Pembimbing
dr. Asrie Rahayu
Pasien anak laki laki usia 11 tahun datang ke Poliklinik Umum Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dengan keluhan muncul
bintil kemerahan berisi nanah disertai gatal di tangan, kaki, perut dan kemaluan sejak 2 minggu SMRS. Awalnya, muncul
bercak kemerahan di sela jari tangan kanan antara ibu jari dan telunjuk kemudian menjadi bintil kemerahan dan menyebar ke
telapak tangan, pergelangan tangan, jari-jari serta punggung kedua kaki, bagian perut serta kemaluan pasien. Kemudian bintil
berubah menjadi berisi nanah dan sebagian pecah saat digaruk. Keluhan disertai gatal yang memberat pada saat malam hari. Gatal
dirasakan lebih sering dan hebat sehingga mengganggu tidur pasien, Pasien mempunyai riwayat berkunjung ke rumah kakek yang
mempunyai keluhan yang sama, kemudian saat ini keluhan yang sama juga dirasakan Ayah dan Adik pasien. Pasien belum
mendapatkan pengobatan apapun dan belum pernah mengunjungi dokter. Pasien tidak memiliki riwayat bermain pasir atau tidak
menggunakan alas kaki serta tidak memiliki hewan peliharaan maupun hewan ternak. Pasien tidak memiliki riwayat alergi,
Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/- RCL +/+ RCTL +/+
wheezing -/-
Abdomen : Cembung Gravidarum. Striae gravidarum (+), Nyeri tekan pada RUQ dan epigastrium
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, non pitting edema +/+, reflex patella +/+
Status Obstetrik
Mammae Vulva dan perineum
darah(-), air ketuban(-), lendir(+), flek(+)
Papilla : menonjol +/+
Areola : hiperpigmentasi +/+
Abses : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Abdomen
cembung gravida, Striae gravidarum +, linea nigra + Pemeriksaan Dalam
demam, keluar air-air dan mulas disangkal. –Johnny Appleseed SGPT 52 U/L
dibanding biasanya
kehamilan disangkal
Tatalaksana
Penatalaksanaan Umum
1. Tirah baring
2. O2 3lpm
Penatalaksanaan Medikamentosa
Loading dose: initial dose 4 gram MgSO4 intravena (40% dalam 10cc) selama 15 menit
Maintenance dose: Diberikan infus 6 gr (15cc) dalam larutan Ringer Laktat/6 jam
Tatalaksana
Penatalaksanaan Obstetrik
Advice: Advice:
TD 175/113
N 98
RR 20
S 36.7
Spo2 98
Prognosis
PNPK. DIagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklampsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
Faktor Risiko
Usia
Paritas
Kehamilan multipel
Usia kehamilan
PNPK. DIagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklampsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
Klasifikasi
Hipertensi kronik
Hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
atau hipertensi yang menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan
Preeklampsia
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria /
salah satu gangguan organ
Eklampsia
Preeklampsia yang disertai dengan kejang-keiang dan/atau koma
Superimposed Preeklampsia
Hipertensi kronik yang disertai tanda preeklampsia atau hipertensi kronik dengan
proteinuria
Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy tahun 2011
Etiopatogenesis
\
Diagnosa
Tanda dan gejala klasik Laboratorium
1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg 1. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
“Type a quote here.” 2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL
lengan yang sama.
3. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
2. Oliguria, produksi urin < 500 cc/24 jam
Ukur suhu
Maintenance dose:
Diberikan infus 6 gram (15cc) dalam larutan Ringer/6 jam; atau diberikan 4 atau
5 gr intramuskular. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gr intramuskular
tiap 4-6 jam
PNPK. DIagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklampsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Tatalaksana - terhadap
kehamilan
Perawatan konservatif
a) Bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa
diterminasi.
Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Pencegahan - Primer
1. Perlu dilakukan skrining risiko terjadinya preeklampsia untuk setiap wanita hamil
sejak awal kehamilannya
PNPK. DIagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklampsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
Pencegahan - Sekunder
Istirahat
Penggunaan aspirin dosis rendah 75mg/hari dan suplemen kalsium (minimal 1g/hari) direkomendasikan
sebagai prevensi preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi terjadinya preeklampsia
Suplementasi kalsium
Suplementasi antioksidan - Pemberian vitamin C dan E tidak direkomendasikan untuk diberikan dalam
pencegahan preeklampsia.
PNPK. DIagnosis dan Tatalaksana Pre-Eklampsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
Komplikasi
1. Pada ibu :
a. Eklampsia
b. Sindrom HELLP
c. Solusio plasenta
d. Sistem saraf pusat seperti perdarahan intrakranial, trombosis vena sentral, hipertensi ensefalopati
h. Kardiopulmonar seperti edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, cardiac arrest, iskemia miokardium
b. Prematuritas
f. Necrotizing enterocolitis
g. Sepsis
h. Cerebral palsy
Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Sindrom HELLP
preeklampsia-eklampsia yang disertai timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan
trombositopenia
Rimaitis, K, et al. Diagnosis of HELLP Syndrome: A 10-Year Survey in a Perinatology Centre. International Journal of Environmental Research and Public Health. 2019.
PEMBAHASAN
Pembahasan
Wanita yang mengalami preeklampsia atau eklampsia dengan tekanan
G2P0A1 hamil 31-32 minggu dengan keluhan utama nyeri pada
ulu hati, mual hebat tanpa disertai muntah. Keluhan berupa darah >160/110 seringkali mengalami nyeri pada epigastrium dan edema
penglihatan kabur, nyeri kepala, dan sesak disangkal. Tekanan
sehingga termasuk sebagai salah satu kriteria diagnosis preeklampsia.
darah 226/124 mmHg bengkak pada mata dan ekstremitas, nyeri
tekan pada abdomen regio RUQ dan epigastrium. Pada pasien ini usia kehamilan 31-32 minggu dan tidak ada riwayat
Dari
yaitu segi usia kehamilan belum termasuk viabel yaitu ≤ 34
bokong.
Pasien diberikan Inj. Dexamethasone 12mg Single Dose minggu, oleh karena itu pasien diberikan inj. Dexamethasone
terjadi bila produksi urin <30 cc/jam dalam 2-3 jam atau <500
cc/24 jam.
eklampsia.
Pembahasan
Impending Eklampsia dan Preeklampsia merupakan masalah penting dalam obstetrik yang berkaitan dengan
komplikasi yang dapat terjadi pada keduanya baik pada ibu maupun janin. Dalam penatalaksanaan preeklampsia
berat memerlukan waktu yang cepat untuk meminimalkan terjadinya komplikasi ibu dan janin, sehingga sangat
penting bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal care di fasilitas kesehatan untuk mengetahui
Penanganan kasus ini sudah ditatalaksana dengan tepat, baik dari IGD maupun saat konsul dengan DPJP.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan apabila terdapat fasilitas yang lebih lengkap yaitu pemeriksaan penunjang
tambahan seperti LDH untuk mengetahui ada tidaknya komplikasi sindrom HELLP pada pasien.
Kesimpulan dan Saran
Peningkatan tekanan darah yang terjadi pada saat hamil bisa terus berlanjut lebih dari 12 minggu pasca
persalinan. Hal tersebut menunjukan hipertensi pada preeklampsia yang berkembang menjadi hipertensi kronik.
Pada ibu dengan riwayat preeklampsia akan meningkatkan risiko hipertensi pada kehamilan selanjutnya. Sehingga
pasien dapat disarankan untuk kontrol rutin mengenai hipertensi, diberikan aspirin 75mg/hari sebagai prevensi
preeklampsia sebelum usia kehamilan 20 minggu, dan suplementasi ca dengan dosis minimal 1g/hari.
Daftar Pustaka
1. Soewarto S. Kematian Janin. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2013: 732-5.
2. Ardy CA. G3P2A0, 38 Tahun, Gravida 28 Minggu, Janin Tunggal Mati, Intrauterin, Presentasi Bokong, Letak Sungsang, Belum Inpartu dengan
Intrauterine Fetal Death (IUFD). Medula. 2013; 1(2): 11-8.
3. Prawirohardjo, Sarwono., 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
4. PNPK. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal. “DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA
PREEKLAMPSIA”. 2016.
5. Rimaitis, K, et al. Diagnosis of HELLP Syndrome: A 10-Year Survey in a Perinatology Centre. International Journal of Environmental Research
and Public Health. 2019.