Anda di halaman 1dari 17

Modul 3 – Kegawatdaruratan Sistem Reproduksi

Lho, koq tiba-tiba Kejang???


Pada tanggal 17 Agustus, ny. Dini, 22 tahun, mengaku hamil pertama kali
(menikah 9 bulan yang lalu), datang diantar suaminya ke IGD RSUDAA dengan
keluhan nyeri kepala sejak 3 hari terakhir, disertai nyeri ulu hati, dan sejak 1
jam yang lalu saat periksa di bidan pandangan terasa kabur. Pasien mengaku
ANC teratur dengan bidan sebanyak 4 kali, sudah periksa uji kehamilan di
bidan dan dipastikan hamil, fetal heart rate (FHR) terdengar sejak 3 bulan yang
lalu, dan fetal movement mulai terasa sejak 2 bulan yang lalu yang semakin
hari semakin aktif. Saat diperiksa bidan 1 jam yang lalu, dikatakan bahwa
pasien memiliki tekanan darah tinggi, dan dianjurkan untuk segera ke rumah
sakit. Lima belas menit setelah sampai di IGD RSUDAA, tiba-tiba pasien kejang
dan tidak sadarkan diri.

DATA (+) an :
Anamnesis:
 Pasien mengaku hamil 7,5 bulan, HPHT 27 Desember
 Riwayat Mentruasi: Pasien mengaku bahwa mulai haid pertama kali
pada usia 12 tahun, sejak itu haid selalu teratur tiap bulan pada tanggal
yang sama, jumlah haid 2-3 pembalut per hari, dan lama haid 4-5 hari.
 Pasien mengaku menikah 9 bulan yang lalu.
 Riwayat trauma ataupun di urut-urut tidak ada.
 Pasien mengaku tidak pernah memiliki tekanan darah tinggi, begitu pula
keluarga pasien.
 Pasien mengaku tidak ada riwayat kejang sejak kecil.
 Pasien adalah ibu rumah tangga, suami pasien seorang buruh tani.
PF
 Keadaan umum: pasien kejang dan tampak sakit berat,
 Kesadaran : Somnolen.
 Ttv ; Frekuensi nafas 30 x/menit, Tekanan darah 200/120 mmHg, denyut
nadi 120 x/menit, Suhu : 36,5 0C.
 Mata : Konjungtiva tampak tidak anemis, sklera tidak ikterik.
 Kepala/Leher : tidak ada kelainan.
 Thorak : Tidak ada kelainan, Cor/Pulmo dalam batas normal.
Primary survey:
 A: Clear
 B: RR: 30x/menit, SpO2 97 %
 C: TD: 200/120 mmHg, Nadi 120 x/Mnt,
 D: Kesadaran somnolen, GCS: E3M5V3 (E3 = dapat membuka mata
Dengan panggilan, M5 = dapat bergerak dengan stimulus, V3 =
Meracau).
 E: Akral hangat, refleks patella postif (+) normal.
Tatalaksana Awal: STABILISASI & MEDIKAMENTOSA
A : Clear
B : Oksigen nasal kanul 4-7 liter per menit
C : Antihipertensi : Nifedipin sublingual 10 mg,
Cairan : IVFD (Retriksi)
Pasang kateter > Urin output 300 ml (normal).
D : Anti konvulsan : MgSO4 40% > Sesuai protokol (terlampir di Bawah).
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengobati
kejang pada preeklamsia berat dan eklampsia.
Syarat Pemberian MgSO4:
 Tidak ada depresi pernafasan (RR> 16x/mnt),
 Refleks patella normal,
 Produksi urin > 100 ml dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam),
 tersedia antidotum kalsium glukonas
Efek samping MgSO4:
Depresi pernafasan, Gangguan/defisit neurologis, Gangguan ginjal.
Cara Pemberian MgSO4:
 Dosis Inisial
Empat (4) g MgSO4 40% (dibuat dengan cara mengencerkan 10 Ml
larutan MgSO4 40%) dengan 10 ml aquades, diberikan Secara intravena
(bolus IV) pelan-pelan, selama kurang lebih 10 -15 menit Segera
dilanjutkan dengan 6 g MgSO4 40% dibuat dengan cara Melarutkan 15ml
larutan MgSO4 ke dalam 500 ml RL, habis Dalam 6 jam
 Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan 2 g MgSO4 40% Dibuat
dengan cara mengencerkan 5 ml larutan MgSO4 dalam 5 ml aquades,
diberikan bolus (IV) selama 5 Menit à Keterangan 1 Flacon MgSO4 40%
berisi 25 ml ≈ 10 G ( 2,5 ml = 1 g) .
 Dosis Rumatan (maintenans)
Larutan 1 flacon (25 ml) MgSO4 40% dimasukkan ke dalam 500 ml Cairan
infus Ringer Laktat (RL)/Ringer Asetat (RA) dengan Kecepatan 1g/jam ( ≈
16-20 tetes/menit) yang diberikan sampai 24 jam pascapersalinan.
Pemeriksaan Fisik Khusus (Obstetri) : 15 menit setelah stabilisasi (setelah
Pemberian MgSO4)
Abdomen :
 Leopold 1 : TFU pertengahan Pusat dan prosesus xyphoideus, teraba
Massa lunak, kurang bulat,dan tidak melenting.
 Leopold 2 : Teraba tahanan memanjang pada sisi kanan ibu dan bagian
Kecil pada sisi kiri ibu.
 Leopold 3 : Teraba massa bulat keras melenting.
 Leopold 4 : Konvergen 5/5.
 TFU: 25 cm, TBJ: 1900 g, His: tidak ada.
Genitalia :
 Inspeksi : Vulva dan Vagina tampak tenang.
 Inspekulo : Tidak dilakukan ( Karena His Tidak ada).
 Periksa dalam : Tidak dilakukan ( Karena His Tidak ada).
Laboratorium
 Hb : 13 g/dl
 Leukosit : 12.300 / uL
 Trombosit : 195.000 /uL
 Hematokrit : 40 %
 Tes kehamilan : Positif (+)
 Protein Urin : Positif (+) 3
Kimia darah :
Ureum : 16mg/dl (Normal 15-45)
Kreatinin : 0,7 mg/dl (Normal 0,7-1,4)
SGOT : 15 U/L (Normal 9-33)
SGPT : 16 U/L (Normal 3-35)
CT : 3 menit (Normal 1-6)
BT : 4 menit (Normal 2-6)
PT : 9 detik (Normal 8,4-12,4 detik)
ApTT : 17 detik (Normal 15,3-35,3 detik)
D-Dimer : 300 mcg/L (Normal < 500 mcg/l)
INR : 1 (Normal 0,8-1,3)
Tatalaksana Obstetri:
Terminasi kehamilan > Perabdominam > Bagaimana bila Pervaginam?
Kehamilan segera diakhiri (terminasi) tanpa memandang usia kehamilan.
Persalinan dilakukan secara perabdominam (SC) bila belum mencapai fase
laten kala I (apalagi bila belum inpartu), atau secara pervaginam bila telah
masuk fase aktif, dengan syarat persalinan akan selesai dalam 6 jam, dan
memenuhi syarat obstetri (misalnya: tidak ada gawat janin, tidak ada CPD, atau
semirip dengannya)
Bagaimana bila kehamilan di pertahankan dan dirawat konservatif Disertai
pemberian kortikosteroid?
Pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru janin : Kortikosteroid harus
diberikan pada ibu preeklamsia dengan usia Kehamilan < 34 minggu, pada
kesempatan penundaan terminasi Kehamilan.
Rujukan/Konsultasi DPJP (OBGIN).

Terminologi
ANC (Ante Natal Care):
 Pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk Meningkatkan kesehatan
fisik dan mental pada ibu hamil secara Optimal, hingga mampu
menghadapi masa persalinan .
 Pemeriksaan kehamilan yang diilakukan oleh dokter atau bidan untuk
Mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik dari Ibu hamil hingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian asi
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. (ASKEP)
Fetal heart rate (FHR): Denyut Jantung Janin
Fetal Movement : Pergerakan Janin
1. Kejang : gangguan aktivitas listrik di otak. Kondisi ini sering kali ditandai oleh
gerakan tubuh yang tidak terkendali dan disertai hilangnya
kesadaran. Kejang bisa menjadi tanda adanya penyakit pada otak, atau kondisi
lain yang memengaruhi fungsi otak.
2. Hamil : kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
3. IGD : Instalasi Emergensi/Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu
bagian di dalam sebuah rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi
pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan
hidupnya.
4. Nyeri Kepala : merupakan sensasi tidak nyaman pada daerah kepala yang
disebabkan oleh keruskan atau potensi kerusakan. 
5. Nyeri Ulu hati : merupakan salah satu keluhan di mana seseorang merasakan
adanya nyeri, sensasi rasa panas, atau rasa terbakar pada dada tengah.
6. ANC : anteatal care merupakan perawatan ibu dan janin selama masa
kehamilan.
7. Bidan : seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta
memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara
sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
8. Uji kehamilan : pemeriksaan yang digunakan untuk
mendeteksi kehamilan dengan akurat, bahkan hingga 99 persen. Alat
tes kehamilan dapat mendeteksi kehamilan dengan cara mengukur kadar
hormon bernama human chorionic gonadotropin (hCG).
9. Fetal Heart Rate (FHR): denyut jantung janin (DJJ) merupakan Salah satu
indikator yang diperiksa saat kontrol kehamilan, Secara umum normalnya DJJ
berkisar antara 110-150 denyut/menit, namun beberapa penelitian
menyebutkan DJJ masih dalam batas normal berkisar antara 120-160
denyut/menit.
10. Fetal movement : atau gerak janin merupakan salah satu penanda kondisi
kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan janin. Gerakan
janin biasanya dapat ibu hamil rasakan ketika usia kandungan sudah mencapai
trimester kedua atau di sekitar periode tersebut.
11. Tekanan darah tinggi : Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi
ketika tekanan darah di 130/80 mmHg atau lebih
12. RSUD : rumah sakit umum daerah
13. Preeklamsia : Preeklamsia adalah kondisi peningkatan tekanan darah
disertai dengan adanya protein dalam urine. Kondisi ini terjadi setelah usia
kehamilan lebih dari 20 minggu.
14. Eklamsia : Eklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan
darah tinggi dan kejang sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kondisi
serius ini selalu di dahului dengan preeklamsia sebelumnya.
Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia. Eklamsia merupakan kondisi
yang jarang terjadi, namun harus segera ditangani karena dapat
membahayakan nyawa ibu hamil dan janin.
15. Proteinuria : Proteinuria adalah adanya protein di dalam urin manusia
dengan jumlah yang abnormal dengan nilainya lebih dari normalnya yaitu lebih
dari 150 mg/24 jam.
16. Oliguria : kondisi ketika air kecil atau urin manusia lebih sedikit dari
biasanya. Ini merupakan pertanda bahwa tubuh sedang tidak sehat. Untuk
orang dewasa, itu berarti kurang dari 400 mililiter urin sehari.
17. Urin : merupakan hasil penyaringan darah oleh ginjal yang dikeluarkan
tubuh melalui saluran kemih, yaitu salah satu bagian dari sistem
urinaria. Urine dikeluarkan untuk membuang sisa-sisa metabolisme, misalnya
urea dan racun dari dalam tubuh.
18. SGPT : Serum Glutamic Pyruvic Transaminase atau SGPT merupakan salah
satu enzim di dalam tubuh manusia. Enzim ini paling banyak ditemukan di
dalam organ hati.
19. Kreatinin plasma : Kreatinin adalah protein yang merupakan hasil akhir
metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan hampir konstan
dan diekskresi dalam urin dalam kecepatan yang sama, kreatinin diekskresikan
oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relative
konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal
mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal
20. Trombosit: (platelet) dikenal juga dengan sebutan keping darah dan
berperan penting dalam proses pembekuan darah. Selain itu, trombosit juga
kerap digunakan dalam metode skrining (deteksi dini) dan mendiagnosis
berbagai penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada penggumpalan darah.
21. Trombositopenia: kondisi saat jumlah keping darah (trombosit) rendah, di
bawah nilai normal. Trombosit berperan untuk menghentikan perdarahan saat
terjadi luka atau kerusakan di pembuluh darah.
22. Janin : bakal bayi (masih dalam kandungan).
23. Edema: penumpukan cairan dalam ruang di antara sel tubuh. Edema dapat
terjadi di seluruh bagian tubuh, namun yang paling jelas terlihat pada lengan
atau tungkai. Edema terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan
sekelilingnya.

Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab Kejang yang dialami oleh pasien?
 Penyebab kejang eklamptik belum diketahui secara pasti. Kejang
eklamptik Dapat disebabkan oleh hipoksia karena vasokonstriksi lokal
otak, dan fokus Perdarahan di korteks otak. Kejang juga sebagai
manifestasi tekanan pada Pusat motorik di daerah lobus frontalis.
Beberapa mekanisme yang Diduga sebagai etiologi kejang adalah
sebagai berikut
1) Invasi abnormal tropoblas
2) Kelainan koagulasi
3) Kerusakan endotel
4) Kelainan kardiovaskular
5) Stimulus inflasmasi
6) Masalah endokrin
7) Masalah imunologi
Pada umumnya serangan kejang pada ibu hamil didahului dengan
memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di
daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di daerah epigastrium,
dan hiperrefleksi .
Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai
dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat
kemudian seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh,
fase ini dapat berlangsung 10 sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan
rahang akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan
terjadi pada kelopak mata, otot-otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot
mengalami kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat.
Keadaan ini kadang-kadang begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan
penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita
dapat tergigit oleh karena kejang otot-otot rahang. Fase ini dapat berlangsung
sampai satu menit, kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi semakin
lemah dan jarang dan pada akhirnya penderita tak bergerak.
Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernapasan berhenti. Selama
beberapa detik penderita seperti meninggal karena henti napas, namun
kemudian penderita bernapas panjang dan dalam, selanjutnya pernapasan
kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan
diikuti dengan kejang-kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang
ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.

2. Apakah ada hubungan antara Tekanan darah tinggi dengan kejang


yang Dialami pasien?

3. Apakah ada hubungan usia muda dengan kejang dan tekanan darah
Tinggi?
 Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah
20 tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang
Memiliki usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun di anggap
Lebih rentan terhadap terjadinya preeklamsi. Selain itu ibu hamil yang
Berusia ≥35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan organ-
organKandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko
Untuk terjadi preeklamsi.
 Pada wanita usia muda (<20 tahun)organ-organ reproduksi belum
sempurna secara keseluruhan dan kejiwaannya belum bersedia
menjadi ibu, sehingga kehamilan sering diakhiri dengan komplikasi
obstetrik yang salah satunya preeklampsia.Paritas Kasus preeklampsia
yang paling banyak terjadi pada ibu yang melahirkan anak pertama,
dimana persalinan yang pertama biasanya mempunyai risiko relatif
tinggi dan akan menurun pada paritas 2 dan 3 (Geoffrey, 1994).

4. Apakah ada hubungan hamil pertama kali dengan kejang dan tekanan
Darah tinggi?
Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3
Merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan Risiko
meningkat lagi pada grandemultigravida (Bobak, 2005). Selain Itu primitua,
lama perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko tinggi Timbul preeklamsi
Kasus preeklampsia dapat timbul pada usia kehamilan 20 minggu. Tetapi
sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada usia kehamilan lebih dari
37 minggu dan makin tua kehamilan, maka makin besar kemungkinan
timbulnya preeklampsia (Mey, 1998).

5. Apakah ada hubungan nyeri kepala, nyeri ulu hati, pandangan mata
Dengan kejang dan tekanan darah tinggi?
Nyeri kepala
 Mekanisme: pada eclampsia terjadi spasme pembuluh darah
sehingga sel darah Merah sulit lewat yang mengakibatkan suplai
oksigen ke jaringan perifer menurun dan tubuh Mengkompensasi
dengan menaikkan tekanan darah > hipertensi akibatnya terjadi
Peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti
Prostaglandin,tromboxan) yang menyebabkan vasospasme dan
agregasi platelet, lama-lama Akan menghambat suplai darah di
otak sehingga menimbulkan sakit kepala berat. Namun adapula
teori yang mengatakan sakit kepala dikarenakan hiperperfusi Ke
otak sehingga menimbulkan vasogenik edem yg menyebabkan
edema cerebri sehingga terjadi peningkatan tekanan intracranial
Sakit pada kepala
 Peningkatan tekanan darah sangat berpengaruh, Pada awal
perkembangan tekanan darah meningkat terjadi kegagalan invasi
trofoblas yang menyebabkan remodeling arteriol spiral di
miometrium. Hal tersebut menyebabkan gangguan pada sirkulasi
definitif uteroplasenta. Seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan, kebutuhan suplai darah fetoplasenta meningkat,
namun arteriol spiral tidak dapat memenuhi kriteria tersebut.
Kegagalan fungsi plasenta menyebabkan vasospasme dan
kerusakan endotel yang luas sehingga terjadi hipertensi sistemik.
Hipertensi sistemik yang terjadi secara tiba-tiba akan melebihi
kapasitas autoregulasi serebrovaskular yang menyebabkan
vasospasme pembuluh darah di otak, peningkatan tekanan
hidrostatik, hiperperfusi, dan ekstravasasi plasma dan sel darah
(edema perivaskular). Zona yang paling terkena dampaknya
adalah korteks parietooksipital yang merupakan zona batas dari
arteri serebral anterior, middle, dan posterior. Stimulus pada
struktur peka nyeri tersebut akan menimbulkan sensasi nyeri
kepala bagi maternal.
Nyeri epigastric (ulu hati)
 Nyeri epigastric tarjadi akibat Invasi trofoblastik inkomplit yang
menyebabkan penyempitan lumen Pembuluh darah plasenta
sehingga ↓ perfusi plasenta dan lingkungan menjadi hipoksik
sehingga terjadi Debris plasenta,. Timbul respon inflamatorik yang
akan melakukan aktivasi sel endotel, yg menyebabkan kerusakan
Sel-sel endotel dan terjadi vasospasme serta ↓ perfusi ke hati
yang menyebabkan iskemik >nekrosis dan menimbulkan rasa tidak
nyaman pada Epigastric
 Adanya Penurunan invasi trofoblast di lapisan otot a. Spiralis
Lumen otot kaku dan tegang vasokontriksi a. Spiralis
gangguan aliran darah uteroplasenta hipoksia dan iskemik
plasenta merangsang produksi oksidan (radikal hidroksil)
merusak membrane, protein, dan nucleus sel terjadinya
disfungsi endotel rangsang peningkatan produksi
tromboksan dan endotelin, dan juga penurunan prostasiklin
terjadi vasokontriksi menyeluruh (termasuk pemb darah di
hepar) terjadi iskemia pada sel hepar hal ini dapat
menyebabkan terjadinya pendarahan pada sel periportal lobus
perifer pendarahan dapat meluas hingga di bawah kapsula
hepar (subkapsular hematoma) terjadi rasa nyeri epigastric
 Nyeri ulu hati dapat berhubungan dengan tekanan darah yang
tinggi pada kehamilan (preeklamsia dan dapat berlanjut menjadi
eklamsia). Pada saat hamil bisa dikarenakan keterlibatan organ
didalam abdomen termasuk hepar , hepar terdapat adanya
nekrosis hepatoselular akibat perdarahan periportal pada hepar
perifer. Gangguan pada hepar dapat ditandai dengan peningkatan
serum aminotransferase seperti AST dan ALT. Adanya keterlibatan
hepar ditandai dengan nyeri atau nyeri tekan di right upper
quadrant atau midepigastric. Adanya peningkatan enzim liver ,
hemolisis, dan penurunan platelet disebut dengan sindroma
HELLP yang dapat mengakibatkan banyak komplikasi.

Muntah
Muntah pada kasus terjadi akibat penurunan prostaglandin yang
Menyebabkan penurunan motilitas lambung dan peningkatan sekresi
asam Lambung yang menyebabkan penurunan sekresi mukus di
lambung, dan Penurunan kontraksi otot polos GIT (delayed gastric
emptying) akan Menyebabkan mual dan muntah.

Pandangan kabur
 Pandangan kabur terjadi akibat pasokan darah ke arteri di retina
berkurang Sehingga menyebabkan spasme arteri retina dan
edema retina yang Menyebabkan visus terganggu. Gangguan visus
dapat berupa: pandangan Kabur, skotomata, amaurosis yaitu
kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan Ablasio retina (retinal
detachment).
 Adanya penurunan invasi trofoblast di lapisan otot a. Spiralis
Lumen otot kaku dan tegang vasokontriksi a. Spiralis
gangguan aliran darah uteroplasentahipoksia dan iskemik
plasenta merangsang produksi oksidan (radikal hidroksil)
merusak membrane, protein, dan nucleus sel terjadinya
disfungsi endotel rangsang peningkatan produksi tromboksan
dan endotelin, dan juga penurunan prostasiklin terjadi
vasokontriksi menyeluruh (termasuk pemb darah di otak)
hipoperfusi arteri retinalis gangguan penglihatan
 Pandangan kabur dan scotoma disebabkan karena oleh tingginya
tekanan darah yang menyebabkan iritasi di sistem syaraf utama
dan terjadi pembengkakan pada retina . Sehingga menyebabkan
mata rabun, keterbatasan lapang pandang . Namun perubahan
pandangan ini hanya sementara. Saat tekanan darah turun,
pandangan bisa kembali seperti sedia kala.
6. Apakah ada hubungan pekerjaan pasien dan suami pasien dengan
Keluhan pasien saat ini?
7. Apakah hubungan fetal heart (FHR) terdengar sejak 3 bulan yang lalu
dan fetal movement mulai terasa sejak 2 bulan yang lalu yang semakin
hari semakin aktif?
FETAL HEART RATE (FHR)
Salah satu indikator yang diperiksa saat kontrol kehamilan yaitu
pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) / fetal heart rate (hal yang
normal) Secara umum normalnya DJJ berkisar antara 110-150
denyut/menit, namun beberapa penelitian menyebutkan DJJ masih
dalam batas normal berkisar antara 120-160 denyut/menit.

Pada masa kehamilan awal, DJJ bisa lebih bervariasi, umumnya di usia 8
minggu DJJ berkisar antara 150-175 denyut/menit. DJJ yang sedikit di
atas normal atau tepat di batas atas seringkali tidak masalah. Hanya saja
apabila nilai DJJ sangat jauh di atas normal misalnya lebih dari 200
denyut/menit, perlu dipikirkan kembali mengenai penyebabnya.

Beberapa kemungkinan yang bisa menyebabkan DJJ di atas batas normal


diantaranya yaitu:
•Adanya kelainan kromosom atau genetik pada janin
•Hipertiroid pada ibu
•Obat-obatan yang diminum ibu
•Infeksi pada ibu
•Infeksi pada janin
•Janin kekurangan oksigen
•Kondisi fetal compromise dimana jantung beresiko jatuh ke dalam
kondisi gawat janin

B. FETAL MOVEMENT
Gerakan janin/ fetal movement mengacu pada gerakan janin yang
disebabkan oleh aktivitas ototnya sendiri. Aktivitas lokomotor dimulai
selama tahap embriologis akhir dan perubahan alam sepanjang
pengembangan. Otot-otot mulai bergerak segera setelah mereka
dipersarafi dan ini merupakan Hal normal.
8. Apakah makna hasil pemeriksaan laboratorium pada kasus ini?
Laboratorium
 Hb : 13 g/dl (normal)
 Leukosit : 12.300 / uL (normal)
 Trombosit : 195.000 /uL
 Hematokrit : 40 %
 Tes kehamilan : Positif (+)
 Protein Urin : Positif (+) 3 (proteinuria)
Penurunan invasi trofoblast pada A. Spiralis  lumen otot menjadi Kaku
dan tegang  vasokontriksi A.spiralis  gangguan aliran darah
Uteroplasenta  hipoksia dan iskemia plasenta  kondisi tersebut
Memproduksi radikal hidroksil  menghancurkan membran sel, Nukleus,
protein  terjadilah disfungsi endotel  peningkatan Permeabilitas
kapiler protein mudah lolos ke urine  proteinuria

9. Apakah diagnosis pada pasien ini?


 Anamnesis untuk mengetahui usia gestasi dan gejala yang menyertai
 Pemeriksaan fisik untuk mengetahui nilai tekanan darah dan adanya
Edema pada tubuh
 Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium yaitu Protein
urin, kimia darah untuk mengetahui kadar enzim hati, darah Rutin untuk
mengtahui kadar eritrosit, leukosit dan trombosit, urin 24 Jam. USG
untuk mengetahui keadaan janin
 Bila timbul hipertensi, proteinuria dan edema pada usia kehamilan Telah
20 minggu atau lebih, disertai 1 kriteria atau lebih, maka Diagnosis pre-
eklamsi berat dapat ditegakan dengan kriteria sebagai
Berikut :
1) TD Sistolik ≥ 160 mmHg, Diastolik ≥ 110 mmHg
2) Proteinuria > 5 gr/24 jam atau 4+
3) Oligouria < 500 ml/24 jam & kadar kreatinin naik
4) Gangguan visual/ serebral
5) Nyeri epigastrium/ kuadran kanan atas abdomen
6) Edema paru
7) Pertumbuhan janin terhambat
8) Sindrom HELLP (Hemolysis Elevated Liver Enzyme Low Platelet)
Bila keadaan pre-eklamsia disertai dengan kejang atau koma (setelah
menyingkirkan penyebab kejang dan koma yang lain) maka Diagnosis eklamsia
dapat ditegakan
Diagnosis: G1 gravid 32-33 minggu , belum Inpartu, dengan Eklampsia
Antepartum, Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala.

10.Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada pasien ini?


Perawatan dasar eklampsia yang utama adalah terapi supportif untuk
Stabilisasi fungsi vital, dengan pemantauan terhadap Airway, Breathing,
Circulation (ABC). Perawatan pada saat kejang antara lain :
1) Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk
mengurangi Risiko aspirasi.
2) Beri O2 4 liter permenit.
3) MgSO4diberikan intravena dengan dosis awal 4 g (10ml MgSO4 40%,
Larutkan dalam 10 ml akuades) secara perlahan selama 20 menit, jika
Pemberian secara intravena sulit, dapat diberikan secara IM dengan
dosis 5mg masing bokong kanan dan kiri
4) Adapun syarat pemberian MgSO4 adalah tersedianya Ca Glukonas
10%, ada refleks patella, jumlah urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam dan
Frekuensi napas 12-16x/menit.
5) Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4 (15ml
MgSO4 40%, larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ Ringer
Asetat) 28 tetes/ menit selama 6 jam dan diulang hingga 24 jam
setelah Persalinan atau kejang berahir.
6) Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya,
berikan Dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas
kesehatan Sekunder . Diazepam juga dapat dijadikan alternatif pilihan
dengan dosis 10 mg IV selama 2 menit (perlahan), namun mengingat
dosis yang Dibutuhkan sangat tinggi dan memberi dampak pada
janin, maka Pemberian diazepam hanya dilakukan apabila tidak
tersedia MgSO4.
7) Stabilisasi selama proses perjalanan rujukan.
8) Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi
Nadi, frekuensi pernapasan, refleks patella.
9) Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan/atau tidak didapatkan
refleks Tendon patella, dan atau terdapat oliguria (produksi urin <0,5
ml/kg BB/jam), segera hentikan pemberian MgSO4.
10)Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan
10%) bolus dalam 10 menit

11.Apakah komplikasi pada pasien ini?


Komplikasi Maternal:
 Sindroma HELLP / DIC (10–20%),
 Edema paru (2–5%),
 Gangguan ginjal akut (2–5%),
 Solusio Plasenta (1–4%),
 Eklampsia (< 1%),
 Gangguan liver (< 1%),
 Stroke,
 Kematian,
 Penyakit jantung di masa mendatang.
Komplikasi Neonatal:
 Persalinan prematur (15–67%),
 Gangguan pertumbuhan janin (10–25%),
 Lesi neurologis hipoksia (< 1%),
 Kematian perinatal (1–2%),
 Penyakit kardiovaskular yang dihubungkan dengan bayi
 Berat badan lahir rendah.
Dampak pada ibu:
1) Dapat menimbulkan sianosis
2) Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
3) Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan
Kegagalan jantung mendadak
4) Lidah dapat tergigit
5) Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
6) Gangguan fungsi ginjal
7) Perdarahan
8) Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus
9) CVD
10) Decompensatio cordis
11) Edema paru
12) Gangguan fungsi hati
13) Gagal ginjal akut
14) DIC
15) Solutio plasenta
16) Asidosis
Dampak pada janin dalam rahim:
1) Asfiksia mendadak
2) Solusio plasenta
3) Persalinan prematuritas
4) Pertumbuhan janin terhambat
5) Gawat janin
6) Oligohidramnion

12.Bagaimana prognosis pada pasien ini?


Prognosis
Risiko rekurensi: 20% akan mengalami hipertensi, dan 16% akan mengalami
Preeklampsia berulang pada kehamilan berikutnya.
Risiko komplikasi obsetrik: wanita dengan preeklampsia memiliki risiko
Komplikasi gangguan pertumbuhan janin, kelahiran preterm, solusio Plasenta,
dan kematian janin dalam rahim.
Efek jangka panjang: wanita yang pernah mengalami preeklampsia memiliki
Risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit kardiovaskular di masa
Mendatang (meliputi hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, dan
Thromboemboli vena) (Norwitz ER, Repke JT, 2015).
Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala
Perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah
Persalinan berakhir, perubahan patofisiologik akan segera pula mengalami
Perbaikan. Prognosis janin pada penderita eklamsia tergolong buruk. Seringkali
janin mati intrauterine atau mati pada fase neonatus karena Memang kondisi
bayi sudah sangat inferior.
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai