Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manajemen berasal dari kata manage yang artinya mengatur, mengurus atau mengelola.
Manajemen adalah usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan
mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).
A. Tujuan manajemen adalah sebagai berikut:
a. Untuk mencapai keteraturan, kelancaran, dan kesinambungan usaha untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Untuk mencapai efisiensi, yaitu suatu perbandingan terbaik antara input dan output.

B. Fungsi Manajemen adalah sebagai berikut::
1) Perencanaan (planning)
Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan alternatif-alternatif, kebijakan-
kebijakan, prosedur-prosedur, dan program-program sebagai bentuk usaha untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai. Planning jangka panjang memiliki 2 karakteristik utama, yaitu:
a. Tujuan dan sasaran: merupakan dasar bagi strategi penyelesaian masalah
b. Peramalan (forecasting) jangka panjang: langkah awal sebelum membuat
perencanaan

2) Pengorganisasian (organizing)
Merupakan suatu tindakan atau kegiatan menggabungkan seluruh potensi yang ada dari
seluruh bagian dalam suatu kelompok orang atau badan atau organisasi untuk bekerja secara
bersama-sama guna mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama, baik untuk tujuan
pribadi atau tujuan kelompok dan organisasi.




2

3) Pelaksanaan atau penerapan (actuating)
Merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh
komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut bekerja secara
bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan.

4) Pengawasan (controlling)
Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan hasil yang efektif dan efisien serta
bernilai guna dan berhasil guna.

Didalam pelaksanaannya, Puskesmas perlu memiliki manajemen yang baik. Adapun
fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti
puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan
lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta menduku ng pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut
memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam
menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata
laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada
masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi
terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu
(Effendi, 2009).
Penyakit konjungtivitis merupakan penyakit yang banyak terjadi didunia. Di
Indonesia dari 135.749 kunjungan ke departemen mata, total kasus konjungtivitis dan
gangguan lain pada konjungtiva sebanyak 99.195 kasus dengan jumlah 46.380 kasus pada
laki-laki dan 52.815 kasus pada perempuan. Konjungtivitis termasuk dalam 10 besar penyakit
rawat jalan terbanyak pada tahun 2009, tetapi belum ada data statistik mengenai jenis
konjungtivitis yang paling banyak yang akurat (Ditjen Yanmed, Kemkes RI, 2010).
3

Dari data ini dapat diketahui bahwa kasus konjungtivitis masih menjadi masalah besar untuk
kesehatan mata bagi masyarakat. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
mengangkat kasus konjungtivitis dalam tulisan manajemen kasus.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum
Meningkatkan manajemen kasus konjungtivitis di Puskesmas.

1.2.2 Tujuan khusus
1. Diketahuinya perencanaan manajemen kasus konjungtivitis di Puskesmas.
2. Diketahuinya pelaksanaan manajemen kasus konjungtivitis di Puskesmas.
3. Diketahuinya monitoring dan evaluasi manajemen kasus konjungtivitis di
Puskesmas.

1.3 Manfaat

1. Bagi Penulis
Dengan tulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis tentang
manajemen kasus konjungtivitis.

2. Bagi Instansi Kesehatan
a. Sebagai referensi untuk meningkatkan upaya kesehatan baik dari segi
promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui manajemen kasus yang terintegrasi.






4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

1. Definisi

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Pelayanan kesehatan yang
diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif
(pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan).

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2. Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

3. Fungsi Puskesmas
Menurut Trihono (2005), ada 3 fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
5

Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.

4. Program Puskesmas
- Kia
- Kb
- Usaha Kesehatan Gizi
- Kesehatan Lingkungan
- Pemberantasan Dan Pencegahan Penyakit Menular
- Pengobatan Termasuk Penaganan Darurat Karena Kecelakaan
- Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
- Kesehatan Sekolah
- Kesehatan Olah Raga
- Perawatan Kesehatan
- Masyarakat
- Kesehatan Kerja
- Kesehatan Gigi Dan Mulut
- Kesehatan Jiwa
- Kesehatan Mata
- Laboratorium Sederhana
- Pencatatan Dan Pelaporan
- Pembinaan Pemgobatan Tradisional
- Kesehatan Remaja
- Dana Sehat




6

a. Program Pokok Puskesmas
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di
laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan
di Puskesmas yaitu :
1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan
untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan
oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang
diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan
untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan
penyuluhan (individu, kelompok maupun masyarakat).
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB
di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan
Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan
bayi dan balita.
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular
penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).
5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat
6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan
gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.
7

b. Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut adalah:
1. Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat yang dilakukan
petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan SMP) diwilayah kerja
Puskesmas.
2. Kesehatan Olahraga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu
pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, baik atlet
maupun masyarakat umum. Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesegaran jasmani
anak sekolah dan kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di luar gedung.
3. Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan penanganan kasus
tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak lanjuti atau dikunjungi ketempat
tinggalnya untuk dilakukan asuhan keperawatan induvidu dan asuhan keperawatan
keluarganya. Misalnya kasus gizi kurang penderita ISPA/Pneumonia.
4. Kesehatan Kerja adalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmas yang
ditujukan untuk masyarakat pekerja informal maupun formal diwilayah kerja
puskesmas dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan
yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalnya pemeriksaan secara
berkala di tempat kerja oleh petugas puskesmas.
5. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi dan mulut yang
dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar gedung
(mengatasi kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang merupakan salah satu
penyakit yang terbanyak di jumpai di Puskesmas.
6. Kesehatan Jiwa adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh
tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam rangka
mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui kegiatan
pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan
konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling
jiwa di Puskesmas.
7. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama pemeliharaan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dibidang mata dan
pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan didukung oleh peran
8

serta aktif masyarakat, misalnya upaya penanggulangan gangguan refraksi pada anak
sekolah.
8. Kesehatan Usia Lanjut adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau upaya
kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia
lanjut, misalnya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif,
kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok
masyarakat usia lanjut.
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional adalah program pembinaan terhadap pelayanan
pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan tradisional. Yang
dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara turun
temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat)
maupun keterampilan (pijat, patah tulang).
10. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah haji
yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan pemantauan
kesehatan jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji.
11. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang
dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

2.2 Upaya Kesehatan
Dalam garis besar usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu :
1. Promotif
Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health promotion.
Penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of health kedalam bahasa
Indonesia pertama kali dilakukan ketika para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia
menerjemahkan lima tingkatan pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E.
G. Clark Usaha pencegahan (usaha preventif).
2. Preventif
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire
9

yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam
pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk
mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll) melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah
b. Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah
c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
d. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit).
e. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil
3. Kuratif
Upaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga, kelompok yang
menderita penyakit atau masalah kesehatan. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
a. Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya : dukungan psikis penderita TB
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin dan nifas
d. Pemberian obat : Fe, Vitamin A, oralit.
4. Rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat dirumah,
maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama. Usaha
yang dilakukan, yaitu:
a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang, kelainan bawaan
b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC (latihan nafas dan
batuk), Stroke (fisioterapi).
10

Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama,
karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan
biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi.

2.3 Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit
mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak
mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu (Vaughan, 2010). Di
negara maju seperti Amerika (2005), insidens rate konjungtivitis bakteri sebesar 135 per
10.000 penderita konjungtivitis bakteri baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa dan
juga lansia (Smith dan Waycaster, 2009).
Berdasarkan Bank Data Departemen Kesehatan Indonesia (2004), pasien rawat inap
karena konjungtivitis dan gangguan lain konjungtiva 12,6%, dan pasien rawat jalan
konjungtivitis 28,3% (DEPKES RI, 2004). Indonesia pada tahun 2009 dari 135.749
kunjungan ke poli mata, total kasus konjungtivitis dan gangguan lain pada konjungtiva 73%
dan yang tersering diderita adalah konjungtivitis jenis kataralis epidemika 80%.
Konjungtivitis juga termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun 2009
(KEMENKES RI, 2010).
Etiologi konjungtivitis dibagi berdasarkan jenisnya. Adapun klasifikasi konjungtivitis
sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
A. Definisi
Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri.
Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret
pada mata dan iritasi mata (James, 2005).
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut,
akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata
kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang
lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan
penderita dan keadaan imunodefisiensi (Marlin, 2009).

11

2. Konjungtivitis Virus
A. Definisi
Konjungtivitis virus adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis
virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga
infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada
konjungtivitis bakteri (Vaughan, 2010).
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis virus dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah
virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang
paling membahayakan. Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak
dengan penderita dan dapat menular melalu droplet, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi (Ilyas,
2008).

3. Konjungtivitis Alergi
A. Definisi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paling sering dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun
(Cuvillo et al, 2009).
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis alergi dibedakan menjadi beberapa subkategori, yaitu konjungtivitis
alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya
dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis
atopik dan konjungtivitis papilar raksasa (Vaughan, 2010).

4. Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan
infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan
dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang
terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix
schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang
(Vaughan, 2010).


12

5. Konjungtivitis Parasit
Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa loa,
Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium
dan Pthirus pubis walaupun jarang (Vaughan, 2010).

6. Konjungtivitis kimia atau iritatif
Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan
substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang
masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam,
alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran
pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.

Gejala konjungtivitis berdasarkan jenis konjungtivitisnya, sebagai berikut:
Tanda-tanda Bakterialis Viralis Jamur

Mata merah Merah terang
(banget)


Berair


Sangat berair
(banyak dan
mengucur)

Sedikit
Gatal Sedikit gatal


Sekret
Purulen kekuningan,
kadang juga
mukopurulen (sangat
banyak) kelopak
mata lengket,
terutama pagi hari


Cair kental (mukoid)


Mukopurulen

Keluhan lain pada
mata
Mata terasa berpasir,
pseudoptosis,
kemosis,
pseudomembran
Mata terasa
kelilipan, fotofobia,
edema palpebral,
pseudoptosis, ada
demam
-
Awalnya satu mata, Awalnya satu mata,
13


Lokasi
kemudian menular
ke mata sebelahnya.
kemudian menular
ke mata sebelahnya
dan biasanya mata
pertama lebih parah

Bilateral
Demam Jarang

Keluhan tambahan
Limfadenopati
preaurikuler dan
sakit tenggorokan
(jarang)
Limfadenopati
preaurikuler dan
nyeri tekan
positif

Limfadenopati
preaurikuler positif


Konsep Segitiga Epidemiologi












Konsep segitiga epidemiologi digunakan untuk menganalisis terjadinya suatu penyakit.
Dalam konsep ini faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Agen penyakit (faktor etiologi):
a. Zat nutrisi
b. Agen kimiawi
c. Agen fisik
d. Agen infeksius

Host
Agent Environment
14

2. Faktor pejamu (mempengaruhi pajanan, kerentanan, respons terhadap agen):
a. Genetik
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Ras
e. Status imunulogis
f. Perilaku manusia
g. Penyakit lain yang sudah pernah ada

3. Faktor lingkungan (mempengaruhi keberadaan agen, pajanan atau kerentanan
terhadap agen):
a. Lingkungan fisik (iklim)
b. Lingkungan biologis (populasi manusia, flora, fauna)
c. Lingkungan sosial ekonomi (pekerjaan, bencana alam)

Analisa penyakit konjungtivitis menggunakan segitiga epidemiologi, sebagai berikut:
1. Agen penyakit pada kasus konjungtivitis yaitu agen infeksius berupa bakteri, virus,
jamur dan agen kimiawi berupa asam, alkali, asap,dll.
2. Faktor pejamu pada kasus konjungtivitis ini adalah perilaku personal yang sering
mengucak mata dan kurang memperhatikan kebersihan tangan dan juga faktor
imunitas.
3. Faktor lingkungan pada kasus konjungtivitis adalah berupa lingkungan yang berdebu,
penuh asap, dan lingkungan yang tidak bersih.










15

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN
MASYARAKAT MENURUT HENDRIK L BLUM

Menurut Hendrick L Blum, terjadinya konjungtivitis dipengaruhi oleh beberapa faktor ,
yaitu:





















Faktor
lingkungan :
Fisik
Biologis
Sosio
kultural
Faktor Genetika :
Herediter
Faktor pelayanan
kesehatan :
Preventif
Promotif
Kuratif
Rehabilitatif

Faktor perilaku :
Sikap
Gaya hidup
SEHAT
(FISIK,MENTAL,
SOSIAL)
16

PENERAPAN TEORI HENDRIK L BLUM PADA PENYAKIT KONJUNGTIVITIS



























Lingkungan :
Fisik :
daerah
berdebu,penuh
asap,dan kotor
Biologis :
Bakteri,virus,
jamur,daya
tahan tubuh
manusia
Sosio kultural:
Kebiasaan
mengucak
mata
Genetika
Pelayanan
kesehatan :
Preventif:
peninjauan
lapangan
Promotif:
penyuluhan
tentang
konjungtivitis
Kuratif:
pengobatan pada
penderita
konjungtivitis
Rehabilitatif:
kepatuhan
mengikuti anjuran
dokter dengan
istirahat di rumah

Perilaku :
Kebiasaan
mengucak mata dan
tidak mencuci
tangan dan tidak
menjaga
lingkungan tetap
bersih

Konjungtivitis
17

Menurut Teori Hendrik L Blum bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik terdiri dari keadaan
geografis (dataran tinggi atau rendah), kelembaban udara, temperatur atau suhu dan
lingkungan tempat tinggal (rumah dan sekitarnya). Lingkungan non fisik yaitu lingkungan
sosial (pendidikan, pekerjaan) dan ekonomi. Berikut ini pemaparan teori Hendrik L Blum
pada penyakit konjungtivitis:
1. Lingkungan
a. Fisik
Faktor fisik yang mempengaruhi penyakit konjungtivitis ini tergantung pada jenis
konjungtivitisnya. Konjungtivitis banyak ditemukan pada daerah yang berdebu, penuh
asap, dan kotor.

b. Biologis
Konjungtivitis dipengaruhi oleh faktor biologis tergantung dari jenis
konjungtivitisnya, contohnya adalah konjungtivitis bakterial disebabkan oleh bakteri.
Faktor daya tahan tubuh seseorang juga mempengaruhi seseorang rentan tidaknya
terserang konjungtivitis.

c. Sosial Ekonomi Budaya
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap pendidikan dan faktor-faktor lain seperti
gizi, lingkungan dan penerimaan layanan kesehatan. Status ekonomi yang rendah
berkaitan dengan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan gizi guna
menciptakan daya tahan tubuh yang optimal. Selain itu seseorang dengan status
ekonomi yang rendah seringkali dikaitkan dengan kondisi rumah yang tidak
memenuhi standar rumah sehat. Selain itu tingkat pendidikan seseorang juga
berpengaruh pada perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Budaya masyarakat yang
tidak rajin mencuci tangan setelah melakukan kegiatan dan kebiasaan mengucak mata
menjadi salah satu faktor penularan konjungtivitis.





18

2. Perilaku
a. Sikap
Di Indonesia diduga faktor perilaku justru menjadi faktor utama masalah
kesehatan sebagai akibat masih rendahnya pengetahuan kesehatan misalnya kebiasaan
mengucak mata dan tidak mencuci tangan.
Proses terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan
sumber pengetahuan dan diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
merupakan kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran
sehingga pengetahuan sasaran terhadap suatu masalah meningkat dengan harapan
sasaran dapat berperilaku sehat.
Perilaku manusia sebagian besar dengan menggunakan tangan sehingga
tangan dapat menjadi sumber penularan penyakit. Penyakit yang dapat ditularkan ini
salah satunya konjungtivitis. Kebiasaan mengucak mata dan tidak mencuci tangan
setelah melakukan kegiatan mempercepat penyebaran konjungtivitis. Kondisi tersebut
terkait tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk
berperilaku sehat.

b. Gaya Hidup
Gaya hidup juga mempengaruhi penyakit konjungtivitis, diantaranya adalah
gaya hidup yang tidak bersih. Pada saat ini, masih banyak orang-orang yang malas
membersihkan lingkungan rumah dengan berbagai alasan dan masih banyak
masyarakat yang masih memiliki kebiasaan tidak menjaga kebersihan tangan. Hal
tersebut menjadi suatu kebiasaan beberapa orang, dan tanpa mereka sadari
kebiasaannya tersebut akan membawa masalah kesehatan untuk hidupnya. Dengan
keadaan kebersihan yang kurang, dapat menyebabkan penyakit konjungtivitis.

3. Pelayanan Kesehatan
Tujuan Utama dari pelayanan kesehatan adalah:
a. Preventif
Tindakan preventif dapat dilakukan dengan cara aktifnya para petugas
puskesmas dengan mengujungi rumah para warga dan mengingatkan tentang
cara hidup bersih dan sehat.


19

b. Promotif
Tindakan promotif yang bisa dilakukan dalam hal mencegah konjungtivitis
adalah dengan memberikan pengetahuan tentang konjungtivitis. Pemberian
pengetahuan ini antara lain dapat dilakukan dengan cara pemberian
penyuluhan kepada masyarakat.

c. Kuratif
Bagi masyarakat yang sudah terkena penyakit konjungtivitis, di sarankan
untuk segera berobat ke dokter untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi
dan penularan lebih lanjut dari penyakit konjungtivitis ini.

d. Rehabilitatif
Rehabilitatif dapat dilakukan dengan cara melakukan semua anjuran dokter
dan meminum obat yang sudah diberikan agar dapat cepat sembuh dari
penyakit ini.

4. Herediter
Faktor keturunan atau genetik ini tidak berpengaruh pada penyakit konjungtivitis, karena
konjungtivitis merupakan penyakit menular yang tidak dipengaruhi oleh faktor genetik.















20

2.4 Definisi Operasional

1 Puskesmas Unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.

2 Promotif Suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat
promosi kesehatan.

3 Preventif Suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit.

4 Kuratif Kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya.

5 Rehabilitatif Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama.




21

BAB III
PENATALAKSANAAN KASUS

3.1 Program

a. Promosi kesehatan : Penyuluhan (Komunikasi, Informasi, Edukasi)
b. Preventif :Kesehatan Lingkungan (peninjauan lapangan) dan
meningkatkan partisipasi masyarakat
c. Kuratif :Deteksi dini (penemuan kasus) dan penatalaksanaan di
puskesmas
d. Rehabilitatif : Program rehabilitasi konjungtivitis (Sosialisasi dan edukasi)

3.2 Sasaran

1. Masyarakat umum (keluarga dan kelompok yang berpengaruh dan berperan di
masyarakat dan kader).
2. Masyarakat khusus (kelompok masyarakat yang berisiko konjungtivitis)

3.3 SDM
1. Petugas puskesmas (dokter, perawat, bidan, kesmas )
2. kader kesehatan

3.4 Kegiatan

A. Promotif

1.Penyuluhan (KIE)

1) Menyusun materi penyuluhan dan mengadakan pelatihan KIE tentang konjungtivitis
secara menyeluruh antara lain tentang pengertian, perjalanan penyakit, penyebab,
gejala dan tanda, faktor resiko serta pencegahan dan penanggulangan konjungtivitis
22

bagi petugas kesehatan (medis dan para medis), kader kesehatan maupun tokoh
masyarakat.
2) Meningkatkan keterampilan penggunaan obat pada petugas kesehatan (medis dan
para medis), pasien konjungtivitis dan keluarganya.
3) Melaksanakan penyuluhan atau KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang
konjungtivitis dan faktor risikonya melalui berbagai media penyuluhan, seperti:
a) Penyuluhan tatap muka.
b) Poster, leaflet, pamflet, surat kabar dan media cetak lain yang dianggap efektif
untuk mencapai kelompok sasaran.
4) Penyuluhan perorangan atau penyuluhan kelompok yang dilaksanakan oleh petugas
puskesmas, kader kesehatan dan lain-lain seperti klinik konseling.
5) Penyuluhan bagi pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanggulangan
konjungtivitis.

Adapun jenis kegiatan penyuluhan konjungtivitis bagi pasien dan keluarga pasien antara
lain:
a. Pengertian konjungtivitis.
b. Penyebab konjungtivitis.
c. Gejala konjungtivitis.
d. Klasifikasi konjungtivitis.
e. Cara penularan konjungtivitis.
f. Kelompok rentan konjungtivitis.
g. Perilaku penyebab konjungtivitis.
h. Cara pengobatan konjungtivitis.

B. Preventif
1.Kesehatan Lingkungan
a. Kegiatan
1) Peninjauan langsung ke pemukiman dan perumahan warga untuk melihat
kondisi apakah lingkungannya bersih atau tidak.
2) Sosialisasi mengenai kebersihan personal (budaya mencuci tangan setelah
melakukan kegiatan) dan lingkungan (membersihkan rumah dan pekarangan
agar terhindar dari debu)
23


2. Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Konjungtivitis
Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengendalian konjungtivitis
dimulai dengan Kajian Aspek Sosial Budaya dan Perilaku Masyarakat yang kemudian
digunakan sebagai dasar dalam pengembangan program peningkatan partisipasi
masayarakat dalam pencegahan konjungtivitis.
Kegiatan
1) Melaksanakan survei/kajian aspek sosial budaya dan perilaku masyarakat di salah
satu RT/RW di kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo.
2) Pengembangan model pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan
konjungtivitis yang sesuai dengan kondisi setempat di masing-masing daerah
sesuai kajian.
3) Membuat daerah percontohan di masing-masing daerah RT/RW yang dilakukan
survei/kajian dengan kegiatan KIE, pemeriksaan fisik dan faktor risiko, serta
pemerisaan penunjang.
4) Kajian ini dapat dilakukan bersamaan dengan penyakit menular lainnya dan
pelaksanaannya oleh kabupaten bersama-sama dengan perguruan tinggi, serta
lintas program dan lintas sektor.

C. Kuratif

1. Poli Mata

Poli mata sebagai program layanan kesehatan utama bersifat kuratif di Puskesmas
kelurahan Cijantung wajib memberikan layanan optimal mengenai kasus
konjungtivitis termasuk di dalamnya :
Deteksi dini gejala dan tanda dari pasien yang memiliki indikasi konjungtivitis
Pemeriksaan baik anamnesis maupun fisik diagnostik yang memadai
Pemeriksaan penunjang termasuk laboratorium dan sistem rujukan
Edukasi mengenai pencegahan dan pengobatan konjungtivitis pada pasien
konjungtivitis
24


a Deteksi dini
Semua kelompok usia, jika ditemukan gejala-gejala mata marah,
gatal, terdapat cairan yang keluar dari mata (gejala tergantung jenis
konjungtivitisnya).

b. Penemuan dan tatalaksana kasus
1) Penemuan kasus konjungtivitis di unit pelayanan kesehatan.
2) Penemuan langsung dengan pemantauan ke perumahan dan pemukiman warga
untuk meninjau dan melihat kondisi lingkungan guna mendorong masyarakat
untuk menjaga lingkungan tetap bersih.
3) Tatalaksana pasien konjungtivitis sesuai standar:
a) Puskesmas (pelayanan kesehatan primer).
1). Penemuan dan tatalaksana pasien konjungtivitis dipelayanan kesehatan primer
di bagian poli mata
2). Edukasi pasien dan keluarga.
b) Rumah sakit
Tindak lanjut penanganan konjungtivitis (terutama komplikasi konjungtivitis).
c. Pemeriksaan
1. Anamnesis
Ada beberapa hal penting yang harus ditanyakan untuk mendiagnosa
konjungtivitis, antara lain:
1. Sejak kapan menderita mata merah?
2. Gejala lain apa saja? Keluar cairan tidak dari mata?
3. Gatal tidak?
4. Apakah mengalami penurunan ketajaman pengelihatan?
5. Apakah sakit melihat cahaya?
25


2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik banyak didapatkan dari inspeksi yaitu terdapat mata
merah dan ada sekret dan pada pemeriksaan visus tidak terjadi penurunan visus.

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosis konjungtivitis adalah:
1. Kerokan konjungtiva Bakterial (Organisme diketahui dan banyak neutrophil
PMN), Viral (Monosit), Jamur (Reaksi radang sel PMN)
2. Kultur virus dan inklusi intranuklear
3. Agar darah atau media Saboraud organisme tumbuh sebagai ragi yang berkuncup
(pseudohifa)


d. Penatalaksanaan
1. Bakterial :
- Antibiotik (sesuai bakterinya), seperti kloramfenikol, ciprofloxacin, gentamicin
- Dibilas larutan garam untuk menghilangkan sekret.
2. Viral :
- Biasanya sembuh sendiri dalam 7-15 hari
- Astringen untuk mengurangi hiperemi

3. Jamur :
- Amfoterisin B, krim nystatin kulit





26

D. Rehabilitatif
Sosialisasi kepada penderita untuk istirahat dirumah dan edukasi
Sosialisasi ini dilakukan sebagai bentuk upaya mempercepat pemulihan penderita karena
penyakit konjungtivitis akan semakin parah jika terus terpapar dengan agent penyebabnya
seperti virus,bakteri,asap dan debu yang lebih banyak jumlahnya dilingkungan luar.

3.6 Diklat
1. Promotif
Diklat yang perlu diberikan adalah pendidikan dan pelatihan mengenai ilmu komunikasi
dan presentasi di masyarakat, serta pengayaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
konjungtivitis contohnya pengayaan mengenai cara membersihkan lingkungan. Sasaran
dari program diklat ini adalah tenaga kesehatan dan kader yang akan melakukan
penyuluhan dan pemantauan langsung di masyarakat.
4. Preventif
Keterampilan yang perlu diberikan dalam diklat kepada tenaga tenaga puskesmas adalah
keterampilan public speaking, penguasaan materi mengenai hal hal yang berkaitan
dengan konjungtivitis dan kemampuan memotivasi masyarakat untuk melaksanakan
program-program puskesmas.
5. Kuratif
Diklat yang perlu diberikan adalah mengenai tatalaksana pengobatan dan pencegahan
konjungtivitis, termasuk didalamnya cara penggunaan obat, pengambilan
specimen/sekret untuk pemeriksaan lab, pengenalan tanda dan gejala, pengenalan faktor
resiko, penggunaan alat-alat dalam pengambilan sekret dan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik juga penunjang pada pasien-pasien konjungtivitis.
6. Rehabilitatif




27

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

4.1 Monitoring
Pemantauan dimaksudkan untuk mensinkronkan kembali keseluruhan proses kegiatan
agar sesuai dengan rencana yang ditetapkan dengan perbaikan segera agar dapat dicegah
kemungkinan adanya penyimpangan ataupun ketidaksesuaian yang berpotensi mengurangi
bahkan menimbulkan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Untuk itu, pemantauan
diarahkan guna mengidentifikasi kualitas kegiatan, permasalahan yang terjadi serta dampak
yang ditimbulkannya.
Pemantauan keberhasilan setiap kegiatan program manajemen kasus konjungtivitis di
puskesmas dilakukan dengan teknik monitoring bulanan. Monitoring bulanan ini dilakukan
untuk mengetahui apakah kegiatan program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan pada bulan tertentu di puskesmas telah sesuai dengan yang diharapkan atau
belum. Bila hasilnya belum sesuai dengan harapan, maka akan dicari penyebabnya untuk
kemudian dilakukan intervensi.
Beberapa contoh program monitoring sebagai berikut:
1. Program monitoring promotif dan preventif:
Adanya perwakilan dari puskesmas (supervisi) yang memantau kegiatan
penyuluhan dilapangan
Dibentuknya suatu kelompok kerja yang fokus kepada program promotif,
yang bekerja melihat kebutuhan pengetahuan yang harus ditingkatkan
ditiap wilayah, menyusun jadwal penyuluhan rutin dan yang memfokuskan
pada media promosi kesehatan dengan media cetak.

2. Program monitoring kuratif:
Pembentukan tim supervisi yang memantau program kuratif yaitu dalam
hal peralatan yang digunakan untuk penatalaksanaan kasus konjungivitis,
evaluasi SDM dan memberikan diklat sebagai penyegaran pengetahuan dan
ketrampilan, melakukan pencatatan laporan untuk melihat jumlah pasien
28

konjungtivitis apakah mengalami peningkatan atau penurunan sebagai
indikator keberhasilan program.

3. Program monitoring rehabilitatif:
Monitoring apakah petugas kesehatan memberi edukasi setelah pengobatan
dan kunjungan ke rumah pasien untuk memantau apakah pasien mengikuti
anjuran dokter.

4.2 Evaluasi
Penilaian ini bertujuan untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan program kegiatan
manajemen kasus konjungtivitis di puskesmas. Penilaian dimaksudkan untuk. memberikan
bobot atau nilai terhadap hasil yang dicapai dalam seluruh tahap kegiatan, untuk proses
pengambilan keputusan apakah suatu program atau kegiatan diteruskan, dikurangi,
dikembangkan atau diperkuat. Untuk itu penilaian diarahkan guna mengkaji efektifiktas dan
efisensi pengelolaan program. Penilaian kinerja program manajemen kasus konjungtivitis
dilaksanakan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam pencapaian sasaran.
Indikator yang di nilai adalah sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan , perilaku dan sikap masyarakat terhadap penyakit konjungtivitis
2. Faktor penyebab konjungtivitis di lingkungan sekitar puskesmas
3. Jumlah SDM petugas kesehatan (dokter,bidan,perawat, kesmas) dan kader kesehatan
yang terampil dalam hal promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di bidang
kesehatan khususnya penyakit konjungtivitis
4. Kualitas hidup penderita konjungtivitis

Beberapa contoh program monitoring sebagai berikut:
1. Promotif dan preventif:
Dengan melakukan pre test dan post test saat penyuluhan untuk menilai
apakah terjadi peningkatan pengetahuan pada masyarakat. Indikator
keberhasilan program adalah didapatkan peningkatan pengetahuan > 50 %.
Dengan melakukan peninjauan langsung ke rumah warga untuk menilai
keadaan lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menilai apakah
29

masyarakat melakukan anjuran-anjuran yang diberikan pada saat
penyuluhan. Indikatornya adalah kondisi lingkungan yang semakin bersih
dan hiegine perorangan yang semakin lebih baik.

2. Kuratif dan rehabilitatif
Indikator yang digunakan adalah data kasus penyakit konjungtivitis apakah
mengalami peningkatan atau penurunan dilihat dari angka kesakitan, kasus baru dan
kasus lama (apakah pasien yang sebelumnya datang ke puskesmas dengan
konjungtivitis, datang lagi atau tidak denganpenyakit yang sama). Hal ini sebagai
indikator keberhasilan program.

















30

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kasus konjungtivitis sering terjadi dikalangan masyarakat. Penatalaksanaan kasus
konjungtivitis tidak lah sulit namun perlu manajemen yang baik untuk mengatasinya, jika
tidak angka kesakitan konjungtivitis akan tetap tinggi karena cara penularan konjungtivitis
sangat cepat. Program kegiatan manajemen kasus konjungtivitis berupa promosi kesehatan
dengan penyuluhan, preventif dengan kesehatan lingkungan, kuratif dengan penemuan kasus
dan penatalaksanaan, rehabilitatif dengan sosialisasi dan edukasi. Diharapkan melalui
program-program ini dan dengan manajemen kasus yang baikdapat menurunkan angka
kesakitan karena konjungtivitis.

5.2 Saran
1. Untuk Penulis Selanjutnya
Untuk penulis selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan kegiatan program
manajemen kasus konjungtivitis dengan lebih baik lagi dan juga diharapkan membuat lebih
banyak lagi program kegiatan yang inovatif guna perbaikan status kesehatan masyarakat dan
supaya dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pembangunan kesehatan khususnya
untuk menurunkan angka kesakitan karena konjungtivitis.
2. Kepada Petugas Kesehatan :
a.Melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat yang pengetahuannya masih
kurang tentang konjungtivitis.
b.Meninjau secara langsung keadaan masyarakat sekitar tentang berperilaku hidup bersih dan
sehat sehingga dapat terhindar dari penyakit konjungtivitis.
c. Menguasai materi tentang konungtivitis agar bisa membagikan pengetahuan itu kepada
masyarakat luas
31

DAFTAR PUSTAKA

1. Elearning.gunadarma.ac.id
2. Profil laporan tahunan puskesmas kecamatan Pasar Rebo tahun 2013
3. Alloyna, D., 2011. Prevalensi Konjungtivitis di RSUD H. Adam Malik Medan Tahun
2009 dan2010.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/5/Chapter%20I.pdf. Akses 20
Juni 2014.
4. Yunisyah, P.H,2011. Karakteristik Penderita Konjungtivitis Rawat Jalan
DiRSUD.DR.Pirngadi Medan Tahun 2011.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/5/Chapter%20I.pdf. Akses 20
Juni 2014.
5. Depkes RI., 2004. Distribusi Penyakit Mata dan Adneksa Pasien Rawat Inap dan Rawat
Jalan Menurut Sebab Sakit di Indonesia Tahun
2004.http://bankdata.depkes.go.id/data%20intranet/sharing%20folder/ditjen%20yanmedi
k/seri%203/tabels. Akses 25 Januari 2012.
6. Kemenkes RI., 2010. 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2009. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2009. Available from: http://www.Depkes.go.id. Akses 20 Juni 2013.
7. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
8. www.dcmsonline.org, tentang conjunctivitis
9. http://arali2008.wordpress.com/2011/12/16/program-pelayanan-kesehatan-di-puskesmas/
10. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31773/4/Chapter%20II.pdf
11. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/5/Chapter%20I.pdf







32

LAMPIRAN DAFTAR PERALATAN

1. Flipchart
2. Laptop
3. Leaflet
4. Pamflet
5. Poster
6. Proyektor + screen
7. Snellen chart
8. Pen light
9. Buku ishihara
10. Pin hole
11. Oftalmoskop

Anda mungkin juga menyukai