Anda di halaman 1dari 130

PAEDIATRIC BATCH AGUSTUS 2018

The word paediatric and its cognates mean "healer of children"; they dr. Winda Yanuarni Meye
derive from two Greek words: παῖς (pais "child") and ἰατρός (iatros dr. Afrilia Intan Pratiwi
"doctor, healer") dr. Reagan Resadita
dr. Mike Lauda
OUTLINE MATERI
ENDOKRINOLOGI-GENETIK GIZI
• Hypoglycemia • Malnutrisi
• Growth Hormone • CDC Growth Chart Interpretation –
• Thyroid Hormone percentile
• DM – Diabetic Keto Acidosis • Pemberian makanan
• Kelainan Genetik
• Pubertas Prekoksia
• Delayed Puberty HEMATOONKOLOGI
GASTROHEPATOLOGI • Anemia Defisiensi Besi
• Hemofilia
• Diare Cair Akut • Henoch Schonlein Purpura
• Diare Persisten • Vitamin K Deficiency Bleeding
• Disentri
• Giardiasis
• Balantidiasis
• Kolera PEDIATRIK SOSIAL
• E. Coli • Tumbuh kembang anak
• Perhitungan Cairan • Vaksinasi
• Lactose intolerant • Congenital deafness
• Hypoglycemia
• Growth Hormone
• Thyroid Hormone
• DM – Diabetic Keto Acidosis
• Kelainan Genetik
• Pubertas Prekoksia
• Delayed Puberty

PEDIATRIK ENDOKRINOLOGI &


GENETIK
Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan kondisi GLUKOSA PLASMA:
1. < 45 mg/dl pada bayi atau anak-anak, dengan atau tanpa gejala.
2. < 35 mg/dl pada neonatus aterm berusia < 72 jam
3. < 25 mg/dl pada neonatus prematur dan KMK berusia < 1 minggu

Anamnesis: Manifestasi:
• Tremor, jitterness (gerakan tidak
beraturan), atau iritabilitas • Berkeringat, lapar, tremor,
takikardia, pucat, kehilangan
• Kejang, koma
nafsu makan
• Letargis, apatis
• Sulit menyusui, muntah sehingga • Disorientasi, nyeri kepala,
asupan berkurang strabismus, Letargi, kejang,
• Apneu koma
• High Pitched Cry atau lemah
• Sianosis
• Beberapa bayi asimptomatik
Penyebab Hipoglikemia
Peningkatan Penurunan produksi/
Keduanya
pemakaian glukosa simpanan glukosa
• Neonatus dari ibu • IUGR • Stres perinatal
penderita DM • Prematur (Sepsis, syok,
• Besar Masa • Asupan kalori tidak asfiksia, hipotermi,
Kehamilan adekuat resp. distress)
• Neonatus dengan • Penundaan • Transfusi tukar
eritroblastosis pemberian asupan • Defek metabolisme
foetalis karbohidrat
• Ibu mendapat terapi • Defisiensi endokrin
tokolitik, tiazid (insuf adrenal,
• Setelah transfusi defisiensi
tukar hipotalamus,
hipopituitarism)
NEONATAL Neonates <24h: <30mg/dL
>24h: <45 mg/dL PPM IDAI

GD >25-<45 mg/dl

GD
GD 36-<45 mg/dl
36-<45 mg/dl
GD <45 mg/dl

GD 36-<45 mg/dl
GD 36-<45 mg/dl
GD45 mg/dl GD45 mg/dl
ANAK
Growth Hormone

Secreted in pulsatile fashion from


anterior pituitary gland

Regulated by:
–Growth hormone-releasing hormone
(GHRH)  stimulates both the
synthesis and the release of GH
–Somatostatin  inhibits the release
of GH

•IGF
–end product of GH bioeffect
–negativefeedback effect on GH
secretion

©Bimbel UKDI MANTAP


Growth Hormone Effect on Targeted Organs:

©Bimbel UKDI MANTAP


Growth Hormone Abnormalities:

1. Excess GH
Gigantisme Akromegali
- Terjadi PRE-PUBERTAS  - Terjadi POST-PUBERTAS 
lempeng epifisis belum lempeng epifisis sudah
tertutup tertutup
- Pertumbuhan tulang berlebih - Pertumbuhan jaringan kartilago,
- Tinggi > 7 feet (2meter) tangan, kaki, ridge of eyebrow,
- Macrocephaly dagu, dan lidah masih terjadi
- Obesitas - Efek metabolik
- Frontal bossing - Peningkatan gula darah 
- Hiperhidrosis peningkatan insulin  risiko
- Soft tissue hipethropy DM tipe 2
- Penyempitan arteri, serangan
jantung
Acromegaly face Gigantism
Diagnosis
GH Excess
2. GH Deficiency : Dwarfism
SHORT STATURE DDx:

Dwarfism Cretinism
Hipopituitarism Hipotiroidisme
Penurunan GH Penurunan T4 dan T3
Bagian Tubuh Proposional, Perawakan pendek, bagian
Perawakan pendek (<147cm), tubuh tidak proposional,
smart look ekspresi datar, ugly look

Mental normal ( Normal IQ) Retardasi mental ( IQ rendah)

• Sexual infantilsm • Sexual infantilism


• Fertile • Small gonad
• Infertile
©Bimbel UKDI MANTAP
Dwarfism: Cretinism:
Hipotiroid Kongenital
Anamnesis Pemeriksaan fisik (Bayi)
• Kelahiran postdate • Ubun ubun besar
• Dull face
• Retardasi perkembangan
• Lidah besar
• Gagal tumbuh/pendek • Kulit kering
• Malas menetek • Hernia umbilikalis
• Suara menangis serak • Hipoaktif
• Riwayat lahir di daerah endemik • Mottling, jaundice
kekurangan iodium • Sekilas mirip sindrome down

Tanda dan gejala pada Anak PPM IDAI jilid 1, 2011

• Perawakan Pendek
• Delayed Bone Age
• Increased Weight for Height/Age
• Kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah
• Gejala mirip pada orang dewasa
• Kadang disertai pembesaran kelenjar pituitari dan tiroid
©Bimbel UKDI MANTAP
Pemeriksaan Terapi L-tiroksin
penunjang USIA DOSIS
(microgram/kg/hari)
• Pemeriksaan darah
– TSH (), fT4 () 0-3 bulan 10-15
– Darah lengkap
– Ibu bisa di periksa antibody 3-6 bulan 8-10
• Radiologis 6-12 bulan 6-8
– Bone age
– Skintigrafi tiroid 1-5 tahun 4-6
• Screening fungsi tiroid 6-12 tahun 3-5
– skrining TSH pada usia 2-5 hari atau
2-6 minggu, jika faskes terbatas > 12 tahun 2-4
gunakan Scoring Quebec. Normal
jika skor<3 (dari total skor 13)

Prognosis
- Terapi mulai usia <1 bln  IQ >90 usia 3-4
- Terapi usia <3 bln  IQ > 85
- Tidak diterapi/ tiap 1 bulan keterlambatan
akan kehilangan 1 point IQ
Sebelum 4 Bl
Tx Setelah Tx
Hipertiroid kongenital
Kondisi yang jarang ditemui. Diakibatkan oleh transplasental antibody dari ibu
yang memiliki grave disease

Manifestasi Fetal Manifestasi Post natal


• Takikardi • Iritabilitass
• Aritmia • Takikardi
• Hipertensi
• Growth retardation
• Penambahan berat badan
• prematuritas yang buruk
• Pembesaran tiroid
• Gagal jantung
• Mikrosefali

H. Krude, H. Bieberman, Congenital hypertiroid,


department of pediatric, Virchow-klinikum, Germany
Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Mellitus Tipe 1
Px fisik
Bentuk Klasik tanpa tanda kegawatan
• Polidipsi • Enuresis (mengompol) pada anak
yang sudah tidak mengompol
• Poliuri  mengompol, dapaT menyebabkan kesalahan
infeksi berulang (jamur), diagnosis dengan infeksi saluran
tampak dehidrasi kemih.
• Polifagi • Kandidiasis vaginal, terutama
pada anak perempuan
• Penurunan berat badan prapubertas.
dalam 2-6 minggu • Penurunan berat badan kronis
• Mudah lelah atau gagal tumbuh.
• Biasnya terjadi pada onset • Iritabilitas dan penurunan
prestasi di sekolah.
remaja
• Infeksi kulit berulang

UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, IDAI - World Diabetes Foundation 2015
Kriteria Diagnostik
Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
1. Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidipsia, nokturia, enuresis, penurunan berat
badan, polifagia, DAN kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/ dL (11.1 mmol/L).
Atau
2. Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7 mmol/L). Atau
3. Kadar glukosa plasma  200 mg/ dL (11.1 mmol/L) pada jam ke-2 TTGO (Tes Toleransi
Glukosa Oral). Atau
4. HbA1c >6.5% dengan standar NGSP dan DCCT

Pada penderita yang ASIMPTOMATIS Penilaian glukosa plasma puasa :


dengan peningkatan kadar glukosa • Normal : < 100 mg/dL (5.6 mmol/L)
plasma sewaktu (>200 mg/dL) harus • Gangguan glukosa plasma puasa (Impaired
dikonfirmasi dengan kadar glukosa fasting glucose= IFG): 100–125 mg/dL
plasma puasa atau dengan tes toleransi • Diabetes :  126 mg/dL (7.0 mmol/L)
glukosa oral yang terganggu. Diagnosis Penilaian tes toleransi glukosa oral :
tidak ditegakkan berdasarkan satu kali • Normal : <140 mg/dL (7.8 mmol/L)
pemeriksaan. • Gangguan glukosa toleransi (Impaired
glucose tolerance =IGT) : 140–200 mg/dL
• Diabetes :  200 mg/dL (11.1 mmol/L

UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, IDAI - World Diabetes Foundation 2015
Tatalaksana
Prinsip pengobatan Insulin
• Pengobatan seumur hidup • Dipikirkan jenis dan sediaan
• Pemberian INSULIN • Bisa digunakan Basal Bolus
• Pengaturan makan atau Premix
• Olahraga • Diberikan oleh spesialis
• Edukasi anak, jika memungkinkan
subspesialis endokrin
• Self monitoring blood
glucose
Ketoasidosis Diabetik
• Merupakan kedaruratan medis
• Kurangnya insulin dalam sirkulasi secara absolut ditunjang dengan meningkatnya
counterregulatory hormones : katekolamin, glukagon, kortisol, dan growth hormone

Penegakan diagnosis apabila : Pemeriksaan Fisik


• Dehidrasi sedang sampai berat.
1. Hiperglikemia, kadar
• Muntah berulang dan pada beberapa kasus
gula darah > 200 nyeri perut
mg/dl • Tetap terjadi poliuri meskipun dehidrasi.
2. PH darah vena < 7.3, • Kehilangan berat badan karena kehilangan
cairan dan otot serta lemak.
bikarbonat <15mEq • Pipi kemerahan karena ketoasidosis.
3. Ketonemia dan • Bau pernapasan aseton.
ketonuria • Hiperventilasi (pernapasan Kussmaul).
• Gangguan sensorik (disorientasi, apatis
sampai dengan koma)
• Syok (nadi cepat, sirkulasi perifer memburuk
dengan sianosis perifer).
• Hipotensi
Dasar Tatalaksana KAD
• NaCl 0,9% 20 ml/kg dalam waktu satu jam
Terapi cairan • Apabila kadar gula sudah turun <250
diganti dekstrose 5% dalam NaCl 0.45%

• Gunakan rapid insulin


Terapi insulin • Dosis : 0,1 iu/kg bb/ jam secara intravena

• Yang dikoreksi : Natrium dan Kalium


Koreksi gangguan • Asidosis metabolik tidak perlu dikoreksi
elektrolit
Penanganan
Pemantauan
infeksi
Edema Cerebri
Tanda Bahaya pada DKA
• Edema Cerebri merupakan penyebab kematian paling sering pada anak-anak dengan
KAD
• Perubahan gradien osmolar akibat peningkatan glukosa darah akan menyebabkan
perpindahan cairan intraselular (ICF) ke ruangan cairan ektraseluler (ECF) dan
mengakibatkan volume sel membesar.
FAKTOR RISIKO: MANAJEMEN
• Usia muda 1. Kurangi jumlah cairan sebanyak
• Diabetes awitan baru sepertiganya.
• Durasi gejala yang lebih lama 2. Berikan manitol 0,5-1 g/kg IV
TANDA EDEMA CEREBRI: selama 10-15 menit dan ulangi jika
tidak ada respon setelah 30 menit
• sakit kepala, bradikardia, muntah
sampai 2 jam setelah pemberian.
• perubahan status neurologis (iritabilitas,
3. Tinggikan kepala 30°.
mengantuk, inkontinensia)
4. Jika terdapat gagal napas, lakukan
• tanda neurologis spesifik (parese saraf
intubasi
kranial dan respon pupil terganggu)
• Hipertensi
• menurunnya saturasi oksigen dan
apnea.
Kelainan Genetik
Sindrom Penjelasan
Sindroma • Perempuan – 45 XO
Turner • kelenjar kelamin (gonad) yang tidak
berfungsi dengan baik dan dilahirkan tanpa
ovari dan uterus
• ciri : tubuh pendek, kehilangan lipat kulit di
sekitar leher, wajah anak kecil, tangan kaki
bengkak,
Turner Syndrome

Sindroma • Laki – laki - 47 XXY


Klinefelter • Infertilitas, keterbelakangan mental,
gangguan perkembangan
• ciri fisik : ginekomastia

Klinefelter
Sindroma Marfan • Kelainan genetik pada jaringan ikat
• ciri : ekstremitas panjang, jari – jari panjang, kelainan katup jantung
dan aorta
Sindroma Jacobs • Laki – laki, XYY ( sindrom laki – laki super)
• Ciri : pertumbuhan pesat, lebih tinggi dari rata – rata, tidak mandul
Predisposition to criminal behavior/insanity
Sindroma Down • kelainan pada kromosom 21
• Ciri : microcephal dg bagian anteroposterior mendatar, sela hidung
datar, macroglossia, mata menjadi sipit dengan sudut bagian bawah
tengah membentuk lipatan (epicanthal folds) dan melebar, tangan
pendek, jarak antara jari pertama dan kedua (baik tangan dan kaki)
melebar, simian line/crease

Marfan
Syndrome Jacobs Down Syndrome
Sindrom kelainan pada kromosom 13
Patau • defek saraf pusat ,retardasi mental
•sumbing bibir, dan palatum,
polidaktili,
•anomaly pola dermis
•abnormalis jantung, genitalia.

Sindroma Kelainan pada kromosom 18


Edward • retardasi mental berat
• gangguan pertumbuhan
•ukuran kepala dan pinggul yang kecil,
•dan kelainan pada tangan dan kaki.
Sindrom Cri-du- Kelainan delesi parsial kromosom autosomal
chat 5p
• Tangisan melengking seperti kucing
• Retardasi mental
• Mikrosefali
• Kelainan bentuk wajah: wajah bundar
penuh pipi, hipertelorisme, epicantal fold,
posisi telinga sedikit inferior
• Kegagalan tumbuh kembang

Duchenne • Kelainan genetik X-Linked


Muscular Recessive
Dystrophy • Akibat tidak adanya protein
(DMD) dystrophin sehingga
menyebabkan degenerasi
dan kelemahan otot secara
progresif.
• Sering terjadi pada otot
tungkai atas, pelvis dan
lengan atas
• Gejala: kesulitan berjalan,
kontraktur pada otot,
kesulitan motoris,
hiperlordosis, Gower sign
(+)
Pubertas Prekoksia
Pubertas prekoksia didefinisikan sebagai timbulnya tanda-tanda perkembangan
seksual sekunder pada usia < 8 tahun untuk anak perempuan dan usia < 9 tahun
untuk anak laki-laki.
Terdapat 2 jenis: Pubertas Prekoks sentral (GnRH-dependent precocious
puberty) dan Prekoks perifer (GnRH-independent precocious puberty)

Full Only
spectrum of secondary
physical and sexual
hormonal developmen
changes of t present
puberty (determined
by Tanner
staging)
Delayed Puberty
Delayed Puberty : merupakan kondisi dimana pertumbuhan kelamin sekunder
anak terlambat atau tidak ada sama sekali. Batasan usia anak laki-laki dikatakan
delayed puberty yaitu usia diatas 14 tahun, dan anak perempuan pada usia
diatas 12 tahun.
Penyebab terjadinya delayed puberty digolongkan menjadi Hipogonadisme
Primer dan Sekunder.
• Diare Cair Akut
• Diare Persisten
• Disentri
• Giardiasis
• Balantidiasis
• Kolera
• E. Coli
• Perhitungan Cairan
• Lactose intolerant

PEDIATRIK GASTROHEPATOLOGI
Diarrhea
Qualitative Assessment:
The passage of unusually loose or watery stools, usually at
least three times in a 24 hour period.
Quantitave Assessment:
The augmented water content in the stools above the
normal value of approximately 10 mL/kg/d in the infant and
young child, or 200 g/d in the teenager and adult

Frequent passing of
formed stool ≠ diarrhea.

Lect. by Prof. dr. S. Yati Soenarto, Ph.D., Sp.AK, ©Bimbel UKDI MANTAP
.
Klasifikasi Diare
Diare Akut
• Kondisi diare yang terjadi mendadak dan dapat
berlangsung beberapa hari sampai 14 hari (umumnya <1
minggu)

Diare Persisten
• Kondisi diare akut yang terus berlangsung sampai > 14
hari dan umunya disebabkan agen infeksius

Diare Kronik
• Kondisi diare dengan durasi > 14 hari dan umumnya
disebabkan agen non-infeksius
MEKANISME DIARE
Osmotik
• Terjadi perubahan gradien absorbsi cairan sehingga menimbulkan
retensi cairan dalam intralumen usus
• Contoh:
• Intoleransi laktosa  hiperosmotik  malabsorbsi cairan
• Infeksi rotavirus, Shigella  merusak epitel usus  malabsorbsi
cairan

Sekretorik
• Akibat aktifnya enzim adenil siklase oleh toksin yang mengubah ATP
menjadi cAMP. Akumulasi cAMP intraseluler menyebabkan sekresi aktif
air, Cl, Na, K, dan bikarbonat ke lumen usus.
• Contoh:
• Infeksi Cholera, rotavirus  toxin ke epitel usus  sekresi
• Substansi empedu, asam lemak, lakastif
• Kelainan kongenital (Congenital Chloride Diarrhea)  defek pada
Na-H exchange atau Cl-/HCO3- exchange  Gejala failure to thrive
sejak neonatus
MEKANISME DIARE
Motilitas
• Terjadi perubahan motilitas gastrointestinal yang mempengaruhi
kemampuan absorbsi (secara tidak langsung)
• Contoh:
• Hipomotility  stasis  inflamasi  overgrowth bacterial 
malabsorbsi
• Hipermotility  mengurangi waktu transit cairan untuk
diabsorbsi

Inflamatorik/Invasif
• Terjadi karena adanya proses peradangan yang menyebabkan
destruksi villi usus dan atau disfungsi transporter sehingga
menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dalam rupa mucus,
protein dan darah.
• Contoh:
• Infeksi shigella, Inflamatory Bowel Disease, Celiac Disease
(Imunne process)
Pemeriksaan Pada Diare
ANAMNESIS Physical exam Lab exam

• Feeding history Frequency of stools


• KU, VS, GCS
• Number of days • Stool cultures ≠ routine
• Signs of dehydration
• Blood and mucus in stools exam
• Blood in stool
• Local reports of cholera outbreak
• Signs of malnutrition • Electrolyte levels if
• Recent antibiotic or other drug
• Abdominal mass needed
treatment
• Abdominal distension. • Blood Gas Analysis
• Vomitting
• Imbalance electrolit
• Dehydration sign

Tanda Dehidrasi
• Gelisah/cengeng
Tanda Utama • lemah/letargi/koma
• Haus, turgor kulit abdomen menurun

Tanda gangguan • Nafas kussmaul (asidosis metabolik)


asam basa dan • Kembung (hipokalemia)
elektrolit • Kejang (hipo/hiper natremia) ©Bimbel UKDI MANTAP
Derajat DIARE

*Diare dengan
dehidrasi tidak
berat
5 STEPS5 OF
LANGKAH TUNTASKAN
MANAGEMENT DIARE
FOR DIARRHEA
CASE MANAGEMENT
1. NEW REDUCED
1. DEHYDRATION:  Rehydration: PO oralit 
OSMOLARITY ORALIT

2. CONTINUED SEVERITY
2.NUTRITION:   3.ZINC  & INCIDENCE
FEEDING

4. RATIONAL
ANTIMICROBIAL
3. ETIOLOGY PHARMACOLOGIC

(commonly infection)
NO ANTIMICROBIAL &
ANTIVOMITING
4. SUCCES OF 5. PATIENT-DOCTOR
PRACTICE: COMMUNICATION

Lect. by Prof Prof. dr. S. Yati Soenarto, Ph.D., Sp.AK, WHO 2005
. ©Bimbel UKDI MANTAP
Rehidrasi
Rehidrasi
Rehidrasi
PERHATIKAN TANDA-TANDA SHOCK!
Cairan Rumatan Pemberian Cairan
(Holiday Segar) melalui infus:
BB (kg) Kecukupan sehari • MAKRODRIP (DEWASA)
20 gtt = 1 ml
0-10 100 ml/kg • MIKRODRIP (ANAK)
60 gtt = 1 ml

10-20 1000 + 50 ml/kg (>10


kg)
>20 1500 + 20 ml/kg (>20
kg)
Contoh:
BB anak = 16,0 kg
Kecukupan cairan anak = (10 × 100) +
(6x50) ml = 1300 ml/hari

©Bimbel UKDI MANTAP


Pemberian Zinc

EFEK SAMPING :
MUAL MUNTAH

©Bimbel UKDI MANTAP Buku saku, 5 lintas diare, 2011


Pemberian Antibiotik yang Rasional:
Disentri
Definisi
• Diare yang disertai darah.
• Paling sering disebabkan oleh Shigella, namun dapat pula disebabkan oleh
amoeba

Diagnosis
• BAB cair, disertai darah.
• Shigellosis menimbulkan tanda radang akut meliputi:
– Nyeri perut
– Demam
– Kejang
– Letargis
– Prolaps rektum
• Pemeriksaan feses  trofozoit amuba dan Giardia.
• Shigellosis  lying-down dysentery  komplikasi: Hemolytic Uremic
Syndrome
• Amoebiasis  Walking dysentry ©Bimbel UKDI MANTAP
Pemberian Antibiotik yang Rasional:
Disentri
Indikasi rawat inap
- Anak dengan gizi buruk
- Bayi muda (<2bulan)
- Keracunan, letargis, kembung, nyeri tekan, dan kejang

Tatalaksana Disentri
• Pada tingkat layanan primer
– 5 lintas diare harus terpenuhi
– Diare lendir darah diterapi sebagai Shigellosis menggunakan Cotrimoxazole 10 mg
(TMP) /kgBB/ hari dibagi 2 dosis selama 5 hari
– Evaluasi 2 hari  tidak membaik  cek feses  amoeba  metronidazole dosis
10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari

©Bimbel UKDI MANTAP


Pemberian Antibiotik yang Rasional:
Giardiasis
Definisi
• Diare yang disebabkan oleh parasit Giardia lamblia. Parasit Giardia akan tinggal
di usus dan menyebar secara fecal-oral.
• Parasit Giardia dapat bertahan hidup sampai 4 minggu di luar tubuh host
sehingga memungkinkan terjadi diare kronis yang rekuren

Manifestasi Klinis
• Diare
• Perut kembung
• Feses berminyak (Steatorhea)
• Nyeri perut
• Mual dan muntah
• Dehidrasi
• Absorbsi lemak, laktosa, vitamin A dan B12 terganggu  Berat badan dan
nafsu makan menurun  Tumbuh kembang terganggu
©Bimbel UKDI MANTAP
Terapi:
Metronidazole
Children: 5 mg/kg
3 times a day x 5 days
Pemberian Antibiotik yang Rasional:
Balantidiasis
Definisi
• Balantidiasis merupakan infeksi yang menyerang kolon yang disebabkan oleh
Balantidium Coli. Host primernya adalah babi.

Manisfestasi Klinis
•Diarrhea (watery, bloody, mucoid)
•Nausea
•Vomiting
•Abdominal pain
•Anorexia
•Weight loss
•Mild colitis
•Fever
•Severe and marked fluid loss (resembling
dysentery)
•Dysenteric syndrome

On stained preparations, the trophozoite Terapi


characteristically shows 2 nuclei: the macronucleus,
which is kidney-shaped, and the micronucleus, which Metronidazole 35-50mg/kgBB/hari dalam 3
is spherical and lies close to the macronucleus. dosis selama 5 hari
Enteropathogenic E. Coli
Escherichia coli is a Gram-negative, rod-
shaped bacterium that is commonly found in
the lower intestine of warm-blooded
organisms. Most E. coli strains are harmless,
but some serotypes can cause serious food
poisoning in humans. The harmless strains
are part of the normal flora of the gut, and
can benefit their hosts by producing vitamin
K2, and by preventing the establishment of
pathogenic bacteria within the intestine.
Jenis E.Coli
Enterotoxigenic E. Penyebab diare pada bayi dan pengunjung negara berkembang
coli (ETEC) Memproduksi heat-labile enterotoxin (LT) dan heat stable toxin (ST)
ETEC adhesins : fimbriae. Traveler diarrhea
Menimbulkan gejala : diare tanpa demam
Enteropathogenic E virulensi: - plasmid-encoded protein  EPEC adherence factor (EAF)
. coli (EPEC) - non fimbrial adhesin  intimin
 Tidak menghasilkan toksin ST & LT
Beberapa tipe EPEC disebut juga sebagai diffusely adherent E.
coli (DAEC) berdasarkan pola penempelan spesifik  penyebab utama
diare pengunjung negara Meksiko & Afrika Utara .
Enteroinvasive E. Mekanisme patogenitasnya menyerupai Shigella
coli (EIEC) EIEC mempenetrasi dan bermultiplikasi pada sel epitel kolon
Gejala menyerupai Shigella dysentery  diare menyerupai disentri
disertai demam
Tidak menghasilkan LT or ST toxin
Enterohemorrhagic Penyebab utama hemorrhagic colitis (HC) /diare berdarah  tanpa
E.coli (EHEC) demam, menyebabkan hemolytic uremic syndrome (HUS).
Memproduksi verotoxin/Shiga toxins (Stx)
Prototypic type: O157:H7

**Antibiotics can shorten the duration of diarrheal illness and discomfort, especially if given early, but they are
usually not required. If antibiotics were given, Fluoroquinolones have been shown to be effective therapy. (CDC)
HEMOLYTIC UREMIC SYNDROME (HUS)
• Defined by the simultaneous occurrence of:
– Microangiopathic hemolytic anemia  HB< 8 g/dL, Coombs' test
negative, peripheral blood smear found schistocytes and helmet cells
– Thrombocytopenia  around 40.000/mm3
– Acute kidney injury  hematuria and proteinuria until severe kidney
failure and oligoanuria, hypertension
• Classification: Workups:
– Primary (Atypical or Diarrhea Negative HUS): • CBC
• Complement gene mutations
• Antibodies to complement factor H • Blood smear  schistocytes and
– Secondary (Typical or Diarrhea Positive HUS) helmet cells
• Infection: Shiga toxin-producing Escherichia • Creatinine serum >>
coli (STEC); Shigella dysenteriae
• Drug toxicity
• Positive stool culture of STEC
• Autoimmune disorder: SLE • Shiga toxin genes in stools by
PCR
• THERAPY • Serum IgM antibodies
Hydration, antihypertention, plasma exchange if • Renal biopsy  glomerular
severe thrombotic microangiopathy
KONSTIPASI
Keterlambatan atau kesulitan dalam defekasi, terjadi selama 2
minggu atau lebih. Buang air besar kurang dari 3 kali per minggu
atau riwayat buang air besar dengan tinja yang banyak dan keras
Ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna, yang
tercermin dari 3 aspek:
1. Berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya
2. Tinja yang lebih keras dari sebelumnya
3. Pada palpasi abdomen teraba masa tinja (skibala) dengan atau
tidak disertai enkopresis
Klasifikasi durasi:
1. Konstipasi Akut  berlangsung 1-4 minggu
2. Konstipasi Kronis  berlangsung >4minggu
Klasifikasi etiologi:
1. Konstipasi Organik  ada warning sign
2. Konstipasi Fungsional  tanpa warning sign
Warning Sign Diagnosis
Pengeluaran meconium > 48 jam • Ileus
Failure to thrive • Hirscprung disease

Diare berdarah
Muntah billous
Distensi perut
Tonus anal melemah • Spinal Cord abnormalities
Kelemahan anggota gerak bawah • Myelomeningocele

Hair Tuft
Bradikardia Hypothyroidism
Cold intolerance
Polyuria Diabetes Insipidus
Polydipsia
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
• Abdomen:
Penunjang
– Distensi • Foto polos abdomen
– Skibala • Foto barium enema
• Biopsi rectum
• Colok Dubur: • Manometri  melihat
motilitas kolon
– Kekuatan anus
• Lab: fungsi tiroid
– Tonus anus
– Massa Tinja
– Tinja menyemperot
– Darah pada tinja

• Neurologis:
– Refleks
– Tonus
– Kekuatan otot
Keluhan konstipasi

WARNING SIGN?
YA TIDAK

Konstipasi organik Konstipasi fungsional Normal (bayi ASI eksklusif)

Evaluasi Bayi Anak


kondisi
organik,
rujuk Ubah
spesialis Impaksi YA PENGOBATAN
POLA
feses? DISIMPAKSI AKUT
MAKAN
TIDAK
YA
Perubahan TIDAK TERAPI LANJUTKAN
efektif? MAINTENANCE

Terapi Maintenance dilakukan minimal 6 bulan  Behaviour Therapy, Medication, Dietary Change
Medikasi Disimpaksi Medikasi Supportif

• Bayi • Anak
– Gliserin supp. – Oral Polyethylene Glycol
– Enema: 6 ml/kgBB + elektrolit 0,2-0,8 g/
(max.135ml) 1-3x/hari kgBB /hari ( max.6 hari)
• Anak – Oral Lactulosa 1–2
g/kgBB, 1-2x/hari
– Oral Polyethylene Glycol
+ elektrolit 1-1,5 g /kgBB – Bisacodyl 5 mg 1-2x/hari
/hari ( max.6 hari)
– Enema: 6 ml/kgBB
(max.135ml) 1-3x/hari
Intoleransi Laktosa
Definisi
Merupakan kelainan akibat defisiensi enzim laktase sehingga tidak
dapat mencerna lactosa yang terdapat dalam makanan (susu)

Gejala dan Diagnosis


• Mual muntah, bloating
• Nyeri perut
• Diare dan Flatulensi
• Feses berbau asam  Perianal kemerahan
• Gejala muncul setelah mengkonsumsi makanan yang
mengandung laktosa
• Penegakan diagnosis dibantu HIDROGEN BREATH TEST
©Bimbel UKDI MANTAP
Intoleransi Laktosa
Patofisiologi
• Malabsorbsi laktosa menyebabkan lumen usus terisi cairan hiperosmotik
sehingga menyerap cairan dan menyebabkan diare
• Onset dan gejalanya bergantung jumlah laktosa yang terkadnung dalam
makanan. Laktosa yang tidak diserap usus difermentasi oleh bakteri menjadi zat
asam (fatty acid, organic acid) dan berbagai macam gas.
• Ketika gas yang dihasilkan cukup banyak, maka terjadilah rasa cramp seperti
ingin BAB.

Management
• Menghindari produk susu dan olahan
• Menggunakan lactose free atau low lactose milk

©Bimbel UKDI MANTAP


Penunjang Diagnosis
Hydrogen Breath Test
• Penunjang diagnosis IBS, small
intestinal bacterial overgrowth
(SIBO) dan food intolerance
• Konsep dasar:
– Tidak ada sumber gas Hidrogen
dalam tubuh manusia selain
bakteri yang memetabolisme
karbohidrat
• Prosedur:
– Pasien berpuasa 8-12 jam
kemudian diberi karbohidrat
tertentu (lactose, fructose,
dextrose, etc) kemudian gas napas
diperiksa secara serial untuk dilihat
kadar part per mill hydrogen

©Bimbel UKDI MANTAP


Penunjang Diagnosis
(High sensitivity, Low specificity)

Benedict Test Clini Test


Benedict test is used to test for the presence of Clini test: a simple test for fecal reducing substances
monosaccharide and reducing disaccharide sugars which uses Clinitest tablets and which is useful as a
in food, the food sample is dissolved in water, and a
small amount of Benedict's reagent is added. A screening test to detect diarrhea that may be due to
colour change would signify the presence of a sugar malabsorption. Results of this test are graded
reducing sugar. The common disaccharides lactose from 0 to 4 +
and maltose are directly detected by Benedict's
reagent, because each contains a glucose with a free A high Clinitest result cannot be taken to prove the
reducing aldehyde moiety, after isomerization. presence of glucose, galactose, or lactose. neither a
high Clinitest result nor the presence of these sugars in
the stools can here be considered in itself a
pathological sign of sugar malabsorption.
Cow’s Milk Intolerance Variable Cow’s Milk Allergy
Non-Immune Mediated Basic concept Immune mediated

Disorders of digestive-absorptive process: Pathogenesis • IgE Mediated ( Acute Onset) Hipersensitivitas


• Glucose-galactose malabsorption tipe I
• Lactase deficiency (LACTOSE INTOLERANCE) • Non IgE Mediated (Delayed Onset)
Hipersensitivitas tipe III dan IV
Inborn errors of metabolism:
• Phenylketonuria
• Hereditary fructose intolerance
• Galactosemia
• Lysinuric protein intolerance

Idiosyncratic reactions:
• Food additives
• Food colorants
Depend on Amount Antigen Not depend on Amount
Single Organ System  GIT Organ Target Multiple Organ System  GIT, Respiratory, Skin,
(S&S) Systemic
No Atopic History History Atopic Histrory

• Food Challenge Work up • IgE Mediated: Skin Prick Test, IgE Rast
• Specific Work Up , eg. Hydrogen Breath Test, • Non-IgE Mediated: Double Blind Placebo
Biopsy Mucosa, stool exam Controlled Food Challenge, Blood on Feces
• Breastfeed Treatment • Cow’s Milk Antigen Avoidance
• Food Avoidance • Extensively Hydrolized Milk
• Extensively Hydrolized Milk • Amino Acid Formula Milk
• Amino Acid Formula Milk
Refluks – Regurgitasi - Muntah
• Refluks: Kembalinya isi lambung ke dalam
esophagus tanpa melihat adanya usaha dari
anak.
• Regurgitasi: lanjutan refluks dimana bahan
dari lambung dikeluarkan melalui mulut.
• Muntah: dikeluarkannya isi lambung melalui
mulut secara ekspulsif dengan bantuan otot
perut
Gastroesofageal Refluks (GER)
• GER
– kejadian fisiologis pada anak yang umumnya
disebabkan:
• hipotoni sfingter esophagus bagian bawah
• terlambatnya pengosongan lambung
– Sering terjadi pada usia 1-6 bulan, menghilang setelah
usia 1 tahun
– Bisa diikuti regurgitasi / muntah

• GERD (Gastroesofageal Refluks Disease)


– Kejadian GER yang sudah menimbulan alarm sign
seperti Failure to thrive, gangguan napas, esophagitis.
Regurgitasi GERD algorithm management

Tanda bahaya: Kejadian Komplikasi:


• Muntah bilous • Berat badan sulit naik
Refluks tidak
• Muntah proyektil • Feses berdarah
berkomplikasi
• Distensi abdomen • Gelisah setiap refluks
• Tanda kelainan sistemik • Eczema atau riwayat atopi

Kecukupan Tanpa Terapi


makan Refluks
Kelainan organik terpenuhi
Berkomplikasi

Nilai posisi menyusu


Nilai paparan protein makanan (Susu sapi dan Soya)

Kecurigaan intoleransi rendah Kecurigaan intoleransi tinggi

Beri konsumsi thickened feeds Hindari diet susu sapi dan soya

Tidak ada perbaikan


Terapi Supresi Asam Labung 2 minggu
•Pemeriksaan status gizi
•Malnutrisi
•CDC Growth Chart
Interpretation – percentile
•Pemberian makanan

PEDIATRI GIZI
Interpretation of growth and nutritional status

WHO interpreting
©Bimbel UKDI MANTAP
indicator, 2008
Gizi Buruk
KLINIS BB/TB

Gizi buruk Tampak sangat <-3SD


kurus dan atau
edema pada
kedua
punggung kaki
sampai
seluruh tubuh

Gizi kurang Tampak kurus -3SD – <-2SD

Gizi baik Tampak sehat -2SD – 2SD

Gizi lebih Tampak >2SD


gemuk

Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kemenkes 2011


Marasmus vs kwashiokor
Marasmus Kwashiokor
• Tampakan kurus, kulit dan tulang • Edema tungkai: kedua punggung
• Wajah tua kaki (+1), seluruh tungkai dan
lengan (+2), seluruh tubuh (+3)
• Iga gambang (mudah terlihat) • moon face
• Baggy pants (Kehilangan lapisan • Perubahan psikomotor
lemak dan otot di bokong) • Rambut kemerahan (rambut
• Karena defisiensi energi jagung)
• Gagal tumbuh,
• Skin peeling, depigmentasi kulit,
crazy pavement dermatosis
• Hepatomegali, cardiomyopati
• Anemia
• Karena defisiensi protein
Marasmus

©Bimbel UKDI MANTAP


Kwarshiorkor

©Bimbel UKDI MANTAP


http://dermnetnz.org/systemic/kwashiorkor.html
Marasmic-kwashiorkor
Anamnesis
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS, WHO 2008

• Mata cekung • Diet sebelum sakit


• Lama dan frekuensi • Riwayat pemberian ASI
• Asupan makanan dan minuman beberapa
diare dan muntah
hari terakhir
• Kapan terakhir • Hilangnya nafsu makan
berkemih • Kontak dengan pasien campak atau TB
• tangan dan kaki • Pernah sakit campak dalam 3 bulan
teraba dingin. terakhir
• Batuk kronik
• Kejadian dan penyebab kematian saudara
kandung
• Berat badan lahir
Mungkin syok!! • Riwayat tumbuh kembang
• Riwayat imunisasi
• Lingkungan keluarga
©Bimbel UKDI MANTAP • Diketahui atau tersangka infeksi HIV
MANAJEMEN

©Bimbel UKDI MANTAP


©Bimbel UKDI MANTAP
Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
©Bimbel UKDI MANTAP Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
©Bimbel UKDI MANTAP
Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
• Koreksi elektrolit selama minimal 2 minggu dengan
menambahkan extra substansi dalam makanan:
– Koreksi Kalium: extra Kalium (3-4 mmol/kgBB/hari)
– Koreksi Magnesium: extra Magnesium (0.4-0.6
mmol/kgBB/hari)
• Jangan berikan diuretik!
• Kelebihan Natrium masih mungkin terjadi walaupun
kadar plasma rendah (JANGAN MEMBERIKAN
NATRIUM  membunuh anak)
©Bimbel UKDI MANTAP Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
• Berikan antibiotik spectrum luas:
– Anak tanpa komplikasi: oral AMOXICILLIN (25-40
mg/kgBB tiap 8 jam selama 5 hari)
– Anak dengan komplikasi: intravena AMPICILLIN (50
mg/kgBB setiap 6 jam selama 2 hari) lalu dilanjut oral
AMOXICILLIN selama 5 hari PLUS intravena
GENTAMYCIN (7,5 mg/kgBB sekali sehari selama 7
hari)
• Vaksin campak: jika ≥ 6 bulan dan belum vaksinasi
ATAU sudah tervaksinasi sebelum usia 9 bulan.
©Bimbel UKDI MANTAP Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
Berikan mikronutrisi berikut setiap hari selama
minimal 2 minggu:
• Suplemen multivitamin
• Asam folat 5 mg (Hari 1) dilanjut 1 mg/hari
• Zat Zinc 2 mg/kgBB/hari
• Zat Tembaga 0.3 mg/kgbb/hari
• Zat Besi 3 mg/kgBB/ hari (saat fase Rehabilitasi)
• Vitamin A
©Bimbel UKDI MANTAP Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
WHO Classifications of Xerophtalmia

Defisiensi • XN Night blindness


• X1A Conjunctival xerosis
• X1B Bitot’s spots

Vitamin A • X2 Corneal xerosis


• X3A Corneal ulceration/keratomalacia affecting less than one-third corneal surface
• X3B Corneal ulceration/keratomalacia affecting more than one-third corneal surface.
• XS Corneal scar due to xerophthalmia
• XF Xerophthalmic fundus.
Pemberian Vitamin A
Umur Dosis Sediaan
< 6 bulan 50.000 IU ½ kapsul biru
6-11 bulan 100.000 IU 1 kapsul biru
>12 bulan 200.000 IU 1 kapsul merah

Diberikan apabila : Gejala Tindakan


• Muncul gejala Defisiensi vit. A
defisiensi vitamin
A: ulkus kornea, Bitot spot saja Tidak perlu obat tetes mata
bercak bitot
keratomalasia
• Sakit campak Nanah atau Tetes mata KLORAMFENIKOL atau
dalam 3 bulan peradangan TETRASIKLIN 1%
terakhir Kornea keruh • Tetes mata KLORAMFENIKOL 1% atau
atau ulkus TETRASIKLIN 1% 4x sehari selama 7-
kornea 10 hari
Waktu pemberian:
• Tetes mata ATROPIN 1% 3x sehari
selama 3-5 hari
Diberikan sesuai umur
pada hari 1,2, dan 14
• Pemberian makanan F-75 dalam jumlah sedikit namun sering (Oral atau
NGT)
• Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk menurut fase terapi:
Zat Satuan STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
Energi kkal/kgBB/hari 80-100 100-150 150-220
Protein g/kgBB/hari 1-1,5 2-3 4-6
Cairan ml/kgBB/hari 130 atau 100 150 150-200
bila edema
• Jika anak masih ASI maka lanjutkan saja ditambah kebutuhan F-75 sebagai
berikut:
Hari Frekuensi Cc/kgBB/kali Cc/kgBB/hari
1-2 Setiap 2 jam 11 130
3-5 Setiap 3 jam 16 130
6 - dst Setiap 4 jam 22 130
©Bimbel UKDI MANTAP Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
• Mengganti konsumsi F-75 dengan F-100 dalam jumlah dan
frekuensi yang sama (selama 2 hari)
• Setelah transisi bertahap, berikan:
– Makanan lebih sering dalam jumlah yang lebih besar
– Kebutuhan kalori: 150-220 kcal/kgBB/hari
– Kebutuhan protein; 4-6 g/kgBB/hari
• Nilai progress keberhasilan peningkatan BB:
– Buruk: jika < 5 g/kgBB/hari  butuh penilaian ulang status
– Cukup: 5-10 g/kgBB/hari  nilai ulang pemberian makanan, perhatikan
tanda-tanda infeksi
– Baik: > 10 g/kgBB/hari
• PERHATIKAN GEJALA DINI GAGAL JANTUNG DAN DIARE OSMOTIK

©Bimbel UKDI MANTAP Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A


• Pengasuhan maternal yang penuh kasih
sayang
• Lingkungan stimulasi yang ceria
• Terapi bermain selama 15-30 menit/hari
• Kegiatan olah fisik segera setelah anak
membaik

©Bimbel UKDI MANTAP Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A


• Memenuhi kriteria pulang rawat inap
• Edukasi ibu mengenai:
– Pola makan teratur dengan makanan kaya energi
dan protein
– Lanjutkan stimulasi
– Kontrol kondisi anak pada minggu ke-1, ke-2, ke-4
lalu sebulan sekali selama 6 bulan
– Pastikan kelengkapan imunisasi dan suplementasi
vitamin A setiap 6 bulan
©Bimbel UKDI MANTAP Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
Kriteria Pulang Rawat Inap
• BB/TB >-3SD
• Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu
berturut-turut
• Edema sudah berkurang atau hilang
• Anak sadar dan aktif
• Selera makan anak sudah baik dan dapat menghabiskan makanan
• Komplikasi sudah teratasi
• Ibu telah mendapat konseling gizi

Kriteria Sembuh Gizi Buruk


• BB/TB ≥ -2SD dan tanpa edema selama 2 minggu
• LILA ≥ 12.5 cm dan tanpa edema selama 2 minggu

Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kemenkes 2011


Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS, WHO 2013
Pemberian Makanan pada Anak

MP-ASI:
• Jika ASI tidak cukup
maka dapat diberikan
paling dini usia 4
bulan (dengan
pertimbangan dokter)
• Hindari makanan
mengandung nitrat
pada bayi usia < 6
bulan dapat
menyebabkan infant
methemoglobinemia

MAKANAN
NASI LUMAT NASI LEMBEK KELUARGA

Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita Indonesia, IDAI 2015
Pemberian Makanan pada Anak dengan Ibu HIV

Guideline Updates on HIV and Infant Feeding, WHO 2016


VITAMIN DEFICIENCY

Thiamine deficiency (Beri beri)


VITAMIN DEFICIENCY
• Anemia Defisiensi Besi
• Hemofilia
• Henoch Schonlein Purpura
• Vitamin K Deficiency
Bleeding

PEDIATRI HEMATOONKOLOGI
©Bimbel UKDI MANTAP
Anemia?

©Bimbel UKDI MANTAP


ANEMIA DEFISIENSI BESI
Definisi
Anemia akibat kekurangan zat besi untuk sintesis hemoglobin dan
merupakan defisiensi nutrisi terbanyak pada anak
Sign and symptom

• Pucat (kadar Hb< 7)


• Mudah lelah, lemas, lunglai, tidak nafsu makan,
daya tahan tubuh buruk
• Infeksi
• Tidak ditemukan organomegali
• Koilonikia, atrophic glositis, stomatitis angularis,
takikardia, gagal jantung
PPM IDAI
•Mild – asymptomatic
•Moderate fatigue, palpitations
•Severe – unable to tolerate mild
exercise
•Other : dizziness, syncope,
weakness, difficulty concentrating,
chest pain, pica

Physical Exam Findings:


•Pallor (Hb<7gr/dl) - Epithelial changes • RDW :
Stomatitis – > 14,5  IDA
•Tachycardia Glossitis – <13%  thalasemia
•Systolic ejection murmur Gastritis
Koilonychia:
IDAI, 2010
•Increased pulse rate Flattened or spoon-
shaped fingernails
•Organomegali (-) ©Bimbel UKDI MANTAP
Urutan temuan laboratorium
berdasarkan derajat kekurangan besi

ADB: Mikrositik hipokromik


(central pallor >>), Pencil cell (+)

Additional parameter:
TIBC : is indirect measure of transferrin, a serum sample is saturated with iron to fill all transferrin
binding site. The excess iron removed, and the iron is released from transferrin with acid and measure
with ferrozin
©Bimbel UKDI MANTAP
Terapi ADB
• Oral administration
– FeSO4 3-6 mg/kgBB dibagi 3 dosis (maksimal 150-200 mg/hari)
– Jika berespon dg tablet besi 1 bulan, lanjutkan sampai 2-3 bulan setelah Hb normal
– E.s. : mual, konstipasi, rasa tidak enak
• Diet
– >> daging, vit C
– << teh (tanin), fitat (sereal), susu, antasida
– Kombinasi diet +oral administration gagal  parenteral administration
• Parenteral Administration (diberikan jika tablet oral tidak efektif karena poor
absorbtion)
– Iron sucrose, Ferric carboxymaltose, ferric gluconate
– E.s. : anafilaktik
• Blood transfusion
– Anemia berat
– Superimposed infeksi
– Hb<4 gr/dl  2-3 ml/kgBB PRC, dg premedikasi furosemide
– PRC

Nelson Pediatric 20th ed, Chapt: Disease of the blood,


©Bimbel UKDI MANTAP
Prevensi ADB
PREVENTION : “321 rule”
• Iron suplementation :
1.Baby < 2500 gram : 3 mg/kg/day
2 weeks to 2 years
2. All normal baby : 2mg/kg/day
4 months to 2 year
3. Children > 2 – 12 yrs : 1 mg/kg/day
for 3 months/year
Screening Hemostasis
PROTHROMBIN TIME (PT) ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN
TIME (APTT)
• Mendeteksi kelainan faktor • Mendeteksi kelainan faktor
koagulasi ekstrinsik & jalur bersama koagulasi instrinsik & jalur bersama

KONDISI PT memanjang: KONDISI APTT memanjang:


•defisiensi f. II, V, VII, X, XIII •defisiensi f. II, V, X, VIII, IX, XI, XII, XIII
• penyakit hati • hemofilia, vWD (beb)
• defisiensi vitamin K • penyakit hati
• hemorrhagic d’s of the newborn • defisiensi vitamin K
(HDN) • hemorrhagic d’s of the newborn
• DHF (HDN)
• inhibitor f. VII • DHF
• terapi antikoagulan oral • inhibitor f. VIII
• DIC • terapi heparin
• DIC

Lecture by dr. Usi Sukorini, Sp.PK


HEMOFILIA
Penyakit gangguan pembekuan darah yang bersifat herediter. Hemofilia A
disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B disebabkan kekurangan
faktor IX, merupakan penyakit X-linked resesif

Anamnesis
• Perdarahan spontan/ post trauma
• Perdarahan sendi (hamartrosis)
• Perdarahan intrakranial
• Perdarahan mata, saluran cerna, dsb
• Riw. Serupa pada keluarga pria

Pemeriksaan fisik
• PX FISIK:
• Hamartrosis : bengkak, nyeri
• Hematom
• Tanda peningkatan intrakranial 
• Perdarahan intrakranial (susp)
• Pucat, syok hemorragic – penkes
• Hemofilia A dan B tidak bs dibedakan secara klinis hamartrosis
©Bimbel UKDI MANTAP
SITES OF BLEEDING IN HEMOPHILIA

SEVERITY BASED ON CLOTTING LEVEL

Word Federtion of Haemophilia,Guidline for The Management of Hemophilia, 2012.


HEMOFILIA

Pemeriksaan
penunjang
• Darah tepi
• CT >>
• APTT >>
• PT normal
• Kadar faktor VIII, IX

©Bimbel UKDI MANTAP


Management
Tatalaksana harus bersifat komprehensif dan multidisiplin, sehingga
menurunkan mortilitas dan morbiditas

Tatalaksana Umum
• Cegah perdarahan
• Terapi perdarahan akut sedini mungkin < 2 jam
• Terapi perdarahan berat di RS dg pelayanan hemofilia
• Minimalisir suntikan IM atau ambil darah vena/arteri
• Hindari aspirin, NSAID
• Berikan faktor VIII/IX sebelum prosedur invasif

Perdarahan Akut
• RICE
• Replacement therapy dalam 2 jam (Sumber f.VIII  Kriopresipitat, Sumber f.IX 
FFP dan konsentrat f.IX)
• Respon klinik (-)  px kadar inhibitor

Adjuvan
• Asam Traneksamat  menghentikan perdarahan
• Desmopresin  Melepaskan faktor VIII dari pool
Defisiensi Vitamin K
Merupakan bentuk penyakit perdarahan akibat kekurangan vitamin K,
manifestasinya berupa defisiensi kompleks protrombin yang didapat

Anamnesis
• Bayi kecil (1-6 bulan), sebelumnya sehat tiba tiba tampak pucat dan malas
minum, banyak tidur
• Minum asi, tidak mendapat suntikan vit K saat lahir
• Kejang fokal

Pemeriksaan fisik
• Pucat tanpa perdarahan yang nyata
• Peningkatan tekanan intrakranial, UUB Menonjol, penurunan kesadaran, papil
edema
• Defisit neurologis : kejang fokal, hemoparesis, peresis nervus kranial

©Bimbel UKDI MANTAP


Defisiensi Vitamin K
Pemeriksaan Penunjang
• Darah lengkap
• Pemeriksaan PT dan APTT dapat normal atau memanjang
• USG atau CT scan Kepala

Tatalaksana
• Vit K 1 mg IM selama 3 hari berturut turut
• Transfusi FFP 10-15ml/kg selama 3 hari
• Transfusi PRC (sesuai HB)
• Tatalaksana Kejang dan peningkatan TIK (manitol 0,5-1gram/kgBB/kali)
• Konsultasi bedah saraf

Pemantauan
• UUB, GCS, Kejang
• Balance cairan
• Monitor tumbuh kembang

©Bimbel UKDI MANTAP


Henoch-Schönlein Purpura
Definisi
Henoch-Schönlein purpura (HSP) merupakan penyakit akut yang di mediasi oleh
Immunoglobulin A (IgA) yang ditandai oleh adanya vaskulitis pada pembuluh darah kecil
pada dermis, gastrointestinal tract (GIT), ginjal, persendian, paru-paru dan pada kasus
yang jarang Sistem Saraf Pusat (SSP).

Gejala dan Tanda •Lainnya : temuan renal (acute glomerular


lesion), athralgia, vaskulitis, priapism, scrotal
Prodromal: edema, penile edema
• Demam (<38C)
• Sakit Kepala
• Anorexia
•Lesi Kulit: Makula eritem yang berlanjut
menjadi papule – purpura. Simetris tersebar
secara tipikal pada tungkai bawah dan ankle
pada anak.
•Temuan Gastrointestinal (GI) - Abdominal
pain, melena, bloody diarrhea,
hematemesis, duodenal ulcers, massive GI Terapi Suportif
hemorrhage
• Tumbuh kembang anak
• Congenital deafness
• Vaksinasi

PEDIATRIK SOSIAL
Umur Gross Fine Speech Personal Social
0 – 3 bln Angkat kepala 45 Melihat/ menatap Ngoceh spontan : Balas senyum,
derajat, gerakkan wajah ooh aah, bereaksi mengenali ibu
kepala kaki tangan terhadap suara
3-6 bln Berbalik dari Genggam pensil, Suara gembira Tersenyum saat
tengkurap – meraih benda, bernada tinggi bermain sendiri
telentang, angkat meraih tangan
kepala 90 derajat sendiri
6-9 bln Duduk tidak Memungut 2 benda Bersuara tanpa arti Tepuk tangan,
pegangan, sekaligus, meraup : mamama dadada mencari mainan
merangkak, belajar benda kecil
berdiri
9-12 bln Angkat badan, mau Mengulurkan badan Menirukan bunyi Mengenal
berdiri, jalan untuk mengambil yang didengar, keluarga, takut
dituntun mainan, sebut 2 – 3 suku terhadap orang
menggenggam kata tanpa arti baru
pensil

12-18 bln Berdiri tanpa Menumpuk 3 Panggil bapak ibu, Rasa cemburu,
pegangan, berdiri kubus, papa mama bersaing, menarik
jongkok berdiri, memasukkan kubus – narik tangan ibu
jalan mundur ke kotak
Umur Gross Fine Speech Personal Social
18 – 24bl Berlari tanpa jatuh Menumpuk 4 3 – 6 kata berarti Memegang
kubus, menjimpit, cangkir, makan
menggelindingkan minum sendiri,
bola membantu
pekerjaan RT
24-36 bl Jalan naik tangga, Corat coret pada Bicara baik 2 kata, Membantu
menendang bola kertas menyebut 2 benda memungut
kecil atau lebih, mainan, makan
menunjuk bagian tidak banyak
tubuh tumpah, melepas
pakaian sendiri
36-48 bln Berdiri 1 kaki Gambar garis lurus, 2-4 warna, Cuci tangan,
selama 2 detik, menumpuk 8 kubus menyebut nama, memakai sepatu,
melompat 1 kaki umur, tempat pakai celana
diangkat, panjang,kemeja,ba
bersepeda roda 3 ju
48-60 bln Berdiri 1 kaki 6 Menggambar x, o, Sebut nama Berpakaian, gosok
detik, melompat 1 orang dengan 3 lengkap tanpa gigi, tidak rewel
kaki , menari bagian, kancingkan dibantu, senang saat ditinggal
baju bertanya, jawab
benar nama har/
angka
Global Developmental Delay
• GDD is defined as evidence of significant delay in
two or more of the following developmental
domains:
– Gross ⁄fine motor
– Speech ⁄ language
– Social ⁄ personal
– Cognition
– Activities of daily living
• Typically, it is assumed that delay in two
developmental domains is associated with delay
across all domains evaluated.
Skrining Perkembangan
Skrining (jika hasil pra
Tahap Praskrining skrining meragukan)

KPSP Denver II
PEDS (Parents Evaluation Bayley Infant Neurodevelopment
Development Status) Screener (BINS)

KMME (Kuesioner Masalah


Mental Emosional)

CHAT (Checklist for Autism in


Toddlers)

TDD
TDL
Berdasarkan Rekomendasi IDAI No:002/Rek/PP IDAI/I/2014 tentang Pemantauan Tumbuh
kembang Anak

IDAI, 2014
Tuli Kongenital
Definisi

• Tuli kongenital merupakan kondisi tuli konduktif maupun sensorineural yang


bermanifestasi langsung saat bayi lahir.
• Penyebab tuli kongenital dipengaruhi beberapa factor yaitu genetik dan non-genetik.

Faktor Non genetik

• Infeksi maternal: TORCH







UKDI MANTAB
Prematur dan BBLR
Obat-obatan dan substansi: Aminoglikosida, alkohol
Trauma persalinan
Asfiksia selama kehamilan
Malformasi
Faktor Genetik

• Autosomal resesif (80%): Alport syndrome, Usher syndrome, Pendred syndrome, Jervell-
Lange-Nielsen Sydrome
• Autosomal dominan (15%): Waardenburg syndrome, Hemifacial microsomia , Treacher-
Collins syndrome
• X-linked (2%): Otopalatodigital syndrome, Hunter syndrome
VAKSINASI
Vaksin Hidup Vaksin Inaktif
• Kontraindikasi: imunodefisiensi • Titer antibodi akan terus
dan kehamilan menurun sehingga butuh dosis
ulangan


Respon imunitas alami
Dapat dibekukan VS• Tidak dapat dibekukan
• Oral, intradermal, sc • Deep, i.m

VAKSIN HIDUP VAKSIN INAKTIF


VAKSIN •BCG •Diphteria (toxoid)
BAKTERI •Oral Typhoid •Tetanus (toxoid)
•Pertusis (Whole cell, Fractional acellular)
•Kolera
•Meningoccocal (Polysaccharide)
•Pneumoccocal (Polysaccharide)
•HiB (Polysaccharide)
•Typhoid Vi (Polysaccharide, Fractional)

VAKSIN VIRUS •MMR •Influenza (Whole cell)


•Campak •IPV (Whole cell)
•OPV •Hepatitis A (Whole cell)
•Yellow Fever •Hepatitis B (Fractional)
•Rabies
KONTRAINDIKASI VAKSIN
Absolut

• Anafilaksis atau hipersensitifitas pada bahan vaksin


• Ensefalopati dalam 7 hari pasca vaksin DPT
• AIDS (tidak diberikan vaksin BCG , OPV, dan yellow fever)
• Imunodefisiensi (keganasan hematologi, tumor, kongenital, terapi
imunosupresan)

Relatif

• Live vaccine : kehamilan, mendapat transfusi darah atau


imunoglobulin dalam 3-11 bulan, trombositopenia
• Moderate/severe acute illness  selain mild disease
• Demam >40,5 °C, syok, kejang, menangis > 3jam dalam 48 jam pasca
vaksin DPT sebelumnya
• Sindrom GBS dalam 6 minggu pasca vaksinasi
• Prematur atau BBLR  tunggu berat badan >2 kg atau usia 2 bulan
(terutama untuk vaksin BCG)

WHO guideline for Vaccine in child, (2008)


BUKAN KONTRAINDIKASI VAKSIN
Bukan kontraindikasi

• Alergi/asma (selain komponen vaksin)


• Mild illness : ISPA, diare ringan, otitis media, demam
ringan, colds
• Dalam terapi antibiotik
• Penyakit kronis (jantung, ginjal, hepar, paru)
• Cerebral palsy atau down syndome
• Malnutrisi atau jaundice
• Diketahui atau suspek HIV tanpa tanda dan gejala AIDS
• Ibu Menyusui
• Riwayat keluarga kejang dan alergi vaksin
• Riwayat Demam < 40,5 °C pasca DPT sebelumnya
• Riwayat kejang, KIPI pasca DPT dalam keluarga

WHO guideline for Vaccine in child, (2008)


Vaksinasi pada HIV
• Pada kasus anak lahir dari ibu HIV (+)
Vaksin Keterangan
maka pemberian vaksin diberlakukan
syarat khusus: IPV Pasien dan keluarga serumah
– Seluruh jenis vaksinasi boleh DPT Pasien dan keluarga serumah
dilanjutkan, kecuali BCG dan Yellow
Fever HiB Pasien dan keluarga serumah

– Jika daerah tersebut endemis TB, Hep-B* Sesuai jadwal anak sehat
maka BCG boleh diberikan
Hep-A Sesuai jadwal anak sehat
– Jika fasilitas kurang mendukung untuk
menegakan simptomatik HIV(+) maka MMR** Diberikan umur 12 bulan
BCG tetap diberikan (dengan asumsi Influenza Tiap tahun diulang
pasien mungkin masih asimtomatik)
– Jika kondisi anak sudah diketahui Pneumokok Secepat mungkin
simptomatik HIV (+), BCG tidak boleh BCG*** Dianjurkan untuk Indonesia
diberikan.
* Dianjurkan dosis hepatitis B dilipatgandakan 2x
** Diberikan pada asimptomatik HIV atau gejala ringan
*** Tidak diberikan bila HIV gejala berat

PERMENKES 42/2013 PENYELENGGARAAN IMUNISASI


Imunisasi pada BBLR/Prematur
(Satgas imunisasi, AAP)

• Vaksin tetap diberikan pada bayi prematur


dan BBLR yang secara medis stabil
• Menerima semua vaksin sesuai dengan umur
kronologis tanpa memandang usia kehamilan
atau berat badan BBL
• Kasus Hepatitis B1  cek status HbSAg ibu
• Dosis sama seperti bayi cukup bulan -BBLC
Rekomendasi jadwal Hepatitis B

BBL > 2000 gr BBL < 2000 gr 


Cek HbsAg Ibu Cek HbsAg ibu

Hbs Ag (+):
Hbs Ag (+): berikan vaksin
Hep B 0,5 mL IM dan HbIg
Hep B 0,5 ml IM dan HbIg dalam 12 jam setelah lahir
dalam 12 jam setelah lahir, dilanjutkan dosis ke-2 , ke-
dilanjutkan dosis ke 2 dan 3 dan ke4 pada usia 1,2
ke-3 usia 1 dan 6 bulan
dan 6 bulan

HbsAg (-): HepB ditunda


HbsAg (-): Diberikan dalam sampai BB 2000gr atau
< 12 jam usia 30 hari atau saat
pulang
REKOMENDASI VAKSINASI IDAI 2017
1. HEPATITIS B

• Vaksin Hep-B1 diberikan < 12 jam setelah injeksi Vitamin K1 min 30 menit sebelumnya pada paha
berbeda mencegah perdarahan
• Bayi dari ibu HBsAg (+)  berikan vaksin HB dan HBIg untuk mencegah infeksi perinatal di paha
berbeda
• Jika vaksin HB dikombinasi dengan DTPa maka pemberian pada bulan 2,3,4 sedangkan jika
dikombinasi dgn DTPw pada bulan 2,4,6

2. POLIO

• Vaksin Polio-0  OPV (saat lahir atau sebelum pulang)


• Vaksin Polio-1,2,3 dan booster  OPV atau IPV (minimal IPV 1x bersamaan dengan OPV3)
• OPV: 0, 2, 3, 4
• DIY  IPV: 2, 3, 4

3. BCG

• Vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2 bulan


• Jika diberikan pada usia >3 bulan  uji tuberculin dahulu. Tes (+) jika timbul benjolan >10 mm

4. DTP

• Vaksin DTP paling cepat diberikan saat usia 6 minggu


• Pada anak usia >7 tahun  booster Td dan diulangi setiap 10 tahun
• DPaT << demam dibandingkan DPwT
REKOMENDASI VAKSINASI IDAI 2017
5. CAMPAK

• Vaksin diberikan 2x yaitu usia 9 dan 24 bulan


• Jika sudah vaksinasi MMR usia 15 bulan maka vaksin campak 24 bulan
tidak diperlukan

6. PNEUMOKOKUS

• Jika diberikan usia 7-12 bulan 2x vaksin interval 2 bulan


• Jika diberikan >12 bulan 1x vaksin dan 1x booster (interval 2 bulan)
• Jika diberikan >24 bulan  1x vaksin

7. ROTAVIRUS

• Mulai diberikan usia 6-14 minggu


• Vaksin Monovalen  2x, dosis I:usia 6-14 minggu, dosis II diberikan dgn
interval minimal 4 minggu, TIDAK MELAMPAUI 24 minggu
• Vaksin Pentavalen  3x, dosis I usia 6-14 minggu, dosis kedua dan ketiga
nterval 4-10 minggu, TIDAK MELAMPAUI usia 32 minggu
REKOMENDASI VAKSINASI IDAI 2017
8. VARISELA

• Vaksin diberikan setelah usia 12 bulan  cukup 1x (Optimal sebelum


sekolah)
• Jika diberikan pada usia >12 tahun  2x, interval 4 minggu

9. INFLUENZA

• Vaksin diberikan setelah usia 6 bulan dan diulangi setiap tahun (1x setiap
tahun)
• PERTAMA kali vaksin jika usia < 9 tahun, diberikan 2x dengan interval 4
minggu
• Dosis vaksin anak usia 6 sampai <36 bulan yaitu 0.25ml/vaksin

10. HPV

• Vaksin diberikan jika usia > 10 tahun


• Vaksin monovalent  3x (interval 0,1,6 bulan)
• Vaksin tetravalent  3x (interval 0,2,6 bulan)
REKOMENDASI VAKSINASI IDAI 2017

11. MMR/MR

• Jika sudah mendapat vaksin campak usia 9 bulan MMR/MR


diberikan usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan)
• Jika sampai usia 12 bulan blm mendapatkan vaksin campak, maka
boleh dapat diberikan vaksin MMR/MR

12. Japanese Encephalitis (JE)

• Diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang
akan berkunjung ke daerah endemis
• Untuk perlindungan jangka panjang diberikan booster 1-2 tahun
berikutnya

13. Dengue

• Diberikan usia 9-16 tahun dengan jadwal 0,6 dan 12 bulan


PERMENKES 12/TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN
IMUNISASI

IMUNISASI DASAR IMUNISASI LANJUTAN ANAK USIA SEKOLAH


DASAR

+ Rubella

+ Rubella

IMUNISASI LANJUTAN BADUTA

+ Rubella
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI)

Kejadian medis yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek


vaksin, reaksi sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program
yang biasanya terjadi dalam kurun waktu sebulan paska imunisasi

 Reaksi lokal ringan: nyeri, eritema, bengkak daerah suntikan <1 cm


 Reaksi lokal berat: nyeri, eritema/indurasi > 8cm, abses
 Reaksi sistemik: demam, lesu, nyeri otot, mengigil
 Kolaps/syok anafilaksis
 Sepsis
 Ensefalitis
 Kejang akibat demam tinggi, Tetanus
 Kelemahan otot/kelumpuhan
 Sindrom Guillain-Barre, Neuritis Brakialis
CAP: Chocolate Agar Plate; BAP: Blood Agar Plate

Anda mungkin juga menyukai