PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan umum
Meningkatkan manajemen kasus diare di Puskesmas.
1.2.2
Tujuan khusus
1. Diketahuinya perencanaan manajemen kasus diare di Puskesmas.
2. Diketahuinya pelaksanaan manajemen kasus diare di Puskesmas.
3. Diketahuinya monitoring dan evaluasi manajemen kasus diare di Puskesmas.
1.3 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dengan tulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis tentang
manajemen kasus diare.
2. Bagi Instansi Kesehatan
a. Sebagai referensi untuk meningkatkan upaya kesehatan baik dari segi
promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui manajemen kasus yang terintegrasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
1. Definisi
3
2. Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
3. Fungsi Puskesmas
Menurut Trihono (2005), ada 3 fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
4. Program Puskesmas
Kia
Kb
Usaha Kesehatan Gizi
Kesehatan Lingkungan
Pemberantasan Dan Pencegahan Penyakit Menular
Pengobatan Termasuk Penaganan Darurat Karena Kecelakaan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Sekolah
Kesehatan Olah Raga
Perawatan Kesehatan
Masyarakat
Kesehatan Kerja
Kesehatan Gigi Dan Mulut
Kesehatan Jiwa
Kesehatan Mata
Laboratorium Sederhana
Pencatatan Dan Pelaporan
Pembinaan Pemgobatan Tradisional
Kesehatan Remaja
Dana Sehat
Survailans
Gizi,
dan
Perberdayaan
Usaha
Perbaikan
Gizi
Keluarga/Masyarakat.
b. Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut adalah:
1. Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat yang dilakukan
petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan SMP) diwilayah kerja
Puskesmas.
2. Kesehatan Olahraga
pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan didukung oleh peran
serta aktif masyarakat, misalnya upaya penanggulangan gangguan refraksi pada anak
sekolah.
8. Kesehatan Usia Lanjut adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau upaya
kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia
lanjut, misalnya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif,
kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok
masyarakat usia lanjut.
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional adalah program pembinaan terhadap pelayanan
pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan tradisional. Yang
7
Promotif
Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health promotion.
Penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of health kedalam bahasa
Indonesia pertama kali dilakukan ketika para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia
menerjemahkan lima tingkatan pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E.
G. Clark Usaha pencegahan (usaha preventif).
2.
Preventif
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire
yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam
pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk
mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll) melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah
2.3 Diare
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit
yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair
9
dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa yaitu 3 skali atau lebih
dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit
ini paling sering dijumpai pada anak balita terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana
seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Sylvia A. Price, 2006).
Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi gerak lebih dari
biasanya, lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI, 1993).
Penyebab Kejadian Diare
Penyebab penyakit diare bisa bermacam-macam yaitu antara lain infeksi, intoxikasi,
malabsorbsi, alergi dan keracunan.
1. Penyebab Diare Infeksius
Bakteri, virus dan parasit adalah merupakan penyebab utama diare infeksius. Penyebab
diare karena infeksi dapat disebabkan oleh organisme yang berbeda-beda serta gejalanya sulit
dibedakan antara satu dengan yang lainnya.
a.
Bakteri
Ada beberapa jenis bakteri yang merupakan penyebab paling penting penyakit diare
terutama yang menyerang bayi.
b. Vibrio cholera
Vibrio cholera mempunyai 2 biotope yaitu tipe El Tor dan Mask selain itu ada 2
serotipe yaitu Ogawa dan Inaba. Pada tauhn 1961 biotipe El Tor pernah menyebabkan
pandemi ketujuh.
10
c.
Shigella:
Shigella dysentriae tipe 1 adalah penyebab epidemi dengan angka kematian tinggi.
Pada umumnya Shigella hanya ditemukan pada manusia dan beberapa jenis binatang
primata. Penyebarannya melalui kontak langsung antara orang yang satu dengan orang yang
lainnya. Dengan dosis infeksius yang rendah (10 s.d 100 organisma) sudah dapat
menyebabkan sakit. Penularan penyakit terjadi melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Depkes RI, 1990).
d. Salmonella
Terdapat lebih dari 2.000 serotipe Salmonella, dimana sekitar 6 s.d 10 diantaranya
menyebabkan gastroenteritis pada manusia. Dalam hal ini binatang seperti misalnya unggas
adalah reservoir utama. Oleh karena itu penularan penyakit oleh Salmonella dapat terjadi
apabila mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewan unggas, daging, telur dan susu.
Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella yang menyerang anak kecil relatif jarang terjadi
di negara berkembang dibanding dengan daerah industri. Hal ini dimungkinkan karena di
negara berkembang pada umumnya anak kecil jarang diberi makanan dalam kaleng yang
merupakan media bagi salmonella. Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella biasanya
berbentuk diare cair akut dengan diikuti rasa mual, nyeri perut dan demam (Depkes RI,
(990).
e.
Sampai saat ini sudah ditemukan lima kelampok Ecoli yaitu enterotoxigenic (ETEC),
enterohaemorrhagic
(EPEC),
enteroadherent
(EAEC),
enteroinvasive
(EIEC),
dan
enterohaemorrhagic (EHEC).
f.
Infeksi Virus
Virus menyebabkan 50 % semua diare pada anak yang datang berobat kesarana
kesehatan. Rotavirus dapat menyerang sel-sel usus, mengubah fungsi dan regenerasinya.
Keadaan ini menyebabkan diare dan gejala umum misalnya malaise dan demam.
Penyembuhan terjadi bila permukaan mukosa telah regenerasi (Depkes RI, 1990).
g. Infeksi Parasit
Menurut Sunoto (1990) ada beberapa golongan protozoa yang dapat menyebabkan
diare yaitu :
11
1. Entamoeba histolytica
Insiden penyakit ini bertambah sesuai dengan pertambahan usia. Infeksi ini sering
salah diagnosiskan sebab menentukan ptotozoa ini tidak mudah dan parasit ini sering
dikira leukosit polimorfonuklear. Penyebaran terjadi melalui makanan dan minuman.
Kista E.histolytica sangat kebal terhadap desinfektan kimia, termasuk klorinasai.
(Depkes RI, 1990).
2. Cyptosporidium
Cyptosporidium adalah parasit bentuk kokus yang ada pada awalnya dikenal
sebagai penyebab diare pada binatang. Mula-mula ditemukan sebagai penyebab diare
cair pada yang menurun kekebalan tubuhnya, khususnya penderita AIDS. Di negara
berkembang parasit ini menyebabkan 4-11 % kasus diare pada anak Cryptosporidiasis
ditularkan melalui jalur fekal-oral. (Depkes RI, 1990).
3. Giardia lamblia
Giardia lamblia tersebar luas di seluruh dunia, dengan angka prevalensi infeksi
sampai 100 % pada beberapa penduduk. Anak berumur 1-5 tahun paling sering
dijangkiti. Infeksi Giardia lamblia biasanya melalui makanan, minuman atau manular
dari orang ke orang. Penularan dari orang ke orang terjadi terutama pada anak yang
tinggal di keluarga yang terlalu padat atau tempat penitipan anak (Sunoto, 1990).
Penyebab Lain
Selain beberapa penyebab di atas, diare juga bisa disebabkan oleh faktor faktor lain
misalnya obat, keadaan karena pembedahan, penyakit lain dan infeksi sistematik serta
intoleransi makanan.
lntoleransi makanan karena kekurangan laktase atau alergi terhadap makanan dapat
menyebabkan diare. Tuberkulosis saluran pencernaan. penyakit granulomatosiskronik usus
misalnya penyakit crohn dan beberapa jenis tumor dapat juga menimbulkan diare. (Depkes
RI, 1990).
D. Cara Penularan
Agen infeksius yang menyebabkan penyakit diare biasanya ditularkan melalui jalur
fecal-oral, terutama karena (Depkes RI, 1990):
1. Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air.
2. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi.
3. Beberapa faktor dikaitkan dengan bertambahnya penularan kuman enteropatogen perut
termasuk (Depkes RI, 1990) :
12
Host
Agent
Environment
f. Perilaku manusia
g. Penyakit lain yang sudah pernah ada
3. Faktor lingkungan (mempengaruhi keberadaan agen, pajanan atau kerentanan
terhadap agen):
a. Lingkungan fisik (iklim)
b. Lingkungan biologis (populasi manusia, flora, fauna)
c. Lingkungan sosial ekonomi (pekerjaan, bencana alam)
Analisa penyakit diare menggunakan segitiga epidemiologi, sebagai berikut:
1
2
Agen penyakit pada kasus diare yaitu agen infeksius berupa bakteri, virus, jamur.
Faktor pejamu pada kasus diare ini adalah keadaan gizi buruk dan daya tahan tubuh
kurang.
Faktor lingkungan pada kasus diare adalah berupa lingkungan kotor yang banyak
kuman penyebab diare.
Menurut Hendrick L Blum, terjadinya diare dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu:
14
Faktor Genetika :
Herediter
Faktor pelayanan
kesehatan :
Faktor
lingkungan :
Fisik
Biologis
Sosio
SEHAT
Preventif
(FISIK,MENTAL, SOSIAL)
Promotif
Kuratif
Rehabilitatif
kultural
Faktor perilaku :
Sikap
Gaya hidup
15
Menurut Teori Hendrik L Blum bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik terdiri dari keadaan
geografis (dataran
lingkungan tempat tinggal (rumah dan sekitarnya). Lingkungan non fisik yaitu lingkungan
sosial (pendidikan, pekerjaan) dan ekonomi. Berikut ini pemaparan teori Hendrik L Blum
pada penyakit diare:
1. Lingkungan
a. Fisik
Faktor fisik yang mempengaruhi penyakit diare ini tergantung pada jenis diarenya.
Diare banyak ditemukan pada daerah yang berdebu, penuh asap, dan kotor.
b. Biologis
Diare dipengaruhi oleh faktor biologis tergantung dari jenis diarenya, contohnya
adalah diare bakterial disebabkan oleh bakteri. Faktor daya tahan tubuh seseorang
juga mempengaruhi seseorang rentan tidaknya terserang diare.
16
b. Gaya Hidup
Gaya hidup juga mempengaruhi
hidup yang tidak bersih. Pada saat ini, masih banyak orang-orang yang malas
membersihkan lingkungan rumah dengan berbagai alasan dan masih banyak
17
masyarakat yang masih memiliki kebiasaan tidak menjaga kebersihan tangan. Hal
tersebut menjadi suatu kebiasaan beberapa orang, dan tanpa mereka sadari
kebiasaannya tersebut akan membawa masalah kesehatan untuk hidupnya. Dengan
keadaan kebersihan yang kurang, dapat menyebabkan penyakit diare.
3. Pelayanan Kesehatan
Tujuan Utama dari pelayanan kesehatan adalah:
a. Preventif
Tindakan preventif dapat dilakukan dengan cara aktifnya para petugas
puskesmas dengan mengujungi rumah para warga dan mengingatkan tentang
cara hidup bersih dan sehat.
b. Promotif
Tindakan promotif yang bisa dilakukan dalam hal mencegah diare adalah
dengan memberikan pengetahuan tentang diare. Pemberian pengetahuan ini
antara lain dapat dilakukan dengan cara pemberian penyuluhan kepada
masyarakat.
c. Kuratif
Bagi masyarakat yang sudah terkena penyakit diare, di sarankan untuk segera
berobat ke dokter
Puskesmas
jawab
menyelenggarakan
pembangunan
18
Promotif
Preventif
Suatu
kegiatan
pencegahan
terhadap
suatu
masalah
kegiatan
untuk
kesehatan/penyakit.
Kuratif
Kegiatan
dan/atau
serangkaian
Rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderitapenderita yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompokkelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama.
BAB III
PENATALAKSANAAN KASUS
3.1 Program
19
dan
3.2 Sasaran
1. Masyarakat umum (keluarga dan kelompok yang berpengaruh dan berperan di
masyarakat dan kader).
2. Masyarakat khusus (kelompok masyarakat yang berisiko diare)
3.3 SDM
1. Petugas puskesmas (dokter, perawat, bidan, kesmas )
2. kader kesehatan
3.4 Kegiatan
A. Promotif
1.Penyuluhan (KIE)
1
Menyusun materi penyuluhan dan mengadakan pelatihan KIE tentang diare secara
menyeluruh antara lain tentang pengertian, perjalanan penyakit, penyebab, gejala dan
tanda, faktor resiko serta pencegahan dan penanggulangan diare bagi petugas
kesehatan (medis dan para medis), kader kesehatan maupun tokoh masyarakat.
Meningkatkan keterampilan penggunaan obat pada petugas kesehatan (medis dan
Adapun jenis kegiatan penyuluhan diare bagi pasien dan keluarga pasien antara lain:
a Pengertian diare.
b Penyebab diare.
c Gejala diare.
d Klasifikasi diare.
e Cara penularan diare.
20
f
g
h
1.Kesehatan Lingkungan
a
Kegiatan
1 Peninjauan langsung ke pemukiman dan perumahan warga untuk melihat
2
Kajian ini dapat dilakukan bersamaan dengan penyakit menular lainnya dan
pelaksanaannya oleh kabupaten bersama-sama dengan perguruan tinggi, serta
lintas program dan lintas sektor.
B Kuratif
1. Poli Mata
21
Poli mata sebagai program layanan kesehatan utama bersifat kuratif di Puskesmas
kelurahan Cijantung wajib memberikan layanan optimal mengenai kasus diare
termasuk di dalamnya :
Deteksi dini gejala dan tanda dari pasien yang memiliki indikasi diare
Pemeriksaan baik anamnesis maupun fisik diagnostik yang memadai
Pemeriksaan penunjang termasuk laboratorium dan sistem rujukan
Edukasi mengenai pencegahan dan pengobatan diare pada pasien diare
a
Deteksi dini
Semua kelompok usia, jika ditemukan gejala-gejala mata marah,
gatal, terdapat cairan yang keluar dari mata (gejala tergantung jenis
diarenya).
b.
Pemeriksaan
1. Anamnesis
Ada beberapa hal penting yang harus ditanyakan untuk mendiagnosa diare,
antara lain:
22
1.
2.
3.
4.
5.
2.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik banyak didapatkan dari inspeksi yaitu terdapat mata
merah dan ada sekret dan pada pemeriksaan visus tidak terjadi penurunan visus.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosis diare adalah:
1. Kerokan konjungtiva Bakterial (Organisme diketahui dan banyak neutrophil
PMN), Viral (Monosit), Jamur (Reaksi radang sel PMN)
2. Kultur virus dan inklusi intranuklear
3. Agar darah atau media Saboraud organisme tumbuh sebagai ragi yang berkuncup
(pseudohifa)
d. Penatalaksanaan
1. Bakterial :
-
3. Jamur :
-
23
C Rehabilitatif
Sosialisasi kepada penderita untuk istirahat dirumah dan edukasi
Sosialisasi ini dilakukan sebagai bentuk upaya mempercepat pemulihan penderita karena
penyakit diare akan semakin parah jika terus terpapar dengan agent penyebabnya seperti
virus,bakteri,asap dan debu yang lebih banyak jumlahnya dilingkungan luar.
3.6 Diklat
1. Promotif
Diklat yang perlu diberikan adalah pendidikan dan pelatihan mengenai ilmu komunikasi
dan presentasi di masyarakat, serta pengayaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
diare contohnya pengayaan mengenai cara membersihkan lingkungan. Sasaran dari
program diklat ini adalah tenaga kesehatan dan kader yang akan melakukan penyuluhan
dan pemantauan langsung di masyarakat.
4. Preventif
Keterampilan yang perlu diberikan dalam diklat kepada tenaga tenaga puskesmas adalah
keterampilan public speaking, penguasaan materi mengenai hal hal yang berkaitan
dengan diare dan kemampuan memotivasi masyarakat untuk melaksanakan programprogram puskesmas.
5. Kuratif
Diklat yang perlu diberikan adalah mengenai tatalaksana pengobatan dan pencegahan
diare, termasuk didalamnya cara penggunaan obat, pengambilan specimen/sekret untuk
pemeriksaan lab, pengenalan tanda dan gejala, pengenalan faktor resiko, penggunaan
alat-alat dalam pengambilan sekret dan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik juga
penunjang pada pasien-pasien diare.
6. Rehabilitatif
BAB IV
24
4.1 Monitoring
Pemantauan dimaksudkan untuk mensinkronkan kembali keseluruhan proses kegiatan
agar sesuai dengan rencana yang ditetapkan dengan perbaikan segera agar dapat dicegah
kemungkinan adanya penyimpangan ataupun ketidaksesuaian yang berpotensi mengurangi
bahkan menimbulkan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Untuk itu, pemantauan
diarahkan guna mengidentifikasi kualitas kegiatan, permasalahan yang terjadi serta dampak
yang ditimbulkannya.
Pemantauan keberhasilan setiap kegiatan program manajemen kasus diare di puskesmas
dilakukan dengan teknik monitoring bulanan. Monitoring bulanan ini dilakukan untuk
mengetahui apakah kegiatan program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan pada bulan tertentu di puskesmas telah sesuai dengan yang diharapkan atau
belum. Bila hasilnya belum sesuai dengan harapan, maka akan dicari penyebabnya untuk
kemudian dilakukan intervensi.
Beberapa contoh program monitoring sebagai berikut:
1. Program monitoring promotif dan preventif:
Adanya perwakilan dari puskesmas (supervisi) yang memantau kegiatan
penyuluhan dilapangan
Dibentuknya suatu kelompok kerja yang fokus kepada program promotif,
yang bekerja melihat kebutuhan pengetahuan yang harus ditingkatkan
ditiap wilayah, menyusun jadwal penyuluhan rutin dan yang memfokuskan
pada media promosi kesehatan dengan media cetak.
4.2 Evaluasi
Penilaian ini bertujuan untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan program kegiatan
manajemen kasus diare di puskesmas. Penilaian dimaksudkan untuk. memberikan bobot atau
nilai terhadap hasil yang dicapai dalam seluruh tahap kegiatan, untuk proses pengambilan
keputusan apakah suatu program atau kegiatan diteruskan, dikurangi, dikembangkan atau
diperkuat. Untuk itu penilaian diarahkan guna mengkaji efektifiktas dan efisensi pengelolaan
program. Penilaian kinerja program manajemen kasus diare dilaksanakan berdasarkan
indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam pencapaian sasaran.
Indikator yang di nilai adalah sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan , perilaku dan sikap masyarakat terhadap penyakit diare
2. Faktor penyebab diare di lingkungan sekitar puskesmas
3. Jumlah SDM petugas kesehatan (dokter,bidan,perawat, kesmas) dan kader kesehatan
yang terampil dalam hal promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di bidang
kesehatan khususnya penyakit diare
4. Kualitas hidup penderita diare
melakukan
anjuran-anjuran
yang
diberikan
pada
saat
26
Indikator yang digunakan adalah data kasus penyakit diare apakah mengalami
peningkatan atau penurunan dilihat dari angka kesakitan, kasus baru dan kasus lama
(apakah pasien yang sebelumnya datang ke puskesmas dengan diare, datang lagi atau
tidak denganpenyakit yang sama). Hal ini sebagai indikator keberhasilan program.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kasus diare sering terjadi dikalangan masyarakat. Penatalaksanaan kasus diare tidak
lah sulit namun perlu manajemen yang baik untuk mengatasinya, jika tidak angka kesakitan
diare akan tetap tinggi karena cara penularan diare sangat cepat. Program kegiatan
manajemen kasus diare berupa promosi kesehatan dengan penyuluhan, preventif dengan
27
5.2 Saran
1. Untuk Penulis Selanjutnya
Untuk penulis selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan kegiatan program
manajemen kasus diare dengan lebih baik lagi dan juga diharapkan membuat lebih banyak
lagi program kegiatan yang inovatif guna perbaikan status kesehatan masyarakat dan supaya
dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pembangunan kesehatan khususnya untuk
menurunkan angka kesakitan karena diare.
2. Kepada Petugas Kesehatan :
a.Melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat yang pengetahuannya masih
kurang tentang diare.
b.Meninjau secara langsung keadaan masyarakat sekitar tentang berperilaku hidup bersih dan
sehat sehingga dapat terhindar dari penyakit diare.
c. Menguasai materi tentang konungtivitis agar bisa membagikan pengetahuan itu kepada
masyarakat luas
DAFTAR PUSTAKA
1. Elearning.gunadarma.ac.id
2. Profil laporan tahunan puskesmas kecamatan Pasar Rebo tahun 2013
3. Alloyna, D., 2011. Prevalensi Diare di RSUD H. Adam Malik Medan Tahun 2009
dan2010. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/5/Chapter%20I.pdf.
Akses 20 Juni 2014.
4. Yunisyah, P.H,2011. Karakteristik Penderita Diare Rawat Jalan DiRSUD.DR.Pirngadi
Medan Tahun 2011.
28
29
1. Flipchart
2. Laptop
3. Leaflet
4. Pamflet
5. Poster
6. Proyektor + screen
7. Snellen chart
8. Pen light
9. Buku ishihara
10. Pin hole
11. Oftalmoskop
30