Anda di halaman 1dari 9

During the COVID-19 pandemic, we witnessed how our health facilities

collapsed and were inadequate against the onslaught of the virus. It is not
clear when Covid-19 will end, so the management of Puskesmas in dealing
with covid 19 still has to run. Post-pandemic, we are also faced with a series
of health problems. We are experiencing four transitions to health problems:
epidemiological, nutritional, demographic, and behavioral. So health services
during and after the pandemic have to run well. However, if there are
outbreaks and extraordinary events at any time, they must be responded to
quickly and reported according to established procedures. Health problems
cannot be solved by health workers alone, but it is necessary to make efforts
to educate the community and empower the community. Through the
Ministry of Health, the government answers the challenges of health
problems in the future by offering six health transformations.

Terjemahan
Selama pandemi COVID-19, kami menyaksikan bagaimana fasilitas kesehatan kami
runtuh dan tidak memadai untuk melawan serangan virus. Bukan itu
jelas kapan Covid-19 akan berakhir, jadi manajemen Puskesmas dalam menangani
dengan covid 19 tetap harus jalan. Pascapandemi, kita juga dihadapkan pada rangkaian
dari masalah kesehatan. Kami mengalami empat transisi ke masalah kesehatan:
epidemiologi, nutrisi, demografi, dan perilaku. Jadi pelayanan kesehatan
selama dan setelah pandemi harus berjalan dengan baik. Namun, jika ada
wabah dan kejadian luar biasa setiap saat, harus ditanggapi
cepat dan dilaporkan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Masalah kesehatan
tidak dapat diselesaikan oleh tenaga kesehatan saja, tetapi perlu dilakukan upaya
mendidik masyarakat dan memberdayakan masyarakat. Melalui
Kementerian Kesehatan, pemerintah menjawab tantangan kesehatan
masalah di masa depan dengan menawarkan enam transformasi kesehatan.

Terminologi
1. Fasilitas Kesehatan (heatlh facilities
- Menurut peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 tentang
fasilitas pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan, 2016), fasilitas kesehatan atau
fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunkan untuk dalam
menjalankan upaya pelayanan kesehatan, baik dari segi promotif, preventif, kuratif, dan
juga rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah atau
masyarakat.
- According to the government regulation of the Republic of Indonesia Number 47 of 2016
concerning health service facilities (Ministry of Health, 2016), a health facility or health
service facility is a tool or place used to carry out health service efforts, both in terms of
promotive, preventive, curative and as well as rehabilitation carried out by the central
government, local government or the community.

2. Manajemen puskesmas ( management of puskesmas )


- Mengelola puskesmas sebagai satu unit organisasi yang didalamnya terdapat sumber
daya manusia , peralatan, anggaran dan program program kegiatan dan lingkunagn
internal dan eksternal memerlukan ilmu menejeman. Menjemen diartikan dalam tiga
rangkain utama yaitu p1 ( perencanaan ), p2 ( penggerakan ), p3 ( pengawasan,
pengendalian , penailaian .
- - Managing the puskesmas as an organizational unit in which there are human resources,
equipment, budgets and activity programs and internal and external environments
requires management knowledge. Management is defined in three main sequences,
namely p1 (planning), p2 (movement), p3 (supervision, control, assessment.
3. Puskesma
- fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. ( peraturan pemenerintan RI No. 75 tahun 2014 )
- health service facilities that carry out community health efforts and individual health
efforts at the first level, by prioritizing promotive and preventive efforts, to achieve the
highest degree of public health in their working area. (RI government regulation No. 75
of 2014)
4. Epidemiolgi ( epidemiological )
- Epidemiologi adalah studi dan analisis distribusi, pola dan determinan
penyakit dan masalah kesehatan lainnya pada populasi tertentu dan
mengaplikasikannya untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
- Epidemiology is the study and analysis of distribution, patterns and determinants
diseases and other health problems in certain populations and apply them to treat
health problems.
5. Nutrisi ( nutrional )
6. Demografi ( demographic )
7. Perilaku ( behavuoral )
- Perilaku sehat adalah tindakan seseorang yang merasa dirinya sehat,
dan bertujuan memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
- Healthy behavior is the act of someone who feels he is healthy, and aims to maintain,
maintain and improve health
8. Kementerian kesehatan ( Ministry of health )
- Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
- Minister is the minister who organizes government affairs in the health sector.
9. Enam transformasi kesehatan ( six health transformasion)
- enam pilar dimaksud terdiri dari Transformasi Layanan Primer, Transformasi Layanan Rujukan, Transformasi
Sistem Ketahanan Kesehatan, Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan, Transformasi SDM Kesehatan,
dan Transformasi Teknologi Kesehatan.
- the six pillars consist of Primary Service Transformation, Referral Service Transformation, Health Resilience
System Transformation, Health Financing System Transformation, Health HR Transformation, and Health
Technology Transformation.
-
Rumusan masalah

1. Mengapa saat pandemi fasilitas kesehatan tersebut runtuh dan tidak memadai dalam
melawan covid 19?
2. Bagaimana menejemen kesehatan dalam menagani Covid 19?
Jawab :
Peran Puskesmas dalam melakukan prevensi, Deteksi dan respon dilaksanakan secara
terintegrasi dalam memberikan pelayanan Kesehatan lainnya pada masa pandemi COVID-19
Sampai dengan tahun 2019, terdapat 10.134 Puskesmas sebagai ujung tombak Pelayanan
kesehatan di seluruh Indonesia. Puskesmas merupakan garda terdepan Dalam memutus
mata rantai penularan COVID-19 karena berada di setiap kecamatan Dan memiliki konsep
wilayah. Dalam kondisi pandemi COVID-19 ini, Puskesmas Perlu melakukan berbagai upaya
dalam penanganan pencegahan dan pembatasan Penularan infeksi.
Meskipun saat ini hal tersebut menjadi prioritas, bukan berarti Puskesmas dapat
meninggalkan pelayanan lain yang menjadi fungsi Puskesmas Yaitu melaksanakan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama
seperti yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Pandemi COVID-19 merupakan situasi yang terjadi secara mendadak dan cepat.
Kondisi Ini tentu sangat berpengaruh kepada perencanaan yang telah disusun oleh
Puskesmas. Oleh karena itu, Puskesmas perlu menyesuaikan tahapan manajemen
Puskesmas Yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya dengan kebutuhan pelayanan
dalam Menghadapi pandemi COVID-19. 
 Prinsip manajemen puskesmas, yaitu :
 
 Komunikasi : apa yang akan di benahi
 
 Koordinasi : keterpaduan antar program
 
 Komitmen : bersikap professional dan berkomitmen
 
 Konsisten : sesuai dengan apa yang disepakati
 
 Kontinuitas : berkelajutan, aktif dan kreatif
 
 Kooperatif : integrasi secara menyeluruh
 
 Konsekuen
Perencanaan (P1)
 
ukan penyesuaian target kegiatan yang telah disusun (kegiatan yang tidak Bisa dilaksanakan,
laksanakan dengan metode yang berbeda atau ditunda Waktunya)

- Mencari akar penyebab masalah tidak tercapai indikator program


selain Diakibatkan oleh situasi pandemi COVID-19 dan merencanakan upaya
inovasi Yang akan dilakukan bila masa pandemi COVID-19 telah berakhir guna
perbaikan Capaian kinerja.

- Pelaksanaan revisi sesuai kebutuhan pandemi COVID-19 mengacu pada


juknis/ Pedoman yang berlaku melalui pembinaan dan koordinasi dengan dinas
Kesehatan daerah kabupaten/kota. 

- Puskesmas menentukan target sasaran kasus terkait COVID-19 dengan


angka Prevalensi dari dinas kesehatan daerah kabupaten/kota guna memperkirakan
Kebutuhan logistik, termasuk APD, BMHP untuk pengambilan
spesimen Reverse Transcription – PolymeraseChain Reaction (RT-PCR) dan
pelaksanaan rapid Test.
 Puskesmas menentukan populasi rentan (Lansia, orang dengan komorbid,
ibu Hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir) untuk menjadi sasaran pemeriksaan. 
B. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
 
-  Penggerakan dan pelaksanaan melalui forum khusus yaitu lokakarya mini (Lokmin)
bulanan dan lokmin triwulanan tetap dilakukan dengan memperhatikan Kaidah-kaidah pada
saat pandemi COVID-19 seperti physical distancing, atau Dapat memanfaatkan teknologi
informasi/daring
- Lokmin bulanan juga membahas bersama berbagai pedoman terkait pelayanan pada masa
pandemi COVID-19 yang penyusunan/terbitnya hampir bersamaan.  
- Lokmin triwulanan juga menjadi forum untuk menyampaikan informasi mekanisme
pelayanan Puskesmas pada masa pandemi COVID-19, hasil pemetaan wilayah terkait
COVID-19, serta peran lintas sektor pada saat pandemi COVID-19. 
- Pelaksanaan kegiatan (pemantauan/sweeping orang dengan riwayat perjalanan dari daerah
transmisi lokal/zona merah, pemantauan harian OTG, ODP dan PDP ringan, tracing jika
ditemukan kasus konfirmasi COVID-19) dilakukan bersama lintas sektor dengan melibatkan
Gugus Tugas yang ada di tingkatan. 
- Dapat dikembangkan sistem pelaporan/pendataan untuk memantau orang dengan riwayat
perjalanan dari daerah transmisi lokal di wilayah kerjanya. Contohnya,
pemanfaatan googleform yang dikumpulkan melalui linkbit.ly/tanggapcovidpkmarsel oleh
Puskesmas Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah yang dapat
mempermudah pelaporan secara daring oleh lintas sektor.
- Dalam kondisi dimana jejaring Puskesmas menemukan kasus COVID-19, maka Jejaring
Puskesmas berkoordinasi dengan Puskesmas untuk pelaporan dan Penemuan kasus.
Jejaring Puskemasseperti klinik pratama yang ada di wilayah Kerjanya harus aktif
melakukan pemantauan harian isolasi diri dari peserta JKN yang terdaftar pada klinik
tersebut dan mengkoordinasikan hasilnya dengan Puskesmas. Peran dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota sangat penting Dalam menggerakkan jejaring Puskemas tersebut

C. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja Puskesmas (P3)


- Tetap melakukan pemantauan terhadap pencapaian target-target prioritas Pembangunan
kesehatan di tingkat kabupaten/kota. 
- Menetapkan target indikator keberhasilan penanganan COVID-19 di wilayah Kerjanya
untuk dinilai tiap bulan seperti misalnya:
• Persentase Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dengan Pengawasan (ODP), Pasien
Dalam Pemantauan (PDP) yang telah di temukan, persentase ODP, PDP yang telah
sembuh, tidak ada OTG, ODP, PDP yang meninggal di rumah, Persentase pasien
konfirmasi yang dilakukan tracking.
• ODP dan PDP ringan yang diisolasi diri di rumah dilakukan pemantauan harian
Sebesar 100%
• OTG yang karantina mandiri di rumah dilakukan pemantauan harian sebesar 100%
Pembiayaan
Pembiayaan pelaksanaan layanan pada masa pandemi COVID-19 bersumber dari
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) dan sumber lainnya yang sah serta penggunaannya sesuai dengan
Ketentuan yang berlaku. 
Pencatatan dan Pelaporan
- Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan dengan mengacu kepada Sistem Informasi
Puskesmas (SIP) 
- Pencatatan dan pelaporan kasus COVID-19 mengacu pada format dalam Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) pada Revisi
4/terakhir atau format pelaporan lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah Melalui
sistem yang digunakan di Gugus Tugas Nasional khusus untuk pelaporan COVID-
19. 
- Kasus terkait COVID-19 (OTG, ODP, PDP, Konfirmasi) di wilayah kerja
Puskesmas Baik dari segi jumlah maupun diuraikan berdasarkan kondisi biologi
(seperti jenis kelamin dan kelompok umur), psikologi, sosial (seperti
tingkat pendidikan,pekerjaan) dan budaya direkapitulasi dan dipantau laju
perkembangannya dari hari ke hari.
Manajemen Sumber Daya
- Kepala Puskesmas dapat meninjau ulang pembagian tugas SDM/petugas Puskesmas
antara lain mempertimbangkan resiko tertular COVID-19 seperti Keberadaan
penyakit komorbid, usia petugas dan lain sebagainya.
- Puskesmas diharapkan melakukan peningkatan kapasitas internal misalnya Terkait
situasi pandemi termasuk cara penularan COVID-19, tentang perubahan Alur
pelayanan, physical distancing, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Bagi
seluruh staf Puskesmas, serta alih keterampilan cara rapid test sertaPengambilan
sampel swab Nasofaring bagi tenaga kesehatan.
- Melakukan monitoring atau audit internal untuk menilai kesesuaian atau ketaatan
Pelaksanaan prinsip PPI, termasuk penggunaan APD.
- Jika terdapat petugas yang terkontak, menjadi OTG, ODP, PDP atau kasus
Konfirmasi COVID-19, kepala Puskesmas segera berkoordinasi dengan dinas
Kesehatan daerah kabupaten/kota untuk mengambil langkah-langkah antisipasi
Agar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas tersebut tetap mendapatkan
Pelayanan kesehatan.

pa yang dimaksud dengan Enam transformasi kesehatan menurut


KEMENKES?
Saat menghadiri WHO South – East Asia
Region Committee Meeting ke-75 di Paro, Bhutan, pada 5-9 September
2022. Indonesia berbagi inisiatif Enam pilar transformasi kesehatan yang
merupakan upaya perbaikan sistem kesehatan, untuk mengatasi
ketimpangan kesehatan, baik di dalam negeri, maupun ketimpangan
kesehatan antar negara.
Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran bagi Indonesia untuk terus
memperkuat kapasitas baik dalam menghadapi COVID-19 maupun
mengantisipasi pandemi lainnya di masa mendatang. Upaya tersebut
berfokus pada peningkatan perlindungan bagi kelompok berisiko tinggi
dan juga memperkuat kemampuan daerah untuk mendeteksi
adanya penyakit.
Adapun enam pilar dimaksud terdiri dari : 
1. Transformasi Layanan Primer : Transformasi Layanan Primer lebih
menekankan upaya promotif dan preventif. Hal ini bertujuan untuk
memberikan edukasi terkait pencegahan terjadinya penyakit, dan juga
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM kesehatan pada layanan
primer.
 
Menkes Budi mengatakan saat ini ada sekitar 12 ribuan Puskesmas
yang tersebar di semua wilayah Indonesia. Ia menilai jumlah tersebut
tidak akan mencapai pemerataan pelayanan kesehatan. Ada sejumlah
program yang akan dilakukan di antaranya menata ulang jaringan
fasilitas layanan kesehatan.
 
Dirinya akan merevitalisasi Posyandu agar menjadi lebih formal
dengan anggaran yang sesuai. Nantinya Posyandu ini bisa diatur oleh
Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Posyandu ini akan bertindak
secara lebih aktif bukan hanya melayani bayi dan ibu tapi akan
melayani seluruh siklus hidup termasuk remaja, dewasa, dan Lansia.
 
Menkes Budi juga menilai perlu mereformasi laboratorium kesehatan
masyarakat.
 
“Jadi setiap Puskesmas bisa melakukan layanan laboratorium misalkan
100 kali tes, kemudian di atasnya laboratorium kesehatan
kabupaten/kota, di atasnya lagi laboratorium provinsi, kemudian
regional, dan nasional
 
2. Transformasi Layanan Rujukan : Transformasi kedua ini fokus
pada peningkatan akses dan pemerataan layanan kesehatan di semua
wilayah di Indonesia.
 
Transformasi ini akan dimulai dengan tiga penyakit penyebab
kematian paling tinggi di Indonesia yaitu penyakit jantung, stroke, dan
kanker.
 
Sebagai contoh untuk penyakit jantung, masalahnya tidak semua
provinsi memiliki rumah sakit dengan fasilitas untuk pasang ring di
jantung.
 
“Data yang saya miliki dari 34 provinsi yang bisa melakukan operasi
pasang ring itu hanya 28 provinsi. Terus kalau pasien sudah dipasang
ring juga tidak bisa, maka tindakan berikutnya adalah bedah jantung
terbuka, ini jumlahnya turun lagi dari 28 provinsi kalau tidak salah ke
22 provinsi,” tutur Menkes Budi.
 
Dikatakan Menkes Budi, pihaknya punya target bahwa rumah sakit di
seluruh provinsi pada 2024, harus bisa melayani penyakit jantung,
stroke, dan kanker.
 
“Akses layanan dan standar layanan tertentu untuk jantung, stroke, dan
kanker saya mau rata tersedia di seluruh provinsi,” ucap Menkes Budi.
 
Setiap rumah sakit dengan dokter yang berprestasi, lanjutnya, akan ia
pertemukan dengan dokter dari negara lain untuk menjalin kerja sama.
Sedangkan dokter-dokter yang terbaik dari luar negeri akan
didatangkan ke Indonesia untuk meningkatkan kapasitas dokter
Indonesia.
 
3. Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan : Transformasi ini
meliputi upaya peningkatan ketahanan penanggulangan medis dan
penguatan resiliensi di masa krisis kesehatan.
 
Menkes Budi mengatakan dirinya ingin memastikan bahwa vaksin
diagnostik dan terapeutik itu semuanya ada di Indonesia. Minimal
50% itu diproduksi di dalam negeri dari hulu ke hilir.
 
4. Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan : Transformasi ini
dilakukan dengan mengembangkan regulasi pembiayaan kesehatan
dengan tujuan membangun pemerataan, kemudahan aksesibilitas bagi
masyarakat, dan keberlanjutan alokasi pembiayaan.
 
Yang akan dilakukan terkait transformasi pembiayaan kesehatan
adalah melakukan transparansi dan perhitungan yang bagus. Hal itu
untuk menghindari terjadinya masalah antara penyedia jasa dan yang
membayar jasa.
 
“Kita nanti akan bikin annual health account-nyasetiap tahun dan
menjadi kewajiban semua fasilitas kesehatan untuk lapor,” ujar Budi.
 
Annual health account ini harus ada untuk bisa mengukur
transparansinya. Menkes Budi menilai dengan hal itu informasi
menjadi simetris sekarang informasi itu asimetris.
 
“Kita akan bikin informasi itu menjadi simetris dan itu akan kita buat
dalam bentuk regulasi sehingga dengan demikian akan transparan,”
katanya.
 
5. Transformasi SDM Kesehatan : Kementerian Kesehatan melakukan
peningkatan kualitas SDM Kesehatan agar siap menghadapi berbagai
jenis penyakit yang akan datang
 
Jumlah dokter standarnya satu per 1000 penduduk. Kebutuhan
di Indonesia masih belum terpenuhi ditambah lagi dengan
distribusi yang belum merata.
Pemerataan SDM Kesehatan yang berkualitas diperlukan untuk
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah
melalui academic health system.
 
Academic health system merupakan sebuah model kebijakan
yang mengakomodirpotensi masing-masing institusi ke dalam
satu rangkaian visi yang berbasis pada kebutuhan masyarakat.
Konsep ini merupakan integrasi pendidikan kedokteran
bergelar, dengan program pendidikan profesional kesehatan
lainnya yang memiliki rumah sakit pendidikan
atau berafilisasidengan rumah sakit pendidikan, sistem
kesehatan, dan organisasi pelayanan kesehatan.
 
Melalui academic health system diharapkan dapat menghitung
jumlah dan jenis lulusan SDM Kesehatan dan memenuhi
kebutuhan wilayah; Mendefinisikan profil dan valueSDM
Kesehatan yang diperlukan di wilayah tersebut; serta
menentukan pola distribusi SDM Kesehatan
yang sustainable mulai dari layanan primer hingga tersier.
 
Kebutuhan dokter harus diperbanyak, harus ada akselerasi dan
10 tahun terakhir ini akselerasinya sangat lambat. Jadi ini harus
dipercepat baik dokter umum maupun dokter spesialis
 
 
6. Transformasi Teknologi Kesehatan : Dalam konteks
ini, Kemenkes selalu mendorong perkembangan teknologi dan
digitalisasi di sektor kesehatan.
 
Salah satu transformasi teknologi kesehatan yang sedang diupayakan
selain aplikasi PeduliLindungi, Menkes Budi mengatakan pihaknya
akan memastikan rekam medis di rumah sakit dicatat dan direkam
dengan baik secara digital. Dirinya akan minta ke tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan untuk menyerahkan rekam medis secara
keseluruhan kepada pasien.
 
“Jadi rekam medisnya standarnya itu sudah kita atur kamu-kamusnya,
sudah kita susun. Jadi yang misalnya obat sakit perut merek ABC itu
mesti sama kodenya di seluruh rumah sakit. Kemudian pelayanan lain
pun kodenya mesti sama,” katanya.
 
Dengan demikian itu nanti dimasukkan ke databasenya rumah sakit.
Sehingga kalau satu pasien pindah rumah sakit maka pasien tidak
perlu melakukan rontgen ulang atau tes darah ulang sehingga itu akan
jauh lebih efisien
 
“Sehingga dengan demikian akan menjadi lebih transparan informasi
mengenai pasien kepada pasiennya sendiri dan semua data itu adalah
milik pasien.
 

Anda mungkin juga menyukai