Anda di halaman 1dari 18

referat kedokteran

Kamis, 01 Desember 2011

EKLAMPSIA
PRESENTASI KASUS

Anamnesis (Auto & Alloanamnesis)


1. Identifikasi

- Alamat

- Nama
: Ny.J
- Umur
: 19 tahun
- Agama
: Islam
: Jl. Kemiling
- Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
- Pekerjaan Suami
: Tani
2. Keluhan
- Utama
- Tambahan

: Mau melahirkan dengan penglihatan kabur


: Sakit kepala, mual-mual

3. Riwayat Haid
- Menarche
- Siklus Haid
- Jumlah
- Lamanya
- HPHT
- TP

: 13 tahun
: 28 hari
: 4-5x ganti pembalut/hari
: 4-6 hari
: 3 Maret 2006
: 10 Desember 2006

4. Riwayat Perkawinan
Menikah 1x, lamanya 1tahun. Usia ibu saat menikah 18 tahun,usia
suami 28 tahun.
5. Riwayat Kehamilan Sekarang
Pasien kiriman bidan datang ke RS melalui UGD pada pukul 23.00 WIB, primigravida hamil aterm
inpartu, tekanan darah 180/110 mmHg mengeluh penglihatan kabur, dan nyeri kepala. Menurut bidan,
pasien mengalami kejang 1x yang ditandai kaku pada seluruh tubuhnya yang berlangsung 3 menit,
oleh karena keluhan kejang ini akhirnya pasien dibawa ke UGD RS. Sesampainya di UGD pasien diberi
diazepam 1 ampul, injeksi MgSO4 20% 4 gram IV dan injeksi MgSO 4 40% 8 gram boka boki. Pasien

mengeluh keluar lendir darah dari kemaluannya dan merasa mules-mules yang semakin lama semakin
sering pada perutnya. Sebelum dan selama hamil pasien mengaku tidak pernah mengalami tekanan
darah tinggi dan kejang. Pemeriksaan kehamilan tidak dilakukan secara teratur, hanya pada bulan ke-8
pasien memeriksakan kehamilannya pada bidan.
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Terdahulu
Kehamilan ini adalah kehamilan pertama.
6. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien menyangkal menderita darah tinggi sebelum kehamilannya. Pasien juga menyangkal pernah
mengalami kejang-kejang selama tidak hamil maupun selama hamil. Pasien mengaku tidak menderita
penyakit jantung, ginjal, asma, maupun kencing manis.
7. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku di dalam keluarga tidak ada yang menderita darah tinggi, penyakit jantung, ginjal,
asma, maupun kencing manis
8. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
9. Riwayat Imunisasi
Suntikan Tetanus 2 kali

Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
-

Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu

Status Gizi

: Tampak Sakit Sedang


: Compos Mentis
: 150/110 mmHg
: 94 x/menit
: 20 x/menit
: 36,5 C
: Cukup

2. Status Generalis

Kulit
: Cloasma gravidarum (+)
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Gigi/mulut
: Exoriasi lidah (+) Caries (-)
raks
: Mammae tegang, Pernafasan vesikuler, BJ I-II
murni, murmur (-)
Abdomen
: Membuncit, Hepar dan Lien sulit dinilai
Ekstremitas
: Oedem
3. Status Obstetrik

A. Pemeriksaan Luar
Leopold 1 : 3 jari bawah proc.xyphoideus (32 cm), di fundus teraba
bagian lunak, tidak melenting, kesan bokong
Leopold 2 : Teraba tahanan terbesar pada sebelah kiri, teraba bagian
kecil pada bagian kanan, kesan punggung kiri,
letak janin memanjang
Leopold 3 : Bagian terbawah teraba bagian keras,bulat dan melenting,
kesan kepala.
Leopold 4 : Sudah masuk PAP (3/5)
DJJ
His
TBJ

: (+) 148 x/menit


: 4X/10/40
: 3100 gram

B. Pemeriksaan Dalam
Inspekulo
: Tidak dilakukan
Vaginal Toucher
Portio
: Lunak
Pembukaan Servik
: 7 cm
Ketuban
:+
Bag.terendah janin
: Kepala
Penurunan
: Hodge II
Petunjuk
: Tidak dapat dinilai

Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. Khusus

: Hb 12,4 gr%
Proteinuria (500mg/dL)
:-

Diagnosis
Ibu
Anak

: Primigravida hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan


Eklampsia intrapartum.
: Janin Tunggal Hidup, Presentasi Kepala

Diagnosis Banding
Epilepsi

Prognosis
Ibu
Anak

: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam

Penatalaksanaan

Di Kamar Bersalin

Pukul 24.00 wib


-

Lapor Dokter, Advis :


Rencana partus pervaginam dengan kala II dipercepat dengan tindakan
Observasi HIS, DJJ, TTV ibu
Cateter menetap, catat input dan output
IVFD RL : NaCl = 2:1 gtt XXV/menit
Inj MgSO4 40% 8gr boka boki dilanjutkan maintenance tiap 6 jam IM
Nifedipine 3x10mg
Periksa darah lengkap,kimia darah,urine lengkap
Stabilisasi 1-3 jam
Rencana induksi setelah stabilisasi dgn pitosin drip
Tanggal 12/12/06

Pukul 01.00 wib


-

TD 140/100 mmHg, N 94x/menit, RR 24x/menit


Dilakukan pemecahan ketuban secara aktif
Drip oksitosin 1 amp gtt 10x/menit

Pukul 02.00 wib


-

TD 140/95 mmHg, N 96 x/menit, RR 20 x/menit


His 4X/10/40
Djj 145x/menit

Pukul 03.00 wib


-

TD 140/90 mmHg, N 104 x/menit, RR 24 x/menit

His 4x/10/ 40
DJJ 137 x/menit

O.s ingin mengedan terus

O.s dipimpin mengedan yang baik dan benar

P.D : pembukaan lengkap, ketuban (-), kepala HIII(+)

Pukul 03.35 wib


Bayi lahir, perempuan, BB 2600g, PB 46 cm, A/S 7/8

Pukul 03.45 wib


-

Plasenta lahir lengkap, BP 500 g, PTP 45 cm, 16-18cm


Perdarahan kala III & IV 200 cc

Pukul 05.00 wib


-

TD 140/100 mmHg

Inj.MgSO4 40 %, 10 cc, I.M, Bokong kanan


Urin 200 cc
Pukul 08.00 wib
TD 140/90 mmHg
Urin 250 cc
Pasien pindah ke ruang eklampsi
Pukul 08.30 wib

Hasil lab :
Hb = 12,4 g%
Leukosit = 16.600 / uL
LED = 17 mm/jam
Gamma GT = 21 U/L
Ureum = 16 mg/dl
Creatinin = 0,7 mg/dl
GDS = 102 mg/dl
Natrium =136 mmol/L
Kalium =4,2 mmol/L
Clorida = 105 mmol/L
Calsium = 8,9 mg/Dl

Pukul 09.00 wib


-

TD 145/90 mmHg
Nifedipine 10mg

Pukul 11.00 wib


-

TD 140/90 mmHg
Inj.MgSO4 40 %, 10 cc, I.M, Bokong kiri
Urin 400 cc
Pukul 13.00 wib Pindah ke ruang obstetri

LAPORAN PERSALINAN (12-12-2006)

Primigravida hamil aterm inpartu kala II dengan eklampsi

Pukul 01.25 wib :


RL + Pitocyn 1 ampul 10 tetes / menit terpasang
His 4x/10, lama 30-35, DJJ 148x/menit, o.s ingin mengedan terus.
P.D pembukaan lengkap, ketuban (+) menonjol, dilakuan amniotomi,

kepala hodge III

Pukul 03.35 wib :


Bayi lahir spontan, presentasi belakang kepala, segera menangis, perempuan, BB 2600 gram, PB 46 cm,
A/S 7/8, tidak ada cacat, anus +,O.s diinjeksi oxitocin 1 ampul IM

D/ awal
D/ akhir

Pukul 03.45 wib :


Plasenta lahir lengkap dengan selaputnya, BP 500 g, PTP 45cm, 16/18.
Perdarahan kala III & IV = 200 cc. Observasi perdarahan.
: Primigravida hamil aterm inpartu kala I fase aktif dengan
Eklampsia JTH presentasi kepala
: P1A0 post partum spontan.
FOLLOW UP

TANGGAL
TD (mmHg)
NADI (x/mnt)
SUHU (0C)
RR (x/mnt)
Kesadaran
Mammae
ASI
TFU
Lochia
BAK
BAB
Keluhan
Douer catheter
Terapi

13-12-2006
130/90
80
36,5
24
C.M
Nyeri (-)
(-)
2 jari bawah pusat
Rubra
(+)
(-)
(-)
(+)
IVFD RL 20 tts/mnt
Amoxicillin 3x500 mg
Nifedipin 3x10 mg

PERMASALAHAN
1. Apakah penegakan diagnosis pada penderita ini sudah benar?
2. Apakah penatalaksanaan penderita ini sudah adekuat?

ANALISA KASUS
1. Apakah penegakan diagnosis pada penderita ini sudah benar?
Pada saat masuk, pasien didiagnosa kehamilan dengan eklampsia intrapartum. Diagnosis eklamsia ditegakkan
dengan adanya tanda dan gejala pre-eklamsia yang disusul oleh serangan kejang. Tanda dan gejala pre-eklamsia

yang ditemukan pada pasien ini adalah tekanan darah tinggi, nyeri kepala frontal, dan penglihatan kabur. Kemudian
pasien mengalami serangan kejang.
Dalam anamnesis pasien mengaku belum pernah menderita darah tinggi maupun kejang, baik pada sebelum maupun
awal-awal kehamilan. Hipertensi dan kejang di atas kehamilan 20 minggu merupakan salah satu tanda dari
eklampsia. Hipertensi ditandai dengan kenaikan tekanan diastolik 15mmHg atau >90 mmHg dalam 2 pengukuran
berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmHg. Pada pemeriksaan status present didapatkan tekanan darah
pasien 150/110 mmHg dan pada status generalis ditemukan oedem pada ektremitas yang merupakan tanda dari preeklamsia, walaupun sekarang oedem tidak lagi menjadi satu tanda yang sahih untuk pre-eklampsia. Tanda preeklamsia lain yang ditemukan adalah adanya proteinuri 500mg/dL (++++). Pada klasifikasi hipertensi dalam
kehamilan, adanya proteinuri (++) merupakan salah satu tanda pre-eklamsia berat.
2.

Apakah penatalaksanaan penderita ini sudah adekuat?


Berdasarkan protap penanganan eklampsia, persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang
tanpa memandang usia kehamilan. Pada pasien ini terminasi kehamilan dilakukan 5 jam setelah kejang. Cara
terminasi kehamilan dapat dilakukan dengan induksi persalinan atau seksio sesarea menurut keadaan. Pada pasien
ini dilakukan induksi persalinan dengan alasan tidak adanya indikasi untuk melakukan seksio sesarea. Induksi
dilakukan dengan cara pemberian Pitocyn 1 ampul 10 tetes/menit. Kemudian dilakukan amniotomi untuk
mempercepat persalinan.
Pemakaian cunam merupakan indikasi absolut bagi ibu yang mengalami eklamsia, namun pada kasus ini persalinan
berlangsung secara spontan. Hal ini dikarenakan semakin stabilnya kondisi pasien, yang ditandai dengan tekanan
darah 140/90 beberapa saat sebelum persalinan.
Dalam pemberian obat-obatan, pada pasien ini sudah sesuai protap yang ada. Magnesium sulfat merupakan obat
pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsi dan eklampsi. Alternatif lain adalah diazepam.
Hanya saja pemberian diazepam memiliki resiko depresi pernapasan neonatal. Bila tekanan darah 200/120
mmHg, maka tekanan darah harus diturunkan segera dalam hitungan menit sampai beberapa jam, maksimal
penurunan tekanan darah sampai 25 % dari tekanan darah awal. Penurunan tekanan darah tidak boleh lebih dari 25
% dari tekanan darah awal dikarenakan penurunan tekanan darah yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi peredaran darah sehingga menyebabkan oksigenasi ke janin berkurang dan dapat mencetuskan iskemia
koroner, serebral atau renal.

EKLAMPSIA

DEFINISI1
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar, karena seolah-olah gejala
timbul secara tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Eklampsia biasanya timbul pada
wanita hamil atau dalam masa nifas dengan tanda-tanda preeklampsia.

FREKUENSI1

Frekuensinya bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Frekuensi rendah umumnya
merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur
antenatal yang cukup dan penanganan preeklampsia yang sempurna.
Di negara-negara berkembang frekuensi dilaporkan berkisar 0,3 0,7 %, sedangkan di negaranegara maju berkisar 0,05 0,1 %.

PATOFISIOLOGI2
Dasar patofisiologi untuk preeklampsia dan eklampsia adalah vasospasme. Penyempitan vaskuler
menyebabkan hambatan aliran darah dan menerangkan proses terjadinya hipertensi arterial.
Kemungkinan vasospasme juga membahayakan pembuluh darah sendiri karena peredaran darah
dalam vasa vasorum terganggu sehingga terjadi kerusakan vaskuler. Pelebaran segmental yang
biasanya disertai penyempitan arteriol segmental mungkin mendorong lebih jauh timbulnya
kerusakan vaskuler mengingat keutuhan endotel dapat terganggu oleh segmen penbuluh darah
yang melebar dan teregang. Lebih lanjut, angiotensin II tampaknya mempengaruhi langsung sel
endotel dengan membuatnya berkontraksi. Semua factor ini dapat menimbulkan kebocoran sel
antar endotel sehingga melalui kebocoran tersebut, unsur-unsur pembentuk darah seperti
trombosit dan fibrinogen tertimbun pada lapisan subendotel. Pada keadaan normal, wanita hamil
memiliki resistensi terhadap efek pressor dari pemberian angiotensin II. Sedangkan pada wanita
yang menderita preeklampsia, kepekaan pembuluh darah yang meningkat terhadap hormon
pressor ini dan hormon lainnya meningkat. Hal inilah yang mendahului awal terjadinya
hipertensi karena kehamilan.

GEJALA DAN TANDA


Umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala
nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di epigastrium atau nyeri
abdomen kuadran kanan atas dan hiperefleksia.1

1.

2.

3.

4.

Konvulsi pada eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yaitu :


Tingkat awal atau aura yang berlangsung 30 detik.
Biasanya berawal di sekitar bibir dalam bentuk kedutan pada otot-otot muka. 1 Mata penderita
terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar dan kepala diputar ke kanan atau ke
kiri.2
Tingkat kejangan tonik yang berlangsung 30 detik.
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
ke dalam. Pernapasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
Tingkat kejangan klonik yang berlangsung 1 2 menit.
Spasme tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat.
Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tegigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut ke
luar ludah yang berbus, muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tidak sadar.
Kejangan klonik ini dapat demikian hebatnya sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat
tidurnya. Akhirnya, kejangan terhenti dan penderita menarik napas secara mendengkur.
Tingkat koma.

Lama kesadaran tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan
tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan yang berulang sehingga ia
tetap dalam keadaan koma.
Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu meningkat sampai 400 C.
Sepanjang serangan kejang, diafragma tidak bergerakdan pernapasan terhenti. Selama beberapa detik tampak
seolah-olah akan meninggal karena penghentian napas, tetapi pada saat keadaan yang membawa kematian ini
terlihat tidak akan terhindarkan, pasien ini mulai menghirup napas panjang dan dalam serta berbunyi mengorok lalu
pernapasan pulih kembali. Koma kemudian menyusul. Koma setelah kejang menunjukkan lama yang bervariasi.
Jika kejang tidak sering, pasien akan terlihat sedikit sadar di antara saat-saat kejang. Pada kasus yang berat, koma
akan terus menetap dan kematian dapat terjadi sebelum pasien sadar.

DIAGNOSIS
Diagnosis eklampsia umumnya tidak sukar. Dengan adanya tanda dan gejala preeklampsia yaitu 2 dari trias tanda
utama (hipertensi, edema, proteinuria) yang disusul oleh serangan kejang seperti yang telah diuraikan, maka
diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan.1

DIAGNOSA BANDING
1. Epilepsi
Dari anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dan tekanan darahnya
normal serta tidak adanya tanda preeklampsia. (1,4)
2. Kejang karena obat anestesi
Apabila obat anestesi local tersuntikkan ke dalam vena bisa menimbulkan kejang.2
3. Koma karena sebab lain seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis,
ensefalitis, dll.2

PENANGANAN
Tujuan utama pengobatan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan
secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.1
Penanganan dasar untuk eklampsia adalah :2
1. Pengendalian kejang
2. Koreksi hipoksia dan asidosis
3. Penurunan tekanan darah bila meningkat nyata
4. Langkah-langkah menuju persalinan bayi segera setelah ibu bebas kejang dan sadar kembali
Segera setelah persalinan diselesaikan, perubahan patologis pada eklampsia akan membaik dan
akhirnya pulih sempurna.
Perawatan dan pengobatan intensif diteruskan untuk 48 jam. Bila tekanan darah turun maka pemberian
obat penenang bisa dikurangi setelah 24 jam postpartum untuk kemudian lambat laun dihentikan.
Biasanya diuresis bertambah 24 48 jam setelah kelahiran dan edema serta proteinuria berkurang. 1

KOMPLIKASI1
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama adalah melahirkan bayi hidup
dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang biasanya terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia antara lain :
1. Solusio plasenta
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering terjadi pada preeklampsia.
2. Hipofibrinogenemia
3. Hemolisis
Pasien dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinik hemolisis, yaitu ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi eritrosit.
4. Perdarahan otak
Merupakan penyebab utama kematian maternal pasien eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini
merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru
Merupakan tanda prognosis buruk. Penyebabnya yaitu :
a. Pneumonitis aspirasi setelah terisapnya isi lambung bila kejang
disertai muntah.
b. Gagal jantung akibat kombinasi antara hipertensi berat dan pemberian cairan I.V yang terlalu banyak.
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia dan eklampsia yang
merupakan akibat vasospasme arteriol umum. Kelainan ini diduga
khas untuk
eklampsia, tapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP (Haemolysis,Elevated liver enzymes,Low platelet) (1,3)
9. Kelainan ginjal
Kelainan berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur
lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul adalah anuria sampai gagal ginjal.
10. Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang
pneumonia aspirasi dan DIC.
11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.

PROGNOSIS

Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan
janinnya.
Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara kurang maju disebabkan oleh kurang sempurnanya
pengawasan antenatal dan natal, penderita sering terlambat mendapatkan pengobatan yang tepat.
Kematian ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak, dekompensasio kordis dengan edema paruparu, payah ginjal dan masuknya isi lambung ke dalam jalan pernapasan saat kejang. Sedangkan sebab
kematian bayi terutama karena hipoksia intrauterine dan prematuritas. 1

PENCEGAHAN1
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinya dapat dikurangi. Usaha-usaha untuk
menurunkan frekuensi terdiri atas :
Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita hamil
memeriksakan diri sejak hamil muda
Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan
Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila setelah dirawat
tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapat dihilangkan.

1.
2.
3.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Cunningham,F.Gary.,MacDonald,Paul
C.,Gant,Norman
F.Obstetri
Williams.
Edisi
XVIII.Jakarta:EGC;1995.hal.801-818
2. Wiknjosastro,Hanifa.,Saifudin,Abdul Bari.,dan Rachimhadhi,Trijatmo. Editor. Ilmu Kebidanan.Edisi
III.Jakarta:YBP-SP;1999.hal.281-301
3. Klapholz,Henry.Hipertensi yang Diinduksi Kehamilan dalam: Friedman, Emanuel A., Acker,David B.,
Sachs,Benjamin P. Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetric,Edisi II.Jakarta:Binarupa
Aksara;1998.hal.272-273
4. Saifudin,Abdul Bari,Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina
Pustaka Sarwono;2002.hal.33-42

LAPORAN PENDAHULUAN
EKLAMPSIA
Minggu, 12 Mei 2013

laporan pendahluan pada pasien eklampsia

ONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Eklampsia adalah kelaianan akut pada ibu hamil, saat hamil tua,persalinan atau
masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala preeclampsia(hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000:
49).
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk
menjadi kejang (helen varney;2007)
Eklampsi lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara.
B. ETIOLOGI
Etologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum sepenuhnya
dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut the
disease of theories.Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan
terjadinya Preeklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan
keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan
ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua.
C. PATOFISIOLOGI
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan
dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah dan
konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk
mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia
parmeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat
janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan
kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi pada
partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga
menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam
hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi
garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan

tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat
sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus
arterioles ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan
retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga
menyebabkan dieresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa arteri
jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah persalinan berakhir, retina melekat
lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang
menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah
dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi
disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh
darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran
darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.
Metabolism dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya
terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler keruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh
kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan
volume darah edema berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih
lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai tubuh berkurang akibatnya hipoksia.
Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat
dipakai sebagai ukuran perbaiakan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara. Asidum
latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus, sehingga menyebabkan cadangan
alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat
berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan
alakali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu
pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklmpsia.

D. KLASIFIKASI
Eklampsia di bagi menjadi 2 golongan :
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering terjadi)
kejadian 150 % sampai 60 %
serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan.
Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
Saat sedang inpartu
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat
mulai inpartu.
3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan
Kejadian jarang
Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.

E. MANIFESTASI KLINIS
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma.
Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
1. Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong),
kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
kedalm, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung
kira-kira 20-30 detik.
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti
dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonikberhenti dan penderita tidak sadar,
menarik nafas seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran
timbul serangan baru dan akhirnya penderita teteap dalam keadaan koma.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan bayi
hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
a. Terhadap janin dan bayi.
1. Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga terjadi
hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2. Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.
3. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel darah
merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang
dikenal karena ikterus.
b. Terhadap ibu
1. Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg persen.
Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
2. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
3. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan
kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia
serebri.
4. Edema paru paru

5.

Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzimenzimnya.
6. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati,
dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul
pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
7. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial
tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria
sampai gagal ginjal.
8. Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang - kejang
pneumonia aspirasi, dan DIC.
9. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.
G. DIAGNOSIS
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk kehamilan dengan
predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat dideteksi sedini mungkin gejala
gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak menjadi
kejang kejang eklampsia karena tidak terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya.
Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis diketahui adanya serangan
sebelum hamil atau pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada, kejang akibat obat
anastesi, koma karena sebab lain.
Pemeriksaan laboratorium meliputi adanya protein dalam air seni, fungsi organ hepar,
ginjal dan jantung, fungsi hematologi atau hemostasis
Konsultasi dengan displin lain kalau dipandang perlu
Kardiologi
Optalmologi
Anestesiologi
Neonatologi

H. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


1. Penanganan eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan kejang
dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
Penanganan yang dilakukan :
Beri obat anti konvulsan

Perlengkapan untuk penanganan kejang


Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
aspirasi mulut dan tenggorokan
baringkan pasien pada sisi kiri

posisikan secara trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi


berikan oksigen 4 6 liter / menit.

2. Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di rumah
sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a.
Menghindari terjadinya : Kejang berulangMengurangi koma
Meningkatkan jumlah dieresis
b.
Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10
sampai 20 mgr
c.
Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan
O2
Hindari terjadinya trauma tambahan
Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :
1.
Kamar isolasi
- Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan
- Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
- Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
2.
Pengobatan medis
Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan meningkatkan vitalitas
janin dalam kandungan. Dengan pemberian :
- Sistem stroganoff
- Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang
- Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah , mengurangi sensitivitas saraf pada
sinapsis, meningkatkan deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta sehingga
menurunkan gejala klinis eklampsia.
- Diazepam atau valium
- Litik koktil
3.
Pemilihan metode persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :
- Dapat didahului dengan induksi persalinan
- Bahaya persalinan ringan
- Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan ketuban, mempercepat
pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat kala pengeluaran.
- Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual
- Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika
Pertimbangan seksio sesarea :
- Gagal induksi persalinan pervaginam
- Gagal pengobatan konservatif

J. PROGNOSE
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta
korban besar dari ibu dan bayi ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 ).
Diurese dapat dipegang untuk prognosa ; jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24
jam atau 200 cc tiap 6 jam makan prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri merupakan
gejala yang buruk.
Gejala gejala lain memperberat prognosa dikemukakan oleh Eden ialah ; koma
yang lama, nadi di atas 120 x / menit, suhu di atas 39 c, tekanan darah di atas 200 mmHg,
proteinuria 10 gram sehari atau lebih, tidak adanya edema, edema paru paru dan apoplexy
merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.

DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar bidan Myles, Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta EGC 2009
Obstetri William : panduan ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara Yudha, Nike Budhi
Subekti, Jakarta EGC 2009.
Rukiyah, Lia yulianti. 2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 PATOLOGI, Jakarta Tim
http://hariskumpulanaskep.blogspot.com/2012/01/askep-eklampsia.html
http://www.docstoc.com/docs/85085397/ASKEP-Eklampsia-Post-Partum
Diposkan oleh wellita apriamala erkas chendi di 18.37 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: cendy

Beranda

Anda mungkin juga menyukai