PRESENTASI KASUS
HIPERTENSI KRONIK PREEKLAMSIA SUPERIMPOSED
Disusun oleh:
MONIKA TATYANA YUSUF
20100310057
Pembimbing: dr. Agung Supriandono, Sp.OG
RSUD Salatiga
KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
BAB I
STATUS PASIEN
a. Identitas Pasien
Nama
: Ny.I
Umur
: 36 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
b. Anamnesa
Keluhan Utama
Pasien G3P2A0 UK 39 minggu datang dirujuk dari Puskesmas Cebongan dengan
diagnosis preeklamsia berat, keluhan pusing (+), merasakan kenceng-kenceng namun
masih jarang.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien saat ini merasakan keluhan pusing (+), pandangan kabur (-), nyeri ulu hati
(+), merasakan kenceng-kenceng namun masih jarang, gerak janin (+), lendir darah (+),
keluar air ketuban (-)
Riwayat Obstetri :
G3P2A0
I
: Laki-laki, 9 tahun, BBL 2450 gram, spontan, lahir di bidan
II
: IUFD, UK 36 minggu, Riwayat PEB
III
: hamil ini.
HPHT
: lupa
HPL
: 17 Juni 2015
Usia Kehamilan: 39 minggu
Riwayat Ginekologi :
Pasien menarche usia 11 tahun, durasi 5 hari, dismenorrhea (-), siklus teratur,
keputihan (-), gatal (-), bau (-)
Riwayat KB
: (-)
Tinjauan Sistem:
Kepala leher
Kulit
THT
Respirasi
Gastrointestinal
Kardiovaskular
Perkemihan
Ekstremitas
Leopold II
STLD (+).
o Ekstremitas
Udem : (-) baik di ekstremitas atas maupun bawah
Akral dingin: (-) baik di ekstremitas atas maupun bawah
Diagnosis Kerja :
G3P2AO, H 39 minggu, dengan Hipertensi Kronik, inpartu, Kala 1 fase laten
o Pemeriksaan penunjang
Darah Rutin :
Leukosit
: 15,40
(N: 4.5-11)
Eritrosit
: 4,82
(N: 4.5-5.5)
Hemoglobin
: 11,8
(N: 14-18)
Hematokrit
: 37,9
(N: 40-54)
Trombosit
: 370
(N: 150-450)
Protein Albumin : +3 (300)
(Negative)
A (Assessment)
:
G3P2AO, H 39 minggu, Hipertensi Kronik Superimposed Preeklamsia,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
1. Definisi Hipertensi dalam Kehamilan dan Klasifikasi
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau
90 mmHg diastolic pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang
sebelumnya normotensi.
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan ada 4 berdasarkan Report of The
National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood
Pressure in Pregnancy;
a. Hipertensi Kronik
b. Preeklamsia dan Eklamsia
c. Hipertensi Kronik dengan Superimposed Preeklampsia
d. Hipertensi Gestational
Hipertensi Gestational
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang
setelah persalinan.
Diagnosis :
TD sistolik 140 atau TD diastolik 90 mmHg ditemukan pertama kali sewaktu hamil
Tidak ada proteinuria
Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, TD kembali normal sebelum 12 minggu
pascapartum
Dapat disertai gejala dan tanda lain preeklamsia seperti dispepsia atau trombositopenia
Diagnosis akhir hanya ditegakkan pascapartum
Preeklamsia
Preeklamsia Ringan :
TD 140/90 mmHg yang terjadi pada usia kehamilan > 20 minggu
Proteinuria 300mg/24 jam atau +1
Preeklamsia Berat :
TD 160/110 mmHg
Proteinuria > 2 gram/24 jam atau +2
Oliguria (<500ml/24 jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
Trombositopenia (<100.000/l)
Peningkatan kadar transaminase serum ALT atau AST
Nyeri kepala persisten, gangguan penglihatan skotoma
Nyeri Epigastrik persisten
Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
Eklamsia
Kejang yang tidak disebabkan oleh penyebab lain pada perempuan dengan preeklamsia
Diagnosis :
Kejang umum dan/atau koma
Ada tanda dan gejala preeklamsia
Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan subarakhnoid, dan
meningitis
Hipertensi Kronik Superimposed Preeclamsia
Ibu dengan riwayat hipertensi kronis (sudah ada sebelum usia kehamilan 20 minggu)
Proteinuria > +1 (sebelum hamil tidak ada proteinuria)
Peningkatan mendadak proteinuria atau tekanan darah atau hitung trombosit < 100.000/l
pada perempuan yang mengalami hipertensi dan proteinuria sebelum kehamilan 20
minggu.
2.
Etiopatogenesis Preeklamsia
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabangcabang arteri uterine dan arteri ovarika.
Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuata dan
kemudian memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi
arteri basalis dan kemudian memberi cabang arteri spiralis.
Pada kehamilan normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri
spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri
spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan
matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis menjadi distensi dan
dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vascular, dan peningkatan aliran darah pada daerah
uteroplasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini
dinamakan remodeling arteri spiralis.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan
otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi
tetap kaku dank eras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relative mengalami vasokonstriksi dan
terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta turun dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta
10
11
12
Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat rawat
untuk penilaian kesehatan janin
Jika tekanan darah stabil janin dapat dilahirkan secara normal
b. Hipertensi Kronik
Menganjurkan istirahat lebih banyak
Jika pasien sebelum hamil sudah mendapatkan obat antihipertensi dan terkontrol
dengan baik lanjutkan pengobatan tersebut
Jika tekanan diastolik 110 mmHg atau tekanan sistolik 160 mmHg berikan
antihipertensi
Jika terdapat proteinuria atau tanda dan gejala lain pikirkan superimposed
preeklamsia dan tangani seperti preeklamsia
Berikan suplementasi kalsium 1,5-2 gram/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari
usia kehamilan 20 minggu
Pantau pertumbuhan dan kondisi janin
Jika tidak ada komplikasi tunggu sampai aterm
Jika DJJ < 100x/menit atau > 160x/menit tangani seperti gawat janin
Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat pertimbangkan terminasi kehamilan
c. Preeklamsia Ringan
Kehamilan < 37minggu
Jika Kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan lakukan
penilaian 2x seminggu secara rawat jalan :
Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin, lebih banyak
kehamilan
Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklamsia berat.
Kehamilan > 37 minggu
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi :
13
14
15
Dosis Pemeliharaan :
Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infus
Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis > 30 mg/jam
Jangan berikan > 100 mg/ 24jam
Pemberian melalui rektum
Jika pemberian IV tidak mungkin diazepam dapat diberikan per rektal,
dengan dosis awal 20 mg dalam spuit 10 cc
Jika masih kejang beri tambahan 10 mg/jam
Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukkan ke dalam rektum
Antihipertensi
Obat pilihan adalah hidralazin diberikan 5 mg IV pelan-pelan selama 5
menit sampai TD turun
Jika perlu, pemberian hidralazine dapat diulang setiap jam atau 12,5 mg IM
setiap 2 jam
16
Pada ibu dengan PER atau HT gestational ringan yang sudah aterm induksi
persalinan dianjurkan
17
BAB III
PEMBAHASAN
1. Diagnosis Pasien
Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan status G3P2A0, H 39
minggu, keluhan kenceng-kenceng yang masih jarang disertai dengan pusing dan nyeri
ulu hati maka pemikiran pertama adalah pasien dengan hamil aterm dengan tanda akan
bersalin, kemudian pusing yang ada pada pasien bisa jadi karena pusing biasa atau
karena penyebab tekanan darah yang tinggi, sedangkan nyeri ulu hati bisa jadi karena
dyspepsia atau merupakan salah satu akibat dari preeklamsia pada ibu hamil. Dari
hasil anamnesis lanjut didapatkan data bahwa pasien memiliki riwayat penyakit kronis
yaitu hipertensi sejak usia 20 tahun-an. Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda vital
didapatkan tekanan darah yang tinggi yaitu 190/130. Kemudian selain itu dari
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada ulu hati, tidak ditemukan adanya edema
pada ekstremitas bawah. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan janin teraba tunggal,
puka, presentasi kepala, gerak janin aktif, His (+) 2-3x/10/20, Djj 162 x/menit.
Kemudian pada pemeriksaan dalam didapatkan vagina dan uretra normal, dinding
vagina licin, pembukaaan 2 cm, KK (+), posisi cervix posterior, portio tebal lunak,
kepala Hodge I, STLD (+) sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien sedang dalam
persalinan kala 1 fase laten. Dari seluruh pemeriksaan tersebut dapat ditarik
kesimpulan G3P2A0, H 39 minggu, inpartu, Kala 1 Fase Laten, dengan hipertensi
kronik karena adanya riwayat hipertensi sejak usia 20 tahun an.
Kemudian yang harus dipastikan setelah itu adalah protein urin untuk
melihat adakah potensi preeklamsia berat pada pasien tersebut serta pengulangan
tekanan darah. Setelah dilakukan pemeriksaan protein urin didapatkan hasil +3 dan
setelah diulang kembali tekanan darah didapatkan hasil 180/110. Maka dari itu dengan
adanya keluhan fisik pusing, nyeri ulu hati, TD 190/130 saat awal datang dan tetap
tinggi > 160/110 dengan riwayat hipertensi sejak muda dan adanya protein urin +3
maka dapat didiagnosis G3P2A0, H 39 minggu, inpartu Kala 1 Fase Laten, dengan
hipertensi kronik superimposed preeclamsia.
2. Penatalaksanaan
18
Dari kasus tersebut di atas maka karena pasien adalah ibu hamil dengan
usia kehamilan 39 minggu (> 37 minggu) maka sebaiknya dapat dipertimbangkan
untuk terminasi kehamilan. Sebelum melakukan terminasi kehamilan sebaiknya
dilakukan penstabilan tekanan darah dengan antihipertensi, disini menggunakan
Metildopa 3 x 250 mg dan Adalat Oros 30 mg. Selain mengontrol tekanan darah
diberikan profilaksis antikejang dengan dosis awal MgSO4 4 gram diencerkan
Aquades 10 ml diinjeksikan selama 20 menit. Kemudian diberikan dosis pemeliharaan
MgSO4 6 gram dalam RL 500 ml dengan kecepatan 1 gram/jam selama 6 jam tetesan
28-30 tpm.
Pasien tersebut pada hari pertama di RS diobservasi dengan pemeriksaan
dalam dengan pembukaan 2 cm, dengan kepala masih di Hodge 1, posisi cervix
posterior, portio tebal lunak. Kemudian diobservasi kembali 6 jam kemudian tetap
pada pembukaan 2 cm dan kepala masih di Hodge 1. Setelah itu diobservasi kembali 6
jam lagi yang berarti 12 jam setelah pasien datang pertama kali didapatkan pembukaan
3 cm, kepala di Hodge 1, portio tebal lunak, KK (+), STLD (+). His masih jarang.
Padahal persalinan pada kasus preeklamsia berat harus diselesaikan dalam waktu 24
jam atau jika pada eklamsia harus diselesaikan dalam waktu 12 jam. Tekanan darah
pada pasien ini berkisar > 160 mmHg selama dirawat di Rumah Sakit. Untuk
mempercepat persalinan maka dilakukan terlebih dahulu induksi persalinan dengan
oksitosin drip sampai dengan 20 tpm disertai pemantauan denyut jantung janin.
Kemudian karena semakin lama tidak terdapat kemajuan persalinan, ditakutkan terjadi
fetal distress dan terjadi kejang karena tensi pasien yang tidak terkendali maka segera
dilakukan terminasi kehamilan secara section cesarean.
19
DAFTAR PUSTAKA