Anda di halaman 1dari 45

SKABIES DENGAN INFEKSI SEKUNDER PADA PASIEN ANAK LAKI-LAKI 11 TAHUN:

LAPORAN KASUS DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA


Oleh:
Alisha Nurdya Irzanti

Pembimbing
dr. Asrie Rahayu

PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA


PROGRAM INTERNSHIP DOKTER
UMUM
FEBRUARI 2023 - AGUSTUS 2023
Pendahuluan
Secara global, prevalensi skabies mencapai kisaran 0.2% - 71% yang menjangkit paling banyak pada
negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, skabies merupakan penyakit kulit yang sering ditemui di fasilitas kesehatan tingkat
Preeklampsia
pertama. atau eklampsia
merupakan masalah
kegawatdaruratan dalam obstetrik
Prevalensi skabies 9%, dengan urutan ke-3
dari 12 penyakit kulit yang sering ditemui.
yang berkaitan dengan khususnya
di negara berkembang.

(Engelman, et al., 2019 )


(Riskesdas, 2013)
LAPORAN KASUS
Identitas
1.1 IDENTITAS PASIEN
1. Nama : An. MUHAMMAD AZKA M
2. Jenis Kelamin : Laki - laki
3. Umur : 11 tahun
4. No. Rekam Medis : 0007197
5. Pembiayaan : BPJS
6. Tanggal Masuk : 16 Mei 2023
7. Ruangan : Poli BPU Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
Anamnesa
Keluhan utama: Gatal seluruh tubuh sejak 2 minggu SMRS.

Pasien anak laki laki usia 11 tahun datang ke Poliklinik Umum Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dengan keluhan muncul

bintil kemerahan berisi nanah disertai gatal di tangan, kaki, perut dan kemaluan sejak 2 minggu SMRS. Awalnya, muncul

bercak kemerahan di sela jari tangan kanan antara ibu jari dan telunjuk kemudian menjadi bintil kemerahan dan menyebar ke

telapak tangan, pergelangan tangan, jari-jari serta punggung kedua kaki, bagian perut serta kemaluan pasien. Kemudian bintil

berubah menjadi berisi nanah dan sebagian pecah saat digaruk. Keluhan disertai gatal yang memberat pada saat malam hari. Gatal

dirasakan lebih sering dan hebat sehingga mengganggu tidur pasien, Pasien mempunyai riwayat berkunjung ke rumah kakek yang

mempunyai keluhan yang sama, kemudian saat ini keluhan yang sama juga dirasakan Ayah dan Adik pasien. Pasien belum

mendapatkan pengobatan apapun dan belum pernah mengunjungi dokter. Pasien tidak memiliki riwayat bermain pasir atau tidak

menggunakan alas kaki serta tidak memiliki hewan peliharaan maupun hewan ternak. Pasien tidak memiliki riwayat alergi,

ruam pada kulit, bersin - bersin ataupun mata berair.


Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum & Tanda Vital
16 Mei 2023
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah: 115/70mmHg
Nadi : 82 x/menit, nadi kuat, regular, sama kuat di
keempat ekstrimitas
Pernapasan : 20 x/menit, reguler, kedalaman cukup, dan
bersifat abdominotorakal, pergerakan simetris, auskultasi
vesikular +/+
Suhu : 36.9 oC
Saturasi Oksigen: 98% on room air
Akral : hangat
Status Generalis
Kepala : Edem palpebra ODS

Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/- RCL +/+ RCTL +/+

Leher : KGB tidak teraba membesar, JVP tidak meningkat

Thoraks : Bentuk dan gerak simetris

Cor : Bunyi jantung I dan II regular

Pulmo : SNV kanan = kiri, ronkhi -/- ,

wheezing -/-

Abdomen : Cembung Gravidarum. Striae gravidarum (+), Nyeri tekan pada RUQ dan epigastrium

Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, non pitting edema +/+, reflex patella +/+
Status Obstetrik
Mammae Vulva dan perineum
darah(-), air ketuban(-), lendir(+), flek(+)
Papilla : menonjol +/+
Areola : hiperpigmentasi +/+
Abses : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada

Abdomen
cembung gravida, Striae gravidarum +, linea nigra + Pemeriksaan Dalam

Pembukaan : Tidak ada


TFU : 24 cm
DJJ : 133x Portio : Tebal
Leopold I : kepala Ketuban : +
Leopold II : punggung di kiri Presentasi : bokong
Leopold III : bokong Hodge :-
Leopold IV : konvergen
Pemeriksaan
Penunjang
USG

Dilakukan pada tanggal 18/07/22


Diagnosa
G2P0A1 gravida 31-32 minggu + Impending eklampsia

Tanda dan gejala klasik Laboratorium

Nyeri ulu hati


“Type a quote here.” Proteinuria 100mg/dL

Wajah dan kaki yang bengkak (+2)

Nyeri kepala, penglihatan mata buram, kejang, SGOT 66 U/L

demam, keluar air-air dan mulas disangkal. –Johnny Appleseed SGPT 52 U/L

BAk terakhir sore hari dan dirasa lebih sedikit

dibanding biasanya

Riwayat darah tinggi selama dan sebelum

kehamilan disangkal
Tatalaksana
Penatalaksanaan Umum

1. Tirah baring

2. O2 3lpm

3. Pasang kateter urine untuk monitoring urine output —> 100ml

4. Observasi tanda vital, refleks fisiologis dan denyut jantung janin

5. Dampingi pasien, karena khawatir terjadinya kejang


1.

Penatalaksanaan Medikamentosa

1. Inj. Ranitidin 1 Amp

2. Inj. Ondansetron 8mg

3. Antihipertensi  Nifedipin 10mg sublingual

4. Pemberian antikonvulsan untuk mencegah kejang  MgSO4

Loading dose: initial dose 4 gram MgSO4 intravena (40% dalam 10cc) selama 15 menit

Maintenance dose: Diberikan infus 6 gr (15cc) dalam larutan Ringer Laktat/6 jam
Tatalaksana
Penatalaksanaan Obstetrik

1. Konsul dr. Tiwi Sp. OG 1. Konsul dr. Annisya Sp. OG

Advice: Advice:

Nifedipin 10mg / 20 menit maximal 4x ->


Persiapan rujuk RS Aulia dengan dr. Annisya
Cek TD setiap masuk nifedipin
Sp.OG untuk terminasi SC CITO -> anak pasang
Target penurunan MAP 20% dari TD awal
CPAP
Rujuk dengan Hipertensi Emergensi +
Selamatkan Ibu terlebih dahulu
Impending Eklampsia

Lanjut MgSO4 1gr/jam

Inj. Dexamethasone 12mg Single Dose


Tatalaksana
Penatalaksanaan Obstetrik

TTV post MgSo4 sebelum rujuk

TD 175/113

N 98

RR 20

S 36.7

Spo2 98
Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad malam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam


TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Preeklampsia adalah kenaikan tekanan darah yang baru terjadi pada kehamilan/diatas usia kehamilan 20
minggu disertai adanya gangguan organ atau adanya protein urin, namun jika protein urin tidak didapatkan, salah
satu gejala dan gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis preeklampsia, yaitu; 25
A. Trombositopenia, trombosit < 100.000 / mikroliter
B. Gangguan ginjal, kreatinin serum >1,1 mg/dL
C. Gangguan liver, peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah
epigastrik / regio kanan atas abdomen.
D. Edema Paru
E. Gejala neurologis, nyeri kepala, gangguan visus
F. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta : Oligohidramnion,
Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent orreversed end diastolic velocity (ARDV).

PNPK. DIagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklampsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
Faktor Risiko
Usia

Paritas

Riwayat preeklampsia sebelumnya

Kehamilan multipel

Riwayat penyakit sebelumnya

Jarak antara kehamilan

Indeks Massa Tubuh

Usia kehamilan
PNPK. DIagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklampsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
Klasifikasi
Hipertensi kronik
Hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
atau hipertensi yang menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan

Preeklampsia
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria /
salah satu gangguan organ

Eklampsia
Preeklampsia yang disertai dengan kejang-keiang dan/atau koma

Superimposed Preeklampsia
Hipertensi kronik yang disertai tanda preeklampsia atau hipertensi kronik dengan
proteinuria

Hipertensi Gestasional (transient hypertension)


a.
Hipertensi
Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik yang timbul
disertai tanda-tanda pada kehamilan
preeklampsia tanpakronik
atau hipertensi disertai proteinuria
disertai dan hipertensi
proteinuria.
menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda
Hipertensi gestasional (disebur juga transient hypertension) adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3
b.
preeklampsia tetapi tanpa proteinuria
bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria

Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy tahun 2011
Etiopatogenesis
\
Diagnosa
Tanda dan gejala klasik Laboratorium

1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg 1. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
“Type a quote here.” 2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL
lengan yang sama.
3. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
2. Oliguria, produksi urin < 500 cc/24 jam

3. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen

4. Edema –Johnny Appleseed

5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus

6. Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi

uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau

didapatkan absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).


PNPK. DIagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklampsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
Task Force on Hypertension in Pregnancy, American College of Obstetricians and Gynecologist. Hypertension in Pregnancy. Washington: ACOG. 2013
Tatalaksana Umum
Jika pasien tidak bernafas:

Bebaskan jalan nafas

Berikan O2 dengan sungkup

Lakukan intubasi jika diperlukan

Jika pasien kehilangan kesadaran / koma:

Bebaskan jalan nafas

Baringkan pada satu sisi

Ukur suhu

Periksa apakah ada kaku kuduk

Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.


Tatalaksana Umum

Jika pasien kejang (Eklampsia)

Baringkan pada satu sisi

Bebaskan jalan nafas

Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh dari tempat tidur

Berikan anti konvulsan

Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.


Anti Konvulsan
Magnesium Sulfat (MgSO4)

Loading dose: initial dose


4 gram MgSO4 intravena (40% dalam 10cc) selama 15 menit

Maintenance dose:
Diberikan infus 6 gram (15cc) dalam larutan Ringer/6 jam; atau diberikan 4 atau
5 gr intramuskular. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gr intramuskular
tiap 4-6 jam

Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.


Syarat Pemberian MgSO4

Harus tersedia antidotum MgSO4, bila


STOP PEMBERIAN MgSO4 APABILA:
terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas Tanda intoksikasi (kelemahan otot, hipotensi,
refleks fisiologis menurun, fungsi jantung
10% = 1 gr (10% dalam 10cc) diberikan terganggu, depresi SSP, kelumpuhan)
Pemberian telah dilakukan sampai 24 jam
intravena selama 3 menit pascasalin, atau jika dalam 6 jam pascasalin terjadi
perbaikan (normotensif).
Refleks patella kuat, dan

Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit dan

tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.

Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.


Anti Hipertensi

Antihipertensi direkomendasikan pada preeklampsia dengan hipertensi berat,


atau tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg.
Target penurunan tekanan darah adalah sistolik < 160 mmHg dan diastolik < 110
mmHg.
Pemberian antihipertensi pilihan pertama adalah nifedipin oral short acting,
hidralazine dan labetalol parenteral.
Alternatif pemberian antihipertensi yang lain adalah nitogliserin, metildopa,
labetalol

Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.


Tatalaksana - terhadap kehamilan
Perawatan aktif (agresif)
dimana sambil diberi pengobatan, kehamilan diakhiri/diterminasi.

PNPK. DIagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklampsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Tatalaksana - terhadap
kehamilan

Perawatan konservatif
a) Bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa

disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan

keadaan janin baik.

b ) Observasi dan evaluasi sama seperti

perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri.

c) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan,

dianggap medikamentosa gagal dan harus

diterminasi.
Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Pencegahan - Primer

1. Perlu dilakukan skrining risiko terjadinya preeklampsia untuk setiap wanita hamil
sejak awal kehamilannya

2. Dapat dilakukan pemeriksaan skrining preeklampsia selain menggunakan riwayat


medis pasien seperti penggunaan biomarker dan USG Doppler Velocimetry

PNPK. DIagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklampsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
Pencegahan - Sekunder

Istirahat

Aspirin dosis rendah

Penggunaan aspirin dosis rendah 75mg/hari dan suplemen kalsium (minimal 1g/hari) direkomendasikan

sebagai prevensi preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi terjadinya preeklampsia

Suplementasi kalsium

Suplementasi antioksidan - Pemberian vitamin C dan E tidak direkomendasikan untuk diberikan dalam

pencegahan preeklampsia.

PNPK. DIagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklampsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
Komplikasi
1. Pada ibu :

a. Eklampsia

b. Sindrom HELLP

c. Solusio plasenta

d. Sistem saraf pusat seperti perdarahan intrakranial, trombosis vena sentral, hipertensi ensefalopati

e. Gastrointestinal-hepatik seperti subkapsular hematoma hepar, ruptur kapsul hepar

f. Ginjal seperti gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut

g. Hematologik seperti DIC, trombositopenia, dan hematoma luka operasi

h. Kardiopulmonar seperti edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, cardiac arrest, iskemia miokardium

i. Lain-lain seperti asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendalikan.


Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Komplikasi
1. Pada janin :

a. Intrauterine growth restriction (IUGR)

b. Prematuritas

c. Sindroma distres napas

d. Kematian janin intrauterin

e. Kematian neonatal perdarahan intraventrikular

f. Necrotizing enterocolitis

g. Sepsis

h. Cerebral palsy
Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Sindrom HELLP
preeklampsia-eklampsia yang disertai timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan

trombositopenia

Rimaitis, K, et al. Diagnosis of HELLP Syndrome: A 10-Year Survey in a Perinatology Centre. International Journal of Environmental Research and Public Health. 2019.
PEMBAHASAN
Pembahasan
Wanita yang mengalami preeklampsia atau eklampsia dengan tekanan
G2P0A1 hamil 31-32 minggu dengan keluhan utama nyeri pada
ulu hati, mual hebat tanpa disertai muntah. Keluhan berupa darah >160/110 seringkali mengalami nyeri pada epigastrium dan edema
penglihatan kabur, nyeri kepala, dan sesak disangkal. Tekanan
sehingga termasuk sebagai salah satu kriteria diagnosis preeklampsia.
darah 226/124 mmHg bengkak pada mata dan ekstremitas, nyeri
tekan pada abdomen regio RUQ dan epigastrium. Pada pasien ini usia kehamilan 31-32 minggu dan tidak ada riwayat

hipertensi sebelum kehamilan dan sebelum usia kehamilan 20 minggu,

sehingga kita dapat memastikan bahwa hipertensi ini terjadi sebagai

komplikasi dari kehamilan.

Proteinuria ditegakkan jika didapatkan secara kuantitatif produksi


Pada pasien ini didapatkan proteinuria +2 / 100mg/dL protein urin lebih dari 300 mg per 24 jam, namun jika hal ini tidak

dapat dilakukan, pemeriksaan dapat digantikan dengan pemeriksaan

semikuantitatif menggunakan dipstik urin > 1+


Pembahasan
Untuk preeklampsia berat, terdapat dua kriteria tatalaksana yaitu

tatalaksana konservatif dan tatalaksana aktif. Pada pasien ini


Pasien dirujuk RS Aulia dengan dr. Annisya Sp.OG untuk terminasi
SC CITO
karena usia kehamilan <37 minggu dan menunjukkan tanda gejala

impending eklampsia sehingga dilakukan tatalaksana aktif berupa

terminasi. Persalinan pervaginam tidak dipilih karena keadaan

umum ibu yang tampak kesakitan serta akibat presentasi bayi

Dari
yaitu segi usia kehamilan belum termasuk viabel yaitu ≤ 34
bokong.
Pasien diberikan Inj. Dexamethasone 12mg Single Dose minggu, oleh karena itu pasien diberikan inj. Dexamethasone

berfungsi untuk pematangan paru. Kortikosteroid diberikan pada

usia kehamilan ≤ 34 minggu berfungsi untuk menurunkan risiko

RDS dan mortalitas janin serta neonatal.


Pembahasan
Pasien diberikan antikonvulsan untuk mencegah kejang  MgSO4
Loading dose: initial dose 4 gram MgSO4 intravena (40% dalam MgSO4 diberikan sebagai profilaksis untuk mencegah
10cc) selama 15 menit terjadinya kejang atau eklampsia. Initial dose 4 gram MgSO4
Maintenance dose: Diberikan infus 6 gr (15cc) dalam larutan
Ringer/6 jam intravena (40% dalam 10cc) selama 15 menit. Dilanjutkan
dengan pemberian maintenance dose 6g MgSO4 40% 15 cc
diencerkan dalam 500cc Ringer Laktat diberikan selama 6
jam.
Nifedipin adalah obat antihipertensi golongan Ca-channel
Pasien diberi obat antihipertensi Nifedipine 10 mg blocker dan pilihan utama obat antihipertensi pada ibu hamil.
tablet sublingual saat di IGD
Advice dr. Anisya Sp. OG: Regimen yang direkomendasikan adalah 10 mg kapsul oral,
Nifedipin 10mg / 20 menit maximal 4x -> Cek TD setiap masuk
diulang tiap 15 – 30 menit, dengan dosis maksimum 30 mg.
nifedipin
Target penurunan MAP 20% dari TD awal Nifedipin sublingual memiliki efek vasodilatasi yang
sangat cepat, sehingga sebaiknya dihindari untuk
meminimalkan terjadinya hipotensi maternal dan fetal
distress akibat hipoperfusi plasenta.
Pembahasan
Pasien dipasang kateter urine untuk monitoring urine output —>
100ml Folley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria

terjadi bila produksi urin <30 cc/jam dalam 2-3 jam atau <500

cc/24 jam.

Pasien didiagnosa dengan G2P0A1 H 31-32 minggu + Impending


Eklampsia Preeklampsia berat yang diikuti dengan nyeri kepala hebat,
Pasien dapat diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila
gangguan visus dan serebral, nyeri epigastrium, muntah, dan

mendadak kejang, dapat menghindari risiko aspirasi


kenaikanasam lambung.
progresif tekanan darah disebut dengan impending

eklampsia.
Pembahasan

Diagnosis diferensial pada pasien ini adalah

Sindrom HELLP. Pada pasien ini didapatkan


 peningkatan enzim SGOT SGPT, namun tidak

terdapat penurunan trombosit. Jika terjadi

peningkatan LDH dapat ditegakkan diagnosis yaitu

partial hellp syndrome, namun pada pasien ini tidak

dapat diperiksa oleh karena keterbatasan fasilitas.


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan Saran
Diagnosis pada kasus ini adalah G2P0A1 hamil 31 - 32 minggu dengan Impending Eklampsia.

Impending Eklampsia dan Preeklampsia merupakan masalah penting dalam obstetrik yang berkaitan dengan

komplikasi yang dapat terjadi pada keduanya baik pada ibu maupun janin. Dalam penatalaksanaan preeklampsia

berat memerlukan waktu yang cepat untuk meminimalkan terjadinya komplikasi ibu dan janin, sehingga sangat

penting bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal care di fasilitas kesehatan untuk mengetahui

perkembangan janin dan dapat melakukan screening lebih awal.

Penanganan kasus ini sudah ditatalaksana dengan tepat, baik dari IGD maupun saat konsul dengan DPJP.

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan apabila terdapat fasilitas yang lebih lengkap yaitu pemeriksaan penunjang

tambahan seperti LDH untuk mengetahui ada tidaknya komplikasi sindrom HELLP pada pasien.
Kesimpulan dan Saran

Peningkatan tekanan darah yang terjadi pada saat hamil bisa terus berlanjut lebih dari 12 minggu pasca

persalinan. Hal tersebut menunjukan hipertensi pada preeklampsia yang berkembang menjadi hipertensi kronik.

Pada ibu dengan riwayat preeklampsia akan meningkatkan risiko hipertensi pada kehamilan selanjutnya. Sehingga

pasien dapat disarankan untuk kontrol rutin mengenai hipertensi, diberikan aspirin 75mg/hari sebagai prevensi

preeklampsia sebelum usia kehamilan 20 minggu, dan suplementasi ca dengan dosis minimal 1g/hari.
Daftar Pustaka

1. Soewarto S. Kematian Janin. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2013: 732-5.
2. Ardy CA. G3P2A0, 38 Tahun, Gravida 28 Minggu, Janin Tunggal Mati, Intrauterin, Presentasi Bokong, Letak Sungsang, Belum Inpartu dengan
Intrauterine Fetal Death (IUFD). Medula. 2013; 1(2): 11-8.
3. Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
4. PNPK. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal. “DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA
PREEKLAMPSIA”. 2016.
5. Rimaitis, K, et al. Diagnosis of HELLP Syndrome: A 10-Year Survey in a Perinatology Centre. International Journal of Environmental Research
and Public Health. 2019.

Anda mungkin juga menyukai