I.
II.
IDENTITAS
Nama Pasien
: Ny. MJ
Umur
: 19 tahun
: 744608
Alamat
: Pangkep
Tanggal masuk RS
: 08 Februari 2016
Pemeriksaan
Paritas
HPHT
:? /6/2015
TP
: ?/3/2016
ANAMNESIS
Keluhan utama
Riwayat kejang
Anamnesis terpimpin
: 180/110 mmHg
Nadi
: 98 x/menit
Respirasi
: 32 x/menit
Suhu aksilla
: 36,5 C
1) Kepala
Rambut
Wajah
: simetris
Mata
Telinga
Hidung
Bibir
2) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, kelenjar gondok dalam batas
normal
3) Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
4) Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi
: ictus kordis tidak teraba
Perkusi
: batas kesan normal, pekak (+)
Auskultasi : bunyi jantung I/II murni reguler
5) Abdomen
Inspeksi : cembung, ikut gerak napas
Auskultas : peristaltic ada kesan normal
Palpasi
: hepar / lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi
: timpani (+)
6) Ekstremitas
Edema pretibial -/-
Pemeriksaan Obstetrik
1) Pemeriksaan Luar
TFU
: 29 cm
LP
: 89 cm
Situs
: memanjang
Pemeriksaan
WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
Hasil
19,8 x 103 /uL
4.48 x 106 /uL
10,4 g/dL
34 %
462 x 103 /uL
NIlai Rujukan
4-10 x 103 /uL
4-6 x 106 /uL
12-16 gr/dL
37-46 %
150-400 x 103
Koagulasi
PT
/uL
10-14 detik
Kimia
APTT
GDS
28,4
173
22-30 detik
140
darah
Fungsi
Ureum
24
10-50
3
Ginjal
Creatinin
Fungsi Hati SGOT
SGPT
Albumin
Urinalisa
Protein
Keton
0,89
17
9
2,9
+++/300
Negatif
P (<1,1)
<38 U/L
<41 U/L
3,5-5 gr/dl
Negatif
Negatif
V. DIAGNOSA
Gravida 1 partus 0 abortus 0 gravid 33 - 34 Minggu Inpartu Kala 1 Fase Laten
+ Eklampsia Partuirentum
VI.PENATALAKSANAAN
-
Lanjutkan
PEMBAHASAN
Dari anamnesis, rujukan dari RS Pangkep dengan diagnosis G1P0A0
gravid preterm dengan eklampsia. Riwayat kejang di rumah 2 kali, di RS Pangkep
1 kali.Riwayat sakit kepala ada. Nyeri ulu hati tidak ada. Pandangan kabur ada
saat ini. Riwayat ANC di Puskesmas > 4 kali. Injeksi Toksoid tetanus 2 kali.
Riwayat hipertensi selama hamil tidak ada. Riwayat operasi tidak ada. Riwayat
diabetes mellitus, asma dan alergi disangkal. Riwayat menggunakan kontrasepsi
tidak ada. Riwayat pemberian terapi di RS Pangkep infus MgSO4 bolus 10 cc
pukul 16.25 WITA dilanjutkan dengan MgSO415 cc dalam ringer laktat 500 cc.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum lemah , compos mentis
(E4 V5 M6). Tekanan darah 180/110 mmHg, takikardi 98 x/menit, takipnea
respirasi 32 x/menit
Dari pemeriksaan luar, didapatkan TFU 29 cm, LP 89 cm sehingga TBJ 2581
gram. Situs memanjang pada pemeriksaan Leopold I teraba ballotement (+) pada
bagian bawah, punggung terletak di bagian kiri, penurunan kepala 4/5. DJJ
140x/menit, His 2x10 (10-15) Gerakan anak (+) dirasakan ibu, anak kesan
tunggal. Dari pemeriksaan dalam vagina ditemukaan pembukaan 2 cm penurunan
kepala Hodge I, terdapat pelepasan lendir dan darah.
Dari pemerikasaan penunjang USG didapatkan Gravid tunggal hidup,
presentasi kepala. Punggung kanan, placenta di fundus grade II, sesuai usia
kehamilan 33 minggu. EFW : 2600 gram, cairan amnion kesan kurang.
Dari pemeriksaan laboraturim ditemukan leukositosis, anemia, trombositopenia
hipoalbuminemia dan proteinuria +++.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang maka pasien
didiagnosis gravida 1 partus 0 abortus 0 gravid 33 - 34 Minggu Inpartu Kala 1
Fase Laten + Eklampsia Partuirentum
Untuk penatalaksanaan pada pasien ini, diberikan perawatan Lanjutkan
infuse MgSO4 maintenance dose : 6 gram dalam larutan Ringer Laktat tiap 6 jam
sampai 24 jam post partum . Nifedipin 10 mg per oral serta terminasi kehamilan
dengan Cito SSTP
EKLAMPSIA PARTUIRENTUM
A. PENDAHULUAN
Kelaianan
hipertensi
pada
keamilan
termasuk
preeclampsia
dan
HELLP syndrome
(haemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet count). Setiap tenaga
kesehatan yang menggunakan protocol penanganan eklampsia harus tetap
memonitor tekanan darah dalam penggunaan magnesium sulfat sebagai terapi
awal dan agen antihipertensi sebagai terapi lanjutan.
(1,2)
B. DEFINISI
Onset kejang pada wanita dengan preeclampsia yang tidak dapat dihubungkan
dengan penyebab lain disebut eklampsia. Eklampsia merupakan keadaan dimana
ditemukan serangan kejang tiba-tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita
hamil, persalinan atau masa nifas yang menunjukan gejala preeklampsia
sebelumnya. Kejang disini
kelainan neurologis. Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti
(3)
Di United
Kingdom, diperkirakan terjadi pada 1 dalam 2000 kelahiran. Akkawi tahun 2009
melaporkan 1 dalam 2500 di Dublin. Andersgaard tahun 2006 melaporkan 1 per
2000 untuk Scandinavia, sementara Zwart tahun 2008 melaporkan 1 per 1600 di
Belanda.(4)
Eklampsia termasuk dari tiga besar penyebab kematian ibu di Indonesia.
Menurut laporan KIA Provinsi tahun 2011, jumlah kematian ibu yang dilaporkan
sebanyak 5.118 jiwa. Penyebab kematian ibu terbanyak masih didominasi
perdarahan (32%), disusul hipertensi dalam kehamilan (25%), infeksi (5%), partus
lama (5%) dan abortus (1%). Penyebab lain lain (32%) cukup besar, termasuk di
dalamnya penyebab penyakit non obstetrik. (5)
D. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Hingga saat ini etiologi dan patogenesis dari hipertensi dalam kehamilan
masih belum diketahui dengan pasti. Telah banyak hipotesis yang diajukan untuk
mencari etiologi dan patogenesis dari hipertensi dalam kehamilan namun hingga
preeklampsia
dan
eklampsia
dan
Tabel 1. Gen yang telah diteliti dan hubungannya dengan preeclampsia (4)
2) Iskemia Plasenta
Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas akan menginvasi desidua dan
miometrium dalam dua tahap. Pertama, sel-sel trofoblas endovaskuler menginvasi
arteri spiralis yaitu dengan mengganti endotel, merusak jaringan elastis pada
tunika media dan jaringan otot polos dinding arteri serta mengganti dinding arteri
dengan material fibrinoid. Proses ini selesai pada akhir trimester I dan pada masa
ini proses tersebut telah sampai pada deciduomyometrial junction.(4)
Pada usia kehamilan 14-16 minggu terjadi invasi tahap kedua dari sel
trofoblas di mana sel-sel trofoblas tersebut akan menginvasi arteri spiralis lebih
dalam hingga kedalaman miometrium. Selanjutnya terjadi proses seperti tahap
pertama yaitu penggantian endotel, perusakan jaringan muskulo-elastis serta
perubahan material fibrionid dinding arteri. Akhir dari proses ini adalah pembuluh
darah yang berdinding tipis, lemas dan berbentuk seperti kantong yang
memungkinkan terjadi dilatasi secara pasif untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan aliran darah yang meningkat pada kehamilan. .(4)
Pada preeklampsia, proses plasentasi tersebut tidak berjalan sebagaimana
mestinya disebabkan oleh dua hal, yaitu : (1) tidak semua arteri spiralis
mengalami invasi oleh sel -sel trofoblas; (2) pada arteri spiralis yang mengalami
invasi , terjadi tahap pertama invasi sel trofoblas secara normal tetapi invasi tahap
kedua tidak berlangsung sehingga bagian arteri spiralis yang berada dalam
miometrium tetapi mempunyai dinding muskulo-elastis yang reaktif yang berarti
masih terdapat resistensi vaskuler. .(4)
..
10
3) Prostasiklin-tromboksan
Prostasiklin merupakan suatu prostaglandin yang dihasikan di sel endotel
yang berasal dari asam arakidonat di mana dalam pembuatannya dikatalisis oleh
enzim sikooksigenase. Prostasiklin akan meningkatkan cAMP intraselular pada
sel otot polos dan trombosit dan memiliki efek vasodilator dan anti agregasi
trombosit.Tromboksan A2
produksi
prostasiklin
karena
endotel
merupakan
tempat
tubuh
terhadap
kerusakan
endotel
tersebut.
Preeklampsia
proses ini di mana hal ini sangat berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
tromboksan dan prostasiklin. .(4)
Kerusakan endotel vaskuler pada preeklampsia menyebabkan penurunan
produksi prostasiklin, peningkatan aktivasi agregaasi trombosit dan fibrinolisis
yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
antitrombin III shingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyababkan
pelepasan tromboksan A2 dan serotonin sehingga akan terjadi vasospasme dan
kerusakan endotel. .(4)
4) Imunologis
Beberapa penelitian menyatakan kemungkinan maladaptasi imunologis
sebagai penurunan proporsi T-helper dibandingkan dengan penderita yang
normotensi yang dimulai sejak awal trimester II. Antibodi yang melawan sel
endotel ditemukan pada 50% wanita dengan preeklampsia, sedangkan pada
kontrol hanya terdapat 15%.Maladaptasi sistem imun dapat menyebabkan invasi
yang dangkal dari arteri spiralis oleh sel sitotrofoblas endovaskuler dan disfungsi
sel endotel yang dimediasi oleh peningkatan pelepasan sitokin (TNF- dan IL-1),
enzim proteolitik dan radikal bebas oleh desidua. (4)
Sitokin TNF- dan IL-1 berperanan dalam stress oksidatif yang
berhubungan dengan preeklampsia. Di dalam mitokondria, TNF- akan merubah
sebagian aliran elektron untuk melepaskan radikal bebas-oksigen yang selanjutkan
akan membentuk lipid peroksida dimana hal ini dihambat oleh antioksidan. (4)
12
13
fokus perdarahan di korteks otak Kejang juga sebagai manifestasi tekanan pada
pusat motorik di daerah lobus frontalis.Beberapa mekanisme yang diduga sebagai
etiologi kejang adalah sebagai berikut :
a) Edema serebral
b) Perdarahan serebral
c) Infark serebral
d) Vasospasme serebral
e) Pertukaran ion antara intra dan ekstra seluler.
f) Koagulopati intravaskuler serebral
g) Ensefalopati hipertensi
E. FAKTOR RESIKO
Praktisi kesehatan diharapkan dapat mengidentifikasi faktor risiko
preeklampsia dan eklampsia dan mengontrolnya, sehingga memungkinkan
dilakukan pencegahan primer. Dari beberapa studi dikumpulkan ada beberapa
fakto risiko preeklampsia, yaitu :
1) Usia
14
Peningkatan risiko preeklampsia dan eklampsia hampir dua kali lipat pada
wanita hamil berusia 40 tahun atau lebih pada primipara maupun multipara.
Usia muda tidak meningkatkan risiko secara bermakna.
Robillard dkk
risiko
preeklampsia
dan
eklampsia
hampir
sama
dengan
15
preeklampsia
dipertimbangkan
sebagai
penyakit
pada
preeklampsia.
16
17
F. DIAGNOSIS
Seluruh kejang eklampsia
dibagi menjdai ringan dan berat. Penyakit digolongkan preeclampsia berat bila
ada satu atau lebih tanda dibawah ini :
1) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau
18
(1)
ini
kadang-kadang
begitu
hebatnya
sehingga
dapat
mengakibatkan penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah
penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot-otot rahang. Fase ini dapat
berlangsung sampai satu menit, kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi
semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya penderita tak bergerak. (5)
19
20
21
(1)
Magnesium sulfate
tidak dapat diberikan untuk terapi hipertensi. Ibu berhenti kejang setelah
pemberian dosis awal 4 gram dan dapat berorientasi waktu dan tempat. (4)
22
23
dikontraindikasikan karena
24
6) Persalinan
Sikap terhadap kehamilan ialah semuadang umur kehamilan dan keadaan
janin. Persalinan diakhiri bila sudah , tanpa sebagaimana dengan eklampsia
harus diakhiri bila sudah mencapai stabilisasi heodinamik dan metabolisme ibu.
Pada perawatan pasacsalin , bila terjadi pervaginam monitoring tanda-tanda vital
dilakukan sebagimana lazimnya. (5)
25
26
penelitian
pemberian
betametahason
untuk
wanita
dengan
yang menyertai
(1)
pneumonitis aspirasi setelah inhalasi isi lambung jika terjadi muntah pada saat
kejang; (2) kegagalan fungsi jantung yang mungkin sebagai akibat hipertensi
akibat berat dan pemberian cairan intravena yang berlebihan. (4)
2) Otak
Pada eklampsia, kematian yang tiba-tiba terjadi bersamaan dengan
kejang atau segera setelahnya sebagai akibat perdarahan otak yang hebat.
Hemipelgia terjadi pada perdarahan otak yang sublethal. Perdarahan otak
cenderung terjadi pada wanita usia tua dengan hipertensi kronik. Yang jarang
adalah sebagai akibat pecahnya aneurisma arteri atau kelainan vasaotak (acute
vascular accident, stroke). Koma atau penurunan kesadaran yang terjadi
27
setelah kejang, atau menyertai preeklampsia yang tanpa kejang adalah sebagai
akibat edema otak yang luas. Herniasi batang otak juga dapat menyebabkan
kematian. Bila tidak ada perdarahan otak yang menyebabkan koma dan
dengan pemberian terapi suportif yang tepat sampai penderita kembali sadar
umumnya prognosis pada penderita adalah baik. . (4)
3) Mata
Kebuataan dapat terjadi setelah kejang atau dapat terjadi spontan
bersamadengan preeklampsia. Ada dua penyebab kebutaan, yaitu :
a. Ablasio retina, yaitu lepasnya retina yang ringan sampai berat.
b. Iskemia atau infark pada lobus oksipitalis. Prognosis untuk kembalinya
penglihatan yang normal biasanya baik, apakah itu yang disebabkan oleh
kelainan retina maupun otak, dan akan kembali normal dalam waktu satu
minggu. . (4)
4) Psikosis
Eklampsia dapat diikuti keadaan psikosis dan mengamuk, tapi
keadaan ini jarang terjadi. Biasanya berlangsung selama beberapa hari sampai
dua minggu, tetapi prognosis untuk kembali normal umumnya baik, selama
tidak ada kelainan mental sebelumnya. . (4)
5) Sistem hematologi
Plasma
daeah
hemokonsentrasi,
menurun,
gangguan
viskositas
pembekuan
darah
darah,
meningkat,
disseminated
plasenta
yang
dapat
menyebabkan
perdarahan
28
Cardiac arrest,
500ml
atau lebih darah pada persalinan pervaginam, 1000 ml pada seksio sesaria,
1400 ml pada histerektomi secara elektif atau 3000 sampai 3500 ml pada
histerektomi saesarea darurat, setelah kala tiga persalinan selesai. Pada
eklampsia sering didapat adanya hemokonsentrasi atau tidak terjadinya
hipervolemia seperti pada kehamilan normal. Hal tersebut membuat ibu
hamil pada kasus eklampsia jauh lebih rentan terhadap kehilangan darah
dibandingkan ibu normotensif. . (4)
12) Kematian Maternal
Kematian maternal adalah kematian setiap ibu dalam kehamilan,
persalinan, masa nifas sampai batas waktu 42 hari setelah persalinan, tidak
tergantung usia dan tempat kehamilan serta tindakan yang dilakukan
untuk mengakhiri kehamilan tersebut dan bukan disebabkan oleh
kecelakaan.
Kematian maternal pada eklampsia disebabkan karena beberapa
hal antara lain karena perdarahan otak, kelinan perfusi otak, infeksi,
perdarahan dan sindroma HELLP. . (4)
29
Komplikasi Perinatal
Saat kejang terjadi peningkatan frekuensi kontraksi uterus sehingga
tonus otot uterus meningkat. Peningkatan tersebut menyebabkan
vasospasme arterioli pada miometrium makin terjepit. Aliran darah
menuju retroplasenter makin berkurang sehingga dampaknya pada denyut
jantung janin (DJJ) seperti terjadi takikardi, kompensasi takikardi dan
selanjutnya
diikuti
bradikardi.Ajasri
dkk
menyebutkan
terjadinya
30
Komplikasi dismaturitas :
-
Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan kegawatan bayi karena
terjadinya kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir dan disertai dengan hipoksia dan hiperkapnea yang dapat berlanjut
menjadi asidosis. Asfiksia neonatorum dapat disebabkan karena faktor
ibu yaitu adanya gangguan aliran darah ke uterus. Gangguan aliran
darah ke uterus menyebabkan berkurangnya asupan oksigen ke plasenta
dan janin. Penilaian derajat asfiksia dapat dilakukan dengan Apgar skor.
(4)
Hiperbilirubinema
2) Prematuritas
Partus prematuritas sering terjadi pada ibu dengan eklampsia
karena terjadi kenakan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan
yang meningkat. . (4)
juga
mempunyai
jumlah
trombosit
kurang
dari
150.000/mm pada waktu lahir, tapi jumlah ini dapat segera menjaadi
normal. . (4)
5) Hipermagnesemia
Disebut hipermagnesemia bila kadar magnesium serum darah lebih
besar atau sama dengan 15 mEq/l. Hal ini dapat terjadi pada bayi baru
lahir dari ibu eklampsia dengan pengobatan magnesium. Pada keadaan ini
dapat terjadi
J. PENCEGAHAN
Berbagai strategi digunakan untuk mencegah atau memodifikasi perburukan
preeclampsia. Secara umum, belum ada yang terbukti secara klinis efektif
1. Manipulasi Diet
- Diet rendah garam
Salah satu penelitian wal untuk mencegah preeclampsia yaitu retriksi
garam di thaun 1937. Akan tetapi, penelitian terbaru di 1998 menunjukkan
-
retriksi sodium tidak efektif mencegah preeclampsia pada 361 wanita. (4)
Suplemen calcium
Penelitian di USA tahun 1980 menunjukkan wanita dengan intake calcium
rendah meningkatkan resiko hipertensi gestasional. Pada penelitian tahun
1997 pada wnita nullipara menunjukkan pemberian calcium tidak member
bermakna. (4)
2. Anti hipertensi
Ditemukan bahwa wanita yang diberikan diuretic menurunkan insidens
edema dan hipertensi, tetapi tidak untuk preeclampsia. Penelitian pada
wanita dengan hipertensi kronik yang diberikan antihipertensi yang
bervariasi juga gagal menunjukkan penurunan kejadian superimposed
preeclampsia. (4)
3. Antioksidan
33
K. PROGNOSIS
Sekitar 25 % wanita dengan eklampsia akan mengalami hipertensi pada
kehamilan berikutnya. 5% wanita dengan hipertensi dapat berkembang menjadi
preeclampsia berta. Sekita 2% wanita dengan eklampsia berkembang menjadi
eklampsia kembali pada kehamilan berikutnya. Prognosis janin pada penderita
eklampsia tergolong buruk. Seringkali janin mati intrauterine atau mati pada fase
neonatal karena memang kondisi bayi sangat inferior. (5)
Kriteria Eden adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia.
Kriteria Eden antara lain:
1. Koma yang lama (prolonged coma)
2. Nadi diatas 120 kali per menit
3. Suhu 39,4C atau lebih
4. Tekanan darah di atas 200 mmhg
34
35
DAFTAR PUSTAKA
(1) The American College of Obstetricans and Gynecologist.
2013.
36