Anda di halaman 1dari 16

A.

ANAMNESIS PRIBADI

Nama : Lastriani Br. Sitepu

Jenis Kelamin : perempuan

Umur : 23 tahun

B. ANAMNESIS PENYAKIT

Keluhan Utama : Kejang pada kehamilan

Telaah : Hal ini dialami Os sejak hari ini. Frekuensi 4 kali kejang
dengan lama kejang 1-2 menit dan kemudian Os sadar kembali. Kejang pertama
terjadi saat Os sedang berada di perjalanan dari Siantar ke tebing. Kejang ke-2
terjadi saat Os berada di Tebing. Kejang ke-3 dan ke-4 terjadi saat Os berada di
Rumah Sakit Zulham Binjai. Tekanan darah tinggi dialami Os sejak ± 1 bulan
ini. Nyeri kepala (+), Riwayat pandangan kabur (+), riwayat mual dan muntah
(+), Mules-mules mau melahirkan (-), keluar lendir dari kemaluan (-), keluar air
banyak dari kemaluan (-). BAB (+) normal, BAK (+) normal. Os merupakan
rujukan dari Rumah sakit Zulham Binjai dan telah didiagnosa dengan pre
eklamsi.

RPT : Hipertensi (-), DM (-)

RPO : tidak jelas

HPHT : 15 September 2010

TTP : 22 Juni 2011

ANC : 3 x bidan
Riwayai persalinan :

1. Perempuan, aterm, 3100 gr, partus spontan, rumah bidan, 3,5 tahun, sehat

2. Hamil ini

C. TIME SQUENSE

19/03/2011

Masuk RS HAM, IGD, pukul 17.30 Wib

19/030/2011, pukul 19.00 Wib

Pasien konsul anastesi untuk dilakukan operasi

19/0302011, pukul 19.45 Wib

ACC operasi dari anastesi

20/0302011, pukul 00.45 Wib

Dilakukan operasi seksio cesaria


D. PEMERIKSAAN FISIK (19/03/2011, pukul 19.00 WIB )

B1 : Airway : clear, snoring (-). gurgling (-), crowing (-), RR: 22x/I

SP : vesikuler, ST: (-) ,Riw. asma(-), batuk(-), alergi(-), sesak(-)

B2 : Akral H/M/K, TD: 160/120, HR: 98 x/men, t/v cukup, reg. Temp.

38,9°C

B3 : Sens: CM, pupil isokor, ø 3 mm/3mm, RC +/+, Riw. sakit kepala(+).

Riwayat kejang (+), frek.4x , durasi kejang 1-2 menit

B4 : UOP(+), vol. 50 cc/jam , warna kuning kecoklatan

B5 : Abdomen membesar asimetris, distensi, DJJ 136 x/i, , TFU

pertengahan pusat-px (21 cm), gerak(+), His(-), ballotement (+), MMT

(16.00 wib ), peristaltik (+) normal.

B6 : fraktur (-). oedem (-)

E. PENANGANAN DI IGD

 Rawat stabilisasi

 O2 4-6 L/i

 MgSO4 40% 10cc (4 gr)bolus i.v (10 menit) Loading dose

 MgSO4 40% 30cc (1 gr)14 gtt/i (maintenance dose)

 Nifedipine 10 mg/30 menit jika TD ≥180/110 mmHg, max 120 mg/24 jam.
Maintenance 3x 10 mg
 Inj. Cefotaxime 2 gr skin test (profilaksis)

 Kateter terpasang

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM (19/03/2011)

Hb : 11.5 g%

Ht : 31.5%

Leukosit : 10.600 gr/dl

Trombosit : 162.000 mm3

PT/APTT/TT/INR : 13.7/32.5/12.3/1

Na/K/Cl : 133/3.5/104

KGD ad random : 95.7 mg/dl

SGOT : 49 U/L

SGPT : 31 U/L

Ureum : 20.6 mg/dl

Creatinin : 0.75 mg/dl


ELEKTROKARDIOGRAFI

Hasil konsul kardiologi

• Kesan : irama sinus (normal EKG)

• Berdasarkan pembacaan EKG pasien dikategorikan “low risk” untuk tindakan


operasi

G. DIAGNOSA

Eklamsia + SG+ KDR (26-27 minggu)+ AH

Tindakan : SC. Emergency

Pasien ASA : 3E

Teknik anastesi : GA-ETT

Posisi : supine
H. PROBLEM LIST

Pre operasi

• Sudah terjadi peninggian TIK yang ditandai dengan nyeri kepala dan kejang :
Cegah peningkatan TIK dengan pemberian analgetik untuk premedikasi yg
adekuat, oksigen 8L/i via face mask, smooth intubation, miringkan pasien ke
kanan/ke kiri

• Pasien dengan eklampsi : Optimalkan pemberian MgSO4 dan nifedipine

Durante Operasi

• Kemungkinan terjadi perdarahan massif : Pertahankan agar tetap normovolume,

siapkan darah dan koloid

• Pasien dengan kehamilan mudah terjadi regurgitasi : pemberian antasida syrup


30 ml, 30 menit sebelum operasi

• Pasien dengan kehamilan kemungkinan terjadi supine hypotension syndrome :


ganjal panggul kanan,preloading RL 500 ml, siapkan koloid, siapkan efedrin

• Pasien dengan kehamilan kemungkinan bayi lahir dengan APGAR score rendah
: siapkan alat dan obat untuk resusitasi bayi baru lahir.

Post operasi

• Monitoring kejang, kontrol hipertensi pantau UOP, nyeri post operasi, infeksi
post operasi : lanjutkan obat-obat therapy eklampsi, pemberian analgetik dan
antibiotik kuat.
I. PERSIAPAN OBAT DAN ALAT
J. TEKNIK ANASTESI

1. Head up 30°

2. Premedikasi: fentanyl 50µg

3. Preoksigensi O2 8 L/i

4. Pasien dipersiapkan dan dilakukan drapping untuk pembedahan

5. Induksi propofol 100 µg ( sleep non apneu)  eye lid reflex (-)
6. Inj. Roculax 50µg (sleep apneu)

7. Intubasi dengan ETT no 6,5  Cuff (+)  SP ka=ki  fiksasi 


maintenancesejawat obgyn dipersilahkan untuk melakukan insisi

8. Maintenance (setelah delivery) O2 2 L, N2O 2 L, Isoflurane 0,5-1 %

K. DURANTE OPERASI

Lama operasi : 2 jam

Tekanan Darah : 154/115 mmHg

HR : 74 x/i

RR : 17x/i

SpO2 : 100%

Pre operasi : RL 1000 cc

Durante operasi : 1000 cc

Perdarahan : 300cc

Maintenance+penguapan : 720 cc

UOP : 100 cc/jam


L POST OPERASI (20/03/2011, pukul 00.45 Wib)

B1 : Airway : clear, snoring (-). gurgling (-), crowing (-), RR: 18x/I

SP : vesikuler, ST: (-) ,SpO2 : 100%

B2 : Akral H/M/K, TD: 120/70, HR: 70 x/men, t/v cukup, reg. Temp.

36.5°C

B3 : Sens: CM, pupil isokor, ø 3 mm/3mm, RC


B4 : UOP(+), vol. 50-100 cc/jam , warna kuning jernih

B5 : Abdomen soepel, luka operasi tertutup verband , kontraksi uterus baik

peristaltik (-)

B6 : fraktur (-). oedem (-)

A : SC a/I eklampsia SG + KDR (26-27 minggu) + AH

P : Bed rest head up 30˚

Diet MSS jika peristaltik (+), dan Os sadar penuh

O2 nasal canul 2 L/i

Infus RL selang-seling D5% 30 gtt/i

Infus RL + MgSO4  14 gtt/i

Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam

Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

Inj. Fentanyl 200 µg dalam 50 cc Nacl 0,9%  3 cc/jam via s.p

Inj. Cefotaxime 1 gr/8 jam

Follow up ( 20/03/2011)

B1 : Airway : clear, snoring (-). gurgling (-), crowing (-), RR: 20x/I

SP : vesikuler, ST: (-)

B2 : Akral H/M/K, TD: 120/80, HR: 70 x/men, t/v cukup, reg. Temp.

36.5°C
B3 : Sens: CM, pupil isokor, ø 3 mm/3mm, RC

B4 : UOP(+), vol. 100 cc/jam , warna kuning jernih

B5 : Abdomen soepel, peristaltik (+) , TFU 1 jari bawah pusat, konntraksi (+)

B6 : fraktur (-). oedem (-)

A : SC a/I eklampsia SG + KDR (26-27 minggu) + AH

P : Bed rest head up 30˚

Diet MSS jika peristaltik (+), dan Os sadar penuh

O2 nasal canul 2 L/i

Infus RL selang-seling D5% 30 gtt/i

Infus RL + MgSO4  14 gtt/i

Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam

Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

Inj. Fentanyl 200 µg dalam 50 cc Nacl 0,9%  3 cc/jam via s.p

Inj. Cefotaxime 1 gr/8 jam

Transfusi PRC 1 bag

Follow up (21/0302011)

B1 : Airway : clear, snoring (-). gurgling (-), crowing (-), RR: 18x/I

SP : vesikuler, ST: (-)

B2 : Akral H/M/K, TD: 150/90, HR: 78 x/men, t/v cukup, reg. Temp.
36.5°C

B3 : Sens: CM, pupil isokor, ø 3 mm/3mm, RC

B4 : UOP(+), vol. 50 cc/jam , warna kuning jernih

B5 : Abdomen soepel, peristaltik (+)

B6 : fraktur (-). oedem (-)

A : Post SC a/I eklamsia + NH1

P : Diet MB

Inj. Ranitidin 2 amp/8 jam

Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam

Inj. Cefotaxime 1 gr/8 jam

Nifedipine 3x 10 mg

N. DISKUSI KASUS

Pasien wanita 23 tahun datang dengan keluhan utama kejang yang dialami sejak
beberapa jam sebelumnya. Pasien telah mengalami empat kali kejang sebelum masuk
rumah sakit. Riwayat gangguan penglihatan/mata kabur dijumpai. Saat ini merupakan
kehamilannya Os yang ke-2 (G2P1A0).

Dari pemeriksaan fisik dijumpai tekanan darah os 160/120, dengan RR


22x/menit, HR 98x/ menit, sensorium compos mentis. Pada abdomen perut membesar
asimetris, distensi, tinggi fundus uteri 21 cm, gerak dijumpai, his tidak dijumpai, denyut
jantung janin 136x/menit. Riwayat kejang dengan frekuensi sebanyak 4 x sebelum
masuk rumah sakit . Berdasarkan hal-hal ini pasien didiagnosa dengan eklampsia.
Eklampsia merupakan suatu keadaan yang gawat darurat yang dapat
mengancam jiwa baik ibu maupun janin, dimana pada ibu beresiko terjadi perdarahan
serebral dan edema pulmoner yang bisa berakibat fatal, dan pada bayi bisa terjadi fetal
distress. Penanganan awal di IGD, sama seperti pasien gawat darurat lainnya, jalan
nafas harus kita pertahankankan adekuat, kemudian kita beri oksigenasi yang cukup,
serta pasang IV line dan kateter urine. Kejang harus diatasi dan cegah supaya tidak
berulang, dimana untuk pasien eklampsia, drug of choice nya adalah pemberian
Magnesium sulfat secara intravena dengan loading dose sebesar 4-6 gr selama 10 menit
diikuti dengan maintenance dose sebesar 1-2 g/jam dalam bentuk drip infus, pada
pasien ini diberi magnesium sulfat 40% dengan loading dose 4 gr (10cc) IV diberi
perlahan, serta maintenance dose 1 gr/jam magnesium sulfat 40% 30 cc dalam 500 cc
RL 14 gtt/ menit.

Selanjutnya tekanan darah kita kontrol, pada pasien ini diberikan Nifedipine 10
mg setiap 15 menit dengan dosis maksimal 120 mg/hari. Sebagai profilaksis diberi
antibiotik empirik dengan spektrum luas yaitu Cefotaxime 2 gr per 8 jam secara
intravena.

Terapi definitif dari eklampsia adalah dengan melahirkan janin, maka pada
pasien ini direncanakan dilakukan persalinan dengan cara seksio cesarea emergency
setelah pasien stabil. Untuk tindakan anestesi dipilih dengan general anesthesia dengan
pemasangan ETT. Pasien berdasarkan status fisik diklasifikasikan sebagai ASA 3E yaitu
dengan penyakit sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas karena keluhan tersebut.
Untuk prosedur anestesi, head up terlebih dahulu, premedikasi dengan fentanyl 2cc,
oksigenasi 4L/menit, induksi dengan propofol 100µg, beri muscle relaxant rocuronium
(Roculax) 50 µg, kemudian dilakukan intubasi dengan ETT no 6.5, , kemudian
maintenance (setelah delivery) dengan O2 2 L/i, N2O2 2L/i, Isoflurane 0,5-1 %. Operasi
berlangsung selama 2 jam , insisi pada menit ke-5 dan delivery pada menit ke- 15.
Melahirkan bayi perempuan 1500 gr, 40 cm, dengan apgar score 8-10. Pada durante
operasi, tekanan darah berkisar 120 – 154/ 70 – 115 mmHg, heart rate berkisar 74 –
130 x/i, saturasi O2 berkisar 95 – 100 %, cairan yang digunakan selama pre-op 500 cc
RL dan durante-op 1500 cc RL, perdarahan yang terjadi sebanyak + cc, dengan urine
output sebesar 100 cc per jam.

Setelah operasi, pasien kesan stabil dengan hemodinamik respiratory rate 18


x/menit, heart rate 70x/menit, tekanan darah 120/70 mmHg, saturasi O2 100%,
kesadaran compos mentis, urin 100 cc/jam. Pasien kemudian dipindahkan ke ICU pasca
bedah untuk perawatan intensif post-operasi dengan rencana terapi pemberian MgSO4
lanjutan dosis maintenance untuk mencegah rekurensi pasca persalinan, pengendalian
infeksi dengan antibiotik cefotaxime intravena, pemberian analgesik dengan ketorolac
untuk mengatasi nyeri post-op. Setelah dirawat selama 1 hari di ICU pasien dapat
dipindahkan ke bangsal.

Anda mungkin juga menyukai