Anda di halaman 1dari 28

LARYNGOPHARYNGEAL

REFLUX (LPR)
Disusun oleh:
Mohd Afdhal Bin Mohd Zaed C11111832
Dian Aulia Sari Hafied
C11111301
Muh Ilham Azis
C11111196
Residen Pembimbing:
dr. Ribka Aryanti Toding

Pendahuluan:
LPR

terjadi ketika asam lambung


dan enzim pepsin naik dari
lambung menuju oesophagus dan
mengiritasi laring dan faring.

Termasuk

dari
salah
satu
manifestasi
refluks
ekstra
oesophagus yang berhubungan
dengan gastroesophageal refluks
(GERD)

Anatomi:

Anatomi Faring

Anatomi Otot Penyusun


Faring

Anatomi Laring

Anatomi Oesofagus

3 Daerah Penyempitan di

Epidemiologi:
Di

amerika diperkirakan 75 juta


penduduk diperkirakan menderita
GERD, dimana 50% dari populasi
ini menunjukkan gejala LPR atau
refluks ekstraesophageal

Prevalensi

pasien
dengan
keluhan LPR berkisar antara 1520%

Etiologi:
Retrogade

refluks asam lambung


atau bahan lain, atau keduanya.

Pajanan
Defek

asam oesofagus

pada enzim karbonat


anhydrase isoenzyme III

Pria,

wanita, bayi, anak-anak


hingga dewasa bisa mengalami
LPR.

Di

asia sendiri di laporkan


prevalensi cukup rendah yaitu 35 %.

Patogenesis:
Hipotesis

1:
asam lambung secara langsung menciderai
laring dan jaringan sekitarnya

Hipotesis

2:
asam lambung dalam esofagus distal
merangsang
reflex
vagal
yang
mengakibatkan bronkokonstriksi dan gerakan
mendehem (throat clearing) dan batuk
kronis, yang pada akhirnnya menimbulkan
lesi pada mukosa saluran nafas

atas

Gejala Klinis:

Gejala

yang paling sering di jumpai


adalah suara serak.

Disfonia
Throat

clearing
Globus pharingeus
Disfagia
Post nasal drip
Voice fatigue
Batuk kronik
Sensasi penuh pada tenggorokan yang
tidak hilang dengan menelan.

Diagnosis:
Ditegakkan

melalui anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
dan
pemeriksaan penunjang.

Index Gejala Refluks


(RIS)
Skor total maksimal 45, dan skor diatas 13 menegakkan diagnosis
LPR secara pasti.

Refluks Finding Score

RFS

adalah
indeks
yang
dirancang
untuk
menilai
keparahan klinis berdasarkan
temuan laringoskopi.

Skor

berkisar dari 0 (normal)


sampai 26 (paling parah), dengan
skor 11 atau di atas dianggap
menjadi indikasi LPR.

Gambar A: Laring normal


Gambar B: Arytenoid eritem (tanda
panah) pada pasien LPR

Pemeriksaan Penunjang:
Laringoskopi:
digunakan

pada pasien dengan gejala


iritasi dan inflamasi laringeal yang tidak
spesifik

ditemukan

edem dan eritem, khususnya


diregio posterior, yang menjadi temuan
utama untuk mendiagnosis LPR

bersifat

subjektif

Endoskopi:
tanda-tanda
gambaran

peradangan oesofagus

esofagitis
tidak
ditemukan pada pasien LPR.

selalu

Monitoring

pH pharyngoesofageal:
mendeteksi asam dan nonasam atau
cairan bergas
LPR

jika pH dari batas sensor proksimal


<4 setelah asam memapar batas distal

Tatalaksana:
Edukasi

dan perubahan perilaku:


Menurunkan berat badan
Berhenti merokok
Hindari minuman beralkohol dan
kopi
Mengurangi makan yang
berasam
Hindari latihan berat
Edukasi aturan meminum obat
30-60 menit sebelum makan

Medikamentosa:
4

kategori obat dipakai untuk LPR:


Penghambat pompa poton
Agonis reseptor H2
Agen prokinetik
Neuromodulator

Penghambat

pompa
proton
merupakan pilihan utama dalam
pengobatan medikamentosa LPR.

PPI

Dosis ganda selama 12 minggu


untuk

pasien

dengan gejala

laryngeal dan GERD atipikal.

H2RA

Berperan pada pasien dengan


nocturnal acid breakthrough

Agen prokinetik

Terapi

tambahan

sebagai

mekanisme perlindungan
Neuromodulator
-

Agen penurun reflux

Baclofen

efektif

menurunkan

kejadian refluks
Modulator nyeri viseral

TCA, SSRI efektif pada pasien


dengan
esophagus

hypersensitive

Operasi:
Indikasi:

Medikamentosa gagal

Fundoplikasi

baik yang komplit


(Nissen atau Rossetti) maupun
parsial (Taupet atau Bore) adalah
prosedur yang paling sering
dilakukan.

Differential Diagnosis:
Akut

laryngitis
Functional voice disorder
Stenosis laring
Tumor ganas pada laring
Postcricoid area

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai