yang menyatakan bahwa terjadi kenaikan INR yang signifikan pada seorang
pasien wanita yang mengkonsumsi warfarin dengan akar jahe secara bersamaan
c. Ginseng (Panax ginseng) digunakan sebagai herbal untuk menjaga daya tahan tubuh.
Pada sebuah studi secara in vitro disebutkan bahwa beberapa komponen dari Panax
d. Soya dapat menyebabkan penurunan nilai INR pada pasien hypertriglyceridemia yang
sedang menjalankan terapi dengan warfarin dan mengkonsumsi protein kedelai dalam
bentuk susu kedelai. Meskipun tidak terdapat studi pada hewan maupun manusia sehat
bleeding.
5. warfarin merupakan antikoagulan dengan mekanisme kerja menginhibisi sintesis factor
6. Bila nyeri dada terus berlanjut dan eleasi segmen ST menetap. Komplikasi gagal jantung
atau aritmia banyak trerjadi sehingga harus dipertimbangkan recue PCI yaitu strategi
reperfusi PCI yang dilakukan pada pasien yang telah mendapat terapi fibrinolitik tapi
7. Parameter keberhasilan N-STEMI maupun STEMI dapat diberikan dengan terapi yang
tepat. berikut terapi untuk SKA dengan IHD, NSTEMi, maupun STEMI
8. Hindari asap rokok, debu, mengurangi makanan berlemak, istirahat cukup dan olah raga
teratur pemberian relaksasi nafas dalam, posisi nyaman, dan guide imagery disertai terapi