Oleh:
Alisha Nurdya Irzanti
Pembimbing
dr. Dimas Radityo, Sp.OG
RSUD JAGAKARSA
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER UMUM
AGUSTUS 2022 - FEBRUARI 2023
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Oleh:
Alisha Nurdya Irzanti
Pembimbing
dr. Dimas Radityo, Sp.OG
RSUD JAGAKARSA
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER UMUM
AGUSTUS 2022 - FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Preeklampsia atau eklampsia merupakan masalah kegawatdaruratan dalam
obstetrik yang berkaitan dengan komplikasi yang dapat terjadi pada keduanya
baik pada ibu maupun janin khususnya di negara berkembang. Pada negara
berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% sampai 0,7%, sedangkan di
negara-negara maju angka eklampsia lebih kecil, yaitu 0,05% sampai 0,1%. Di
Indonesia preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu
berkisar 1,5% sampai 25% sedangkan kematian bayi antara 45% sampai 50%.1,2
Sebuah penelitian yang dilakukan di beberapa Rumah Sakit di Jakarta
menunjukkan bahwa nulipara memiliki risiko preeklampsia berat 78% lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita multipara. Selain itu, ditemukan juga bahwa wanita
berpendidikan rendah lebih berisiko dibandingkan wanita berpendidikan sedang
dan tinggi. 13 Penelitian lain mengenai preeklampsia berat di negara
berpenghasilan rendah dan menengah menunjukkan bahwa karakteristik
sosiodemografi dan usia ibu di atas 30 tahun meningkatkan risiko preeklampsia
berat dan eklampsia.14
Studi ini merupakan studi kualitatif dengan pendekatan laporan kasus.
Kasus diambil dari IGD PONEK Rumah Sakit Umum Daerah Jagakarsa pada
tanggal 22 Agustus 2022. Data yang diambil adalah data primer yaitu pemeriksaan
fisik pasien dan data sekunder yaitu autonamnesis serta pemeriksaan penunjang
pasien.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui kasus ibu
hamil dengan preeklampsia berat yang mencakup definisi, etiologi, penegakkan
diagnosis hingga tatalaksana dan komplikasi yang dapat terjadi.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Keterangan Umum
Nama : Ny. TA
No RM : 00131721
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMA
II. Anamnesis
Kebinanan (PONEK).
Jagakarsa dengan keluhan utama nyeri ulu hati yang dirasakan sejak kemarin
malam dan memberat sore hari ini. Keluhan disertai mual hebat namun tidak
Keluhan lain berupa wajah dan kaki yang bengkak dirasa sejak sore hari.
Tidak ada keluhan nyeri kepala maupun penglihatan mata buram. Tidak ada
spesialis kandungan. Pasien mengaku belum pernah merasakan keluhan seperti ini
darah tinggi sebelum kehamilan pun tidak ada. Riwayat darah tinggi saat
kehamilan pertama juga tidak ada. Pasien mengaku selama ini pergerakan janin
aktif. Riwayat terjatuh tidak ada, trauma pada abdomen tidak ada. Pasien tidak
merokok dan tidak pernah meminum minuman beralkohol. Pasien tidak memiliki
tidak ada. Riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus pada keluarga tidak
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa serta tidak memiliki
penyakit-penyakit lain.
• Riwayat Kebiasaan
• Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
TP : 22 September 2022
UK : 31-32 minggu
• Riwayat Obstetri
2 Hamil ini
• Riwayat Perkawinan
• Riwayat Kontrasepsi
Tanda vital
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7 0C
SpO2 : 98%
Status Generalis
Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/- RCL +/+ RCTL +/+
Abdomen : Cembung Gravidarum. Striae gravidarum (+), Nyeri tekan pada RUQ
dan epigastrium
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik, non pitting edema +/+, reflex patella +/
Status Obstetrik
DJJ : 133x
Leopold I : kepala
Leopold IV : konvergen
Pemeriksaan Dalam
▪ Portio : Tebal
▪ Ketuban :+
▪ Presentasi : bokong
▪ Hodge :-
• Laboratorium darah
Golongan darah :B
Hb : 12,7 g/dL
Ht : 37%
Trombosit : 192.000/uL
Leukosit : 13.500/uL
• Fungsi Ginjal
Ureum : 20 mg/dL
• Fungsi Hati
SGOT : 66 U/L
SGPT : 52 U/L
• Urinalisa
PH :7
Glukosa : NEGATIF
Keton : NEGATIF
Bilirubin : NEGATIF
Darah : +3
Nitrit : NEGATIF
Eritrosit : 15-20/LPB
Kristal : NEGATIF
• USG
V. Diagnosis
VI. Tatalaksana
• Penatalaksanaan Umum
1. Tirah baring
2. O2 3lpm
10
• Penatalaksanaan Medikamentosa
Loading dose: initial dose 4 gram MgSO4 intravena (40% dalam 10cc)
selama 15 menit
• Penatalaksanaan Obstetrik
Advice:
Advice:
11
VIII. Prognosis
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Preeklampsia
1. Definisi
dapat mengenai setiap sistem organ. Preeklampsia merupakan penyulit yang akut
dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Kriteria terbaru tidak lagi
1,
morbiditas dan mortalitas secara signifikan dalam waktu singkat.
160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai dengan proteinuria
lebih dari 5g/24 jam. Preeklampsia berat dibagi menjadi preeklampsia berat tanpa
gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri
2. Epidemiologi
mortalitas ibu hamil di dunia khususnya negara berkembang. Pada negara berkembang
13
maju angka eklampsia lebih kecil, yaitu 0,05% sampai 0,1%. Di Indonesia
preeklampsia berat dan eklampsi merupakan penyebab kematian ibu berkisar 1,5%
3. Faktor Risiko
1. Usia
Ibu dengan usia ≥40 tahun memiliki risiko 2 kali lipat lebih besar untuk
risiko preeklampsia meningkat hingga 30% setiap penambahan 1 tahun setelah ibu
mencapai usia 34 tahun. Sedangkan ibu yang hamil di usia muda cenderung tidak
2. Paritas
preeklampsia sebanyak 3 kali lipat. Sedangkan ibu yang masuk ke dalam golongan
multipara adalah ibu yang sudah melahirkan lebih dari 1 kali dan tidak lebih dari 4 kali,
14
risiko 7 kali lipat lebih besar untuk mengalami preeklampsia pada kehamilan
berikutnya.1
4. Kehamilan multipel
Ketika seorang ibu mengandung lebih dari 1 janin dalam kandungannya, maka
risiko ibu tersebut mengalami preeklampsia meningkat hampir 3 kali lipat. Satu buah
preeklampsia 3 kali lipat lebih besar dari pada ibu hamil dengan 2 janin.1
5. Penyakit terdahulu
lebih tinggi dari pada ibu yang tidak menderita hipertensi kronik. Berdasarkan
perinatal bayi yang kecil untuk umur kehamilan tersebut, dan persalinan sebelum umur
kehamilan 32 minggu yang lebih tinggi. Sedangkan untuk ibu yang sebelumnya
secara signifikan.1,2
15
seksual. Risiko pada kehamilan kedua atau ketiga secara langsung berhubungan dengan
waktu persalinan sebelumnya. Ketika intervalnya adalah lebih dari sama dengan 10
tahun, maka risiko ibu tersebut mengalami preeklampsia adalah sama dengan ibu yang
preeklampsia pada setiap peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort
mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa tubuh >35 memiliki risiko untuk
8. Usia kehamilan
onset dari preeklampsia. Preeklampsia early-onset terjadi pada usia kehamilan <34
minggu, sedangkan late onset muncul pada usia kehamilan >34 minggu. Preeclampsia
early onset merupakan gangguan kehamilan yang dapat mengancam jiwa ibu maupun
dibuktikan dengan preeklampsia yang terjadi pada usia kehamilan 20 minggu adalah
16
4. Etiopatogenesis
dalam kehamilan lebih mungkin timbul pada perempuan yang terpajan vili
korionik untuk pertama kalinya, tepajan vili korionik dalam jumlah besar seperti
pada kehamilan ganda atau mola hidatidosa, telah memiliki penyakit ginjal atau
faktor pada ibu, plasenta, dan janin. Faktor-faktor yang saat ini dianggap penting
mencakup:1,2,3
uterus. Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
pada gambar 1.1, arteriola spiralis uteri mengalami remodeling ekstensif atau
17
Gambar 1.1 Implantasi plasenta normal (sebelah kiri) dan plasenta pada
kehamilan preeklampsia (sebelah kanan)
cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat sehingga dapat menjamin
lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri
spiralis tidak mungkin mengalami distensi dan vasodilatasi. Selain itu lipid
Sel yang dipenuhi lipid semcam ini disebut aterosis dan akan mengalami
plasenta.
18
plasental dan fetal. Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak
adanya “hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human
respon imun, sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi. Adanya HLA-G pada
plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh Natural Killer (NK)
ibu. Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke
yang terjadi pada kehamilan normal. Teori menyatakan bahwa difungsi sel
Secara singkat, sitokin, seperti TNF-α dan interleukin (IL) mungkin berperan
ditandai dengan terdapatnya spesies oksigen reaktif dan radikal bebas yang
mencakup produksi sel busa, makrofag yang penuh lipid yang tampak pada
19
kaitan dengan preeklamsia. Tujuh dari gen ini adalah MTHFR (C677T)
5. Patofisiologi
Pada wanita hamil normal prostasiklin endotel mencapai 8-10 kali lipat lebih
tinggi daripada wanita yang tidak hamil. Namun pada wanita preeklamsi peningkatan
ini hanya terjadi 1-2 kali lipat. Di samping itu pada wanita preeklamsi tromboksan
meningkat lebih banyak bila dibandingkan dengan wanita normal. Karena prostasiklin
preeklamsi. Itulah mengapa profil lipid yang abnormal merupakan penanda penting
20
1. Perubahan kardiovaskuler
peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata
secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik atau kristaloid intravena, dan
penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita
preeklampsia dan eklampsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan
air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,
21
sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan
salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang
menunjukan tanda preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya
skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan preedaran
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada
5. Uterus
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi
gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim
22
6. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema
paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya aspirasi
6. Diagnosis Klinis
Dua gejala yang paling penting pada preeklampsia adalah hipertensi dan
proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari oleh wanita
hamil. Pada saat keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, dan nyeri
epigastrium mulai timbul, hipertensi dan proteinuria yang terjadi biasanya sudah berat.4
peringatan awal yang muncul adalah peningkatan tekanan darah. Tekanan diastolik
merupakan tanda prognostik yang lebih baik dibandingkan tekanan sistolik. Tekanan
oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung pada
Salah satu kriteria diagnosis preeklampsia berat yaitu tekanan darah sistolik
lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari 110 mmHg pada dua kali pemeriksaan
yang setidaknya berjarak 6 jam dengan ibu posisi tirah baring. Hipertensi ini sering
terjadi sangat tiba-tiba. Banyak primigravida dengan usia muda memiliki tekanan darah
23
Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dan kenaikan berat badan yang
tiba-tiba dan berlebihan merupakan tanda awal preeklampsia. Peningkatan berat badan
sekitar 0.45 kg per minggu adalah normal, tetapi bila lebih dari 1 kg dalam seminggu
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba serta berlebihan terutama disebabkan oleh
retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema non dependen
yang terlihat jelas, seperti edema kelopak mata, kedua lengan atau tungkai.
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3 gr/liter dalam urin
24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan (+1 sampai 2+ dengan metode dipstik)
atau > 1 gr/liter melalui proses urinalisis dengan menggunakan kateter atau midstream
yang diambil urin sewaktu minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam.5,6
Nyeri kepala sering ditemukan pada kasus preeklampsia ringan maupun berat.
Keluhan nyeri kepala akan lebih sering terjadi pada preeklampsia berat. Nyeri kepala
terasa pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian
analgetik biasa.5,6
Nyeri epigastrium atau nyeri perut kuadran kanan atas merupakan keluhan
yang sering ditemukan pada preeklampsia berat dan dapat menjadi prediktor serangan
kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin disebabkan oleh regangan kapsula
24
skotoma, hingga kebutaan parsial atau total. Keadaan ini disebabkan oleh vasospasme,
preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:1
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di
5. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, scotoma dan
pandangan kabur
6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
8. Hemolisis mikroangiopatik
cepat
25
7. Penatalaksanaan
kehamilannya.1
rawat inap dan dianjurkan untuk tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan
eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria.
Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan output
cairan (melalui urin) menjadi sangat penting. Cairan yang diberikan berupa (a) 5%
ringer-dextrose atau cairan garam faali dengan jumlah tetesan < 125 cc/jam, atau
(b) infus Dextrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus Ringer Laktat
(60-125 cc/jam) 500cc. Selain itu dipasang folley catheter untuk mengukur
pengeluaran urin. Oliguria terjadi bila produksi urin <30 cc/jam dalam 2-3 jam
atau <500 cc/24 jam. Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung
sehingga bila mendadak kejang, dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung
yang sangat asam. Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
26
sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion
kalsium dan ion magnesium). Cara pemberian magnesium sulfat, sebagai berikut:
2. Maintenance dose:
4-6 jam
telah dilakukan sampai 24 jam pascasalin, atau jika dalam 6 jam pascasalin terjadi
refleks fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru,
Furosemida.
27
Pemberian antihipertensi ini masih banyak pendapat tentang penentuan batas (cut
off) tekanan darah, sehingga dalam pemberian antihipertensi ini diserahkan pada
10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam.
Nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat,
28
terbukti memberikan efek samping bagi fetus tidak boleh digunakan karena semua
kardiovaskular fetus. Wanita dengan riwayat hipertensi, ketika ia hamil maka ia harus
ini bekerja dengan menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah
sehingga efek langsung pada nodus SA dan AV minimal, menurunkan resistensi perifer
hipotensi maternal dan fetal distress akibat hipoperfusi plasenta. Kadar puncak tercapai
dalam waktu 30 menit hingga 1 jam dan memiliki waktu paruh 2-3 jam. Nifedipin
29
bekerja secara cepat dalam waktu 10-20 menit setelah pemberian oral dengan efek
samping yang minimal. Antagonis kalsium hanya sedikit sekali yang diekskresi dalam
bentuk utuh lewat ginjal sehingga tidak perlu penyesuaian dosis pada gangguan fungsi
ginjal. Efek samping utama nifedipin terjadi akibat vasodilatasi yang berlebihan. Gejala
yang tampak berupa pusing atau sakit kepala akibat dilatasi arteri meningeal, hipotensi,
refleks takikardia, muka merah, mual, muntah, edema perifer, batuk, dan edema paru.2
banyak mempengaruhi frekuensi dan curah jantung. Efek maksimal tercapai 6-8 jam
setelah pemberian oral atau intravena dan efektivitas berlangsung sampai 24 jam.5,6
janin. Namun, ibu hamil perlu mewaspadai efek sedasi dari metildopa dan terkadang
terjadi peningkatan liver transaminase (tes Coomb positif). Obat ini perlu dihindari
pada wanita dengan riwayat depresi karena dapat menyebabkan peningkatan risiko
ibu. Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2 x 24 jam. Obat ini juga diberikan
30
menjadi:1
keadaan berikut:
31
a) Ibu :
laboratorik memburuk
b) Janin :
4) Terjadinya oligohidramnion
32
33
jam tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan
34
8. Komplikasi
1. Pada ibu :
koma. Kondisi ini dapat terjadi ketika preeklampsia tidak dapat dikontrol.
35
kapsul hepar.
operasi.
terkendalikan.
2. Pada janin :
b. Solusio plasenta
c. Prematuritas
36
g. Necrotizing enterocolitis
h. Sepsis
i. Cerebral palsy
9. Pencegahan
9.1. Primer
9.2. Sekunder
• Istirahat
• Restriksi Garam
tidak direkomendasikan.
• Suplementasi kalsium
37
• Suplementasi antioksidan
WHO melakukan uji klinis acak terkontrol pada wanita hamil usia
preeklampsia (RR 1,0; CI 95% 0,9 - 1,3), eklampsia (RR 1,5; CI 95%
0,3 - 8,9), atau hipertensi gestasional (RR 1,2; CI 95% 0,9 - 1,7).
lahir bayi rendah (RR 0,9; CI 95% 0,8 -1,1), bayi kecil masa
23
(RR 0,8; CI 95% 0,6 – 1,2).
38
BAB III
PEMBAHASAN
IGD Kebidanan RSUD Jagakarsa dengan keluhan utama nyeri pada ulu hati sejak 1
hari SMRS, memberat sejak sore hari ini. Selain itu, pasien juga mengeluhkan
mual hebat tanpa disertai muntah. Keluhan berupa penglihatan kabur, nyeri
kepala, dan sesak disangkal. Pada ada pemerikaan tanda vital didapatkan tekanan
darah 226/124 mmHg dan pada pemeriksaan fisik didapatkan bengkak pada mata
dan ekstremitas, nyeri tekan pada abdomen regio RUQ dan epigastrium.
edema terutama pada kaki sehingga dahulu edema tungkai dimasukkan sebagai salah
satu kriteria diagnosis preeklampsia. Terdapat beberapa jenis hipertensi yang dapat
komplikasi kehamilan apabila sudah mencapai usia kehamilan > 20 minggu. Pada
pasien ini usia kehamilan 31-32 minggu dan tidak ada riwayat hipertensi sebelum
kehamilan dan sebelum usia kehamilan 20 minggu, sehingga kita dapat memastikan
Saat pemeriksaan tekanan darah 226/124 mmHg dimana hal ini masuk dalam
salah satu kriteria diagnosis preeklampsia berat yaitu tekanan darah sistolik ≥ 160
39
invasi trofoblastik yang abnormal. Pada kondisi yang normal, seharusnya terjadi
proses remodelling arteriol spiralis uteri pada saat diinvasi oleh sel-sel trofoblas
muskularis sehingga diameter vaskular membesar. Invasi terjadi secara dangkal pada
lebih setengah lebih kecil dari yang plasentanya normal. Pada awal preeklampsia juga
proliferasi miointimal, dan nekrosis. Lipid dapat berkumpul pada sel miointimal dan
darah serta kurangnya suplai oksigen dan nutrisi ke plasenta. Kondisi iskemik
kemampuan yang baik dalam melepaskan senyawa pemicu vasodilatasi yaitu nitrit
oksida. Selain itu, endotel tersebut juga menghasilkan senyawa pencetus koagulasi
40
produksi tromboksan oleh platelet. Oleh karena itu, rasio perbandingan prostasiklin
dan tromboksan menurun. Hasil akhirnya adalah pembuluh darah akan segera
merupakan suatu asam amino yang bersifat vasokonstriktor poten yang memang
dihasilkan oleh endotel vaskular. Peningkatan senyawa ini terjadi karena proses
aktivasi endotel secara sistemik, bukan dihasilkan dari plasenta yang abnormal.
menyebabkan edema paru maupun otak, sehingga pada tatalaksana ekspektatif juga
perlu dilakukan observasi tanda-tanda edema paru seperti sesak dan tanda edema otak
seperti kejang. Ventrikel kiri jantung juga dapat membesar. Namun, pada pasien ini
tidak ditemukan adanya tanda-tanda edema paru, kelainan pada jantung maupun pada
otak.
41
Pada wanita hamil normal, saat beberapa minggu awal kehamilan, volume
darah dapat mencapai 5000 ml, sedangkan pada wanita yang tidak hamil volume
darah hanya 3500 ml. Namun, pada pasien dengan preeklampsia akan terjadi
permeabilitas.
preeklampsia memang seringkali bersifat asimptomatik. Namun pada saat itu sudah
terjadi plasentasi yang buruk. Jadi, meskipun tanda dan gejala dari preeklampsia baru
muncul pada usia > 20 minggu, sebenarnya perjalanan penyakitnya sudah dimulai
jauh lebih awal. Oleh karena itu, tindakan pencegahan sebaiknya dilakukan sejak
awal kehamilan.
diagnosis yaitu pemeriksaan urine rutin. Proteinuria merupakan salah satu kriteria
diagnosis preeklampsia berat. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang
melebihi 0,3 gr/liter dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan +1
sampai 2+ dengan metode dipstik atau > 1 gr/liter melalui proses urinalisis dengan
menggunakan kateter atau midstream yang diambil urin sewaktu minimal dua kali
Diagnosis diferensial pada pasien ini adalah sindrom hellp. Pada pasien ini
trombosit. Jika terjadi peningkatan LDH dapat ditegakkan diagnosis yaitu partial
42
hellp syndrome, namun pada pasien ini tidak dapat diperiksa oleh karena keterbatasan
fasilitas.
konservatif atau ekspektatif dan tatalaksana aktif. Pada pasien ini karena usia
kehamilan <37 minggu dan menunjukkan tanda gejala impending eklampsia sehingga
terminasi karena terdapat tanda dan gejala impending preeklampsia, dan gangguan
renal.
Pasien mendapat terapi berupa infus Ringer Laktat atau dapat diganti dengan
eklampsia. Initial dose 4 gram MgSO4 intravena (40% dalam 10cc) selama 15
adalah obat antihipertensi golongan Ca-channel blocker dan pilihan utama obat
antihipertensi pada ibu hamil. Obat ini bekerja dengan menghambat influks kalsium
pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis
43
yang berarti.
Pada pasien ini karena usia kehamilan 31-32 minggu dengan presentasi bokong,
maka perlu dilakukan terminasi dengan cara sectio caesarea. Dari segi usia kehamilan
pervaginam tidak dipilih karena keadaan umum ibu yang tampak kesakitan akibat
mungkin tidak akan langsung turun karena bersifat menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan, sehingga ibu dibekali obat antihipertensi untuk dirumah dan rutin kontrol
utama pada ibu hamil khususnya di negara berkembang. Preeklampsia berat yang
terjadi pada pasien ini dapat saja menyebabkan kematian. Mengingat komplikasi
yang dapat terjadi diantaranya eklampsia, HELLP syndrome, stroke, dan gangguan
kardiovaskular. Peningkatan tekanan darah pada ibu hamil akan selalu menjadi
Peningkatan tekanan darah yang terjadi pada saat hamil bisa saja terus berlanjut
lebih dari 12 minggu pasca persalinan. Hal tersebut menunjukan hipertensi pada
44
preeklampsia yang berkembang menjadi hipertensi kronik. Pada ibu dengan riwayat
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
masalah penting dalam obstetrik yang berkaitan dengan komplikasi yang dapat
terjadi pada keduanya baik pada ibu maupun janin. Dalam penatalaksanaan
terjadinya komplikasi ibu dan janin, sehingga sangat penting bagi ibu hamil untuk
Penanganan kasus ini secara garis besar sudah ditatalaksana dengan tepat,
risiko aspirasi asam lambung saat terjadi kejang, serta dapat dilakukan
Peningkatan tekanan darah yang terjadi pada saat hamil bisa terus berlanjut
lebih dari 12 minggu pasca persalinan. Hal tersebut menunjukan hipertensi pada
preeklampsia yang berkembang menjadi hipertensi kronik. Pada ibu dengan riwayat
Sehingga pasien dapat disarankan untuk kontrol rutin mengenai hipertensi, diberikan
46
47
DAFTAR PUSTAKA
3. Cuningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. Williams Obstetrics. Edisi XXI. New York: McGraw-Hill. 2004.
6. Angsar MD. Hipertensi dalam Kehamilan. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2013. Hal 530-61.
7. Cuningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. Hipertensi dalam Kehamilan. Obstetri Williams. Edisi XXIII. Jakarta:
EGC. 2012. Hal 740-94.
48