AULIA
DR. REZA | DR. CEMARA | DR. RYNALDO | DR. PATRICIA
OFFICE ADDRESS:
Jakarta Medan
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007 Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872 Sari, Kec. Medan Selayang 20132
WA. 081380385694/081314412212 WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a p re p . co . i d
ILMU
KESEHATAN
ANAK
1.
Anak perempuan bernama Momose, usia 10 tahun, datang
dengan keluhan BAK berwarna merah seperti air cucian
daging sejak 3 hari yang lalu. Riwayat nyeri tenggorokan 2
minggu yang lalu sembuh sendiri. Pemeriksaan fisik TD
140/95 mmHg, nadi 99×/mnt, RR 26×/mnt, suhu 36,8oC,
edema minimal pretibial. Urin dipstick di dapatkan bj 1.035
darah +4 protein +2. Urin makroskopik gross hematuria.
Apakah etiologi dasar yang menyebabkan penyakit tersebut?
A. Retensi Na akibat GFR menurun
B. Hipoalbuminemia akibat proteinuria masif
C. Ekspansi cairan ekstravaskuler akibat proteinuria
D. Deposit kompleks antigen-antibodi
E. Tekanan onkotik menurun karena proteinuria
Analisis Soal
• Pasien datang dengan gejala yang memenuhi sindrom
nefritik karena ditemukan gejala dan tanda berupa
hipertensi, gross hematuria, dan edema.
• Kecurigaan penyebabnya ialah glomerulonefritis akut pasca
infeksi streptokokus. Patofisiologi dasar dari penyakit ini
akibat adanya kerusakan glomerolus akibat deposit imun-
kompleks yang diperantarai oleh hipersensitivitas tipe 3.
• Pilihan A (retensi natrium akibat GFR turun) merupakan
penyebab terjadinya edema pada sindrom nefritik:
– kelanjutan dari kerusakan oleh imun kompleks yang
menyebabkan proliferai sel-sel kapiler yang menyebabkan
penyempitan lumen GFR turun aktivasi Renin Aldosteron
retensi natrium retensi air hidrostatik meningkat
edema
Mekanisme GNAPS
• Terdapat 4 mekanisme yang mungkin menimbulkan
GNAPS:
1. Adanya kompleks imun dengan antigen streptokokal
yang bersirkulasi dan kemudian terdeposisi.
2. Deposisi dari antigen streptokokus pada membrane
basal glomerulus yang berikatan dengan antibody
sehingga terbentuk kompleks imun.
3. Adanya antibody terhadap antigen streptokokal yang
bereaksi terhadap komponen glomerulus yang
menyerupai antigen streptokokus (molecular mimicry)
4. Adanya proses autoimun
• Dari keempat mekanisme tersebut, mekanisme kedua
adalah mekanisme pathogenic yang paling banyak
ditemukan.
Patogenesis dan Patofisiologi
Streptococcal infection
Immune injuries
Proliferasi selular
Destruksi membran basal glomerulus
Lumen kapiler menyempit
hematuria
Aliran darah glomerular menurun
oliguria
Retensi air dan natrium
16
Burkitt’s Lymphoma
• The tumor cells are monotonous small (10-25μm) round cells. The nuclei
are round or oval and have several prominent basophilic nucleoli. The
chromatin is coarse and the nuclear membrane is rather thick.
• The cytoplasm is easily identifiable; Mitoses are numerous, and a
prominent starry sky pattern is the rule, although by no means
pathognomonic.
• In well-fixed material, the cytoplasm of individual cells ‘squares off’,
forming acute angles in which the membranes of adjacent cells abut on
each other.
• Occasionally, the tumor is accompanied by a florid granulomatous
reaction.
• Numerous fat vacuoles in cytoplasm (Oil Red O positive)
17
Burkitt lymphoma with characterstic starry sky appearance.
18
Ameloblastoma
• Tumor jinak odontogenic yang
berasal dari lamina dental
pada daerah mandibula
• Gejala klinis khas: benjolan
keras tanpa nyeri di daerah
mandibula
• Predileksi terutama pada area
molar 3
• Pada beberapa kasus dapat
juga berada di maxilla
5.
Setsuka, wanita berusia 32 tahun P2A0 post
melahirkan dengan DM tipe II yang tidak
terkontrol. Bayi lahir dengan berat badan 5.550 gr.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu diperiksa
pada bayi adalah...
A.Darah rutin
B. GDS
C. Kolesterol
D.Ureum
E. Elektrolit
Analisis Soal
• Bayi yang lahir dari ibu DM tidak terkontrol
biasanya mengalami kondisi hiperinsulinemia
sebagai mekanisme kompensasi dalam usaha
mengendalikan hiperglikemia selama dalam
kandungan.
• Ketika dilahirkan, pasokan glukosa yang
berlebihan dari ibu terputus sedang bayi
hiperinsulinemia bisa jatuh ke dalam kondisi
hipoglikemia neonatal o.k itu perlu skrining
GDS pada saat lahir, 30 menit kemudian, lalu
setiap 2-4 jam hingga usia 48 jam.
Hipoglikemia pada Neonatus
• Hipoglikemia adalah kondisi bayi • Insulin dalam aliran darah fetus
dengan kadar glukosa darah <45 mg/dl tidak bergantung dari insulin
(2.6 mmol/L), baik bergejala atau tidak ibu, tetapi dihasilkan sendiri
• Hipoglikemia berat (<25 mg/dl) dapat oleh pankreas bayi
menyebabkan palsi serebral, retardasi • Pada Ibu DM terjadi
mental, dan lain-lain hiperglikemia dalam peredaran
• Etiologi darah uteroplasental bayi
– Peningkatan pemakaian glukosa mengatasinya melalui
(hiperinsulin): Neonatus dari ibu DM, Besar hiperplasia sel B langerhans
masa kehamilan, eritroblastosis fetalis yang menghasilkan insulin
– Penurunan produksi/simpanan glukosa: insulin tinggi
Prematur, IUGR, asupan tidak adekuat
– Peningkatan pemakaian glukosa: stres • Begitu lahir, aliran glukosa yang
perinatal (sepsis, syok, asfiksia, hipotermia), menyebabkan hiperglikemia
defek metabolisme karbohidrat, defisiensi tidak ada, sedangkan insulin
endokrin, dsb bayi tetap tinggi hipoglikemia
Anterior bowing of
the tibia
Frontal bossing
Epiglottitis P
E V
• Epiglottis (E) –
wide (thumb-
like)
C
• Vallecula -
shallow Epiglottis (E)
• Trachea - Vallecula (V)
normal Vocal cords (C)
• Prevertebral Trachea (T)
T
soft tissue - Prevertebral soft
normal tissue (P)
12.
Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa oleh
ibunya dengan keluhan sesak nafas sudah sejak 5 hari
yang lalu yang dirasakan semakin memberat. Pasien juga
mengeluarkan air liur karena sulit menelan. Pada foto
radiologi terlihat gambaran "Thumprint sign." Apakah
hal yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit
tersebut?
A. Menghindari makanan pedas dan dingin
B. Mendapatkan vaksinasi DTPa minimal 3 kali
C. Memberikan vaksin Hib secara lengkap hingga
booster
D. Menghindari alergen seperti serbuk bunga dan
debu
E. Tidur dengan posisi berbaring miring
Analisis Soal
• Anak sesak nafas + disfagia + drooling trias gejala
epiglotitis
• Diagnosis epiglotitis diperjelas dengan radiologi Thumbrint
sign
• Epiglotitis infeksi bakteri pada saluran napas di daerah
epiglotis disebabkan oleh H. influenza tipe B (Hib)
pencegahan dengan imunisasi HiB
o Mendapatkan vaksinasi DTPa minimal 3 kali
pencegahan tetanus, difteri, dan pertusis
o Menghindari alergen seperti serbuk bunga dan debu
pencegahan penyakit alergi seperti rhinitis alergi dan
konjungtivitis alergi
o Tidur dengan posisi berbaring miring edukasi pada
pasien OSA
Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 Tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2017
Usia
Imunisasi Bulan Tahun
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 9 10 12 18
Hepatitis B 1 2 3 4
Polio 0 1 2 3 4
BCG 1 kali
DTP 1 2 3 4 5 6 (Td/Tdap) 7 (Td)
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2 3a
Influenza Ulangan 1 kali setiap tahun
Campak 1 2 3
MMR 1 2
Tifoid Ulangan setiap 3 tahun
Hepatitis A 2 kali, interval 6 – 12 bulan
Varisela 1 kali
HPV 2 atau 3 kalib
Japanese encephalitis 1 2
Dengue 3 kali, interval 6 bulan
Keterangan 5. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
Cara membaca kolom usia : misal 2 berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d. 2 bulan 29 hari (89 hari) dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai Januari 2017 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Dapat diakses pada website IDAI (http:// idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) 6. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis
a
Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3 (lihat keterangan) pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir
b
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14
setara dengan 3 dosis (lihat keterangan) minggu (dosis pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10
Optimal Catch-up Booster Daerah Endemis minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
7. Vaksineinflunz a. Vaksineinflunz a diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulangp setia tahun. Untuk imunisasi
Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca keterangan tabel pertama kali (primary immunizatio
n ) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4
1. Vaksin hepatiti s B (HB). Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan a atau lebih, dosis 0,5 mL.
dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monova- 8. Vaksin campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidk per l u diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.
len adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatit
i s B 9. Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan
(HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka
usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan. dapat diberikan vaksin MMR/MR.
2. Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat 10. Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar.
bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling se- Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
dikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3. 11. Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, a optiml usia 2 bulan. Apabila diberikan pada kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja
usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antib
o d i setara dengan 3 dosis.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau 12. Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang
DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun
tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 berikutnya.
dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setia p 10 t ahun. 13. Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan.
13.
Anak usia 5 tahun datang dgn keluhan kaki
bengkak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan edema
tungkai, ascites. Lab darah perifer normal, tetapi
terdapat hipoalbumin, hiperkolestrolemia,
proteinuria (+4). Diagnosis yang tepat ialah...
A. Sindrom nefritik
B. Sindrom nefrotik primer
C. Sindrom nefrotik sekunder
D. Sindrom nefrotik kongenital
E. Sindrom metabolik
Analisis Soal
• Anak dengan edema (dan asites) +
hipoalbumin + hiperkolesterolemia gejala
sindrom nefrotik
• Penyebab Sindrom nefrotik pada anak bisa
akibat idiopatik (Primer), kongenital, dan
sekunder (misal karena SLE)
• Penyebab terbanyak pada kasus pediatrik
adalah sindrom nefrotik primer (idiopatik)
Sindrom Nefrotik
P E N YA K I T KETERANGAN
Trofozoit
Kista
Trofozoit:
- Pear shaped
Flagel Inti - Sepasang
nukleusseperti mata
- Pada bagian ventral
Posterior tajam terdapat alat
isapuntuk menempel
di mukosa usus
Giardiasis
• Etiologi: Giardia interstinalisdikenal sebagai Giardia
lamblia (protozoa)
Akut: berbau, mual, distensi
• Gejala klinis: abdomen, demam, tidak ada darah
dalam tinja
Dapat asimptomatik
Diare bisa menjadi akut/kronik
Ekskresi lemak meningkatsteatorrhea Kronik: nyeri dan distensi
• Terapi: abdomen, tinja berlendir, dan BB
turun
DOC: metronidazole 3x250 mg selama 5-7hari
(anak: 3x15 mg/kgBB selama 5 hari)
Alternatif: Tinidazole 2 gr PO SD (anak: 50 mg/kgBB
PO SD)
18.
Pasien anak laki-laki, 7 tahun dibawa oleh ibunya datang
dengan keluhan terlihat lebih kecil dari anak seusianya,
belum mimpi basah. Ayah pasien dulunya memiliki keluhan
yang sama, ibu pasien mens pada usia 15 tahun. Pada
pemeriksaan tanda vital dbn, pemfis tidak di temukan
pertumbuhan kumis, tidak di temukan pertumbuhan
payudara, tidak ditemukan pertumbuhan bulu ketiak, tidak
ada bulu pubis, skrotum dan penis lebih kecil dari anak
seusianya. Pemeriksaan penunjang awal pada pasien ini
adalah...
A. Growth Hormon
B. Bone age
C. USG abdomen
D. USG genital
E. Urin lengkap
Analisis Soal
• Pada soal, anak 7 tahun dibawa dengan keluhan lebih kecil dari
anak seusianya, sehingga diperkirakan anak memiliki perawakan
pendek.
• Ternyata dari pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda
pubertas dini, tetapi ukuran penis dan testis leih kecil dari normal
• Pada kasus anak dengan perawakan pendek, ada variasi fisiologis
berupa Familial short stature dan Constitutional delay of growth
and puberty
• Pada soal disebutkan ayah pasien dulunya memiliki keluhan yang
sama, ibu pasien mens pada usia 15 tahun (pubertas terlambat
karena lebih dari usia 13 tahun) mengarahkan pada
Constitutional delay of growth and puberty
• Salah satu pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan ialah
Bone age pada Constitutional delay of growth and puberty akan
ditemukan Bone age terlambat (tetapi masih sesuai dengan height
age)
Perawakan Pendek
Anamnesis Perawakan Pendek
Variasi Normal Perawakan Pendek
Yang Fisiologis
• Familial short stature
– Pertumbuhan selalu dl bawah persentil 3
– Kecepatan pertumbuhan normal
– Umur tulang (bone age) normal
– Tinggi badan kedua orangtua pendek
– Tinggi akhir di bawah persentil 3
edema
rambut kemerahan, mudah
dicabut
kurang aktif, rewel/cengeng
pengurusan otot
Kelainan kulit berupa bercak
merah muda yg meluas &
berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis)
Marasmik-kwashiorkor
• Terdapat tanda dan gejala klinis marasmus dan
kwashiorkor secara bersamaan
OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
21.
Anak laki-laki, 12 tahun, sesak sejak 2 hari. Tidak ada
kebiruan. BB tidak mau naik dan anak tidak nafsu
makan. PF: TD 110/70 N: dbn, RR: 55x/menit, suhu: dbn.
Terdapat murmur ejeksi sistolik grade II/6 di SIC 2-3 linea
parasternal sinistra, hepatosplenomegali (+), edem
tungkai +/+ Ro thorax kardiomegali. Diagnosis pada
pasien ini adalah...
A. Gagal jantung kongestif
B. Gagal jantung kanan
C. Gagal jantung kiri
D. Syok kardiogenik
E. VSD dengan sindrom Eisenmenger
Analisis Soal
• Anak laki-laki, 12 tahun, sesak, tidak ada kebiruan, BB tidak mau naik
dan anak tidak nafsu makan gejala umum PJB asianotik
• murmur ejeksi sistolik grade II/6 di SIC 2-3 linea parasternal sinistra
ASD (murmor terjadi akibat aliran darah di ventrikel kanan yang
berlebihan mengalami turbulensi ketika melewati katup pulmonal)
• RR: 55x/menit takipnea + keluhan dispnea gejala kongesti jantung
kiri
• Hepatosplenomegali (+), edem tungkai +/+ gejala kongesti jantung
kanan
• Kesimpulan pasien mengalami gagal jantung kongestif (baik kiri maupun
kanan) karena PJB ASD yang tidak dikoreksi
Atrial Septal Defect
Gagal Jantung
22.
Anak laki-laki berusia 12 tahun dibawa ke rumah sakit dengan
penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya
pasien mengalami demam dan keluarnya cairan warna
kuning kental dari telinga selama 4 hari. Tanda vital
didapatkan suhu 39oC, lainnya normal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pasien somnolen-sopor, refleks pupil (+),
Brudzinski (+), kernig (+). Apakah diagnosis kerja pasien ini?
A. Meningoencephalitis
B. Encephalitis
C. Tumor otak
D. Stroke hemoragik
E. Stroke iskemik
Analisis Soal
• Anak dengan penurunan kesadaran sejak 1
hari yang lalu + demam dgn tanda infeksi otitis
media infeksi SSP
• Brudzinski (+), kernig (+) tanda rangsang
meningeal + meningitis
• Penurunan kesadaran infeksi sudah
mencapai parenkim otak ensefalitis
• Kesimpulan: pasien mengalami
meningoensefalitis sebagai komplikasi dari
otitis media
Meningitis & ensefalitis
• Meningitis
– Meningitis bakterial: E. coli, Streptococcus grup B (bulan pertama
kehidupan); Streptococcus pneumoniae, H. influenzae, N. meningitidis
(anak lebih besar)
– Meningitis viral: paling sering pada anak usia < 1 tahun. Penyebab
tersering: enterovirus
– Meningitis fungal: pada imunokompromais
– Gejala klasik: demam, sakit kepala hebat, tanda rangsang meningeal
(+).
• Ensefalitis: inflamasi pada parenkim otak
– Penyebab tersering: ensefalitis viral
– Gejala: demam, sakit kepala, defisit neurologis (penurunan kesadaran,
gejala fokal, kejang)
• Meningoensefalitis: inflamasi pada meningens dan parenkim otak
• Tirah baring,
• Oksigen, bersihkan jalan nafas secara teratur,
• Cairan infus dan diet per sonde
• Monitoring kesadaran, TTV, trismus, asupan /
keluaran, elektrolit
• Konsultasikan ke bagian lain bila perlu.
25.
Seorang anak, 15 tahun, dibawa ke UGD RS karena
penurunan kesadaran. 3 jam yang lalu pasien kejang, 3
kali dalam 30 menit. Setelah kejang pasien tidak sadar.
Pasien memiliki riwayat meminum obat kejang, namun 3
hari yang lalu berhenti meminum obat tersebut. Saat ini
pasien kesadaran koma, TD 100/80, HR 80x/menit, RR
18x/menit, suhu 39.3°C. Diagnosis pasien ini adalah…
A. Demam tifoid
B. Kejang demam kompleks
C. Epilepsi
D. Status epileptikus
E. Meningoencephalitis
Analisis Soal
• Pasien 15 tahun memiliki riwayat meminum
obat kejang, namun 3 hari yang lalu berhenti
meminum obat tersebut kemungkinan
pasien menderita epilepsi
• Sudah kejang 3 kali dalam 30 menit tanpa
pengembalian kesadaran pasien
mengalami status epileptikus (stadium
menetap/ established)
Status Epileptikus
• Definisi Status epileptikus (SE) adalah bangkitan yang
berlangsung lebuh dari 30 menit, atau adanya dua bangkitan
atau lebih dan diantara bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat
pemulihan kesadaran.
• Namun demikian penanganan bangkitan konvulsif harus dimulai
bila bangkitan konvulsif sudah berlangsung lebih dari 5-10
menit.
• SE merupakan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
penanganan dan terapi segera guna menghentikakn bangkitan
(dalam waktu 30 menit).
• Dikenal dua tipe SE; SE konvusif (terdapat bangkitan motorik)
dan SE non-konfusif (tidak terdapat bangkitan motorik).
Status Epileptikus
• Definisi Operasional Status Epileptikus Konvulsif
• Status epileptikus konvulsif adalah bangkitan dengan durasi lebih dari 5 menit,
atau bangkitan berulang 2 kali atau lebih tanpa pulihnya kesadaran diantara
bangkitan.
• Berdasarkan durasi:
– SE Dini (5-30 menit)
– SE menetap/ Established (>30 menit)
– SE Refrakter (bangkitan tetap ada setelah mendapat dua atau tiga jenis antikonvulsan
awal dengan dosis adekuat )
26.
Anak perempuan berusia 4 tahun dibawa ibunya ke RS
dengan keluhan kejang 30 menit lalu. Kejang berlangsung 10
menit. Tiga hari sebelumnya, pasien demam dan kejang
selama 3 menit yang kemudian berhenti spontan. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan nadi 115 kali/menit, napas 24
kali/menit, suhu 39,5oC, berat badan 16 kg. Pasien sudah
dipasang akses intravena. Jika pasien kejang lagi di RS, obat
yang sebaiknya diberikan adalah…
A. Diazepam rektal 5 mg
B. Diazepam intravena 5 mg
C. Diazepam intravena 10 mg
D. Fenitoin intravena 25 mg
E. Fenitoin oral 25 mg
Analisis Soal
• Berdasarkan alur tatalaksana Kejang Akut dan Status
Epileptikus pada Anak (IDAI, 2016), di rumah sakit,
pengobatan awal untuk menghentikan kejang anak adalah
Diazepam IV atau midazolam Buccal/IM
• Pada soal sdh terpasang akses intravena memekai
diazepam IV
• Dosis diazepam IV anak ialah 0,2-0,5 mg/kgBB maksimal 10
mg
• Perkiraan berat badan anak berdasarkan rumus Pediatric
Anvanced Life Support ataupun Nelson (2n+8) ialah
(2x4)+8= 16 kg
• Kebutuhan diazepam IV anak tsb: 16 x 0,2 s.d 16 x 0,5 mg =
3,2 – 8 mg
• Jawaban yang tepat ialah Diazepam IV 5 mg
Algoritma tata laksana kejang akut dan status epileptikus berdasarkan Konsensus UKK Neurologi IDAI 2016
Keterangan
• Diazepam IV: 0,2 - 0,5 mg/kg IV (maksimum 10 mg) dalam spuit, kecepatan 2 mg/menit.
Bila kejang berhenti sebelum obat habis, tidak perlu dihabiskan.
• Fenobarbital: pemberian boleh diencerkan dengan NaCl 0,9% 1:1 dengan kecepatan
yang sama
• Midazolam buccal: dapat menggunakan midazolam sediaan IV/IM, ambil sesuai dosis
yang diperlukan dengan menggunakan spuit 1 cc yang telah dibuang jarumnya, dan
teteskan pada buccal kanan, selama 1 menit. Dosis midazolam buccal berdasarkan
kelompok usia;
– 2,5 mg (usia 6 – 12 bulan)
– 5 mg (usia 1 – 5 tahun)
– 7,5 mg (usia 5 – 9 tahun)
– 10 mg (usia ≥ 10 tahun)
• Tapering midazolam infus kontinyu: Bila bebas kejang selama 24 jam setelah pemberian
midazolam, maka pemberian midazolam dapat diturunkan secara bertahap dengan
kecepatan 0,1 mg/jam dan dapat dihentikan setelah 48 jam bebas kejang.
• Midazolam: Pemberian midazolam infus kontinyu seharusnya di ICU, namun disesuaikan
dengan kondisi rumah sakit
• Bila pasien terdapat riwayat status epileptikus, namun saat datang dalam keadaan tidak
kejang, maka dapat diberikan fenitoin atau fenobarbital 10 mg/kg IV dilanjutkan dengan
pemberian rumatan bila diperlukan.
Pediatric Weight Estimation Formula
NELSON FORMULA
27.
Seorang anak usia 10 tahun datang dgn keluhan
kelemahan di keempat ekstremitas secara tiba-tiba.
Sebelumnya didahului demam. Pasien mengeluhkan
kelemahan anggota gerak disertai gangguan bernafas.
Diagnosis yg tepat pada kasus ini
A. Acute poliomyelitis tipe spinal
B. Acute poliomyelitis tipe bulbar
C. Acute poliomyelitis tipe bulbospinal
D. Acute poliomyelitis tipe periodic
E. Acute poliomyelitis tipe intermittent
Analisis Soal
• Anak dengan acute placcid paralysis salah
satu penyebabnya ialah poliomielitis
• PF: berupa kelemahan anggota gerak
mengenai spinal + disertai gangguan bernafas
mengenai bulbar poliomielitis
bulbospinal
Polio
• Poliomyelitis adalah penyakit menular yang
diakibatkan oleh infeksi virus
• Predileksi virus ada kornu anterior massa
kelabu medulla spinalis dan batang otak
• Tipe polio
– Polio paralitik
• Polio spinal
• Polio bulbar
• Polio bulbospinal
Tipe polio paralitik
• Polio spinal
– Tipe poliomielitis paralisis yang paling sering akibat invasi virus pada motor
neuron di kornu anterior medula spinalis yang bertanggung jawab pada
pergerakan otot-otot, termasuk otototot interkostal, trunkus, dan tungkai.
– Kelumpuhan maksimal terjadi cukup cepat (2-4 hari), dan biasanya timbul
demam serta nyeri otot.
– Virus dapat merusak otototot pada kedua sisi tubuh, tetapi
kelumpuhannya paling sering asimetris.
– Kelumpuhan seringkali lebih berat di daerah proksimal dari pada distal
• Polio bulbar
– Polio bulbar Terjadi kira-kira 2% dari kasus polio paralitik.
– Poliovirus menginvasi dan merusak sarafsaraf di daerah bulbar batang
otak.
– Destruksi saraf-saraf ini melemahkan otototot yang dipersarafi nervus
kranialis, menimbulkan gejala ensefalitis, dan menyebabkan susah
bernafas, berbicara, dan menelan
– Akibat gangguan menelan, sekresi mukus pada saluran napas meningkat,
yang dapat menyebabkan kematian
Tipe polio paralitik
• Polio bulbospinal
– Kira-kira 19% dari semua kasus polio paralitik yang
memberikan gejala bulbar dan spinal
– Subtipe ini dikenal dengan polio respiratori atau
polio bulbospinal.
– Poliovirus menyerang nervus frenikus, yang
mengontrol diafragma untuk mengembangkan
paru-paru dan mengontrol otot-otot yang
dibutuhkan untuk menelan.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/9327/8901
28.
Anak perempuan usia 4 tahun dibawa dengan keluhan berat
badan tidak naik-naik. Pada anamnesis dan pemeriksaan
didapatkan temuan batuk 4 minggu, demam 3 minggu naik
turun, kontak TB (-), mantoux 10 mm, KGB (-), BB kurang,
radiologi normal, widal (-). Tatalaksana yang diberikan ialah...
A. Terapi profilaksis INH
B. Terapi broadspectrum AB, lanjut evaluasi
C. Terapi OAT RHZ selama 2 bulan, lanjut evaluasi, jika
ada perbaikan, hentikan OAT
D. Terapi OAT RHZ selama 2 bulan, lanjutkan dengan RH
selama 4 bulan
E. Lakukan observasi per bulan tanpa memberikan obat
Analisis Soal
• Anak perempuan usia 4 tahun dibawa dengan keluhan berat badan
tidak naik-naik salah satu gejala TB paru (t.u setelah dicoba
tatalaksana keluhan tsb tetap tidak ada perbaikan)
• Di soal terdapat data untuk melakukan skoring TB (pastikan dulu
ada atau tidak px BTA/TCM anak)
– batuk 4 minggu 1
– demam 3 minggu naik turun 1
– kontak TB (-) 0
– mantoux 10 mm 3
– KGB (-) 0
– BB kurang 1
– radiologi normal 0
• TOTAL SKOR 6 TB ANAK KLINIS pengobatan dengan regimen
2 bulan HRZ dilanjutkan 4 bulan RH
ALUR
DIAGNOSIS
TB ANAK
Sistem Skoring
Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak. 2016. Depkes.
29.
Pasien anak usia 2 tahun mengeluhkan sesak nafas dan
batuk seperti menggonggong. Pasien tampak gelisah.
Pada PF di dapatkan nadi 136x/menit, RR 30x/menit,
terdapat stridor inspirasi, retraksi epigastric. Struktur
apa yang paling sering terkena pada penyakit tersebut?
A. Faring dan tonsil
B. Laring dan bronkus
C. Faring dan laring
D. Laring dan trakea
E. Trakea dan bronkus
Analisis Soal
• Pasien anak usia 2 tahun mengeluhkan sesak
nafas gelisah, stridor inspirasi, retraksi
epigastrik + batuk seperti menggonggong
CROUP
• Croup bisa mengenai struktur laring, trakea,
bronkus, terkadang bisa sampai parenkim
paru
• Struktur yang paling sering terkena ialah laring
dan trakea (laringotrakeitis)
Croup
• “Croup” is a generic term encompassing a
heterogeneous group of illnesses affecting the larynx,
trachea, and bronchi
• croup generally affects the larynx and trachea,
although this illness may also extend to the bronchi.
• Laryngotracheitis, laryngotracheobronchitis,
laryngotracheobronchopneumonitis, and spasmodic
croup are included in the croup syndrome.
• In children with croup, upper airway obstruction causes
a barking cough(a seal-like barking cough), a hoarse
voice, inspiratory stridor, and varying degrees of
respiratory distress.
Klasifikasi dan Penatalaksanaan
Ringan Berat
• Gejala: • Gejala:
– Demam – Stridor saat istirahat
– Takipnea
– Suara serak
– Retraksi dinding dada bagian
– Batuk menggonggong bawah
– Stridor bila anak gelisah • Terapi:
• Terapi: – Steroid (dexamethasone) dosis
tunggal (0,6 mg/kg IM/PO)
– Rawat jalan dapat diulang dalam 6-24 jam
– Pemberian cairan oral, – Epinefrin 1:1000 2 mL dalam 2-
ASI/makanan yang sesuai 3 mL NS, nebulisasi selama 20
– Simtomatik menit
WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO; 2008.
30.
Pasien anak usia 2 tahun mengeluhkan demam, sesak
nafas dan batuk seperti menggonggong. Pasien tampak
gelisah. Pada PF di dapatkan nadi 136x/menit, RR
44x/menit, terdapat stridor inspirasi. Pemeriksaan
radiologis apakah yang sebaiknya dilakukan?
A. CT scan leher
B. MRI leher
C. Foto Ro neck soft tissue AP
D. Foto Ro neck soft tissue Lateral
E. USG leher
Analisis Soal
• Pasien anak usia 2 tahun mengeluhkan sesak
nafas, gelisah, takipnea, stridor inspirasi,
retraksi epigastrik + batuk seperti
menggonggong CROUP
• Pemeriksaan radiologis croup biasanya
ditujukan untuk mencari steeple/pencilpoint/
wine bottle sign; yang terlihat dari foto
jaringan lunak leher AP
• Foto Ro neck soft tissue Lateral untuk kasus
epiglotitis
Pemeriksaan Penunjang Croup
• Croup is primarily a clinical diagnosis
• Laboratory test results rarely contribute to confirming this
diagnosis. The complete blood cell (CBC) count may suggest a viral
cause with lymphocytosis
• Radiography : verify a presumptive diagnosis or exclude other
disorders causing stridor.
– The anteroposterior (AP) radiograph of the soft tissues of the neck
classically reveals a steeple sign (also known as a pencil-point sign or
wine bottle sign), which signifies subglottic narrowing
– Lateral neck view may reveal a distended hypopharynx (ballooning)
during inspiration
• Laryngoscopy is indicated only in unusual circumstances (eg, the
course of illness is not typical, the child has symptoms that suggest
an underlying anatomic or congenital disorder)
Steeple sign
OPTIMA MEDAN
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
31.
Pasien anak usia 1 tahun mengeluhkan sesak nafas dan
batuk "seal-like barking". Pasien tampak sakit sedang.
Pada PF di dapatkan nadi 120x/menit, RR 55x/menit,
terdapat stridor inspirasi, retrakasi epigastric. Penyebab
tersering dari penyakit anak tersebut ialah....
A. Adenovirus
B. Rhinovirus
C. Parainfluenza virus tipe 1 dan 3
D. Parainfluenza virus tipe 1 dan 2
E. Enterovirus
Analisis Soal
• Anak sesak napas, takipnea, stridor inspirasi
(sumbatan jalan napas atas) jika
disebabkan infeksi akut salah satu
penyebabnya adalah croup dan epiglotitis
• Batuk "seal-like barking” mengonggong
Croup
• Penyebabnya ialah virus Parainfluenza tipe 1,
2, dan 3
– Paling sering tipe 1 dan 2 (terutama tipe 1)
Croup
• Croup (laringotrakeobronkitis viral) adalah infeksi
virus di saluran nafas atas yang menyebabkan
penyumbatan
• Merupakan penyebab stridor tersering pada anak
• Penyebabnya ialah virus Parainfluenza tipe 1, 2, dan
3
– Paling sering tipe 1 dan 2 (terutama tipe 1)
• Gejala: batuk menggonggong (barking cough),
stridor, demam, suara serak, nafas cepat disertai
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Penyebab Viral Croup (berdasarkan frekuensi)
32.
Seorang anak laki-laki usia 7 tahun diantar orang tuanya ke
IGD RS dengan keluhan patah tulang pada paha. Orang tua
mengeluh anak sering mengalami patah walau hanya dengan
benturan ringan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tulang
femur pipih. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan fr. Os
femur 1/3 tengah dan bentuk tulang "saber shin deformity".
Apakah diagnosis kasus tersebut?
A. Osteogenesis imperfecta
B. Osteomalacia
C. Rakitis
D. Ricketsia
E. Achondroplasia
Analisis Soal
• Seorang anak laki-laki usia 7 tahun patah tulang pada femur + sering
mengalami patah walau hanya dengan benturan ringan fraktur
patologis; penyebabnya pada pediatrik bisa bermacam-macam,
diantaranya osteogenesis imperfecta, kanker tulang, dan rickets (rakhitis)
• Radiologi "saber shin deformity”: bisa ditemukan di beberapa kasus
seperti sifilis kongenital, paget disease of bone, rickets/osteomalasia, dan
osteogenesis imperfecta
• Pada soal, ditekankan riwayat fraktur berulang tanpa trauma berat hal
ini sering disebutkan terjadi pada osteogenesis imperfecta dibandingkan
pada rickets (sesuai nama lainnya, yaitu brittle bone disease rapuh)
• Namun, tentunya kemungkinan diagnosis osteogenesis imperfecta ini
sebaiknya ditunjang dengan tampilan klinis lainnya (seperti joint laxity,
dentinogenesis imperfecta, triangular face, wormian bones) jika memang
ada di keterangan tambahan lainnya.
Osteogenesis imperfecta
• Osteogenesis imperfecta (OI) is an inherited
connective tissue disorder with many phenotypic
presentations.
• It is often called "brittle bone disease."
• Severely affected patients suffer multiple
fractures with minimal or no trauma, and infants
with the worst form of OI die in the perinatal
period.
• Mild forms of OI may manifest with only
premature osteoporosis or severe
postmenopausal bone mineral loss.
Clinical Manifestation
• Blue sclerae • Fractures(most
• Triangular facies commonly transverse
• Macrocephaly humerus, olecranon,
diaphyseal humerus
• Hearing loss fracture)
• Defective dentition • Wormian bones (small
(dentinogenesis irregular bones along
imperfecta) the cranial suture)
• Barrel chest • Joint laxity
• Scoliosis • Growth retardation
• Limb deformities • Constipation and
• Saber Shin Deformities sweating
Acute fractures are
observed in the
radius and ulna.
Multiple fractures
can be seen in the
ribs. Old healing
humeral fracture
with callus formation
is observed.
Dentinogenesis
imperfecta
Keterangan 5. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
Cara membaca kolom usia : misal 2 berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d. 2 bulan 29 hari (89 hari) dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai Januari 2017 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Dapat diakses pada website IDAI (http:// idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) 6. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis
a
Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3 (lihat keterangan) pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir
b
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14
setara dengan 3 dosis (lihat keterangan) minggu (dosis pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10
Optimal Catch-up Booster Daerah Endemis minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
7. Vaksineinflunz a. Vaksineinflunz a diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulangp setia tahun. Untuk imunisasi
Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca keterangan tabel pertama kali (primary immunizatio
n ) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4
1. Vaksin hepatiti s B (HB). Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan a atau lebih, dosis 0,5 mL.
dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monova- 8. Vaksin campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidk per l u diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.
len adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatit
i s B 9. Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan
(HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka
usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan. dapat diberikan vaksin MMR/MR.
2. Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat 10. Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar.
bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling se- Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
dikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3. 11. Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, a optiml usia 2 bulan. Apabila diberikan pada kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja
usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antib
o d i setara dengan 3 dosis.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau 12. Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang
DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun
tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 berikutnya.
dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setia p 10 t ahun. 13. Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan.
34.
Seorang anak perempuan usia 5 tahun dibawa ibunya ke
IGD RS dengan keluhan demam 5 hari disertai nyeri
perut dan nyeri otot. Pemeriksaan fisik
didapatkan Pethecie (+), hepatomegali, Suhu 39,4 C dan
pemeriksaan NS 1 (+). Pemeriksaan apa yang perlu
dilakukan evaluasi?
A. Hemoglobin dan Hematrokrit
B. Hemoglobin dan trombosit
C. Hematokrit dan Leukosit
D. Hemoglobin dan Leukosit
E. Trombosit dan Hematoktrit
Analisis Soal
• Keluhan demam (<1 minggu) dengan mialgia, nyeri
perut, dan manifestasi perdarahan (petechie),
hepatomegali; ditunjang dengan NS1 (+) infeksi
dengue
• Hepatomegali lebih sering ditemukan pada kasus DBD
dibandingkan DD
• Pemeriksaan yang diperlukan ialah darah perifer
berupa Hb, Ht, trombosit, leukosit dan hitung jenis
• Pada pilihan jawaban, harus memilih duu dari hasil
darah perifer, dan dipilih Ht serta trombosit, alasannya
adalah yang perlu dimonitor secara ketat pada kasus
DBD/ 6 jam berdasarkan algoritma adalah Ht dan
trombosit
Pemeriksaan PenunjangInfeksi Dengue
Pemantauan Rawat
Alur Perawatan
35.
Pasien anak laki-laki usia 7 tahun datang ke IGD RS
diantar orangtuanya. Anak demam 8 hari. Riwayat
mimisan 1 jam yang lalu. TD 100/70. HR 90x/menit. T
38,0, RR 24x/menit. Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 15 gr/dl, Hct 58%. Diagnosis pasien ini
ialah...
A. DHF grade II
B. DHF grade I
C. Dengue shock syndrome
D. DHF grade III
E. DHF grade IV
Analisis Soal
• Langkah I: tentukan apakah ini DD atau DBD
(ingat! DBD berarti ada tanda plasma leakage)
– Anak 7 tahun demam 8 hari Ht 58% (Ht normal anak
usia 7 tahun sekitar 31-37%, jika dihitung persentase
kenaikan hemokonsentrasinya >20% adanya
plasma leakage) infeksi dengue berupa DBD
• Langkah 2: tentukan derajat DBD
– Ada mimisan perdarahan spontan DBD derajat II
– Belum ada tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi
(belum derajat III/IV/DSS)
Pediatric Vital
Signs
Heart Rate
Age
(beats/min)
Premature 120-170 *
0-3 mo 100-150 *
3-6 mo 90-120 http://web.missouri.edu/~proste/lab/vitals-peds.pdf
6-12 mo 80-120
1-3 yr 70-110
3-6 yr 65-110
6-12 yr 60-95
12 > yr 55-85
Kleigman, R.M., et al. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Saunders, 2011. 1Soldin, S.J., Brugnara, C., & Hicks, J.M. (1999). Pediatric
* From Dieckmann R, Brownstein D, Gausche-Hill M (eds): Pediatric Education for Prehospital reference ranges (3rd ed.). Washington, DC: AACC Press.
Professionals. Sudbury, Mass, Jones & Bartlett, American Academy of Pediatrics, 2000, pp 43-45. http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/354/36284
† From American Heart Association ECC Guidelines, 2000. 6/London%20App.%20B.pdf
36.
Anak laki-laki, 10 tahun, keluhan gelisah dan demam.
Demam tinggi sejak 5 hari yang lalu disertai mual, pegal-
pegal. Demam sempat turun 2 hari yang lalu, demam
muncul lagi 1 hari. PF : kesadaran delirium, TD 80
palpasi, HR 120, RR 30. Lab : Hb 17,2, Ht 52%, Leu 3.500,
trombosit 20.000, LED 45, ALT 400, AST 350, albumin 2.
Pemeriksan penunjang yang tepat ialah...
A. Rapid ICT IgM/IgG anti dengue
B. Rapid ICT NS-1 antigen dengue
C. Rapid ICT anti malaria
D. Igm anti salmonella typhi
E. Widal
Analisis Soal
• Anak laki-laki, 10 tahun, delirium dgn demam dengan
pola bifasik sejak 5 hari + mual, pegal-pegal + plasma
leakage (ditandai dengan albumin 2, hemokonsentrasi
> 20% (Hb 17,2, Ht 52%), trombositopenia <100.000,
gangguan fungsi hepar (ALT 400, AST 350) DBD +
tanda syok (TD 80 palpasi, HR 120) DSS
• Pemeriksaan Laboratorium yang disaranka: Rapid ICT
IgM/IgG anti dengue dibandingkan NS1 karena sudah
demam hari ke% (kemungkinan NS1 negatif besar,
sehingga bukti infeksi dengue false negatif)
Serologi Dengue
• NS1:
– antigen nonstructural untuk replikasi virus yang dapat dideteksi sejak hari
pertama demam.
– Puncak deteksi NS1: hari ke 2-3 (sensitivitas 75%) & mulai tidak terdeteksi hari
ke 5-6.
Within first
Early
Congenital year
syphilis Later than
Late
1 yr
Sifilis Kongenital Dini
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2819963/
Sifilis Kongenital Dini
Eyes
• Choroidoretinits, glaucoma, uveitis .
• Choroidoretinitis in later life is seen as salt &
pepper fundus showing black pigment & white
atrophic patches.
Congenital Syphilis
Hydrops
fetalis
Nasal discharge
Petechial rash
Necrotizing
funisitis
within the matrix of
the umbilical cord
Hepatomegaly
Rash
Ostitis,
Metaphysitis,
Periostitis
Wimberger sign
Multiple, discrete, tense
blisters seen over a
normal looking skin
Contain serous/
seropurulent discharge
(spirochetes)
Decreased
mineralization of the
metaphyses of long
bones of the upper
extremities
Among these manifestations, Hutchinson triad (Hutchinson teeth, interstitial keratitis, and
sensorineural hearing loss), mulberry molars, and Clutton joints are relatively specific for
congenital syphilis http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2819963/
39.
Seorang anak perempuan usia 10 tahun datang dengan keluhan
demam sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan nyeri sendi.
Awalnya nyeri sendi dan bengkak dirasakan pada lutut kanan.
Berikutnya lutut kanan membaik, pasien mulai merasakan nyeri dan
bengkak di siku kanan. Riwayat nyeri tenggorokan 3 minggu
sebelumnya, lalu minum amoxicillin hanya 2 hari saja. Pemfis CM,
sakit sedang, TD 100/60 mmHg, nadi 120 x/menit, RR 28 x/menit, suhu
38,2oC, jantung ditemukan murmur. Berat badan anak 22 kg.
Diagnosis yang paling mungkin adalah…
A. Stenosis katup mitral
B. Insufficiency katup mitral
C. Stenosis katup trikuspid
D. Insufficiency katup trikuspid
E. Stenosis katup aorta
Analisis Soal
• Anak dengan 2 kriteria mayor JONES poliartritis migrans + karditis
(adanya murmur pada jantung) + 2 kriteia minor JONES (demam
dan atralgia) + adanya kemungkinan infeksi Strep. Pyogenes (infeksi
tenggorokan) kecurigaan mengarah pada demam rematik
• Karditis pada demam rematik biasanya menyerang katup mitral
(paling sering) dan katup aorta; menyebabkan adanya
insufisiensi/regurgitasi akibat peradangan dan inflamasi katup
• Kasus stenosis mitral/aorta terkait demam rematik bisanya
merupakan kelanjutan/komplikasi yang telah menjadi penyakit
jantung rematik (rheumatic heart disease) katup sudah
mengalami kerusakan menetap menjadi “keras”
Demam rematik
• Penyakit sistemik yang terjadi setelah faringitis akibat GABHS
(Streptococcus pyogenes)
• Usia rerata penderita: 10 tahun
• Komplikasi: penyakit jantung reumatik
• Demam rematik terjadi pada sedikit kasus faringitis GABHS
setelah 1-5 minggu
• Valvulitis merupakan tanda utama karditis reumatik :
• katup mitral (76%),
• katup aorta (13%),
• dan katup mitral+ aorta (97%)
• Penyakit jantung rematik: sekuelae demam reumatik akut yang tidak
di-tx adekuat. Manifestasi 10-30 th pasca DRA
– MS: fusi komisura fish mouth
– AI + MS Chin TK. Pediatric rheumatic fever.
http://emedicine.medscape.com/article/1007946-overview Behrman RE. Nelson’s
Ket: ASO=ASTO
Tatalaksana
• Terapi antiinflamasi harus segera dimulai setelah diagnosis demam
reumatik ditegakkan.
• Hanya artritis
– aspirin 100 mg/kg/ hari sampai 2 minggu
– dosis diturunkan menjadi 75 mg/kg/hari seiama 2-3 minggu
berikutnya.
• Karditis ringan sampai sedang
– aspirin 100 mg/kg/hari dibagi 4-6 dosis seiama 4-8 minggu, tergantung
pada respons klinis
– Bila ada perbaikan maka dosis diturunkan bertahap seiama 4-6 minggu
berikutnya.
• Karditis berat dengan gagal jantung, AV blok total, kardiomegali
– Prednison 2 mg/kg/hari diberikan seiama 2 minggu dilanjutkan
dengan aspirin 75 mg/kg/hari.
• Untuk kasus korea: Antikonvulsan/neuroleptik:
fenobarbital/haloperidol/klorpromazin
40.
Seorang anak laki-laki berusia 10 bulan datang dengan
keluhan sesak nafas sejak 1 hari. Empat hari sebelumnya
didahului demam dan batuk pilek. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan RR 54x/mnt, pernafasan cuping hidung (+),
retraksi suprasternal dan interkostal, pada auskultasi
ditemukan crackles di seluruh lapang paru. Apakah gambaran
radiologis yang paling mungkin pada kasus ini?
A. Perselubungan homogen pada lobus kanan atas
B. Bercak infiltrate ‘patchy’ pada seluruh lapang paru
C. Gambaran hiperlusen avascular pada rongga dada
kanan
D. Pendataran diafragma dan hiperaerasi seluruh lapang
paru
E. Streaky infiltrate seluruh lapang paru disertai
hiperinflasi dada
Analisis Soal
• Anak 10 bln dengan sesak nafas akut + takipnea RR 54x/mnt, pernafasan cuping
hidung (+), retraksi suprasternal dan interkostal dengan gejala infeksi (demam
dan batuk pilek) bisa saja merupakan bronkiolitis, bronkopneumonia,
ataupun pneumonia lobaris, (atau penyebab lainnya misal epiglotitis, croup, tapi
kemungkinan bukan, karena biasanya disertai dengan stridor)
• Auskultasi ditemukan crackles di seluruh lapang paru lebih cocok ke arah
bronkopneumonia/pneumonia lobularis
– Bukan bronkiolitis karena pada auskultasi biasanya ditemukan ekspirasi memanjang,
wheezing, atau “FINE” crackles
– Bukan pneumonia lobaris karena lebih sering pada dewasa dan pd PF biasanya
rhonki pada daerah lobus paru tertentu yang megalami infeksi, bukan di seluruh
lapang
• Radiologi bronkopneumonia: Bercak infiltrate ‘patchy’ pada seluruh lapang
paru
• Pilihan lainnya:
– Perselubungan homogen pada lobus kanan atas : KONSOLIDASI (misal pneumopnia
lobaris)
– Gambaran hiperlusen avascular pada rongga dada kanan: PNEUMOTHORAKS
– Pendataran diafragma dan hiperaerasi seluruh lapang paru: KASUS OBSTRUKSI
(PPOK, ASMA, BRONKIOLITIS)
– Streaky infiltrate seluruh lapang paru disertai hiperinflasi dada: bisa terjadi pada
MECONIUM ASPIRATION SYNDROME
Gambaran Radiologis
DISEASE RADIOGRAPHY
Etiology:
Pneumococcus
Mycoplasma
Gram negative organisms
Legionella
OPTIMA MEDAN
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
41.
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa orangtuanya ke
UGD RS dengan keluhan mencret dan muntah sejak 2 hari
sebelumnya. Saat ini pasien sudah tidak mau minum lagi. Pada
pemeriksaan fx dijumpai frekuansi nadi 172x/mnt, halus, tekanan
darah 92/70 mmHg, tangan dan kaki teraba dingin. Waktu pengisisn
kapiler lebih dari 3 detik dan pasien hampir tidak bereaksi saat
dilakukan pemasangan infuse. Apakah faktor yang paling berperan
dalam menimbulkan gangguan hantaran oksigen pada pasien
tersebut?
A. Penurunan preload
B. Penurunan Hb
C. Penurunan saturasi oksigen
D. Penurunan kontraktilitas jantung
E. Peningkatan kontraktilitas jantung
Analisis Soal
• Anak dengan diare, dengan gejala gangguan
sirkulasi/ syok (takikardia, nadi halus/lemah,
akral dingin, CRT>2”), penurunan kesadaran
(tidak bereaksi saat dilakukan pemasangan
infus)
• Jenis syok yang dialami adalah syok
hipovolemik akibat berkurangnya volume
cairan ec diare rendahnya preload jantung
gangguan hantaran oksigen pada pasien
42.
Anak usia 5 tahun dengan keluhan tidak mau makan
selama 5 hari, dari usia 2 bln sudah tidak diberikan ASI,
minum sup kacang ijo 2 mangkuk kecil. anak terdapat
hepatomegali, diare dan tidak ada edema. VS : nadi
115x/ menit, TD 90/50, RR 30x/menit dengan BB 6 kg.
penatalaksanaan awal pada kasus diatas adalah…
A. Tahap stabilisasi
B. Tahap transisi
C. Tahap rehabilitasi
D. Tahap akut
E. Tahap tindakan lanjut
Analisis Soal
• Anak usia 5 tahun dengan keluhan tidak mau
makan selama 5 hari, dari usia 2 bln sudah
tidak diberikan ASI, minum sup kacang ijo 2
mangkuk kecil. anak terdapat hepatomegali,
diare dan tidak ada edema, BB 6 kg BB/U <
60% gizi buruk
• Urutan fase tatalaksana gizi buruk:
Stabilisasi – transisi – rehabilitasi – tindakan
lanjut
10 Langkah Utama Penatalaksaan Gizi Buruk
No Tindakan Stabilisasi Transisi Rehabilitasi Tindaklanjut
H 1-2 H 3-7 H 8-14 mg 3-6 mg 7-26
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati infeksi
6. Perbaiki def. nutrien mikro tanpa Fe + Fe
8. Makanan Tumb.kejar
9. Stimulasi
• Gejala
– Gatal di sekitar dubur
(terutama pada malam hari
pada saat cacing betina
meletakkan telurnya), gelisah
dan sukar tidur
– Pemeriksaan: perianal swab
dengan Scotch adhesive tape
– Telur lonjong dan datar pada
satu sisi, bening
http://orthoinfo.aaos.org
Clinical Manifestations
In newborn:
• We can diagnose DDH in this period by +ve
Ortolani test.
• Asymmetry of the skin fold may help, but its not
specific.
• Shortening of the limb at this age doesn’t exist.
• We cant use X-rays because the acetabulum and
proximal femur are cartilaginous and wont be
shown on X-ray.
• Ultrasound is the best method to Dx.
In the intermediate age (after 3 months):
• The most diagnostic sign is Ortolani’s limitation of
abduction.
• Abduction less than 60 degrees is almost diagnostic.
• Shortening of the limb is more obvious now.(Galeazzi’s test)
• X-rays after the age of 3 can be helpful esp. after the
appearance of the ossific nucleus of the femoral head
• US is 100% diagnostic.
In older children:
• Complaints of limping, waddling (bilateral DDH), lumbar
lordosis, limitation of hip abduction, toe-walking, wide
perineum
CLINICAL TESTS
• Barlow's test:
– the Barlow maneuver identifies the unstable hip that
is in a reduced position that the clinician can passively
dislocate.
• Ortolani ‘s test:
– performed following Barlow's test to determine if the
hip is actually dislocated clunk sound
• Klisic’s test
• Galeazzi’s test
• Limited abduction
Limited abduction
Uji Ortolani
Uji Barlow
Tanda Galleazi
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2015.
Regimen terapi (PPK Perdoski)
Untuk yang baru pertama kali menderita
Tipe II
• Acyclovir 3x400 mg/hari selama 7-10 hari, ATAU
• Acyclovir 5x200 mg/hari selama 7-10 hari, ATAU
• Valacyclovir 2x1 gram/hari selama 7-10 hari,
ATAU
• Famcyclovir 3x250 mg/hari selama 7-10 hari
Pubertas Prekoks, Diagnosis & Tatalaksana. H. Hakimi; Melda Deliana; Siska Mayasari Lubis. Divisi Endokrinologi Anak Fakultas
Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan
Gejala + Tanda
GnRH Dependent Precoccious GnRH Independent Precoccious
Puberty Puberty
• Selalu isoseksual • Isoseksual atau heteroseksual
• perkembangan tanda-tanda (late onset CAH, tumor
pubertas adrenal)
• mengikuti pola stadium • perkembangan seks sekunder
pubertas normal tidak sinkron (volume testes
• gambaran hormonal: tidak sesuai dengan stadium
peningkatan aktivitas pubertas - lebih kecil)
hormonal di seluruh poros • peningkatan kadar seks steroid
tanpa disertai peningkatan
kadar GnRH dan LH/FSH
Pubertas Prekoks, Diagnosis & Tatalaksana. H. Hakimi; Melda Deliana; Siska Mayasari Lubis. Divisi Endokrinologi Anak Fakultas
Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan
Anamnesis
Tubex TF
• Deteksi IgM anti lipopolisakarida O9 dari Salmonella serogroup D (salah satunya
S. typhi).
• Positif setelah hari ke 3-4.
• Sensitivitas 78%, spesifisitas 89%
A Comparative Study of Typhidot and Widal Test in Patients of Typhoid Fever. JIACM 2004; 5(3): 244-6.
Tes Widal:
Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.
Lasegue’s Test (Straight Leg Raising
Test)
• Prosdur: pasien supine.
Fleksikan sendi pinggul pasien
dengan lutut tertekuk. Jaga
pinggul tetap dalam keadaan
fleksi, kemudian ekstensikan
tungkai bawah.
• Tes positif: radikulopati sciatik
(+), jika:
– Nyeri tidak ada pada
kondisi pinggul dan lutut
fleksi.
– Nyeri muncul saat pinggul
fleksi, dan kemudian lutut
diekstensikan.
• Patrick Test (FABER) and contra-patrick test
– Deteksi kondisi patologis dari sendi paggul dan sakroiliaka.
– Pemeriksaan (+) jika terasa nyeri pada salah satu atau kedua
sendi tersebut.
• Pleksus brakhialis
dibentuk oleh radiks C5
– T1
• Cedera pleksus
Brakhialis dapat dibagi
menjadi cedera pleksus
bagian atas dan bawah
Upper Brachial Plexus Injury – Erb’s Palsy
• Appearance: drooping, wasted shoulder; pronated and
extended limb hangs limply (“waiter’s tip palsy”)
• Loss of innervation to abductors, flexors, & lateral
rotators of shoulder and flexors & supinators of
elbow
• Loss of sensation to lateral aspect of UE
• More common; better prognosis
Netter 1997
Lower Brachial Plexus Injury – Klumpke’s Palsy
• Much rarer than UBPIs and Erb’s Palsy
• Loss of C8 & T1 results in major motor deficits in the
muscles working the hand: “claw hand”
• Loss of sensation to medial aspect of UE
• Sometimes ptosis or full Horner’s syndrome
• Much rarer (1%) but poorer prognosis
“claw
hand”
Netter 1997
59.
Laki-laki, 60 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada
wajah sebelah kanan sejak 3 bulan. Pada anamnesis
didapatkan panas dan terbakar. Nyeri ini timbul ketika
pasien disentuh daerah pipi dan dagu serta ketika pasien
menggosok gigi. Pada pemeriksaan neuro dalam batas
normal. Diagnosis pasien ini adalah…
A. Alodinia
B. Anestesia
C. Hipostesia
D. Parastesia
E. Hiperalgesia
• Pasien dengan keluhan nyeri pada wajah sebelah kanan
sejak 3 bulan yang lalu. Wajah terasa panas dan
terbakar saat daerah pipi disentuh atau saat sikat gigi.
Diagnosis yang sesuai adalah neuralgia trigeminal dan
yang dialami pasien adalah alodinia, yakni rangsang
nyeri yang muncul saat diberikan rangsangan yang
normalnya tidak menimbulkan nyeri, seperti raba atau
sentuhan.
• Hiperalgesia: saat diberikan rangsang nyeri (mis:
tusukan jarum), pasien merespon nyeri tersebut secara
berlebihan, sehingga nyeri terasa lebih berat.
Neuralgia Trigeminal
60.
Seorang wanita, 55 tahun, datang dengan keluhan kebal di
kedua kaki sejak 1 bulan. Riwayat DM 5 tahun yang lalu.
Tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan neurologi
hipestesi stoking gloves kaki kanan dan kiri. Pemeriksaan
penunjang yang tepat adalah…
A. MRI
B. EMG
C. EEG
D. CT Scan
E. HbA1C
• Pasien 55 tahun dengan riwayat DM sejak 5
tahun yang lalu, mengeluhkan baal di kedua
kaki sejak 1 bulan. Pemeriksaan status
neurologis didapatkan hipestesi pada kedua
pedis. Diagnosis yang sesuai pada kasus ini
adalah neuropati DM. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis
tersebut EMG.
Neuropati Diabetikum
• Neuropati diabetikum merupakan komplikasi yang paling sering
pada diabetes mellitus (DM), sekitar 50% dari pasien dengan DM
tipe 1 dan tipe 2.
• Neuropati diabetika perifer meliputi gejala atau tanda- tanda
disfungsi pada saraf perifer pada penderita diabetes mellitus
setelah penyebablainnya disingkirkan.
• Neuropati perifer simetrik yang mengenai systemsaraf motorik
serta sensorik ekstremitas bawah yang disebabkan oleh
jejas sel Schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan akson saraf.
• Neuropati otonom dapat menimbulkan impotensi seksual yang
bersifat fokal (mononeuropati diabetik) paling besar
kemungkinannya disebabkan olehmakroangiopati
Klasifikasi Diabetic Neuropathy
327
• Electromyography ( EMG) adalah EMG
suatu teknik untuk mengevaluasi
dan merekam isyarat pengaktifan Indikasi:
otot. • Motor neuron disease
• Gangguan saraf tepi & akson
• Mendeteksi potensi yang elektrik (neuropati )
yang dihasilkan oleh sel otot • Gangguan pada neuromuskular –
ketika kontraksi dan juga ketika junction (miastenia gravis)
• Penyakit otot primer ( DMP )
sel pada posisi diam.
• Membantu menegakkan diagnosis
• Tujuan: Pemeriksaan pada seperti Bells Palsy
terjadinya lemah otot yang belum
diketahui.
• EMG dapat membedakan
kelemahan otot oleh gangguan
otot dan kelemahan oto tyang
disebabkan oleh kelainan saraf.
• EMG dapat juga digunakan untuk
menentukan derajat iritasi dan
kerusakan saraf.
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
61.
Pasien laki-laki, 20 tahun, terjatuh saat naik pohon
kelapa. Dari pemeriksaan didapatkan rangsang
propioseptif normal disertai dengan parestesi, kekuatan
ekstremitas atas 2/2/2 bawah 4/4/4. Jenis trauma medula
spinalis yang dialami pasien adalah…
A. Brown Sequard syndrome
B. Anterior cord syndrome
C. Central cord syndrome
D. Posterior cord syndrome
E. Cauda equine syndrome
• Central cord syndrome Defisit neurologis motoric dan sensorik, namun gejala
pada ekstrimitas atas lebih berat dibandingkan ekstrimitas bawah. Mekanisme
traum yang paling sering terjadi adalah hiper-ekstensi cervical. Ekstrimitas atas
dapat mengalami kelumpuhan motoric tipe LMN disertai hilangnya rangsang suhu
dan nyeri, sedangkan ekstrimitas bawah mengalami kelumpuhan motoric tipe
UMN dengan deficit sensorik yang lebih ringan.
• Brown-Séquard’s syndrome (BSS) terjadi karena hemisection dari medulla spinalis
akibat trauma tembus (baik karena pisau maupun luka tembak) atau fraktur tulang
belakang. Kondisi ini jarang terjadi, dan umumnya datang dengan presentasi
berupa parase motorik ipsilateral dibawah lesi, hilangnya fungsi sensorik untuk
nyeri, temperatur, dan raba pada kontralateral dari lesi, dan hilangnya fungsi
proprioseptif ipsilateral dari lesi.
• Anterior cord syndrome paralisis bilateral setinggi lesi disertai hilangnya fungsi
sensorik nyeri, suhu, serta bladder dysfunction. Namun pasien masih dapat
merasakan fungsi proproseptif, raba, dan tekanan.
• Posterior cord syndrome hilangnya rangsang proprioseptif, raba, dan tekanan
setinggi lesi ke bawah.
• Cauda equina syndrome (ECS) adanya disfungsi miksi dini dan saddle-type
anesthesia, kelemahan flaccid ekstremitas bawah yang simetris, nyeri hebat.
62
Laki-laki, 60 tahun, datang ke IGD RS dengan keluhan lemas
anggota gerak sebelah kanan sejak 1 jam yang lalu. Pemfis: TD
160/50 mmhg. Kesadaran komposmentis, pemeriksaan status
neurologis dalam batas normal. Apakah diagnosisnya?
A. TIA
B. Stroke hemoragik
C. Stroke iskemik
D. Perdarahan epidural
E. Perdarahan subdural
• Laki-laki 60 tahun, datang dengan keluhan anggota gerak
sisi sebelah kanan mengalami kelumpuhan 1 jam yang lalu.
Didapatkan hipertensi. Namun pada pemeriksaan di RS
tidak ditemukan defisit neurologis. Diagnosis yang paling
mungkin pada kasus ini adalah TIA.
• Stroke hemoragik dan iskemik: gejala defisit neurologis
akan menetap, dan diagnosis ditegakan dengan CT Scan
kepala.
• Perdarahan epidural: gejala khas adalah adanya interval
lucid. Hasil CT Scan: Gambaran Biconvex Hiperdens.
• Perdarahan subdural: terjadi akibat robekan pada bridging
vein. CT Scan kepala didapatkan hasil crescent shape
hyperdens
Klasifikasi Stroke Non Haemoragik menurut Padila (2012)
• Transient Ischemic Attack (TIA)
• defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otaksepintas dan
menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebihdari 24 jam.
• Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
• defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak berlangsung
lebih dair 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 72 jam.
• Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
• deficit neurologik fokal akut karena
gangguan peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai
maksimal dalam beberapa jam hingga beberapa hari4.
• Stroke in ResolutionStroke in resolution:
• deficit neurologik fokal akut karena
gangguan peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan
dan mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai bebrapa hari.
• Completed Stroke (infark serebri):
• defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan peredaran darah otak
yang secara cepat menjadi stabil tanpamemburuk lagi
Manajemen TIA
• Tujuan tatalaksana TIA adalah untuk menurunkan
angka kejadian stroke setelah adanya serangan TIA.
• Tatalaksana TIA
– Modifikasi faktor risiko: tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus, kolesterol, merokok, alkohol, konsumsi garam dan
lemak, dan aktifitas fisik.
– Antiplatelet:
• Rekomendasi Aspirin (50-325mg/ day) monoterapi atau dapat
diberikan kombinasi Aspirin 25 mg dan Dipyridamol 20mmg twice
daily. Terapi antiplatelet dapat diberikan selama 1 tahun.
• ABCD2 Score untuk menilai risiko terjadinya stroke
pasca TIA.
https://www.ahajournals.org/doi/pdf/10.1161/STR.0000000000000024
63.
Seorang lelaki datang dengn keluhan nyeri di kedua
pelipis. Nyeri seperti ditekan, menjalar hingga
belakang kepala dan leher. Keluhan disertai mata
kiri seperti tertusuk, mata berair, dan hidung berair.
Diagnosis pasien ini adalah…
A. Tension type headache
B. Migrain dengan aura
C. Migrain tanpa aura
D. Paroxysmal hemicranial neuralgia
E. Cluster type headache
• Pilihan diagnosis cluster type headache memang agak
tidak sesuai dengan keluhan nyeri di kedua pelipis pada
pasien. Keluhan nyeri cluster type headache unilateral.
Keluhan nyeri bilateral dapat ditemukan pada tension
type headache (TTH), namun pada TTH tidak
ditemukan gejala autonom seperti lakrimasi ataupun
rinorea, sehingga pilihan jawaban yang lebih tepat
adalah cluster type headache.
• Paroxysmal hemicranial neuralgia (paroxysmal
hemicrania): tipe sakit kepala yang jarang terjadi.
Insiden pada wanita lebih banyak daripada laki-laki.
Gejala sakit kepala unilateral yang berlangsung 2-30
menit tanpada adanya gejala penyerta yang menyertai
sedangkan pada sakit kepala tipe cluster terdapat
gejala autonom yang menyertai, lakrimasi dan rinorea.
Cluster Type Headache
64
Laki-laki 39 tahun datang dengan keluhan sakit kepala
sejak 5 hari yang lalu, keluhan disertai mual dan sakit
kepala berputar hingga terjatuh, keluhan sakit kepala
berputar disakan sudah 3 bulan terakhir, pemeriksaan
neurologis papil edema (+), nistagmus horizontal (+), tes
rebond (+), tanda tanda vital dalam batas normal,
pemeriksaan radiologis di temukan massa/tumor, lokasi
kelainan?
A. Korteks motorik
B. Lobus frontal
C. Cerebellum
D. Lobus oksipital
E. Cerebelopontine angle
64
• Pusing berputar disertai mual vertigo
• Papil edema (+) ada kelainan sentral
kemungkinan vertigo tipe sentral
• Nistagmus horizontal (+), tes rebond (+)
kemungkinan berasal dari kelainan serebelum
• Pemeriksaan radiologis ditemukan tumor tumor
intracranial
• Kemungkinan lokasi tumor: cerebellum
• Tumor cerebellopontine angle dapat juga
menyebabkan vertigo namun disertai tinnitus dan
hilang kemampuan mendengar
Cerebellum tumor
• Tumor pada SSP dapat diklasifikasikan sebagai jinak atau ganas, dan dapat
ditemukan pada semua usia, terutama pada dewasa.
• Tumor cerebellum diketahui merupakan tumor SSP yang paling sering
terjadi pada anak, namun jarang pada dewasa.
• Tumor pada serebellum merupakan salah satu lesi yang berbahaya karena
menyebabkan kompresi pada serebelum dan batang otak, termasuk juga
menyebabkan obstruksi cairan CSF
• Gejala klinis bergantung pada ukuran, lokasi, dan usia.
• Pada neonatus pada umumnya berupa fetal distress, sedangkan pada bayi
dapat berupa gangguan pertumbuhan dan perkembangan serta muntah.
• Pada anak dapat ditemukan adanya hidrosefalus akibat adanya obstruksi
pada aliran CSF
• Sedangkan pada remaja dan dewasa gejala yang umum ditemukan adalah
peningkatan TIK berupa nyeri kepala, mual, muntah, dan papil edema, yang
kemudian dapat berlanjut menjadi hidrosefalus sekunder akibat obstruksi
CSF.
• Temuan pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah gait and truncal ataxia,
dysmetria, dan nystagmus
Gilmore B, Michael B. Treatment of Acute Migrain. AAFP Volume 83, Number 3 . 2011
Penatalaksanaan Migrain
• Pada saat serangan pasien dianjurkan untuk menghindari stimulasi
sensoris berlebihan.
• Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang
dengan dikompres dingin
Pengobatan Abortif :
1. Analgesik spesifik analgesik khusus untuk nyeri kepala.
– Lebih bermanfaat untuk kasus yang berat atau respon buruk dengan
NSAID. Contoh: Ergotamin, Dihydroergotamin, dan golongan Triptan
(agonis selektif reseptor serotonin / 5-HT1)
– Ergotamin dan DHE migren sedang sampai berat apabila analgesik
non spesifik kurang terlihat hasilnya atau memberi efek samping.
– Kombinasi ergotamin dengan kafein bertujuan untuk menambah
absorpsi ergotamin sebagai analgesik. Hindari pada kehamilan,
hipertensi tidak terkendali, penyakit serebrovaskuler serta gagal ginjal.
IDI. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Ed I.2013
2. Analgesik non-spesifik
Yakni: analgesik yang dapat digunakan pada nyeri selain nyeri kepala
Respon terapi dalam 2 jam (nyeri kepala residual ringan atau hilang
dalam 2 jam)
• Aspirin 600-900 mg + metoclopramide
• Asetaminofen 1000 mg
• Ibuprofen 200-400 mg
Terapi Profilaksis (The U.S. Headache Consortium’s)
• Diberikan pada orang yang memiliki KI atau intoleransi terhadap terapi abortif
• Nyeri kepala muncul lebih dari 2 hari/minggu
• Nyeri kepala yang berat dan mempengaruhi kualitas hidup (walau telah diberi terapi
abortif)
• Gejala migrain jarang including hemiplegic migraine, basilar migraine, migraine
with prolonged aura, or migrainous infarction
• Terapi preventif jangka pendek pasien akan terkena faktor risiko yang telah
dikenal dalam jangka waktu tertentu, misalnya migren menstrual.
• Terapi preventif kronis diberikan dalam beberapa bulan bahkan tahun tergantung
respon pasien.
68
• Seorang pasien usia 40 tahun datang dengan
keluhan pandangan ganda. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan hasil sebagai berikut.
Kemungkinan diagnosis dan lesi
kelainan yang dialami pasien adalah
A. Hemianopsia bitemporal dan chiasma
optikum
B. Hemianopsia bitemporal dan nervus
opticus
C. Hemianopsia bitemporal dan traktus
opticus
D. Hemianopsia homonim kontralaterl dan
traktus opticus
E. Hemianopsia homonim kotralateral dan
chiasma opticum
Hemianopsia bitemporal
• Pandangan ganda bisa karena kelainan
kedudukan bola mata atau gangguan neurologi
pada jaras visual
Kerja sama gerak antar otot lidah, bibir, pita suara dan
otot-otot yang membuka dan menutup mulut bersimpang
siur, sehingga kelancaran kalimat dan konyinuitas kalimat
yang diucapkan sangat terganggu
Keterangan
CT Scan courtesy: University of Texas Health Science Center at San Antonio, Department of Neurosurgery
CT Scan courtesy: University of Texas Health Science Center at San Antonio, Department of Neurosurgery
Etiologi
• Tension (keteganggan) dan stress.
• Tiredness (Kelelahan).
• Ansietas (kecemasan).
• Lama membaca, mengetik atau konsentrasi
(eye strain)
• Posture yang buruk.
• Jejas pada leher dan spine.
• Tekanan darah yang tinggi.
• Physical dan stress emotional
Stroke Embolik
• Asal stroke embolik dapat dari suatu arteri distal atau jantung. Stroke yang terjadi
akibat embolus biasanya menimbulkan deficit neurologik mendadak dengan efek
maksimum sejak awitan penyakit. Biasanya serangan terjadi saat pasien
beraktivitas. Pasien dengan stroke kardioembolik memiliki risiko besar menderita
stroke hemoragik di kemudian hari.
Stroke Kriptogenik
• Biasanya berupa oklusi mendadak pembuluh intrakranium besar tanpa penyebab
yang jelas walaupun telah dilakukan pemeriksaan diagnostic dan evaluasi klinis
yang ekstensif.
75
Seorang pasien datang dibawa keluarga nya karena
tidak dapat mengerti apa yang orang lain katakan,
tapi pasien dapat mengucapkan kata dengan lancar.
Pada keadaan seperti ini kelainannya terdapat
dibagian atau lobus otak sebelah mana?
A. Frontal
B. Temporal
C. Parietal
D.Oksipital
E. Vertex
Afasia wernicke
• Tidak dapat mengerti apa yang orang lain katakan
afasia Wernicke
• Pasien dapat mengucapkan kata dengan lancer
tidak ada gangguan pada area broca.
• Letak kelainan: area Wernicke (sensorik bicara)
area 22 terletak di lobus temporal kiri
Afasia
• Kelainan yang terjadi Pembagian Afasia :
karena kerusakan dari 1. Afasia Motorik (Broca)
bagian otak yang 2. Afasia Sensorik (Wernicke)
mengurus bahasa.
3. Afasia Global
• kehilangan kemampuan
untuk membentuk kata-
kata atau kehilangan
kemampuan untuk
menangkap arti kata-kata
sehingga pembicaraan
tidak dapat berlangsung
dengan baik.
Afasia Motorik :
Terjadi karena rusaknya area Broca (area 44 dan 45)
di gyrus frontalis inferior.
Mengerti isi pembicaraan, namun tidak bisa
menjawab atau mengemukakan pendapat
Disebut juga Afasia Expressif atau Afasia Broca
Bisa mengeluarkan 1 – 2 kata(nonfluent)
Afasia Sensorik
Terjadi karena rusaknya area Wernicke (area 22 dan
23) di girus temporal superior.
Tidak mengerti isi pembicaraan, tapi bisa
mengeluarkan kata-kata(fluent)
Disebut juga Afasia reseptif atau Afasia Wernicke
76
Pasien Ny. X usia 21 tahun datang ke dokter karena kedua
kelopak matanya sulit dibuka sejak 3 bulan yang lalu. Mata
tidak sembab atau kemerahan, keluhan bisa sembuh sendiri
namun muncul kembali apabila pasien kelelahan. Pasien sering
merasakan lemas pada tungkai dan lengan saat sedang berolah
raga atau beraktifitas berat tetapi membaik bila ia beristirahat.
Pada pemeriksaan fisik dan neurologis tidak didapatkan
kelainan. Kemungkinan patogenesis terjadinya penyakit
tersebut?
A. Ensefalitis virus
B. Antibodi terhadap reseptor nikotinik asetilkolin
C. Penurunan reseptor asetilkolin
D. Perubahan kalsium chanel pada celah presinaps
E. Blokade pada neuron motoric junction
Myasthenia gravis
• Kedua kelopak matanya sulit dibuka dan memberat ketika
kelelahan ptosis khas MG
• Mata tidak sembab atau kemerahan menyingkirkan edema
palpebra atau kelainan lain akibat infeksi
• Lemas pada tungkai dan lengan saat sedang berolah raga atau
beraktifitas berat tetapi membaik bila ia beristirahat gejala khas
MG
• Ptosis + gejala MG pada ekstremitas generalized myasthenia
gravis
• Patogenesisnya: terdapat antibodi terhadap reseptor nikotinik
asetilkolin sehingga reseptor asetilkolin menuruntimbul gejala
• Semakin tinggi aktivitassemakin banyak gerakan otot
semakin tinggi aktivitas antibody reseptor asetilkolin reseptor
asetilkolin semakin menurunsemakin memberat gejala
Myasthenia Gravis
Kelemahan yang terjadi diakibatkan gangguan
transmisi sinyal pada neuromuscular junction
terdapat antibodi IgG terhadap reseptor
nikotinik asetilkolin di membran post sinaptik
Diagnosis dapat ditegakkan secara cepat dengan PCR, ELISA dan aglutinasi Latex. Baku
emas diagnosis meningitis TB adalah menemukan M. tb dalam kultur CSS. Namun
pemeriksaan kultur CSS ini membutuhkan waktu yang lama dan memberikan hasil
positif hanya pada kira-kira setengah dari penderita
79
Laki-laki, 40 tahun, datang ke UGD RS dengan keluhan
lumpuh pada kedua kaki sejak 3 hari SMRS. Keluhan
dirasakan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Pemfis : TD: 135/85 Nadi: 88 RR: 18 suhu: 37.2. Refleks
patella dan achilles meningkat, babinski +, ditemukan
anestesi pada regio umbilikus dan terdapat gangguan BAB
dan BAK. Letak gangguan?
A. Medulla spinalis Th 3-4
B. Medulla spinalis Th 5-6
C. Medulla spinalis Th 7-8
D. Medulla spinalis Th 9-10
E. Medulla spinalis Th 11-12
Trauma Medulla Spinalis
• Berdasarkan pemaparan pada
soal, keluhan akibat trauma
medula spinalis dengan temuan
anestesi setinggi regio umbilikus
dan gangguan BAB serta BAK,
sesuai dengan lesi di tingkat Th 9-
10.
• Medulla spinalis Th 3-4 lesi
setinggi dada sejajar interkosta 3-
5 dan papila mammae
• Medulla spinalis Th 5-6 lesi
setinggi prosesus xiphoid
• Medulla spinalis Th 7-8 lesi
setinggi regio epigastrium
• Medulla spinalis Th 11-12 lesi
setinggi pubis International Standards for neurological class of spinal cord injury. ASIA ISCOS 2019
80.
• Seorang laki-laki usia 10 tahun di bawa ibunya ke IGD dalam
keadaan kejang sejak 30 menit yang lalu. Awalnya kejang hanya
tangan kanan saja lama kelamaan menjadi kejang seluruh
tubuh. Ibu pasien memberikan diazepam perektal saat kejang 5
menit pertama, lalu mentelepon ambulans. Saat di ambulans
pasien kejang kembali dan diberikan diazepam perektal setelah
15 menit kejang, lalu menyungkup mulut pasien dengan oksigen.
Pasien kejang kembali. Ibu pasien mengatakan 2 minggu lalu
pasien sudah tidak minum obat kejang lagi (fenitoin). 2 hari
sebelumnya, pasien batuk pilek. Apa yang harus dilakukan?
A. Pemasangan infus dan pemberian fenitoin infus
B. Pemasangan infus dan pemberian fenobarbital bolus
C. Pemasangan infus dan pemberian loratadine
D. Pemasangan infus dengan pemberian cefriaxon
E. Pemberian ulang diazepam perektal
Kejang pada anak
• Pada soal kemungkinan telah terjadi status
epilepticus pada pasien karena kejang selama 30
menit.
• Ada kemungkinan pasien memang menderita
epilepsi.
• Pada tatalaksana kejang diberikan diazepam per
rektal 2 kali, lalu dilanjutkan dengan fenitoin, lalu
dengan fenobarbital.
• Selain itu pada pasien ini sebenarnya telah rutin
mengonsumsi fenitoin.
• Agar tidak kejang, pasien epilepsy harus
mempertahankan dosis optimum pemeliharaan
phenytoin.
www.optimaprep.co.id
OPTIMA MEDAN
ILMU
BEDAH
81.
Laki laki usia 40 tahun mengeluh nyeri di seluruh lapang
perut sejak 3 jam smrs. Keluhan diawali nyeri ulu hati
yang menjalar sampai ke perut kanan bawah. Keluhan
juga disertai dengan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Pemeriksaan fisik didapatkan defans muscular,
distensi, nyeri tekan dan nyeri lepas (+). Diagnosis pasien
ini adalah…
A. Volvulus
B. Peritonitis
C. Perforasi gaster
D. Pankreatitis
E. Kolelitiasis
• Pasien mengalami nyeri pada seluruh lapang abdomen.
Keluhan nyeri diawali dengan migrating pain dari ulu
hati menjalar ke perut kanan bawah. Saat ini, keluhan
nyeri perut disertai mual, muntah, tidak nafsu makan,
dan PF didapatkan defans muskular, nyeri tekan (+),
nyeri lepas (+). Kemungkinan diagnosis pada kasus ini
adalah peritonitis akibat appendisitis perforasi.
• Volvulus: gejala nyeri perut disertai muntah hijau dan
bloody stool.
• Pankreatitis: keluhan nyeri epigastrium dengan
penjalaran ke punggung, berkurang saat tidur
terlentang.
• Perforasi gaster: gejala peritonitis dengan
pneumoperitoneum.
• Kolelitiasis: nyeri perut kanan atas.
Peritonitis
Gambaran radiologis pada peritonitis:
a) adanya kekaburan pada cavum abdomen
b) preperitonial fat dan psoas line menghilang
c) adanya udara bebas subdiafragma atau
d) adanya udara bebas intra peritoneal
82.
Tn X, 30 tahun, datang ke dokter praktek klinik
dengan keluhan BAB berdarah. Selain itu, pasien
juga mengeluhkan benjolan yang keluar dari anus
saat mengedan. Benjolan tersebut masuk kembali
dengan sendirinya. Diagnosis yang tepat adalah…
A. Haemoroid interna grade 0
B. Haemoroid interna grade 1
C. Haemoroid interna grade 2
D. Haemoroid interna grade 3
E. Haemoroid interna grade 4
• Pilihan jawaban yang tepat dari soal di atas adalah B.
Haemoroid interna grade II. Hal ini ditunjang dari keluhan
pasien BAB berdarah yang menyertai benjolan yang keluar
dari anus dan dapat masuk kembali secara spontan.
• Haemoroid interna grade 0 tidak ada dalam klasifikasi.
• Haemoroid interna grade I keluhan utama BAB berdarah
tanpa disertai adanya benjolan yang keluar dari anus.
Benjolan dapat teraba jika dilakukan pemeriksaan Rectal
Toucher.
• Haemoroid interna grade III Benjolan tidak dapat masuk
secara spontan, namun masih dapat dimasukan dengan
bantuan jari.
• Haemoroid interna grade IV Benjolan tidak dapat
dimasukan kembali ke dalam anus, terjadi trombus
sehingga terasa nyeri.
Hemoroid
83.
Pria, 26 tahun, datang ke poli paru dengan keluhan sesak
napas sejak 2 hari yang lalu. Keluhan sesak dirasakan
semakin lama semakin berat. PF: toraks asimetris. Paru
kiri : vesikuler menurun, hipersonor, suara napas
menurun. Paru kanan: suara napas vesikuler dan tidak
ada suara napas tambahan. Diagnosisnya adalah…
A. Pneumotoraks kiri
B. Pneumonia
C. Bronkiektasis
D. Efusi pleura kiri
E. Tumor paru kiri
• Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah Pneumotoraks
Kiri yang terjadi spontan (etiologi tidak digambarkan pada
soal). Diagnosis tersebut ditunjang dengan keluhan pasien
yang mengalami sesak napas, gerak paru yang asimetris,
dan hasil PF hemitoraks kiri yang menunjukan suara napas
vesikuler menurun dan perkusi hipersonor.
• Sedangkan pada kasus efusi pleura dan tumor paru, akan
didapatkan gambaran PF suara napas menurun dengan
perkusi: redup.
• Pada pneumonia, keluhan sesak biasanya disertai dengan
bunyi napas tambahan Ronkhi.
• Bronkiektasis merupakan penyakit kronis akibat infeksi paru
berulang/ lama. Sehingga terjadi remodelling pada
bronkus. Gejala utama biasanya sesak disertai dengan
mengi.
Pneumothorax
• Definisi: udara bebas di dalam • Ro :
rongga pleura. – Paru kolaps
• Anamnesis – Pleural line
o Gejala penyakit dasar – Daerah avascular/ Hiper
o Sesak napas mendadak radio lusen
o Nyeri dada – Sela iga melebar
o Tanpa atau dg penyakit paru – Tanda-tanda
sebelumnya pendorongan
o PF ; Takipnea Taki kardi
• PF Paru
• Inspeksi : Tertinggal pada
pergerakan napa, lebih cembung ,
sela iga melebar
• Palpasi :Fremitus melemah ,
Deviasi trakea
• Perkusi :Hipersonor, tanda 2
pendorongan organ
• Auskul : Suara napas melemah /
tidak terdengar
PNEUMOTORAKS
WSD
84.
Bayi laki-laki, 10 bulan, dibawa ibunya dengan
keluhan keluar cairan kental seperti BAB dari pusar.
PF: umbilikal tampak keluar secret dan berbau.
Kemungkinan diagnosis pasien ini adalah…
A. Hernia umbilikal
B. Kista umbilikal
C. Fistula ileoumbilical
D. Sinus omphalomesenterika
E. Fistula vesica urinaria - umbilikalis
• Bayi laki-laki, dengan keluhan keluar cairan kental seperti BAB dari pusar.
PF: umbilikal tampak keluar sekret dan berbau. Dari pilihan jawaban yang
ada, jawaban yang paling sesuai adalah fistula ileoumbilical yang
merupakan bagian dari omphalomesenteric remnant/ vitello-intestinal
duct. Gambaran klinis paling umum dari omphalomesenteric remnant
adlaah diverticuluim Meckel. Gambaran lain dapat berupa kista, sinus,
atau fistula yang menghubunkan organ dalam organ dalam abdomen
seperti ileum, gaster, atau colon dengan umbilikal.
• Hernia umbilikal: gejala klinis berupa benjolan yang keluar pada area
umbilikal terutama saat bayi menangis/ mengedan.
• Kista umbilikal: tidak dijelaskan secara spesifik jenis kista umbilikal yang
dimaksus. Kista umbilikal sering disertai dengan fistula. Paling sering
terjadi adalah kista urachus dan kista omphalomesenterikus.
• Sinus omphalomesenterika: merupakan bagian dari omphalomesenteric
remnant. Namun pada sinus omphalomesenterica tidak memiliki saluran,
hanya terbentuk kantung-kantung pada dinding usus.
• Fistula vesica urinaria – umbilikal: disebut juga paten duktus urachus.
Gejala utama umbilikal mengeluarkan sekret seperti urin.
Omphalomesenteric Remnant
• Sinonim: Vitello-intestinal duct.
• Duktus vitello-intestinal biasanya akan
menutup pada minggu ke 5 – 9 kehamilan.
• Bentuk klinis:
– Vitello-intestinal cord
– Persistent fistula (ileum/ colon/ gaster)
– Sinus
– Kista
– Meckel’s diverticulum (paling sering).
85.
Pasien usia 45 tahun perempuan datang dengan keluhan nyeri
pada pergelangan tangan kiri sejak 1 bulan yg lalu. Pasien
memiliki profesi sebagai penjahit yang sudah ditekuni selama
20 tahun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan perabaan area
lateral pergelangan tangan kir ihangat dan nyeri tekan,
finklestein sign (+). Tanda vital dalam batas normal. Leukosit.
9.000, Hb : 11 g/dL, Trombosit 165.000. dan finklestein (+).
Apa kemungkinan diagnosis pasien di atas?
A. De Quarvein’s Syndrome
B. Carpal Tunnel Syndrome
C. Abses Cutan
D. Fraktur Colles
E. Kista Ganglion
• Perempuan, 45 tahun, dengan profesi menjahit,
mengeluhkan nyeri pada pergelangan tangan kiri. Dari
pemeriksaan didapatka nyeri berpusat pada area lateral
pergelangan tangan kiri, teraba hangat, terdapat nyeri
tekan, dan finklestein sign (+) Diagnosis yang paling sesuai
pada kasus ini adalah de quarvain syndrome.
• Carpal tunnel syndrome: nyeri pergelangan tangan
menjalar hingga digiti 1-3.
• Abses cutan: tidak ada massa yang tampak pada penjelasan
soal.
• Fraktur colles: tidak ada keterangan adanya deformitas atau
krepitasi pada soal.
• Kista ganglion: gejala utama berupa benjolan pada
pergelangan tangan dapat disertai nyeri terutama saat
aktifitas berat.
De Quervain’s Tenosynovitis
• DeQuervain's Tenosynovitis
adalah peradangan selubung
tendon (disebut Synovium)
pada bagian dasar ibu jari.
• Tendon yang menggerakkan
ibu jari menjadi terbatas
dalam tunnel (terowongan)
yang ketat.
• Peradangan berasal dari
gesekan yang ditimbulkan saat
tendon menggelincir di
sepanjang ibu jari dengan
gerakan yang berulang-ulang.
https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/orthopaedic-surgery-sports-
medicine/dequervain-tenosynovitis
Gejala
Gejala utama yaitu rasa nyeri pada
persendian pergelangan tangan
dekat bagian bawah ibu jari. Gejala
lainnya mencakup:
• Rasa nyeri setelah terjadi
peningkatan aktivitas yang
melibatkan pergelangan dan
tangan
• Rasa nyeri berawal seperti rasa
sakit dan terus berkembang
sampai tahap ketika
menggerakkan pergelangan
tangan atau ibu jari menimbulkan
rasa nyeri yang menusuk di area
yang terpengaruh
• Area pergelangan tangan yang
sakit dapat membengkak
https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/orthopaedic-surgery-sports-
medicine/dequervain-tenosynovitis
86.
Laki-laki, 35 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada
pinggang kanan menjalar sampai buah zakar pada sisi
yang sama. Pasien juga mengeluh mual tapi tidak
muntah. Pasien mengeluh ada riwayat BAK berdarah dan
berpasir. Pada PF: tanda vital dalam batas normal, nyeri
ketok CVA kanan (+). Kemungkinan diagnosis pasien ini
adalah…
A. Batu ureter proksimal
B. Batu ureter media
C. Batu ureter distal
D. Batu kandung kemih
E. Batu uretra posterior
• Dari penjelasan adanya nyeri pinggang kanan
dengan riwayat kencing berpasir dapat
disimpulkan diagnosis pada kasus ini adalah
urolithiasis/ batu saluran kemih. Nyeri yang
menjalar dari pinggang kanan hingga skrotum,
menandakan letak batu berada pada ureter distal
sedangkan nyeri ketok CVA (+) menandakan
adanya batu pada ginjal. Sehingga pada kasus ini
didapatkan diagnosis yang berbeda: nefrolithiasis
kanan dan batu ureter distal. Pilihan jawaban
yang ada hanya C. Batu ureter distal.
Urolithiasis
Nyeri Alih
87.
Seorang pria usia 61 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan berkemih tidak lampias sejak dua bulan yang lalu.
Keluhan disertai nyeri saat berkemih dan kadang berdarah
saat berkemih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri regio
suprapubik. Pada colok bubur didapatkan pool atas prostat
tidak teraba, permukaan licin, dan tidak nyeri. Diagnosis yang
paling mungkin adalah…
A. Pembesaran prostat jinak
B. Prostatitis akut
C. Prostatitis kronik
D. Vesikolithiasis
E. Uretrolithiasis
• Pasien geriatri, laki-laki, keluhan BAK tidak lampias,
nyeri saat BAK, terkadang disertai darah (Gejala LUTS).
Pada pemeriksaan DRE didapatkan pool atas prostat
tidak teraba, permukaan licin, dan tidak ada nyeri
tekan. Kesimpulan diagnosis pada kasus ini adalah BPH.
• Pada kasus prostatitis pemeriksaan DRE yang dapat
ditemukan adalah prostat membesar secara divergen,
teraba hangat, dan terdapat nyeri tekan.
• Vesikulolitihiasis gejala utama nyeri saat BAK/ tidak
lampias disertai BAK berpasir. Pada pemeriksaan USG
buli dapat ditemukan accoustic shadoe.
• Uretrolithiasis: gejala utama pasien tidak dapat BAK,
Jika batu terdapat pada ureter distal dapat teraba pada
ventral penis. Pemeriksaan terbaik dengan Retrograde
Urografi.
Diagnosis of BPH
• Symptom assessment
– the International Prostate Symptom Score (IPSS) is recommended as it is used
worldwide
– IPSS is based on a survey and questionnaire developed by the American Urological
Association (AUA). It contains:
• seven questions about the severity of symptoms; total score 0–7 (mild), 8–19 (moderate),
20–35 (severe)
• eighth standalone question on QoL
• Digital rectal examination(DRE)
– inaccurate for size but can detect shape and consistency
• Prostat Volume determination- ultrasonography
• Urodynamic analysis
– Qmax >15mL/second is usual in asymptomatic men from 25 to more than 60 years of
age
• Measurement of prostate-specific antigen (PSA)
– high correlation between PSA and Prostat Volume, specifically Trantitional Zone
Volume
– men with larger prostates have higher PSA levels 1
CT Scan:
• Tampak ukuran prostat
membesar di atas ramus superior
simfisis pubis.
88.
Bayi umur 2 hari datang ke IGD RS dengan keluhan muntah-muntah
dan tidak mau minum susu. Muntah berwarna hijau dan sejak 2 hari
belum buang air besar. Bayi tampak dehidrasi, pemeriksaan fisik
ditemukan anus normal, perut distensi, dan peristaltic meningkat. Px
colok dubur didapatkan tinja menyemprot. Manakah penanganan
pasien yang paling tepat?
A. Bayi tetap diberi ASI
B. Pemeriksaan yang paling akurat untuk diagnosis pasti adalah CT
scan abdomen
C. Rectal biopsy dapat dilakukan pada keadaan acute
D. Rectal biopsy harus dilakukan secepatnya untuk diagnosis pasti
E. Abdominal X-ray dan barium enema harus dilakukan setelah
kondisi akut dapat ditangani
• Pasien bayi usia 2 hari dengan keluhan muntah-muntah
tidak mau minum ASI. Dari pemeriksaan bayi tampak
dehidrasi, distensi abdomen, dan gerak peristaltik usus
meningkat. Pemeriksaan colok dubur, tinja menyemprot
keluar. Dari penjabaran gejala diatas diagnosis pada kasus
ini mengarah pada penyakit hirschprung. Pilihan jawaban
yang tepat adalah E. Abdominal X-ray dan barium enema
harus dilakukan setelah kondisi akut dapat ditangani.
• Kondisi akut pada pasien ini adalah dehidrasi dan distensi
abdomen. Tindakan yang dapat dilakukan adalah rehidrasi
intravena dan untuk mengurangi distensi abdomen dapat
dilakukan pemasangan NGT dan menggunakan rectal tube.
• Setelah kondisi stabil baru dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang Abdominal X-Ray dan barium enema.
Hirschsprung
• Suatu kelainan bawaan berupa
aganglionik usus, mulai dari
spinchter ani interna kearah
proksimal dengan panjang yang
bervariasi, tetapi selalu
termasuk anus dan setidak-
tidaknya sebagian rectum
dengan gejala klinis berupa
gangguan pasase usus
(keterlambatan evakuasi
mekonium, muntah hijau,
distensi abdomen.
• Tidak terdapat ganglion Meisner
dan Auerbach
BNO POLOS BARIUM
Gambaran ENEMA
hearing bone Gambaran
zona transisi
• Darm kontur: terlihatnya bentuk usus pada
abdomen
• Darm Steifung: terlihatnya gerakan peristaltik
pada abdomen
Rontgen :
• Abdomen polos
– Dilatasi usus
– Air-fluid levels.
– Empty rectum
• Contrast enema
– Transition zone
– Abnormal, irregular contractions of
aganglionic segment
– Delayed evacuation of barium
• Biopsy :
– absence of ganglion cells
– hypertrophy and hyperplasia of nerve
fibers,
89.
Seorang anak laki-laki, usia 12 bulan, diantar ibunya
ke poli dengan keluhan terdapat benjolan di
punggung. Perkembangan komunikasi dan motorik
pasien dirasa terganggu. Apakah diagnosis yang
mungkin pada pasien?
A. Spina bifida
B. Syndrome rett
C. Guillane Barre Syndrome
D. Multiple Sclerosis
E. Myasthenia Gravis
• Anak laki-laki, 12 bulan, didapatkan benjolan pada area punggung disertai gangguan
perkembangan komunikasi dan motorik. Dengan adanya benjolan di punggung dan gangguan
motorik, diagnosis yang paling mungkin dari pilihan jawaban tersebut adalah spina bifida.
Terdapat beberapa klasifikasi spina bifida, dari yang paling ringan adalah spina bifida occulta,
spina bifida cystica (meningokel dan meningomielokel), dan yang paling berat myeloschisis.
Meningomielokel dan myeloschisis menimbulkan gejala defisit neurologis setinggi lumbal ke
bawah, oleh karena gangguan spina bifida biasanya terletak pada area lumbosakral. Pada
spina bifida, jarang disertai dengan retardasi mental. Oleh karena, itu gangguan komunikasi
yang dijelaskan pada soal masih mungkin disebabkan oleh kemunkinan lain.
• Syndrome rett: Suatu mutasi genetik yang langka yang mempengaruhi perkembangan otak
pada anak perempuan. Bayi tampak sehat selama enam bulan pertama mereka, tapi seiring
berjalannya waktu, cepat kehilangan koordinasi, ucapan, dan penggunaan tangan.
• Guillaine Barre Syndrome: kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang saraf. Kondisi ini
dapat dipicu oleh bakteri akut atau infeksi virus. Gejala berawal dengan lemas dan kesemutan
di kaki dan telapak kaki yang menyebar ke tubuh bagian atas. Kelumpuhan bisa terjadi.
• Multiple sclerosis: Sklerosis multipel menyebabkan banyak gejala yang berbeda, termasuk
hilangnya penglihatan, nyeri, rasa lelah, dan gangguan koordinasi. Gejala, keparahan, dan
durasi dapat bervariasi dari orang ke orang. Beberapa orang mungkin bebas dari gejala pada
sebagian besar hidup mereka, sementara yang lain dapat memiliki gejala kronis yang parah
yang tidak pernah pergi. Tidak disertai adanya benjolan di punggung.
• Myasthenia gravis: Gejala berupa lemah di otot lengan dan kaki, pandangan ganda, serta
kesulitan berbicara dan mengunyah terutama pada sore hari/ setelah beraktifitas.
Disebabkan oleh autoimun.
SPINA BIFIDA :
• Spina Bifida Occulta
• Spina Bifida Cystica
o Meningokel
o Meningomielokel
• Spina Bifida Aperta (myeloschisss/rachischisis)
Occulta
• Ringan
• Lengkung-lengkung vertebranya
dibungkus o/ kulit yg biasanya tidak
mengenai jaringan saraf yg ada di
bawahnya.
• Cacat di daerah lumbosakral ( L4 – S1 )
• Biasanya ditandai dg plak rambut yg
menutupi daerah yg cacat.
• Kecacatan ini disbbkan krn tdk
menyatunya lengkung-lengkung
vertebra (defek tjd hanya pd kolumna
vertebralis )
• Tjd pada sekitar 10% kelahiran
Meningokel
• Pada beberapa kasus hanya meningens saja yg berisi cairan yg
menonjol melalui daerah cacat.
• Meningokel merupakan bentuk spina bifida di mana cairan yg ada
di kantong terlihat dr luar (daerah belakang ), ttp kantong tsb tdk
berisi spinal cord atau saraf.
477
Meningomielokel
• bentuk spina bifida dimana jaringan saraf ikut di dalam
kantong tersebut.
• Bayi yang terkena akan mengalami paralisa di bagian bawah
• affected babies: leg paralysis and bladder and bowel control problems
478
Myeloschisis
• Bentuk spina bifida yang paling berat. Pada kasus ini neural fold
gagal menutup sehingga medulla spinalis terbuka. Medulla
spinalis akan tampak seperti flatenned mass of nervous tissue
and devoid of skin.
479
90.
Laki laki, 45 tahun, datang dengan kekuhan tidak bisa
buang air kecil yang dirasakan sejak 5 jam lalu. Pasien
mengatakan belum pernah seperti ini. Saat buang air kecil
awalnya tidak bisa, setelah mengedan beberapa saat urin
keluar namun terasa nyeri dan warna urin kemerahan. PF:
nyeri ketok CVA pinggang (+)/ (+), TTV dbn. USG accoustic
shadow pada vesica. Diagnosis yang tepat adalah…
A. Vesikolithiasis
B. Striktur uretra
C. BPH
D. Uretritis
E. FImosis
• Pasien laki-laki, 45 tahun, mengalami retensio urin. Setelah mengedan
urin dapat keluar namun terasa nyeri dan berwarna kemerahan. Terdapat
nyeri ketok CVA (+)/(+) yang menandakan adanya kemungkinan
nefrolithiasis. Sedangkan gambaran USG tampak gambaran accoustic
shadow pada vesica yang menunjukan adanya vesicolithiasis. Sehingga
pada kasus ini bisa kemungkinan terdapat 2 diagnosis: nefrolithiasis dan
vesicolithiasis. Namun pilihan jawaban yang ada, A. Vesikolithiasis.
• Striktur uretra: pasien dengan keluhan BAK tidak lancar, namun penyebab
utama terjadinya striktur uretra adalah riwayat uretritis sebelumnya.
Pemeriksaan gold standard dengan retrograde urography.
• BPH: faktor risiko pada laki-laki diatas usia 60 tahun. Bisa terdapat gejala
LUTS. Pada pemeriksaan Rectal Toucher akan ditemukan pool atas prostat
tidak teraba, tanpa adanya nyeri atau benjolan.
• Uretritis: radang (paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri) pada
dinding uretra. Biasanya pasien akan merasakan nyeri saat BAK/ terasa
panas, dapat disertai hematuria, dan limfadenopati pada selah paha.
• Fimosis: preputium tidak dapat ditarik ke arah proksimal.
Vesikulolithiasis
• adalah masa yang berbentuk kristal yang
terbentuk atas material mineral dan protein
yang terdapat pada urin.
Vesikolithiasis
Tanda & Gejala
• Nyeri suprapubik
• Penghentian miksi tiba
tibasesuai dengan
perubahan posisi
• Poliuria
• Disuria
• Hematuria
• PF: demam, conj USG: gambaran objek hiperekoik
anemis/akral anemis, yang berbayang pada bagian
posterior
nyeri ketok CVA dapat (+).
OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
91.
Seorang anak laki-laki, 4 tahun, diantar ibunya ke IGD RS
dengan keluhan nyeri pada scrotum kirinya sejak 2 jam
yang lalu. Nyeri dirasakan mendadak saat ia sedang
bermain dengan teman-temannya. Pada PF: TTV normal,
scrotum kiri tampak lebih pendek di banding scrotum
kontralateral. Pada pemeriksaan USG tidak tampak
vaskularisasi pada scrotum kiri. Diagnosis yang tepat?
A. Ureterolitihiasis
B. Torsio testis
C. Hernia scrotalis
D. Prostatitis
E. Epididimis
• Anak laki-laki, usia 4 tahun, dengan keluhan nyeri
mendadak pada skrotum kiri. Pada PF didapatkan
skrotum kiri lebih tinggi deobandingkan kanan dan USG
tidak tampak vaskularisasi pada skrotum kiri. Diagnosis
yang tepat pada kasus ini adalah torsio testis dan perlu
dilakukan tindakan segera.
• Epididimitis keluhan nyeri tidak mendadak dan tidak
mengganggu vaskularisasi dari skrotum. Pemeriksaan
phren sign (+).
• Hernia scrotalis merupakan lanjutan dari hernia
inguinalis lateral. Keluhan utama merupakan benjolan
di sela paha hingga masuk ke skrotum. Menyebabkan
nyeri bila terjadi strangulata.
• Ureterolitihiasis dan prostatitis tidak menyebabkan
nyeri pada skrotum.
Torsio Testis
Gejala dan tanda:
• Nyeri hebat pada skrotum yang mendadak
• Pembengkakan skrotum
• Nyeri abdomen
• Mual dan muntah
• Testis terletak lebih tinggi dari biasanya atau
pada posisi yang tidak biasa
Ultrasound
• Normal: homogenous symmetric
netterimages.com
95.
Seorang bayi berusia 3 hari dibawa ibunya ke IGD RS
dengan keluhan sesak dan badannya membiru. Dokter
kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan ditemukan
pada pemeriksaan thorak kanan ditemukan ronkhi dan
tanda schapoid pada abdomen kiri. Apa diagnosa yang
paling mungkin?
A. Hernia Umbilikalis
B. Hernia scrotalis
C. Hernia diafragmatica
D. Volvulus
E. Invaginasi
• Bayi usia 3 hari, dengan keluhan sesak dan
badan membiru. Pada abdomen kiri
ditemukan tanda scaphoid. Tanda Scphoid
adalah dinding anterior abdomen tampak
terbenam, membentuk kontur cekung
diabndingkan bentuk yang seharusnya
mencembung pada bagian anterior abdomen.
Sehingga diagnosis yang paling tepat pada
kasus ini adalah C. Hernia diafragmatica
Hernia Diafragmatika
Penonjolan organ perut ke dalam rongga
dada melalui suatu lubang pada diafragma.
Akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam
rongga thorax melalui suatu pintu pada
diafragma. Terjadi bersamaan dengan
pembentukan sistem organ dalam rahim.
Pembagian Hernia Diafragmatika
a. Traumatica : hernia akuisita, akibat pukulan, tembakan,
tusukan
b. Non-Traumatica
1)Kongenital
› Hernia Bochdalek atau Pleuroperitoneal
Celah dibentuk pars lumbalis, pars costalis diafragma
› Hernia Morgagni atau Para sternalis
Celah dibentuk perlekatan diafragma pada costa dan
sternum
2)Akuisita
Hernia Hiatus esophagus
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-
90% terjadi pada sisi tubuh bagian kiri.
Tanda dan gejala
1. Gangguan pernafasan yang berat
2. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat
kekurangan oksigen)
3. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
4. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak
sama (asimetris)
5. Scaphoid sign pada abdomen kiri.
6. Takikardia (denyut jantung yang cepat).
96.
Laki-laki, 30 tahun, mengalami kecelakaan lalu
lintas. Pasien ditabrak dari samping ketika
menyebrang jalan, kesadaran pasien menurun serta
mulut dan hidung penuh darah. Tindakan pertama
saat pasien sampai UGD?
A. Pasang kateter uretra
B. Evaluasi tanda vital
C. Beri oksigen
D. Pasang pulse oximetri
E. Evaluasi jalan nafas
• Pada penanganan kasus trauma prinsip utama
adalah ABC (Airway, Breathing, Circulation).
Oleh karena itu penanganan pertama pada
soal di atas adalah evaluasi jalan napas.
Terlebih pada soal diatas pasien mengalami
kecelakaan lalu lintas dan didapatkan darah
pada mulut dan hidung yang dapat
menghambat jalan napas. Baru berikutnya
diberikan support pada breathing dan
circulation.
Initial Assessment
Penderita trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan yang
cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan
sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat.
Proses awal ini dikenal dengan Initial assessment ( penilaian awal ).
Sudoyo A dkk. Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Trombosis Vena Dalam dan Emboli Paru. 2015
Patient with suspect symptomatic
Acute lower extremity DVT
negative
Venous duplex scan Low clinical probability observe
No
pregnancy LMWH
OPD LMWH
hospitalisation + warfarin
UFH
Compression treatment
Color duplex scan of DVT
• Stabilisasi ABC
• Lepaskan pakaian dan cegah kontaminasi
• Irigasi minimal 30 menit.
Etiologi
• Penyebab paling umum dari balanitis
adalah kebersihan yang buruk.
• Lebih sering pada pasien dengan fimosis
Gejala
• Penderita merasa nyeri dan gatal, warna
kepala penis kemerahan dan bengkak.
Pengobatan
• Salah satu pengobatan terbaik balanitis adalah
menjaga kebersihan di kepala penis dan antibiotik.
• Saat fase akut tidak dilakukan tindakan operasi
• Jika sudah terlanjur kulup menutup maka harus
dilakukan penyunatan.
110.
Pasien usia 70 tahun datang dengan keluhan BAB berdarah
dan keluar benjolan sejak 2 bulan yang lalu dan memberat 5
hari ini, pasien sering merasa BAB nya keras dan harus
mengedan agar BAB bisa dan keluar keluar darah menetes
setelah feses. Pada pemeriksaan RT terdapat benjolan pada
jam 6, benjolan pasien saat ini menetap. Apakah faktor risiko
pada pasien tersebut?
A. Konstipasi
B. Karsinoma rectum
C. Fistula recti
D. Fissura recti
E. Abses perianal
• Adanya benjolan yang keluar dari anus disertai
dengan darah yang keluar menetes setelah
feses, hasil pemeriksaan RT juga didapatkan
benjolan di arah jam 6, serta tidak ditemukan
adanya tanda-tanda keganasan, dapat
disimpulkan diagnosis pada kasus ini adalah
hemoroid interna.
• Faktor risiko hemoroid interna pada plihan
jawaban yang ada, adalah konstipasi.
Hemoroid
OPTIMA MEDAN
OPTIMA JAKARTA
111.
Seorang laki laki, 46 tahun, mengeluhkan keluar benjolan
dari sela paha kanan. Benjolan keluar masuk. Benjolan
keluar terutama saat pasien batuk atau mengejan.
Terkadang benjoan mencapai scrotum kanan.
Kemungkinan diagnosis pasien ini adalah…
A. Hernia inguinalis reponibel
B. Hernia inguinalis ireponibel
C. Hernia inguinalis medial
D. Hernia femoralis
E. Hernia scrotalis
• Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada sela paha kanan
yang keluar terutama saat pasien batuk atau mengejan.
Benjolan dapat keluar dan masuk dnegan sendiri dan
terkadang mencapai skrotum. Diagnosis yang paling tepat
pada kasus ini adalah hernia inguinalis reponible.
• Hernia inguinalis ireponible: benjolan tidak dapat masuk
kembali ke peritoneum.
• Hernia inguinalis media: dikenal juga hernia inguinalis
direk, benjolan tidak dapat mencapai skrotum.
• Hernia femoralis: benjolan teraba di lipat paha dibawah
ligamentum inguinalis.
• Hernia scrotalis: merupakan bagian dari hernia inguinalis
lateral yang massa hernia mencapai skrotum.
Hernia
Tipe Hernia Definisi
Reponible Kantong hernia dapat dimasukan kembali ke dalam rongga
peritoneum secara manual atau spontan
Irreponible Kantong hernia tidak adapat masuk kembali ke rongga peritoneum
Inkarserata Obstruksi dari pasase usus halus yang terdapat di dalam kantong
hernia
Strangulata Obstruksi dari pasase usus dan obstruksi vaskular dari kantong
hernia tanda-tanda iskemik usus: bengkak, nyeri, merah,
demam
112.
Seorang anak laki-laki, 5 tahun, dibawa ibunya ke
IGD, karena alat kelaminya membesar. Tidak disertai
nyeri tekan. Pemeriksaan fisik di dapatkan kantung
zakar membesar, tidak teraba buah pelir,
trasluminasi (+). Diagnosis yang mungkin adalah…
A. Hidrokel
B. Varikokel
C. Hernia skrotalis
D. Tumor testis
E. Torsio testis
• Anak laki-laki 5 tahun, dengan keluhan alat kelaminnya
membesar. Pada pemeriksaan didapatkan kantung zakar
membesar, tidak nyeri, testis tidak teraba, dan
transluminasi (+). Pada hidrokel tranluminasi (+), namun
biasanya testis teraba pada area posterior skrotum.
Kemungkinan diagnosis ini adalah undesensus testis
(karena testis yang tidak teraba) dengan hidrokel. Karena
pilihan jawaban tersebut tidak ada maka jawaban yang
paling mendekati adalah A. Hidrokel.
• Pada undesensus testis, prosesus vaginalis PV, saluran yang
menghubungkan antara peitoneum dan skrotum pada
masa embrional gagal menutup. Karena pada prosesnya PV
akan menutup setelah testis melewati saluran dan sampai
ke skrotum. Namun hal tersebut tidak terjadi pada
undensensus testis sehingga PV tidak menutup. Saluran PV
yang tidak menutup tersebut merupakan meningkatkan
risiko terjadinya hernia inguinalis dan hidrokel komunikan.
Hydrocele
113.
Seorang laki-laki, 21 tahun, datang dengan keluhan nyeri
buah zakar. Saat berkemih nyeri sejak 1 minggu yang lalu
dan disertai demam. Pada px fisik: testis membesar, batas
tegas, hiperemis (+), nyeri tekan (+), transiluminasi (-),
phren sign (+). Apa diagnosis yang tepat?
A. Hidrokel
B. Varikokel
C. Epididimitis
D. Hernia strangulata
E. Torsio testis
• Pasien mengeluhkan nyeri pada buah zakar sejak 1 minggu
yang lalu dan disertai demam. Pada pemeriksaan
didapatkan testis membesar, hiperemis, batas tegas, nyeri
tekan (+), dengan phren sign (+) dan transluminasi (-).
Dapat disimpulkan diagnosis pada kasus ini adalah
epididimitis.
• Hidrokel pembesaran skrotum, dengan tes transluminasi
(+) sedangkan testis biasa teraba pada area posterior.
• Varikokel benjolan seperti untaian cacing pada area
epididimis, terkadang disertai nyeri. Diagnosis biasanya
ditegakan setelah sebelumnya pasien mengalami
infertilitas.
• Hernia stragulata keluhan utama adanya benjolan dilipat
paha, jika hernia mengalami strangulata benjolan nyeri dan
hiperemis.
• Torsio testis gejala nyeri pada skrotum dialami tiba-tiba,
dan pada pemeriksaan phren sign (-).
Epididymitis
• Inflamasi dari epididimis
• Bila ada keterlibatan
testisepididymoorchit
is
• Biasanya disebabkan
oleh STD
• Common sexually
transmitted pathogen,
Chlamydia
PRESENTATION TREATMENT
• Nyeri skrotum yang • Oral antibiotic.
menjalar ke lipat paha • Scrotal elevation, bed rest,
dan pinggang. &use of NSAID.
• Pembengkakan skrotum • Admission & IV drugs used.
karena inflamasi Gejala
dari uretritis, sistitis, • In STD treat partner.
prostatitis. • In chronic pain do
• O/E tendered red scrotal epididymectomy.
swelling.
• Elevation of scrotum
relieves painphren
sign (+)
114.
An. A, 5 tahun, datang diantar kedua orang tuanya
dengan keluhan BAB berdarah sejak 4 hari yang lalu.
Orang tua pasien menjelaskan bahwa dari lubang anus
pasien terdapat benjolan yang dapat keluar dan masuk
sendiri. Pada pemeriksaan fisik pada bagian anus pasien
terlihat adanya benjolan bertangkai dengan ukuran 6x3x2
cm, berwarna merah. Diagnosis pasien adalah…
A. Hemorroid interna
B. Hemorroid eksterna
C. Polip juvenile
D. Abses perianal
E. Prolaps rekti
• Anak usia 4 tahun, dengan keluhan BAB berdarah.
Keluhan disertai adanya benjolan yang keluar dari
anus, benjolan tampak bertangkai, hiperemis,
ukuran 6x3x2 cm. Diagnosis yang paling mungkin
dengan gambaran klinis tersebut adalah polip
juvenile (juvenile colorectal polyp).
• Hemoroid: memiliki keluhan yang sama berupa
BAB berdarah, namun hemoroid merupakan
massa radial pada anus, tidak bertangkai.
• Abses perianal: massa di sekitar anus, hiperemis,
disertai nyeri tekan dan fluktuasi (+).
• Prolaps ani: keluhan utama massa sirkumferensial
yang keluar dari anus disertai dengan enkopresis.
115.
Tn. N, 25 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri selangkang kiri
sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengatakan teraba benjolan di
selangkang kiri yang keluar ketika pasien beraktivitas dan masuk
kembali ketika pasien berbaring, serta tidak terasa nyeri. Namun 2 hari
terkahir ini pasien mengatakan benjolan di selangkang kiri tidak dapat
masuk kembali meskipun dengan posisi berbaring serta pasien
merasakan nyeri disertai mual. Pada pemeriksaan tanda vital TD
130/80, HR 110x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,0oC. Pada pemeriksaan
abdomen bising usus (+) tampak benjolan di selangkang kiri, nyeri
tekan, daerah sekitarnya tampak hiperemis. Diagnosis pasien adalah…
A. Hernia inguinalis medialis reponibilis
B. Hernia inguinalis medialis irreponibilis
C. Hernia inguinalis medialis inkarserata
D. Hernia inguinalis medialis strangulate
E. Hernia inguinalis medialis irreducible
• Pasien dengan keluhan benjolan di
selangkangan kiri. Awalnya benjolan tersebut
muncul saat beraktifitas dan hilang saat
pasien berbaring, serta tidak terasa nyeri.
Namun, saat ini benjolan tersebut menetap
dan terasa nyeri. Pada PF benjolan tampak
hiperemis dan nyeri tekan (+). Sehingga
diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah
Hernia inguinalis medialis strangulate.
Hernia
Tipe Hernia Definisi
Reponible Kantong hernia dapat dimasukan kembali ke dalam rongga
peritoneum secara manual atau spontan
Irreponible Kantong hernia tidak adapat masuk kembali ke rongga peritoneum
Inkarserata Obstruksi dari pasase usus halus yang terdapat di dalam kantong
hernia
Strangulata Obstruksi dari pasase usus dan obstruksi vaskular dari kantong
hernia tanda-tanda iskemik usus: bengkak, nyeri, merah,
demam
116.
An. Y, usia 4 hari, dibawa ke IGD RS oleh ibunya
dengan keluhan muntah hijau sejak 2 hari yang lalu.
Pasien sulit minum ASI dan terlihat sangat rewel. PF
dalam batas normal. Pada gambaran babygram
didapatkan gambaran double bubble. Apakah
diagnosis untuk pasien diatas?
A. Atresia Jejunum
B. Stenosis Esofagus
C. Stenosis Duodenum
D. Stenosis Pilorus
E. Atresia Esofagus
• Pasien bayi, usia 4 hari, dengan keluhan muntah hijau sulit minum
ASI dan rewel. Pada pemeriksaan babygram didapatkan gambaran
Double Bubble. Dari gambaran tanda dan gejala yang disebutkan
dapat disimpulkan diagnosis pada kasus ini adalah stenosis
duodenum.
• Atresia jejunum gambaran X- Ray: triple bubble appearance.
• Stenosis esofagus keluhan utama pasien sulit minum ASI,
muntah tersedak dengan warna ASI, dan hipersalivasi
pemeriksaan barium meal, terdapat penyempitan pada lumen
esofagus.
• Stenosis pilorus pemeriksaan Rontgen single bubble
appearances.
• Atresia esofagus bayi tersedak tiap kali diberi ASI dan
hipersalivasi. Dapat dilakukan pemeriksaan dengan NGT tidak
dapat mencapai lambung. Pemeriksaan dengan barium meal untuk
melihat letak atresia dan kemungkinan adanya fistula.
Stenosis Duodenum
• Obstruksi dari duodenum dapat berlangsung secara
intrinsik dan ekstrinsik.
• Obstruksi intrinsik, merupakan bagian dari dinding
duodenum itu sendiri. Sedangakan obstruksi ekstrinsik
dapat berupa: annular pancreas, pre-duodenal portal
vein, Ladd bands, dan volvulus.
• Gejala dan tanda:
– Maternal polyhidramnion pada 30-65% kasus.
– Billious vomitus/ muntah hijau
– Pada high grade stenosis dapat dengan mudah ditemukan
double bubble apperance.
117.
Laki-laki, 35 tahun, datang diantar temannya ke IGD
RS karena kecelakaan lalu lintas. Dari anamnesis
diketahui bahwa mekanisme trauma mengenai
tulang kemaluan. Hasil primary survey normal.
Pemeriksaan fisik kompresi dan dekompresi normal.
CT scan ditemukan molar tooth sign. Apa
diagnosisnya?
A. Trauma buli
B. Trauma uretra
C. Trauma ginjal
D. Trauma ureter
E. Trauma pubovesicalis
• Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dengan trauma pada area
tulang kemaluan. Gejala lain tidak dijelaskan pada soal, namun
pada CT Scan ditemukan gambaran mollar tooth sign yang
merupakan gambaran khas pada ruptur buli. Sehingga pilihan
jawaban yang tepat adalah A. Trauma Buli.
• Trauma uretra gambaran khas adalah adanya darah yang
menetes keluar dari OUE. Gejala tambahan berupa butterfly
hematom di area kemaluan dan floating prostat (pada ruptur uretra
posterior).
• Trauma ginjal hematom pada area flank disertai dengan
hematuria.
• Trauma ureter jarang terjadi, pemeriksaan gold standard dengan
CT Scan Kontras.
• Trauma pubovesical terminologi tidak spesifik. Pada anatomi
terdapat pubovesical ligament, pubovesical pouch, dan pubovesical
fascia. Trauma pada ketiga struktur tersebut tidak memberikan
gambaran s[esifik pada soal.
Trauma Buli
• Ruptur intraperitoneal terjadi akibat trauma pada abdomen
bagian bawah atau jg trauma pelvis pada saat buli2 penuh.
• Ruptur extraperitoneal lbh sering berkaitan dg fraktur pelvis
• Molar tooth
appearance pada
cystography.
(Ruptur buli
ekstraperitoneal).
118.
Seorang pasien laki-laki berusia 57 tahun terkena luka
bakar akibat kompor meledak. Luka bakar terdapat pada
tubuh pasien. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan,
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x, nafas 20x, suhu
36 C. Sementara BB pasien 50kg, diagnosis luka bakar
grade IIB 10%. Pasien diterapi Baxter, berapa jumlah
tetesan RL berdasarkan rumus Baxter tahap I terapi?
A. 41-42/menit
B. 95-96/menit
C. 83-84/menit
D. 90-91/menit
E. 55-56/menit
• Pasien geriatri mengalami luka bakar grade IIB seluas
10%. Pasien diberikan terapi cairan dengan
menggunakan rumus Baxter.
• Kebutuhan cairan 24 jam pertama:
– 4ml x kgBB x % Luka Bakar
– 4ml x 50 kg x 10% = 2000 ml
– (1/2 diberikan dalam 8 jam pertama = 1000ml)
• Hitungan tetes per menit:
– Jumlah cairan : waktu dalam menit x 20 tetes (IV makro)
– 1000 ml : (8 jam x 60 menit) x 20 tetes
– 41,67 = 41-42 tpm.
Luka Bakar
Indikasi Resusitasi Cairan
• Rumus Baxter adalah
dasar pemberian cairan
pertama kali
• Titrasi sesuai produksi
urine
– Bila kurang dari target
0,5-1 cc/KgBB/Jam
tambahkan volume
cairan resusitasi menjadi
150% pada jam
berikutnya atau bolus
cairan 5-10cc/KgBB
Emergency Management of Severe Burns (EMSB) COURSE MANUAL 17th edition Feb 2013
Australia and New Zealand Burn Association Ltd 1996
119.
Seorang anak usia 3 tahun datang dengan ibunya
dengan keluhan air kencing keluar tidak dari ujung
penis. Keluhan dirasakan sejak lahir. Dari
pemeriksaan fisik didaptkan OUE berada di ventral
dan penis bengkok. Apakah diagnosinya?
A. Parafimosis
B. Fimosis
C. Hipospadia
D. Epispadia
E. Webbed penis
• Anak laki-laki 3 tahun, dengan keluhan urin tidak keluar
dari ujung penis saat BAK. Dari pemeriksaan
didapatkan OUE pada ventral penis dan penis tampak
membengkok. Kesimpulan yang dapat diambil adalah
hipospadia.
• Parafimosis preputium penis tidak dapat kembali lagi
setelah ditarik ke arah proksimal. Preputium tertahan
pada sulcus coronarius.
• Fimosis preputium tidak dapat ditarik ke arah
proksimal.
• Epispadia OUE berada pada dorsal penis.
• Webbed penis termasuk salah satu klasifikasi
insconspicuous. Dimana ukuran penis tampak lebih
kecil karena kulit skrotum meluas hingga meliputi
penis.
http://emedicine.medscape.com/article/1015227
Hipospadia
Hypospadia
• OUE berada pada ventral penis
• Three anatomical
characteristics
• An ectopic urethral
meatus
• An incomplete prepuce
• Chordee ventral
shortening and curvature
EpispadiaOUE berada di dorsum penis
• Penis lebar, pendek dan melengkung
keatas (dorsal chordee)
• Penis menempel pada tulang pelvis
• Tulang pelvis terpisah lebar
• Classification:
• the glans (glanular)
• along the shaft of the penis (penile)
• near the pubic bone (penopubic)
http://www.genitalsurgerybelgrade.com/urogenital_surgery
_detail.php?Epispadias-4
120.
Bayi laki-laki, usia 10 bulan, datang dibawa ibunya
ke Puskesmas. Ibu pasien mengatakan lubang
kencing bayinya berada di punggung penis dan
penis pasien tampak lebih pendek dari anak lain
seusianya. Kemungkinan diagnosis adalah…
A. Hipospadia
B. Epispadia
C. Fimosis
D. Parafimosis
E. Micropenis
• Bayi laki-laki, 10 bulan, dengan keluhan lubang kencing
berada di bagian dorsal penis dan ukuran penis tampak
lebih kecil. Dari data tersebut dapat disimpulakn
kemungkinan diagnosis pada kasus ini adalah epispadia.
• Hipospadia OUE berada pada ventral penis.
• Fimosis preputium penis tidak dapat ditarik ke arah
proksimal.
• Parafimosis preputium penis tidak dapat kembali lagi
setelah ditarik ke arah proksimal. Preputium tertahan pada
sulcus coronarius.
• Micropenis etiologi biasanya disebabkan oleh kelaianan
hormonal sehingga ukuran penis lebih kecil dibandingkan
anak seusianya. Namun ukuran penis yang tampak lebih
kecil pada soal ini bukan karena micropenis, akan tetapi
pada epispadia penis biasanya menempel pada tulang
pelvis sehingga tampak lebih kecil.
EpispadiaOUE berada di dorsum penis
• Penis lebar, pendek dan melengkung
keatas (dorsal chordee)
• Penis menempel pada tulang pelvis
• Tulang pelvis terpisah lebar
• Classification:
• the glans (glanular)
• along the shaft of the penis (penile)
• near the pubic bone (penopubic)
http://www.genitalsurgerybelgrade.com/urogenital_surgery
_detail.php?Epispadias-4
http://emedicine.medscape.com/article/1015227
Hipospadia
Hypospadia
• OUE berada pada ventral penis
• Three anatomical
characteristics
• An ectopic urethral
meatus
• An incomplete prepuce
• Chordee ventral
shortening and curvature
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
121.
Pria, 28 tahun, datang ke UGD dlm keadaan lemah
setelah terjatuh dari motor 2 jam yll. Vital sign, TD
90/50mmHg, terdapat jejas/luka memar dan nyeri parut
pada hipokondrium sinistra. Nyeri drasakan pada puncak
bahu kiri (Kehr’s sign). Teraba massa di abdomen kiri
dengan perkusi pekak dan perut mengalami distensi
tegang. Diagnosis pasien ini adalah…
A. Trauma lambung
B. Trauma colon desenden
C. Trauma limpa
D. Trauma hepar
E. Trauma ginjal sinistra
• Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, keadaan
umum lemah, keluhan nyeri perut dengan TD 90/50
mmHg. Tampak jejas pada hipokondrium sinistra dan
nyeri pada puncak bahu (Kehr’s sign). Teraba massa di
abdomen kiri, perkusi pekak, dan distensi abdomen.
Kemungkinan organ yang mengalami traum adalah
limpa.
• Trauma lambung: gejala peritonitis dengan
pneumoperitoneum.
• Trauma colon desenden: jejas pada area abdomen kiri,
dan terdapat pneumoperitoneum.
• Trauma hepar: secara anatomis jejas seharusnya pada
abdomen kanan atas.
• Trauma ginjal: jejas pada area flank disertai dengan
hematuria.
Abdominal Injuries
Ruptur organ berongga Ruptur Organ Solid
• Akan mengeluarkan udara • Menyebabkan perdarahan
dan cairan/sekret GIT yang internal yang berat
infeksius • Darah pada rongga
• Sangat mengiritasi peritoneum peritonitis
peritoneumperitonitis • Terlihat gejala syok akibat
perdarahan hebat
– Gejala peritonitis dapat tidak
terlalu terlihat
Pattern of Injury in Blunt Abdominal Trauma
http://ps.cnis.ca/wiki/index.php/68._Urinary
125.
Pasien laki-laki, 60 tahun, datang dengan
keluhan BAK tidak tuntas. Sejak kemarin pasien
belum BAK. Tindakan awal yang perlu dilakukan
adalah…
A. Pasang kateter folley
B. Pungsi supra pubik
C. BNO IVP
D. USG
E. CT Urografi
• Pasien laki-laki, usia 60 tahun, dengan keluhan BAK sering
tidak tuntas. Pasien belum BAK sejak kemarin.
Kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah BPH dengan
Retensio Urin. Tatalaksana awal yang perlu dilakukan
adalah penanganan terhadap retensio urin tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah pemasangan kateter
foley (kateter urin).
• Pungsi suprapubik dapat dilakukan apabila pemasangan
kateter gagal.
• Setelah gangguan akut tertangani, pemeriksaan lanjutan
dapat dilakukan dimulai dari DRE, penunjang yang biasa
dilakukan adalah USG dan PSA.
• BNO IVP BPH memberikan hasil adanya indentasi pada
caudal buli-buli. Tidak dilakukan rutin pada BPH, karena
butuh persiapan dan akurasi yang kurang dalam diagnosis
BPH.
Diagnosis of BPH
• Symptom assessment
– the International Prostate Symptom Score (IPSS) is recommended as it is used
worldwide
– IPSS is based on a survey and questionnaire developed by the American Urological
Association (AUA). It contains:
• seven questions about the severity of symptoms; total score 0–7 (mild), 8–19 (moderate),
20–35 (severe)
• eighth standalone question on QoL
• Digital rectal examination(DRE)
– inaccurate for size but can detect shape and consistency
• Prostat Volume determination- ultrasonography
• Urodynamic analysis
– Qmax >15mL/second is usual in asymptomatic men from 25 to more than 60 years of
age
• Measurement of prostate-specific antigen (PSA)
– high correlation between PSA and Prostat Volume, specifically Trantitional Zone
Volume
– men with larger prostates have higher PSA levels 1
Ket:
• AUR – Acute Urinary Retention
• PUC – Per-Urethral Catheter
• SPC – Suprapubic Catheter
• TWOC – Trial Without Catheter
Acute urinary retention in benign prostatic hyperplasia: Risk factors and current management. Muruganandham K,
Dubey D, Kapoor R - Indian J Urol (2007).
126.
Laki-laki, 32 tahun, datang ke poliklinik dengan
keluhan ujung jari kelingking kanan kehitaman
dirasakan sudah 3 minggu nyeri (+) hingga sulit
tidur, perokok berat, dengan merokok 2 bungkus
sehari. Diagnosis yang mungkin?
A. Oklusi arteri kronik et causa aterosklerosis
B. Gangrene diabetic
C. Penyakit takayasu
D. Tromboangitis obliterans
E. Raynaud disease
• Laki-laki 32 tahun, seorang perokok berat,
mengeluhkan nyeri pada jari kelingking kanan dan
tampak kehitaman. Diagnosis yang sesuai pada kasus
ini adalah tromboangitis obliterans.
• Oklusi arteri kronik et causa aterosklerosis: gejala
utama klaudikasio intermiten.
• Gangrene diabetic: pada soal tidak disebutkan adanya
riwayat DM.
• Takayasu disease: gejala khas TD pada ekstrimitas atas
lebih rendah dibandingkan dengan ekstrimitas bawah.
• Raynaud disease: Jari tangan, jari kaki, telinga, atau
ujung hidung mati rasa dan terasa dingin sejuk saat
suhu dingin atau stres. Kondisi ini sering disertai
dengan perubahan warna kuli
Buerger’s Disease
(Thrombangiitis Obliterans)
• Secara khusus dihubungkan dengan merokok
• Terjadi Oklusi pada arteri muskular, dengan predileksi pada
pembuluh darah tibial
• Presentation
– Nyeri tidak dipengaruhi aktivitas
– Gangrene
– Ulceration
• Recurrent superficial thrombophlebitis (“phlebitis migrans”)
• Dewasa muda, perokok berat, tidak ada faktor risiko
aterosklerosis yang lain
• Angiography - diffuse occlusion of distal extremity vessels
• Progresivitas – dari distal ke proximal
• Remisi klinis dengan penghentian merokok
CT-angiografi menunjukan stenosis
segmental arteri tungkai bawah
Disease Pathophysiology Symptoms Physical Workup
Peripheral Arterial narrowing Claudication Abnormal Ankle Brachial
Artery Decreased with exertion, in lower Index.
Occlusive blood flow = Pain severe occlusion extremity Duplex
Disease ischemic pain at pulse Ultrasound.
Pain results from rest. mottling & Digital
an imbalance Pain reproduced cyanosis Subtraction
between supply by elevating the Angiography
and demand of leg. Buerger Test: Gold
blood flow Elevate the leg Standard
to 45° - and Intervention
look for pallor at the same
time
Buerger Combination of Pain or Enlarged, red, An angiogram
acute tenderness not tender cord- or arteriogram
affected by
inflammation and exercise like veins. of the
thrombosis of the Numbness and Discoloration extremities.
arteries and veins tingling in the Two or more A Doppler
limbs. limbs affected
in the hands and ultrasound.
Skin ulcers or
feet gangrene of the
digits.
Takayasu Arteritis Giant Cell Arteritis Tromboangitis Obliterans
Lokasi Aorta & cabang utama Arteri sedang-besar (kranial, Arteri kecil-sedang distal
aorta+cabang) (inflamasi segmental)
Prevalensi 1-3 per 1 juta 24 per 100.000 Pria <45 tahun, merokok
80-90% wanita 10-40 tahun >50 tahun, 65% wanita HLA-A9 &HLA B-5 +
Gejala Malaise & demam Polimialgia rheumatika Oklusi arteri distal fatigue,
Iskemia serebrovaskular, Nyeri kepala iskemia
miokard, claudication Nyeri wajah + fatigue mengunyah Fenomena Raynaud
lengan, hipertensi Gangguan penglihatan Thrombophlebitis
Histologi Inflamasi granulomatosa, Infiltrasi limfosit + makrofag, Inflamasi & thrombosis tanpa
proliferasi & gangguan fibrosis intima, nekrosis fokal + nekrosis (keterlibatan vaskular
elastisitas intima, fibrosis granuloma minimal)
Tatalaksana Steroid & sitotoksik, Steroid sistemik dosis tinggi Penghentian merokok,
pembedahan bypass debridemen
• Weakness in
plantarflexion
• Gap in tendon
• Palpable swelling
• Positive Thompson test
128.
Seorang perempuan, usia 56 tahun, datang dengan keluhan
nyeri lutut. Nyeri lutut terutama dirasakan saat pagi hari
dan terasa kaku. Tidak ada riwayat trauma. Tanda tanda
vital dalam batas normal. Berat badan 95 kg dan tinggi
badan 160cm. Pemeriksaan McMurray (+). Struktur
manakah yang mengalami kelainan ?
A. Meniscus
B. Bursae
C. Ligamentum Cruciatum
D. Ligamentum Patella
E. Ligamentum Poplitea
• Perempuan 56 tahun, dengan obesitas,
mengeluhkan nyeri lutut terutama pagi hari
disertai rasa kaku. Pemeriksaan Mc Murray
(+). Diagnosis yang paling mungkin pada kasus
ini adalah ruptur meniskus.
Cedera Meniskus
• Sering terjadi pada
olahraga yang melibatkan
gerakan berputar dan
squat seperti pada bola
basket, sepak bola atau
bulu tangkis.
• Mekanisme cedera
meniskus
– akibat gerakan berputar
dari sendi lutut
– akibat gerakan squat atau
fleksi (menekuknya) sendi
lutut yang berlebihan.
Tes-tes Meniskus Pada Regio Knee (Lutut)
Tes Apley
• Posisi pasien : telungkup,
dengan lutut fleksi ± 90˚.
• Pegangan : pada kaki disertai
dengan pemberian tekanan
vertikal ke bawah
• Gerakan:
• Putar kaki ke eksorotasikompresi
pada meniscus lateralis
• Putar kaki endorotasikompresi
pada meniscus medialis
• Positif bila ada nyeri dan bunyi
“kIik”.
Tes McMurray
• Posisi pasien : telentang dengan
pancjgul ± 110˚ fIeksi, tungkai
bawah maksimal feksi.
• Pegangan : tangan pasif pada
tungkai atas sedekat mungkin
dengan lutut, tangan aktif
memegang kaki.
• Gerakan :
• Tungkai bawah ekstensi disertai
dengan tekanan ke valgus dan
eksorotasiprovokasi nyeri pada
meniscus Iateralis dan bunyi “kIik”
• Gerakan tungkai bawah ekstensi
disertai dengan tekanan ke varus dan
endorotasi provokasi nyeri pada
meniscus medialis dan bunyi “kIik”
Tes Steinman
• Posisi pasien : telentang,
dengan lutut lurus
• Pegangan: tangan aktif pada
kaki, tangan pasif memegang
lutut dari arah depan dengan
ibu jari memberi tekanan pada
celah sendi bagian medial (letak
berpindah-pindah) untuk
provokasi nyeri tekan.
• Gerakan :
• Gerakkan tungkai bawah ke arah
fleksi dan ekstensi
• Positif bila ada nyeri tekan yang
berpindah letak saat posisi lutut
(ROM) berubah.
129
Seorang Laki-laki, 42 tahun, datang ke IGD dengan
keluhan nyeri hebat pada kemaluannya. Pasien
mengatakan penisnya tegak sudah hampir 6 jam. Pasien
memiliki riwayat anemia sel sabit. Pada pemeriksaan
didapatkan rigiditas pada seluruh bagian penis, kulit
tampat merah gelap, terdapat nyeri dengan atau tanpa
penekanan. Apakah dagnosis pasien ?
A. Peyronie disease
B. Priapismus low-flow
C. Priapismus high-flow
D. Balanitis
E. Parafimosis
Priapismus
• Berdasarkan pemaparan kasus pada soal, diagnosis pasien mengarah pada
priapismus.
• Priapismus Ereksi involunter dan prolong, yang tidak berkaitan dengan
stimulasi seksual serta tidak berkurang dengan ejakulasi.
– Low-Flow Darah terperangkap di dalam erection chamber
• Nyeri dengan ereksi rigid
• Terjadi iskemia pada korpus
• Tidak ada riwayat trauma
• Faktor risiko: Penyakit sel sabit, leukemia, malaria
– High-Flow Ruptur arteri sekitar penis atau perineum
• Tidak nyeri
• Timbul episodik
• Aliran arteri adekuat kopus teroksigenasi baik
• Riwayat trauma
• Penyakit Peyronie terbentuknya jaringan fibrosa pada penis akibat
injuri berulang, terutama akibat aktivitas seksual atau aktivitas fisik lain
penis melengkung dan nyeri saat ereksi.
• Balanitis peradangan pada glans penis, seringkali beruhubungan
dengan infeksi dengan faktor risiko terbanyak pada pria yang tidak disunat.
• Parafimosis prepusium yang tidak dapat kembali ke posisi semula
setelah ditarik.
Al Qudah HS. Priapism. Emedicine. 2016.
130.
• Sepasang suami istri, datang ke RS dengan keluhan
belum memiliki anak setelah menikah 5 tahun. Dari
berbagai pemeriksaan, Dokter menemukan pembuluh
darah berkelok-kelok dan terkumpul di sekitar testis.
Apakah pembuluh darah yang mengalami kelainan
pada kasus di atas?
A. V. Pampiniformis
B. V. Deferentis
C. V. Testicularis
D. A. Deferential
E. A. Testicularis
Varikokel
• Pada soal kemungkinan diagnosis pada pasien
adalah varikokel.
• Varikokel adalah pembengkakan pembuluh
darah vena dalam skrotum (v.pampiniformis).
• Komplikasi dari variokel antara lain adalah
mengecilnya testis dan infertilitas
Varikokel
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
ILMU
P E N YA K I T
M ATA
131
Anak, 7 tahun, datang dengan keluhan pandangan
buram saat belajar di sekolah, saat diperiksa
didapatkan visus ODS 20/70 lalu dikoreksi dengan
S+0.50 C-1.50 x 180 dan didapatkan VODS 20/20.
Diagnosisnya adalah..
A. Miopia astigmat compositus ODS
B. Hipermetrop astigmat compositus ODS
C. Presbyopia miopia ODS
D.Presbyopia hipermetrop ODS
E. Astigmat mixtus ODS
Astigmatisme
• Pandangan buram saat belajar visus ODS 20/70
gangguan refraksi
• Dikoreksi dengan S+0.50 C-1.50 x 180 VODS 20/20
kelainan refraksi non organik
• Adanya penggunaan lensa sferis dan cylindric
astigmatisme
• S +0.50 C -1.50 kemungkinan mixtus atau bisa
myopia/hypermetropia kompositus konfirmasi dengan
transposisi untuk mencari sferis pada aksis yang berlawanan
Untuk sferis= S+C +0.50 + (-1.50) = -1.00
Untuk cylindric: -1.50 +1.50
Sehingga hasilnya S (-1.00) C (+1.50) sferis pada aksis
yang berlawanan (aksis 90) bersifat miop, sedangkan pada
aksis yang lain hipermetrop (di soal S+0.50 pada aksis 180)
A. Mixtus
Astigmatisme
• SIMPLE ASTIGMATISM
– When one of the principal meridians is focused on the retina
and the other is not focused on the retina (with
accommodation relaxed)
– Terdiri dari
• astigmatisme miopikus simpleks
• astigmatisme hipermetrop simpleks
• COMPOUND ASTIGMATISM
– When both principal meridians are focused either in front or
behind the retina (with accommodation relaxed)
– Terdiri dari
• astigmatisme miopikus kompositus
• astigmatisme hipermetrop kompositus
• MIXED ASTIGMATISM
– When one of the principal meridians is focused in front of the
retina and the other is focused behind the retina (with
accommodation relaxed)
TIPS & TRIK
• Rumus hapalan ini bisa digunakan untuk menentukan jenis
jenis astigmatisme berdasarkan kedudukannya di retina kalau
disoal diberikan rumus astigmatnya sbb
1.sferis (-) silinder (-) pasti miop kompositus
2.Sferis (+); silinder (+) pasti hipermetrop kompositus
3.Sferis (tidak ada); silinder (-) pasti miop simpleks
4.Sferis (tidak ada); silinder (+) pasti hipermetrop simpleks
• Misalkan pada soal ODS ∫+0.50 C-1.50 X 1800minus cylinder notation yang
jika ditransposisi maknanya sama dengan ∫-1.00 C+1.50 X 900 (plus cylinder
notation)
KETIGA, CARA MEMBACA
• ODS ∫+0.50 C-1.50 X 1800 artinya adalah kekuatan
lensa pada aksis 180 adalah +0.50 D. Kemudian
kita transposisikan menjadi ∫-1.00 C+1.50 X 900
artinya kekuatan lensa pada 90 adalah -1.00 D
132
Seorang anak laki-laki diantar oleh orang tuanya
dengan keluahan mata kanan sulit untuk melihat
setelah terkena bola tenis. Pemfis mata :
blefarospasme, injeksi mata kanan, edem kornea.
Bilik mata depan tertutup darah. Visus OD 1/300.
Visus OS 6/6. Diagnosis pasien ini adalah…
A. Edem kornea
B. Edem skelera
C. Konjungtivitis
D.Hifema
E. Uveitis
Hifema
• Mata kanan sulit melihat setelah terkena bola tenis
trauma mekanik bola mata
• Blefarospasme, injeksi mata kanan, edem kornea
reaksi inflamasi akibat trauma
• Bilik mata depan tertutup darah hifema
• Hifema perlu mendapat perhatian lebih
dibandingkan edema kornea karena hifema
beresiko menimbulkan komplikasi red cell glaucoma
HIFEMA
• Definisi: • Tujuan terapi:
– Perdarahan pada bilik mata – Mencegah rebleeding
depan (biasanya dalam 5 hari
– Tampak seperti warna merah pertama)
atau genangan darah pada – Mencegah noda darah pada
dasar iris atau pada kornea kornea
• Halangan pandang parsial / – Mencegah atrofi saraf optik
komplet • Komplikasi:
• Etiologi: pembedahan – Perdarahan ulang
intraokular, trauma tumpul, – Sinekiae anterior perifer
trauma laserasi – Atrofi saraf optik
– Glaukoma
Tatalaksana
• Prinsip:
– Kenali kasus hifema dengan risiko tinggi
– bed rest & Elevasi kepala malam hari
– Eye patch & eye shield
– Mengendalikan peningkatan TIO
– Pembedahan bila tak ada perbaikan / terdapat
peningkatan TIO
– Hindari Aspirin, antiplatelet, NSAID, warfarin
– Steroid topikal (dexamethasone 0.1% atau prednisolone
acetate 1% 4x/hari)
– Pertimbangkan siklopegia (atropine 1% 2x/hari, tetapi
masih kontroversial).
133
Seorang anak laki-laki, 10 tahun, datang ke puskesmas
bersama ibunya dengan keluhan mata merah sejak 1
minggu yg lalu. Keluhan disertai tidak dapat melihat
pada cahaya redup dan sore hari dan berair. Di
koreksi mata 20/40 pada pinhole (-) dan ditemukan
bintik bitot. Diagnosis yang tepat adalah…
A.Xeroftalmia
B. Retinitis pigmentosa
C. Keratitis
D.Konjungtivitis
E. Ulkus perifer
Xeroftalmia
• Seorang anak laki-laki 10 tahun mata merah dan
tidak dapat melihat pada cahaya redup dan sore
hari dan berair kemungkinan besar xeroftalmia
• Di koreksi mata 20/40 pada pinhole (-)kelainan
organik
• Adanya bintik bitot xeroftalmia grade 1B
Defisiensi vitamin A
• Vitamin A meliputi retinol, retinil ester, retinal dan
asam retinoat. Provitamin A adalah semua
karotenoid yang memiliki aktivitas biologi β-karoten
• Sumber vitamin A: hati, minyak ikan, susu & produk
derivat, kuning telur, margarin, sayuran hijau, buah
& sayuran kuning
• Fungsi: penglihatan, diferensiasi sel, keratinisasi,
kornifikasi, metabolisme tulang, perkembangan
plasenta, pertumbuhan, spermatogenesis,
pembentukan mukus
Kliegman RM. Nelson’s textbook of pediatrics, 19th ed. McGraw-Hill; 2011
• Konjungtiva normalnya memiliki sel goblet.
Hilangnya/ berkurangnya sel goblet secara drastis
bisa ditemukan pada xerosis konjungtiva.
• Gejala defisiensi:
– Okular (xeroftalmia): rabun senja, xerosis konjungtiva &
kornea, keratomalasia, bercak Bitot, hiperkeratosis
folikular, fotofobia
– Retardasi mental, gangguan pertumbuhan, anemia,
hiperkeratosis folikular di kulit
Xerophthalmia (Xo)
Stadium :
Vichare N. Management of Eyelid Lacerations. DOS Times - Vol. 20, No. 8 February, 2015
Repair of eyelid trauma
• Etiology :
– Most commonly, this is due to the presence of a
membrane at the level of the valve of Hasner, which is
present at the nasal opening of the nasolacrimal duct
Murthy R. Congenital Nasolacrimal Duct Obstruction (CNLDO). Kerala Journal of Ophthalmology. 2007.9:2
Blink test
• Prinsip: kelopak mata menggerakkan air mata
pada matamata terlubrikasi
• Drainase air mata terletak pada ductus
nasolacrimal menuju hidung
• Saat berkedip kantong lakrimal
tertekanmemaksa air mata keluar ke duktus
nasolacrimal
• Jika terdapat obstruksi pada ductus nasolacrimal
air mata akan refluks dan mata tampak sangat
berair epiphora blink test (+)
Congenital nasolacrimal duct obstruction
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas ; dasar– teknik Pemeriksaandalam Ilmu Penyakit Mata, sidarta Ilyas
HIPERMETROPIA
• Pengobatan : Pemberian lensasferis
positif akan meningkatkan kekuatan
refraksi mata sehingga bayangan
akan jatuhdi retina
• koreksi dimana tanpa siklopegia
didapatkan ukuran lensa positif
maksimal yangmemberikan tajam
penglihatan normal (6/6), hal ini
untuk memberikan istirahat pada
mata.
• Jika diberikan dioptri yg lebih kecil,
berkas cahaya berkonvergen namun
tidak cukup kuat sehingga bayangan
msh jatuh dibelakangretina,
akibatnya lensa mata harus
berakomodasi agar bayangan jatuh
tepat di retina.
• Contoh bila pasien dengan +3.0 atau
dengan +3.25 memberikan tajam
penglihatan 6/6, maka diberikan
kacamata +3.25
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas
BENTUK HIPERMETROPIA
• Hipermetropia total = laten + manifest
– Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia
• Hipermetropia manifes = absolut + fakultatif
– Yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal dengan hasil visus 6/6
– Terdiri atas hipermetropia absolut + hipermetropia fakultatif
– Hipermetropia ini didapatkan tanpa siklopegik
• Hipermetropia absolut :
– “Sisa”/ residual dari kelainan hipermetropia yang tidak dapat diimbangi
dengan akomodasi
– Hipermetropia absolut dapat diukur, sama dengan lensa konveks terlemah
yang memberikan visus 6/6
• Hipermetropia fakultatif :
– Dimana kelainan hipermetropia dapatdiimbangi sepenuhnya dengan
akomodasi
– Bisa juga dikoreksi olehlensa
– Dapat dihitungdengan mengurangi nilai hipermetrop manifes – hipermetrop
absolut
• Hipermetropia laten:
– Hipermetropia yang hanya dapatdiukur bila diberikan siklopegia
– bisa sepenuhnya dikoreksi oleh tonus otot siliaris
– Umumnya lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan dewasa.
– Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten, makin tua akan
terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadifakultatif
dan kemudia menjadiabsolut
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas & Manual ofocular diagnosis andtherapy
• Contoh pasien hipermetropia, 25 tahun, tajam penglihatan
OD 6/20
– Dikoreksi dengan sferis +2.00 tajam penglihatan OD 6/6
– Dikoreksi dengan sferis +2.50 tajam penglihatan OD 6/6
– Diberi siklopegik, dikoreksi dengan sferis +5.00 tajam penglihatan
OD 6/6
ARTINYA pasien memiliki:
– Hipermetropia absolut sferis +2.00 (masih berakomodasi)
– Hipermetropia manifes Sferis +2.500 (tidak berakomodasi)
– Hipermetropia fakultatif sferis +2.500 – (+2.00)= +0.50
– Hipermetropia laten sferis +5.00 – (+2.50) = +2.50
140
Perempuan, 17 tahun, mengeluh terdapat mata
merah 2 hari. Penurunan penglihatan (-), mata berair,
rasa menganjal. Riwayat kontak dengan kakak yang
mengalami gejala yang sama. Pemeriksaan fisik
edema palpebra, folikel cairan serous, injeksi
konjungtiva. Terapi suportif yang akan diberikan pada
pasien ini adalah…
A. Pilokarpin
B. Betametason
C. Gentamisin
D.Artificial tears
E. Tobramisin
Konjungtivitis virus
• Mata merah dengan tidak adanya penurunan
penglihatanmata merah visus normal
• Mata berair, rasa menganjalkemungkinan
konjungtivitis
• Riwayat kontak dengan kakak yang mengalami
gejala yang samatransmisi antar manusia, paling
sering karena virus.
• Pemeriksaan fisik edema palpebra, folikel cairan
serous, injeksi konjungtivakonjungtivitis virus
• Terapi pada konjungtivitis viruss bersifat
suportifartificial tears
Viral Conjunctivitis
• Etiology : Adenovirus (65-90% of • Viral conjunctivitis secondary to
cases) adenoviruses highly contagious,
– produce 2 of the common clinical and the risk of transmission 10% -
entities associated with viral 50%
conjunctivitis : • The virus spreads through direct
1. pharyngoconjunctival fever contact via contaminated fingers,
• Abrupt onset of high fever, medical instruments, swimming pool
pharyngitis, bilateral water,or personal items
conjunctivitis and • Incubation and communicability are
periauricular lymphnode estimated to be 5 to 12 days and 10
enlargement to 14 days, respectively
2. epidemic keratoconjunctivitis • Treatment
• More severe and presents – artificial tears, topical
with watery discharge, antihistamines, or cold
hyperemia, chemosis, and compresses alleviating some
ipsilateral lymphadenopathy of the symptoms
– Available antiviral medications
are not useful and topical
antibiotics are not indicated
OPTIMA JAKARTA
OPTIMA JAKARTA
141
Wanita, 18 tahun, datang dengan mata merah dan
penglihatan kabur. Riwayat penggunaan lensa kontak
sehari yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
visus 1/60. Terdapat bercak putih pada kornea.
Pemeriksaan yang dibutuhkan untuk menegakkan
diagnose adalah...
A. Tes anel
B. Tes schimer
C. Tes slit lamp
D.Tes sonde
E. Tes fluorescence
141
• Mata merah dan penglihatan kabur mata merah
visus turun
• Riwayat penggunaan lensa kontak sehari yang
lalukemungkinan suatu keratitis
• Terdapat bercak putih pada kornea dapat berupa
suatu keratitis atau ulkus kornea
• Pemeriksaan yang diperlukanfluorescence untuk
mendeteksi defek epitel kornea
Keratitis & Ulkus Kornea
Fluorescein Staining (Test)
• Assessment of ocular surface integrity
• Fluorescein staining helps identify a corneal epithelial
defect.
• Frequently used to detect lesions of ocular surface owing to
its high degree of ionization, it neither penetrates the intact
corneal epithelium nor forms a firm bond with any vital
tissue.
• Instillation of dye in cul-de-sac allows determination of
corneal & conjunctival lesions such as abrasions ulcers &
edema & aids in detection of foreign bodies.
• Epithelial defect appears as vivid green fluorescence
How does
staining
take place?
Sumber: American Optometric Association. Fungal Keratitis. / Vaughan Oftalmologi Umum 1995.
Keratitis/ ulkus Fungal
• Meskipun memiliki karakteristik, terkadang sulit membedakan
keratitis fungal dengan bakteri.
– Namun, infeksi jamur biasanya localized, dengan “button appearance”
yaitu infiltrat stroma yang meluas dengan ulserasi epitel relatif kecil.
• Pd kondisi demikian sebaiknya diberikan terapi antibiotik
sampai keratitis fungal ditegakkan (mis. dgn kultur, corneal
tissue biopsy).
Stromal infiltrate
Ulkus kornea Jamur
Keratitis fungi bersifat indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi-lesi satelit (umumnya
infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi).
KATARAK-SENILIS
• Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang • 4 stadium: insipien, imatur (In some patients, at
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 this stage, lens may become swollen due to
tahun
continued hydration ‘intumescent cataract’),
matur, hipermatur
• Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak • Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan
• Etiologi :belum diketahui secara pasti kabur/seperti berkabut/berasap, mata tenang
multifaktorial: • Penyulit : Glaukoma, uveitis
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan • Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)
pengaruh genetik
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi
yang sangat kuat mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa.
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa,
seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi
cahaya matahari.
Gangguan metabolisme umum
144
Seorang laki-laki, 40 tahun, dengan keluhan mata
merah, terasa gatal, nyeri, dan tajam penglihatan
menurun. Pasien seorang petani dan terdapat riwayat
mata terkena tanaman padi. Pada pemeriksaan fisik
di dapatkan pada kornea terdapat gambar bulat
berbatas tegas dengan lesi satelit (+). Maka diagnosis
yang tepat pada kasus ini adalah…
A. Keratitis bacterial
B. Keratitis jamur
C. Konjungtivutis bacterial
D.Keratitis virus
E. Konjungtivitis vernal
Keratitis jamur
• Mata merah, terasa gatal, nyeri, dan tajam
penglihatan menurunmata merah visus turun
• Pasien seorang petani dan terdapat riwayat mata
terkena tanaman padikemungkinan keratitis atau
ulkus karena infeksi jamur
• Pada kornea terdapat gambar bulat berbatas tegas
dengan lesi satelit (+)infeksi jamur
Keratitis/ulkus Fungal
• Gejala nyeri biasanya dirasakan diawal, namun lama-lama
berkurang krn saraf kornea mulai rusak.
• Pemeriksaan oftalmologi :
– Grayish-white corneal infiltrate with a rough, dry texture and feathery
borders; infiltrat berada di dalam lapisan stroma
– Lesi satelit, hipopion, plak/presipitat endotelilal
– Bisa juga ditemukan epitel yang intak atau sedikit meninggi di atas
infiltrat stroma
• Faktor risiko meliputi :
– Trauma mata (terutama akibat tumbuhan)
– Terapi steroid topikal jangka panjang
– Preexisting ocular or systemic immunosuppressive diseases
Sumber: American Optometric Association. Fungal Keratitis. / Vaughan Oftalmologi Umum 1995.
Keratitis/ ulkus Fungal
• Meskipun memiliki karakteristik, terkadang sulit membedakan
keratitis fungal dengan bakteri.
– Namun, infeksi jamur biasanya localized, dengan “button appearance”
yaitu infiltrat stroma yang meluas dengan ulserasi epitel relatif kecil.
• Pd kondisi demikian sebaiknya diberikan terapi antibiotik
sampai keratitis fungal ditegakkan (mis. dgn kultur, corneal
tissue biopsy).
Stromal infiltrate
Ulkus kornea Jamur
Keratitis fungi bersifat indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi-lesi satelit (umumnya
infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi).
Sumber: American Optometric Association. Fungal Keratitis. / Vaughan Oftalmologi Umum 1995.
Keratitis/ ulkus Fungal
• Meskipun memiliki karakteristik, terkadang sulit membedakan
keratitis fungal dengan bakteri.
– Namun, infeksi jamur biasanya localized, dengan “button appearance”
yaitu infiltrat stroma yang meluas dengan ulserasi epitel relatif kecil.
• Pd kondisi demikian sebaiknya diberikan terapi antibiotik
sampai keratitis fungal ditegakkan (mis. dgn kultur, corneal
tissue biopsy).
Stromal infiltrate
Ulkus kornea Jamur
Keratitis fungi bersifat indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi-lesi satelit (umumnya
infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi).
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi
peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop
(slit lamp) hal ini tampak sebagai flare, yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall).
• Herpes simpleks virus (HSV) keratitis, sama dengan penyakit herpes simpleks
lainnya dapat ditemukan dalam dua bentuk: primer atau rekuren.
• Kebanyakan infeksi HSV pada kornea disebabkan oleh HSV tipe 1, namun
pada balita dan orang dewasa, dapat juga disebabkan oleh HSV tipe 2. Lesi
kornea yang disebabkan kedua virus tersebut tidak dapat dibedakan.
• Kerokan dari lesi epitel pada keratitis HSV mengandung sel-sel raksasa berinti
banyak.
• Virus dapat dibiakkan di dalam membran khorioallantoik embrio telur ayam
dan di dalam jaringan seperti sel-sel HeLa .
• Identifikasi akurat virus dilakukan menggunakan metode PCR
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007
• Tanda dan gejala:
– Infeksi primer biasanya berbentuk
blefarokonjungtivitis vesikular, kadang disertai
keterlibatan kornea. Umumnya self-limmited tanpa
menyebabkan kerusakan mata yang signifikan.
– Iritasi, fotofobia, peningkatan produksi air mata,
penurunan penglihatan, anestesi pada kornea,
demam.
– Kebanyakan unilateral, namun pada 4-6% kasus dapat
bilateral
– Lesi: Superficial punctate keratitis -- stellate erosion --
dendritic ulcer -- Geographic ulcer
• Dendritic ulcer: Lesi yang paling khas pd keratitis HSV.
Berbentuk linear, bercabang, tepi menonjol, dan memiliki
tonjolan di ujungnya (terminal bulbs), dapat dilihat dengan
tes flurosensi.
• Geographic ulcer. Lesi defek epitel kornea berbentuk spt
amuba
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007
• Tatalaksana:
– Dokter umum: RUJUK SEGERA
– Debridement
– Antivirus topikal,
kortikosteroid (pertimbangan
khusus)
• Topical antiviral: trifluridine 1%
8x/day (watch for epithelial
toxicity after 1 week fo therapy),
acyclovir 3% drops initially
5x/day gradually tapering down
but continued for at least 3 days
after complete healing; if
resistant, consider ganciclovir
0.15% gel initially 5x/day.
– Bedah
– Mengontrol reaktivasi HSV:
hindari demam, pajanan sinar
matahari berlebihan,
imunosupresi, dll
Keratitis herpes zoster
• Bentuk rekuren dari keratitis Varicella
• Lesi pseudodenditik: lesi epitel yang menonjol dengan ujung
mengerucut, sedikit tonjolan pada ujungnya (terminal bulbs)
Keratitis varicella
• Bentuk infeksi primer pada mata dari virus Varicella
• Ciri khas: lesi pseudodendritik disertai lesi pada stroma kornea
dan uveitis
Keratitis marginal
• Keratitis non infeksius, sekunder setelah konjungtivitis bakteri, terutama Staphylococcus
• Keratitis ini merupakan hasil dari sensitisasi tubuh terhadap produk bakteri. Antibodi dari
pembuluh darah di limbus bereaksi dgn antigen yang terdifusi ke dalam epitel kornea
Keratitis bakteri
• Biasanya unilateral, terjadi pd org dengan penyakit mata sebelumnya atau mata
org yang menggunakan kontak lens
• Infiltrat stroma berwarna putih, edema stroma, pembentukan hipopion
152
Seorang laki-laki, 65 tahun, datang dengan keluhan
penglihatan buram pada mata kanan. Pada pemeriksaan
mata didapatkan visus OD 1/60 tidak membaik dengan
lensa sferis, lensa keruh shadow test negatif. OS 20/70,
membaik dengan lensa sferis, lensa jernih. Kemungkinan
diagnosis pasien pasien ini adalah…
A. Katarak traumatik OD
B. Katarak senilis immatur OD
C. Katarak senilis matur OD
D. Katarak presenilis immatur OD
E. Katarak presenilis matur OD
Katarak senilis
• Penglihatan buram pada mata kanan dengan visus
OD 1/60 tidak membaik dengan lensa sferis
kelainan organik
• Lensa keruh shadow test negatif katarak insipiens
atau matur.
• VOD mencapai 1/60katarak senilis matur
Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006
KATARAK-SENILIS
• Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang • 4 stadium: insipien, imatur (In some patients, at
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 this stage, lens may become swollen due to
tahun
continued hydration ‘intumescent cataract’),
matur, hipermatur
• Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak • Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan
• Etiologi :belum diketahui secara pasti kabur/seperti berkabut/berasap, mata tenang
multifaktorial: • Penyulit : Glaukoma, uveitis
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan • Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)
pengaruh genetik
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi
yang sangat kuat mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa.
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa,
seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi
cahaya matahari.
Gangguan metabolisme umum
153
Anak Jonardi usia 4 tahun datang dengan keluhan mata
kanannya tertusuk pensil sejak 4 jam yang lalu.
Pemeriksaan visus tidak dapat dilakukan karena anak
belum dapat membaca, pemeriksaan oftalmologi
didapatkan perdarahan pada sklera dengan warna
merah terang. Pemeriksaan lanjutan apa yang dapat
dilakukan pada pasien ini ?
A. Pemeriksaan Funduskopi
B. Pemeriksaan Skleroskopi
C. Pemeriksaan tekanan intraokular
D. Pemeriksaan amsler grid
E. Pemeriksaan anel
Trauma mekanik bola mata
• Mata kanannya tertusuk pensil trauma mekanik bola mata
• Pemeriksaan visus tidak dapat dilakukan karena anak belum dapat
membaca karena Snellen chart butuh sikap kooperatif dari pasien
pasien belum bisa membaca tidak dapat menyebutkan huruf yang
tertera
• Pemeriksaan oftalmologi didapatkan perdarahan pada sklera dengan warna
merah terang hasil pemeriksaan segmen anterior
• Perlu diperiksa juga segmen posterior funduskopi
• Pilihan lain
Pemeriksaan Skleroskopi sudah ada hasil pemeriksaan segmen
anterior
Pemeriksaan tekanan intraocular setelah funduskopi, untuk mencari
apakah ada glaucoma sekunder
Pemeriksaan amsler grid untuk ARMD tidak berhubungan dengan
kasus
Pemeriksaan anel untuk kasus obstruksi ductus lakrimal tidak
berhubungan pada kasus ini
Trauma Mekanik Bola Mata
• Cedera langsung berupa ruda • Pemeriksaan Rutin :
paksa yang mengenai jaringan Visus : dgn kartu Snellen/chart
mata. projector + pinhole
• Beratnya kerusakan jaringan TIO : dgn tonometer
bergantung dari jenis trauma aplanasi/schiotz/palpasi
serta jaringan yang terkena Slit lamp : utk melihat segmen
anterior
• Gejala : penurunan tajam Funduskopi : utk melihat segmen
penglihatan; tanda-tanda posterior
trauma pada bola mata Ro orbita : jika curiga fraktur
• Komplikasi : dinding orbita/benda asing
Endoftalmitis • Tatalaksana :
Uveitis Bergantung pada berat trauma,
Perdarahan vitreous mulai dari hanya pemberian
Hifema antibiotik sistemik dan atau
topikal, perban tekan, hingga
Retinal detachment operasi repair
Glaukoma
Oftalmia simpatetik
Hifema Blood in the front (anterior) chamber of Treatment :elevating the head at night, wearing an
the eyea reddish tinge, or a small patch and shield, and controlling any increase in
pool of blood at the bottom of the iris intraocular pressure. Surgery if non- resolving hyphema
or in the cornea. or high IOP
May partially or completely block Complication: rebleeding, peripheral anterior
vision. synechiea, atrophy optic nerve, glaucoma (months or
The most common causes of hyphema years after due to angle closure)
are intraocular surgery, blunt
trauma, and lacerating trauma
The main goals of treatment are to
decrease the risk of rebleeding within
the eye, corneal blood staining, and
atrophy of the optic nerve.
TRAUMA MATA
Kondisi Akibat trauma mata
Hematoma Pembengkakan atau penimbunan darah Sering terlihat pada trauma tumpul kelopak. Bila
Palpebral di bawah kulit kelopak akibat pecahnya perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua
pembuluh darah palpebra. kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam yang
sedang dipakai
Perdarahan Pecahnya pembuluh darah yang Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan pada setiap
Subkonjungtiva terdapat dibawah konjungtiva, seperti penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat
arteri konjungtiva dan arteri episklera. trauma tumpul. Akan hilang atau diabsorbsi dengan
Bisa akibat dari batu rejan, trauma sendirinya dalam 1 – 2 minggu tanpa diobati.
tumpul atau pada keadaan pembuluh
darah yang mudah pecah.
Subluksasi Lensa berpindah tempat Penglihatan berkurang, pada iris tampak iridodenesis
(iris tampak bergetar atau bergoyang saat mata
bergerak)
154
Seorang perempuan datang dengan keluhan penglihaatn
kabur sejak 2 minggu yang lalu, pada pemeriksaan nyeri -
edema - didapatkan visus OD: visus 6/10 pada S +1
koreksi 6/6. OS: visus 6/12 pada S+2 koreksi 6/6.
Patomekanisme kondisi diatas adalah…
A. Kurvatura kornea landai dari normal
B. Kurvatura kornea lebih cembung dari normal
C. Kurvatura irregular
D. Indeks refraktif lensa yang lebih besar dari normal
E. Indeks bola mata yang lebih besar dari normal
Hipermetropia
• Berdasarkan pemaparan soal, kasus yang terjadi adalah
hipermetropia, di mana didapatkan visus 6/6 dengan
koreksi lensa sferis (+).
• Patofisiologi terjadinya hipermetropia yaitu:
– Ukuran sumbu aksial bola mata lebih pendek dibandingkan
ukuran normal
– Kurvatura kornea lebih landai
• Patofisiologi miopia:
– Kurvatura kornea lebih cembung dari normal
– Sumbu aksial bola mata lebih panjang dibandingkan ukuran
normal
– Indeks bias atau refraksi lebih besar dari normal
• Kurvatura irregular penyebab astigmatisme
Mancil GL, Bailey IL, Brookman KE. Optometric clinical practice guildeline: Care of the patient with
presbyopia. American Optometric Association;2011.
KULIT & KELAMIN,
MIKROBIOLOGI,
PARASITOLOGI
No. 156
• Seorang wanita datang dengan keluhan
terdapat massa berbentuk seperti
jengger ayam pada kemaluan pasien.
Apakah agen penyebab keluhan pada
pasien tersebut?
A. HPV tipe 6
B. HPV tipe 1
C. Human herpes virus
D. Herpes simpleks virus tipe 1
E. Herpes simpleks virus tipe 2
Pembahasan Soal
• Diagnosis pasien ini adalah Kondiloma akuminatum, karena
terdapat keluhan massa seperti jengger ayam pada kemaluan.
• Penyebab dari kondiloma akuminatum adalah HPV 6 dan 11
• Maka jawaban soal ini adalah A. HPV tipe 6
• Pilihan B. HPV tipe 1, menyebabkan myrmecia (plantar wart),
dengan gejala adanya kutil pada telapak kaki yang sangat nyeri,
dengan adanya telangiektasis pada kutil tersebut
• Pilihan C. Human Herpes virus, merupakan klasifikasi umum dari
HSV, Varisella zoster, EBV, CMV, Kapossi sarcoma associated
herpes virus (KSHV)
• Pilihan D. Herpes simpleks virus tipe 1, menyebabkan herpes
simpleks, dengan predileksi terutama disekitar oral
• Pilihan E. Herpes simpleks virus tipe 2, menyebabkan herpes
simpleks, dengan predileksi terutama di sekitar genitalia
156. Kondiloma Akuminata
Kondiloma Akuminata
• Pemeriksaan:
– Tes asam asetat 5% warna lesi acetowhite
– Kolposkopi
– Histopatologi gambaran papilomatosis, akantosis, pemenjangan
dan penebalan rete ridges, parakeratosis, dan koisilositosis
• Tata Laksana:
– Kemoterapi:
• podofilin 25% lesi permukaan verukosa, tidak boleh pada
hamil&menyusui serta lesi luas
• podofilotoksin 0,5% tidak boleh pada hamil
• asam triklorasetat 80-90% lesi genital eksterna, serviks, dan di dalam
anus, boleh hamil
– Krioterapi lesi genital eksterna, vagina, serviks, meatus uretra,
dan di dalam anus
– Imunoterapi krim imiquimod bila lesi luas dan resisten
– Pembedahan:
• Elektrokauterisasi lesi anogenital, terutama ukuran besar
• Bedah skalpel eksisi lesi sangat besar sehingga menimbulkan
obstruksi atau tidak dapat dilakukan terapi lain Ghadishah D. Condyloma
acuminatum. Emedicine. 2018.
• Bedah laser CO2 lesi anogenital, vagina, serviks, lesi besar Kutil Anogenital. Perdoski.
2017.
No. 157
• Seorang laki-laki, 23 tahun, datang dengan keluhan
utama nyeri menelan sejak 3 minggu sebelumnya.
Keluhan disertai lidah terasa terbakar dan tidak dapat
merasakan apapun. Pada mulut ditemukan banyak
bercak bercak putih yang tidak dapat dibersihkan.
Pasien datang bersama pacar laki lakinya. CD4 <100.
Apa diagnose pasien ini?
A. Kandidiasis oral
B. Oral trush dengan HIV AIDS
C. Hairy leukoplakia dengan HIV AIDS
D. Liken planus
E. Apthous stomatitis dengan HIV AIDS
Pembahasan Soal
• Pasien ini kemungkinan mengidap AIDS karena didapatkan CD4<100
• Selain itu, pasien ini mengalami kandidiasis oral
– karena terdapat keluhan lidah terasa terbakar dan tidak dapat merasakan
apapun, serta ditemukan adanya banyak bercak bercak putih yang tidak dapat
dibersihkan
– Dari pemeriksaan fisik tersebut, kemungkinan pasien mengalami kandidiasis oral
jenis hiperplastik.
– Kandidiasis oral disebut juga dengan oral thrush.
• Untuk soal ini, lebih dipilih jawaban B karena berisi diagnosis yang lebih
lengkap. Pilihan jawaban A, tidak mencantumkan HIV AIDS sebagai diagnosis
• Pilihan jawaban C tidak dipilih karena hairy leukoplakia tidak menimbulkan
keluhan selain bercak putih, dengan predileksi di lidah
• Pilihan jawaban D, merupakan penyakit yang berada di kulit, tidak di rongga
mukosa
• Pilihan jawaban E tidak dipilih karena pada penyakit ini, gejala berupa adanya
ulkus-ulkus dangkal pada rongga mulut, bukan bercak-bercak putih
Oral Manifestations of HIV Infection
Type of Infection Oral Disease
Candidiasis
- Pseudomembranous, Erythematous,
Fungal and Angular Cheilitis
Invasive Fungal Infections
- Histoplasmosis, Mucormycosis, Crytococcosis
Herpes Simplex
Herpes Zoster
Viral Cytomegalovirus
Hairy Leukoplakia (Epstein Barr Virus)
Oral Warts (Human Papilloma Virus)
Human Herpes Virus–8 [Kaposi’s sarcoma]
Linear Gingival Erythema
Bacterial Necrotizing Ulcerative Periodontitis
Tuberculosis*
Mycobacterium avium complex*
Bacillary angiomatosis*
April 2003
Oral Manifestations of HIV Infection
April 2003
Kandidosis Oral/ Oral Thrush
JENIS KLINIS GAMBARAN KLINIS
Kandidosis Pseudomembran Akut • Plak putih serupa susu pada
mukosa --> Diangkat --> dasar
eritema
a
Fungal Infections: Candidiasis
• Hyperplastic
Candidiasis
– white and
hyperplastic and
cannot be
removed by
scraping
April 2003
Oral Epstein Barr Infections
• Oral Hairy Leukoplakia
– White corrugated
hyperkeratotic lesion of the
lateral borders of the tongue
/ other areas
– Asymptomatic
– Clinical Diagnosis:
• Marker for disease progression
(CD4 <300 cells/mm3)
• Definitive diagnosis requires
identification of EBV in
infected epithelial cells
• Marker for immune
suppression (non-HIV patients)
Liken Planus
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pedikulosis kapitis
• Infeksi kulit dan rambut kepala
• Banyak menyerang anak-anak dan higiene buruk
• Gejala
• Mula-mula gatal di oksiput dan temporal, karena
garukan terjadi erosi, ekskoriasi, infeksi sekunder
• Diagnosis
• Menemukan kutu/telur, telur berwarna abu-
abu/mengkilat
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Prinsip pemberian terapi pedikulosis kapitis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pengobatan Pedikulosis Korporis
• Improved hygiene and access to regular changes of clean clothes is the
only treatment needed for body lice infestations.
• A body lice infestation is treated by improving the personal hygiene of the
infested person, including assuring a regular (at least weekly) change of
clean clothes.
• Clothing, bedding, and towels used by the infested person should be
laundered using hot water (at least 54°C) and machine dried using the hot
cycle.
• Sometimes the infested person also is treated with a pediculicide;
however, a pediculicide generally is not necessary if hygiene is maintained
and items are laundered appropriately at least once a week.
• If you choose to treat, guidelines for the choice of the pediculicide are the
same as for head lice.
Pedikulosis pubis
• Infeksi rambut di daerah pubis dan sekitarnya
• Terutama menyerang dewasa dan dapat menyerang
jenggot/kumis
• Dapat menyerang anak-anak, seperti di alis/bulu mata
dan pada tepi batas rambut kepala
• Termasuk infeksi menular seksual
• Gejala
• Gatal di daerah pubis dan sekitarnya, dapat meluas ke
abdomen/dada, makula serulae (sky blue spot), black dot
pada celana dalam
• Predileksi
• Skalp, perbatasan skalp-muka, ekstremitas ekstensor (siku & lutut), lumbosakral
• Khas: fenomena tetesan lilin, Auspitz sign, Kobner sign
• Patofisiologi
– Genetik: berkaitan dengan HLA
– Imunologik: diekspresikan oleh limfosit T, sel penyaji antigen dermal, dan keratinosit
– Pencetus: stress, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan metabolisme, obat, alkohol,
dan merokok
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2010.
Psoriasis Vulgaris
Tanda dan Gejala
• Perburukan lesi skuama kronik
• Onset cepat pada banyak area kecil
dengan skuama dan kemerahan
• Baru terinfeksi radang tenggorokan
(streps), virus, imunisasi, obat
antimalaria, trauma
• Nyeri (terutama pada kasus psoriasis
eritrodermis atau pada sendi yang
terkena arthritis psoriasis)
• Pruritus
• Afebril
• Kuku distrofik
• Ruam yang responsif terhadap steroid
• Konjungtivitis atau blepharitis
http://emedicine.medscape.com/article/1943419-overview
Psoriasis Vulgaris: Tanda Khas
Tanda Penjelasan
Bakteriologi
Lesi
BTA
Several “punched-
out” lesions very
characteristic of
borderline leprosy;
central areas are
anesthetic.
http://ppid.kemsos.go.id/?news/read/Berita/237/MENGENAL%20EKS
%25%2020KUSTA
Tipe Kusta Menurut WHO
Flowchart of Diagnosis & Classification
Pengobatan Kusta
No. 162
• Pasien laki-laki usia 37 tahun mengeluh timbul bercak
kemerahan yang terasa menebal. Pasien didiagnosa
MB dan sedang pengobatan MB MDT ke 12. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan bercak kemerahan yang
terasa menebal dan nyeri pada siku kiri, demam (-).
Diagnosis pasien ini adalah
A. reaksi reversal
B. resistensi primer
C. resistensi sekunder
D. ENL
E. Reaksi kusta
Pembahasan Soal
• Pada soal didapatkan pasien sedang dalam pengobatan
MB, kemudian didapat bercak kemerahan dan nyeri,
dipikirkan suatu reaksi kusta, yaitu reaksi reversal
• Tidak dipilih jawaban ENL karena tidak terdapat nodul
• Jawaban E terlalu umum meliputi semua jenis reaksi
kusta
• Resistensi pengobatan (C dan D) dipikirkan bila tidak
ada perbaikan klinis dan masih terdapat BTA setelah
pengobatan, hal ini tidak disebutkan di soal
162. Reaksi Kusta
• Interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit
yang sebenarnya sangat kronik
REAKSI LESI
• Pada tipe MB (BL,LL)
Eritema nodosum • Nodus eritema dan nyeri
leprosum (reaksi • Predileksi : lengan dan tungkai
kusta tipe 2) • Tidak terjadi perubahan tipe
• Hipersensitivitas tipe 3
• Pada tipe borderline (Li,BL,BB,BT,Ti)
Reaksi • Terjadi perubahan tipe
reversal/borderline/ • Lesi menjadi lebih aktif/timbul lesi baru
upgrading (reaksi • Peradangan pada saraf dan kulit
kusta tipe 1) • Pada pengobatan 6 bulan pertama
• Hipersensitivitas tipe 4
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI hal 82-83
Faktor Pencetus Reaksi Kusta
Menald, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Reaksi Kusta: Tipe 1
(Reaksi Reversal)
• Patofisiologi
– Terjadi peningkatan respon kekebalan seluler secara cepat terhadap kuman
kusta dikulit dan syaraf berkaitan dengan terurainya M.leprae yang mati
akibat pengobatan yang diberikan
Reaksi Kusta: Tipe 2
• Umumnya terjadi pada 1-2 tahun setelah pengobatan tetapi dapat juga timbul
pada pasien kusta yang belum mendapat pengobatan Multi Drug Therapy
(MDT)
• Klofazimin
– 200-300 mg/hari • Dengan neuritis akut
– Khasiat lebih lambat dari – Prednison 40 mg/hari lihat
kortikosteroid skema
– Dapat melepaskan
ketergantungan steroid
– Efek samping: kulit berwarna
merah kecoklatan (reversible)
Menald, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Reaksi Reversal: Pengobatan
Minggu Pemberian Prednison Dosis Harian yang Dianjurkan
• Minggu 1-2 40 mg
• Minggu 3-4 30 mg
• Minggu 5-6 20 mg
• Minggu 7-8 15 mg
• Minggu 9-10 10 mg
• Minggu 11-12 5 mg
• Pemberian Lampren
– 300 mg/hari selama 2-3 bulan, bila ada perbaikan turunkan menjadi
– 200 mg/hari selama 2-3 bulan, bila ada perbaikan turunkan menjadi
– 100 mg/hari selama 2-3 bulan, bila ada perbaikan turunkan menjadi
– 50 mg/hari bila pasien masih dalam pengobatan MDT, atau stop bila
penderita sudah dinyatakan RFT
Menald, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
E.N.L
Lucio’s phenomenone
Reversal reaction of leprosy
No. 163
Seorang perempuan, 42 tahun, datang ke puskesmas dengan
keluhan gatal pada bagian tungkai dan kaki belakang sejak 9 bulan.
Keluhan terutama dirasakan setelah lembur. Pasien mengaku sering
menggaruk pada daerah tersebut hingga kemerahan dan bersisik.
Lama kelamaan menjadi warna kehitaman. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan plak erimatosa dengan likenifikasi dan skuama halus
kekuningan. Tatalaksana yang tepat pada kasus diatas adalah…
A. Cetirizin salep
B. Krim betametason
C. Kotrimoxazol salep
D. Antihistamin
E. Kloramfenikol
Pembahasan Soal
• Keluhan gatal yang dipengaruhi kondisi emosi (lembur) dan
status lokalis yaitu plak likenifikasi mengarahkan diagnosis
neurodermatitis.
• Prinsip tatalaksana dengan kortikosteroid topical dan
emollient untuk memutus siklus gatal-garuk (pilihan A)
• Cetirizine dan cotrimoxazole tidak tersedia dalam bentuk
salep (A dan C) sehingga tidak dipilih
• Antibiotik bukan merupakan tatalaksana
LSK/neurodermatitis sehingga kloramfenikol tidak dipilih
• Antihistamin bila ditambahkan dalam pengobatan
bertujuan mendapatkan efek sedative, tidak dijelaskan
jenis antihistamin dalam pilihan D, karena itu tidak dipilih
163. Neurodermatitis
• Liken simpleks kronikus (LSK) atau neurodermatitis
sirkumskripta peradangan kulit kronik yang sangat gatal
berupa penebalan kulit dan likenifikasi berbentuk sirkumkripta,
akibat garukan atau gosokan berulang
• Nama lain: Liken Vidal atau neurodermatitis sirkumskripta
• Penebalan kulit akibat gesekan atau garukan berulang
• Gatal (dengan atau tanpa penyebab patologis kulit) garukan
berulang trauma mekanis likenifikasi
• Predileksi utama yaitu daerah yang mudah dijangkau oleh
tangan seperti kulit kepala, tengkuk, ekstremitas ekstensor,
pergelangan tangan dan area anogenital, meskipun dapat
timbul di area tubuh manapun
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI
PPK PERDOSKI 2017
Gambaran klinis
Tatalaksana
• Menghindari menggaruk lesi
• Antipruritus: antihistamin H1 generasi 1 efek sedatif agar mengurangi
sifat menggaruk
• Kortikosteroid potensi kuat
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI
Tatalaksana
Medikamentosa
• Prinsip: memutuskan siklus gatal-garuk:
1. Topikal
• Emolien kombinasi dengan kortikosteroid topical atau pada lesi di vulva
dapat diberikan terapi tunggal krim emolien.
• Kortikosteroid topikal: dapat diberikan kortikosteroid potensi kuat seperti
salep klobetasol propionat 0,05%, satu sampai dua kali sehari.
• Calcineurin inhibitor topikal seperti salep takrolimus 0,1%, atau krim
pimekrolimus 0,1% dua kali sehari selama 12 minggu.
• Preparat antipruritus nonsteroid yaitu: mentol, pramoxine, dan doxepin.
2. Sistemik
• Antihistamin sedatif
• Antidepresan trisiklik
3. Tindakan
• Kortikosteroid intralesi (triamsinolon asetonid)
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI
PPK PERDOSKI 2017
No. 164
Pasien laki-laki, 30 tahun, mengeluh terasa lepuh pada
kulit bagian bahu, lengan dan punggung serta hampir
seluruh tubuh. Sebelumnya pasien meminum obat
selama 2 minggu. Terdapat riwayat batuk pilek
sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik terdapat macula
eritema dan erosi > 30% pada kulit. Kemungkinan
diagnosis tersebut adalah…
A. Steven Jonson Syndrom
B. Fixed Drug eruption
C. Nekrolisis Epidermal Toksik
D. Dermatatitis Kontak
E. Dermatitis Atopi
Pembahasan Soal
• Pada soal didapatkan keluhan lepuh pada hampir
seluruh tubuh, dengan riwayat minum obat
sebelumnya, didapatkan luas lesi >30% kulit
• Dari data tersebut dipilih diagnosis NET karena
luas lesi>30%
• Tidak dipilih SSJ karena untuk SSJ luas <10%
• Dermatitis kontak dan dermatitis atopi tidak
sesuai dengan deskripsi soal karena riwayat
minum obat
• FDE terjadi hanya pada satu bagian tubuh dan
berulang
164. Nekrolisis epidermal
• Nekrolisis epidermal mencakup Sindrom Stevens-
Johnson (SSJ) dan Nekrolisis Epidermal Toksik (NET).
• Merupakan reaksi mukokutaneus yang mengancam
jiwa.
• Ditandai dengan nekrosis dan pelepasan epidermis
yang ekstensif.
• Kedua kondisi ini digolongkan sebagai varian
keparahan dari proses yang serupa, karena adanya
kesamaan temuan klinis dan histopatologis.
• Perbedaan terdapat pada keparahan yang
ditentukan berdasarkan luas area permukaan kulit
yang terkena
PPK Perdoski 2017
Nekrolisis epidermal
• Penyebab terpenting adalah penggunaan obat.
• Jangka waktu dari pemberian obat sampai timbul
kelainan kulit: segera, beberapa saat atau jam atau
hari atau hingga 8 minggu.
• SSJ dan NET ditandai dengan keterlibatan kulit dan
membran mukosa. Kriteria:
- SSJ (<10% luas
permukaan
tubuh),
- SSJ overlap NET
(10-30%)
- NET (>30%)
D. Full-blown epidermal
necrolysis characterized by large
erosive areas reminiscent of
scalding.
Medications and the Risk of Epidermal Necrolysis
High Risk Lower Risk Doubtful Risk No Evidence of Risk
• Allopurinol • Acetic acid NSAIDs • Paracetamol • Paracetamol
• Sulfamethoxazole (e.g., diclofenac) (acetaminophen) (acetaminophen)
• Sulfadiazine • Aminopenicillins • Pyrazolone • Pyrazolone
• Sulfapyridine • Cephalosporins analgesics analgesics
• Sulfadoxine • Quinolones • Corticosteroids • Corticosteroids
• Sulfasalazine • Cyclins • Other NSAIDs • Other NSAIDs
• Carbamazepine • Macrolide (except aspirin) (except aspirin)
• Lamotrigine • Sertraline • Sertralin
• Phenobarbital
• Phenytoin
• Phenylbutazone
• Nevirapine
• Oxicam NSAIDs
• Thiacetazone
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest et all. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.8th edition.New York: Mc Graw Hill ; 2012
Tatalaksana
• Topikalmencegah kulit terlepas lebih banyak, infeksi mikroorganisme, dan
mempercepat reepitelialisasi:
- Dapat diberikan pelembab berminyak seperti 50% gel petroleum dengan
50% cairan parafin.
• Sistemik:
- Kortikosteroid sistemik: deksametason intravena dengan dosis setara
prednisone
1-4 mg/kgBB/hari untuk SSJ.
3-4 mg/kgBB/hari untuk SSJ-NET
4-6 mg/kgBB/hari untuk NET.
- Analgesik
• Pilihan lain:
- Intravenous immunoglobulin (IVIg) dosis tinggi dapat diberikan segera
setelah pasien didiagnosis NET dengan dosis 1 g/kgBB/hari selama 3 hari
• Kombinasi IVIg dengan kortikosteroid sistemik dapat mempersingkat waktu
penyembuhan, tetapi tidak menurunkan angka mortalitas.
• Antibiotik sistemik sesuai indikasi
PPK Perdoski 2017
Tatalaksana
Skor SCORTEN
Menaldi, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Faktor Predisposisi
Weller C, Hunter H, Mann M. Clinical Dermatology.5th edition. New York : Willey : 2015
Patogenesis
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest et all. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.8th edition.New York: Mc Graw Hill ; 2012
Manifestasi Klinis
Acne Vulgaris derajat ringan Acne Vulgaris derajat sedang Acne Vulgaris derajat berat
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest et all. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.8th edition.New York: Mc Graw Hill ; 2012
Klasifikasi Lehman (2002)
Klasifikasi Lehmann (2002) Ringan Sedang Berat
or or or
Papul/pustul
< 15 15-50 > 50
or
or or
Nodul/kista >5
or
or or
Menaldi, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Klasifikasi
Global
Alliance to
Improve
Outcome in
Acne
• Klasifikasi ini
bertujuan untuk
menentukan
terapi yang paling
efektif untuk
setiap derajat
acne
Practical management of acne forclinicians: An international consensusfrom the Global Alliance to ImproveOutcomes in Acne.
https://www.jaad.org/article/S0190-9622(17)32603-8/pdf
Tatalaksana (PERDOSKI 2017)
Derajat ringan
• Hanya obat topikal tanpa obat oral.
– Lini 1: asam retinoat 0,01-0,1% atau benzoil peroksida atau kombinasi.
• Ibu hamil atau menyusui: benzoil peroksida
– Lini 2: asam azelaik 20%
– Lini 3: asam retinoat + benzoil peroksida atau asam retinoat + antibiotik topikal
• Evaluasi: setiap 6-8 minggu
Derajat sedang
• Obat topikal dan oral.
– Lini 1:
Topikal: asam retinoat + benzoil peroksida atau bila perlu antibiotik.
Ibu hamil/menyusui tetap benzoil peroksida.
Oral: doksisiklin 50-100 mg
Ibu hamil atau menyusui eritromisin 500-1000 mg/hari
– Lini 2/3:
Topikal: asam azelaik, asam salisilat (AS) atau kortikosteroid intralesi (KIL), dapson gel
Oral: antibiotik lainnya
Ibu hamil/menyusui eritromisin 500-1000 mg/hari
• Evaluasi setiap 6-8 minggu
• Tambah kombinasi oral kontrasepsi atau spironolakton (untuk perempuan) atau oral
isotretinoin
Tatalaksana (PERDOSKI 2017)
Derajat berat
• Lini 1:
Topikal: antibiotik7,28 (A,1). Ibu hamil/menyusui tetap benzoil peroksida11
Oral : azitromisin pulse dose (hari pertama 500 mg dilanjutkan hari ke 2-4 250 mg
Ibu hamil: eritromisin 500-1000 mg/hari
• Lini 2:
Topikal: asam azelaik, asam salisilat, kortikosteroid intralesi
Ibu hamil/menyusui tetap benzoil peroksida
Wanita: anti androgen
Laki-laki: isotretinoin oral (Isotret O) 0,5-1 mg/kgBB/hari
Ibu hamil: eritromisin 500-1000 mg/hari
• Lini 3:
Topikal: asam azelaik7,12,13 (A,1), asam salisilat, kortikosteroid intralesi.
Ibu hamil/menyusui tetap benzoil peroksida.
Wanita: isotretinoin oral
Ibu hamil/menyusui: eritromisin 500-1000 mg/hari
Pemberian asam azelaik dan Isotretinoin oral harus mengikuti standar operasional
prosedur (SOP) masing-masing
No. 166
Seorang perempuan usia 41 tahun datang dengan
keluhan kepala yang semakin botak sejak 7 bulan. tidak
disertai gatal maupun kemerahan. keluarga tidak ada
yang mengeluh keluhan serupa. dari pemeriksaan
didapatkan botak diameter 3 cm dengan tepi
excalamation mark hair. Tatalaksana pada pasien ini
adalah…
A. Ketokonazol shampoo
B. Trisiklik antidepresant
C. Finasteride oral
D. Zinc piritione 1% shampoo
E. Triamcinolone acetonid intralesi
Pembahasan Soal
• Pada soal didapatkan tanda khas alopecia
areata yaitu exclamation mark hair, terapi
pilihan adalah triamcinolone intralesi (E)
• Ketokonazol adalah obat untuk tinea kapitis
• Antidepresant digunakan untuk trikotilomania
• Finasteride dan Zinc piritone dipakai untuk
pengobatan alopecia androgenik, tidak cocok
dengan pola kebotakan pada pasien
166. Alopesia Areata
• Adalah kebotakan tanpa tanda skar
berbentuk bulat-oval, diskret atau konfluens.
Hair pull test (+)
• Sering pada anak-anak dan dewasa muda
• 20-40% orang dengan alopesia areata
memiliki riwayat keluarga dengan alopesia
areata
• Dikaitkan dengan penyakit autoimun,
seperti vitiligo, diabetes, penyakit tiroid,
RA, lupus eritematosa.
• Tatalaksana:
• Induksi pertumbuhan rambut
• Hair loss <50%: steroid intralesi (1st line
tx)
• Hair loss >50%: imunoterapi topikal
(dyphenyl-cycloprophenone atau
squaric acid)
Tipe Alopecia
• Alopesia areata
- Kebotakan berbentuk bulat atau lonjong
Seperti tanda seru
- Pada tepi daerah yang botak ada rambut yang
putus
- Jika rambut dicabut tampak bulbus atrofi
- Adanya exclamation mark: batang rambut yang
semakin ke pangkal semakin halus
- Rambut tampak normal namun mudah dicabut
Causes exclamation
mark appearance
Miliaria: Terapi
• Prinsip utama terapi: menjaga kelembapan tubuh, segera
mengganti baju jika berkeringat
• Terapi
– Topikal: Bedak salisil 2%, kalamin, asam boraks, mentol, mandi
dengan sabun, steroid topikal, antibiotik topikal, lanolin
anhidrosa (miliaria profunda)
• Pencegahan
– Kontrol kelembaban dan panas, menggunakan pakaian yang
menyerap keringat, batasi aktivitas, gunakan air conditioning
Jenis Terapi
Miliaria kristalina Tidak perlu terapi karena self limited
Miliaria rubra Losio Faberi
Miliaria profunda Lanolin
Losio Calamine
Miliaria pustulosa Clorhexidine topical
Macam Pengobatan Topikal
Untuk Berbagai Penyakit Kulit
Bahan aktif yang sering dipakai pada • Bedak Salicyl (Salicyl Talk)
pengobatan topikal berbagai – Komposisi:
penyakit kulit: • Asam Salisilat 2 %
• Talk 98%
• Asam salisilat
• Losio Faberi:
– 0,1% antiseptik – Komposisi:
– 1-2% keratoplastik • Acid.Salicylic 1%
• Talc.venet 10%
– 3-20% keratolitik • Oxyd.zinc 10 %
– 40% utk kelainan yang dalam • Amyl.oryzae 10 %
(veruka plantaris, kalus) • Spiritus ad. 200 cc
• Terapi Terapi
– Topikal • Sistemik: Kortikosteroid
• Prednison 5-10 mg/ dosis,
• Akut & eksudatif: kompres
NaCl 0.9% 2-3x/hari
• Deksametason 0.5-1 mg, 2-
• Kronik & kering: krim
hidrokortison 3x/hari
DKI vs DKA: Patch Test
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 61-62
No. 170
An. Lili, 5 tahun, diantar ibunya dengan keluhan luka di kaki
yang tidak kunjung sembuh. Awalnya luka kecil, yang
kemudian berubah menjadi bintil yang membesar dan pecah.
Lili dan ibunya tinggal di lingkungan yang kumuh. Pada PF,
didapatkan BB 12 kg, dan status lokalis tampak ulkus soliter
tampak dasar kotor, dan sekret produktif. Diagnosis pasien ini
adalah…
A. Ulkus Tropikum
B. Ulkus varikosum
C. Ektima
D. Ulkus arteriosum
E. TB Kutis
Pembahasan Soal
• Ulkus pada ekstremitas dengan riwayat hygiene
buruk, gizi buruk dan pada pemeriksaan fisik
didapatkan ulkus kotor mengarahkan diagnosis
ulkus tropikum
• Ulkus varicosum predileksi pada medial cruris dan
pada gangguan aliran balik vena
• Ektima kelainan berupa krusta tebal
• Ulkus arteriosum pada gangguan aliran arteri
• Tb kutis ada berbagai bentuk, yang berupa ulkus
adalah scrofuloderma, namun predileksinya
diatas kelenjar getah bening
170. Ulkus Tropikum/
Tropical Phagedenic Ulcer
• Predileksi terutama di tungkai bawah
• Ulkus yang cepat berkembang dan nyeri, lebih sering ditemukan pada anak-anak
kurang gizi di daerah tropik
• Etiologi
– Trauma, higiene dan gizi, serta infeksi oleh kuman Bacillus fusiformis yang biasanya bersama-sama dengan
Borrelia vincentii
• Efloresensi:
– Ulkus soliter, numular, kadang disertai lesi satelit akibat autoinokulasi, nyeri, tanpa gejala konstitusi
– Pinggir ulkus meninggi, dinding menggaung, dasar kotor, cekung berbenjol-benjol, tepi teratur, sekret produktif
(kuning coklta kehijauan), berbau
• Klinis
– Dimulai dengan luka kecil papula meluas menjadi vesikel pecah ulkus kecil terinfeksi kuman
meluas ke samping dan dalam
• Tatalaksana
– Perbaikan gizi dan higiene
– Pengobatan Topikal: kompres dengan larutan antiseptik ringan seperti KMnO4 (kalium permanganas) 1:5.000/
solusio asam salisilat 1:1000 (0,1%); dilanjutkan dengan pemberian salep salisilat 2% (untuk membantu
keratoplasti)
– Pengobatan sistemik:
• Penisilin 600.000-1,2 juta IU/hari, IM selama 7-10 hari
• Tetrasiklin 3 x 500 mg/hari, PO, selama 7 hari
OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
No. 171
Laki-laki, 35 tahun, datang ke IGD dengan keluhan demam
sejak 4 hari yang lalu. Demam disertai mual, muntah,
penurunan nafsu makan, nyeri kepala dan nyeri sendi. Riwayat
pergi ke hutan lindung 3 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan konjungtiva anemis dan hepatosplenomegali.
Pada hapusan darah didapatkan gambaran darah sel-sel besar.
Diagnosis yang tepat adalah…
A. Malaria
B. Demam dengue
C. Demam typhoid
D. Leptospirosis
E. Chikungunya
Pembahasan Soal
• Keluhan demam dengan riwayat pergi ke
hutan, didapatkan hepatosplenomegaly dan
anemia, pada pemeriksaan apus darah tepi
didapatkan sel darah besar-besar,
menunjukkan diagnosis malaria
• Demam dengue, typhoid, leptospirosis dan
chikungunya tidak menunjukkan perubahan
sel darah
171. Malaria
No. 172
Seorang perempuan, 25 tahun, datang dengan keluhan
bengkak pada tungkai kanan sejak 4 bulan yang lalu. Bengkak
semakin membesar. Dari anamnesis tetangga sekitar rumah
ada yang mengalami keluhan serupa. PF pada ekstremitas
inferior dekstra didapatkan adanya limfadenopati inguinalis
dan non pitting edema disertai penebalan kulit. Pada hitung
jenis leukosit didapatkan eosinofilia. Apakah terapi yang tepat
pada pasien ?
A. Monoetilkarbamazepin 6mg/kgbb/hari selama 6 hari
B. Monoetil karbamazepin 6mg/kgbb/hari selama 12 hari
C. Dietilkarbamazepin 6mg/kgbb/hari selama 6 hari
D. Dietilkarbamazepin 6mg/kgbb/hari selama 12 hari
E. Ivermektin 6mg/kgbb/hari selama 6 hari
Pembahasan Soal
• Riwayat pembesaran pada tungkai dan ada
tetangga yang punya keluhan serupa,
pemeriksaan fisik didapat limfadenopati dan
non pitting edema mengarahkan diagnosis
pada limfedema akibat filariasis
• Pengobatan dengan DEC, yang sesuai
dosisnya adalah pilihan (D)
172. Filariasis
• Penyakit yang disebabkan cacing Filariidae, dibagi menjadi 3 berdasarkan
habitat cacing dewasa di hospes:
– Kutaneus: Loa loa, Onchocerca volvulus, Mansonella streptocerca
– Limfatik: Wuchereria bancroftii, Brugia malayi, Brugia timori
– Kavitas tubuh: Mansonella perstans, Mansonella ozzardi
Subdit Fiariasis dan Kecacingan, Direktorat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
• Panjang: lebar kepala
sama
WUCHERERIA
• Inti teratur
BANCROFTII
• Tidak terdapat inti di
ekor
• Perbandingan
BRUGIA panjang:lebar kepala
M A L AY I 2:1
• Inti tidak teratur
• Inti di ekor 2-5 buah
• Perbandingan
panjang:lebar kepala
BRUGIA
3:1
TIMORI
• Inti tidak teratur
• Inti di ekor 5-8 buah
Filaria Limfatik (B. Malayi)
Filariasis: Pemeriksaan dan Terapi
• Pemeriksaan penunjang:
– Deteksi mikrofilaria di darah
– Deteksi mikrofilaria di kiluria dan cairan hidrokel
– Antibodi filaria, eosinofilia
– Biopsi KGB
• Pengobatan:
– Tirah baring, elevasi tungkai, kompres
– Antihelmintik (ivermectin, DEC, albendazole)
– DEC: 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari (DOC)
– Ivermectin hanya membunuh mikrofilaria: 150 ug/kgBB SD/6 bln, atau /tahun bila dikombinasi
dengan DEC SD
– Suportif
– Bedah (untuk kasus hidrokel/elefantiasis skrotal)
– Diet rendah lemak dalam kasus kiluria
• Pengobatan massal :
- Di Indonesia: DEC (6 mg/kgBB) + Albendazole 400 mg 1x/tahun selama min. 5 tahun
berturut-turut
- Albendazole bertujuan untuk meningkatkan efek dari DEC
- Dipersiapkan juga obat-obatan untuk efek samping seperti parasetamol, antasida, CTM,
atau kortikosteroid
Parasitologi Kedokteran, FKUI
Pedoman tatalaksana filaria kemenkes
Stadium limfedema
Tatalaksana limfedema
No. 173
• Laki-laki, 54 tahun, datang dengan keluhan BAB berair
sejak 5 hari yang lalu. Awalnya BAB berair lalu
menjadi keras dan menetap berair. BAB berisi
makanan yang belum dicerna. Warna BAB kuning
kehijauan. Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan
telur berbentuk lonjong dengan operculum. Penyebab
keadaan pasien adalah…
A. Ascaris lumbricoides
B. Fascilopsis buski
C. Blastocystis hominis
D. Tricuris trichura
E. Gardeni malia
Pembahasan Soal
• Pada soal didapatkan keluhan BAB disertai
ditmukan telur pada feses, mengarhkan pada
infestasi parasite
• Ciri-ciri telur yang mempunyai operculum khas
untuk fasciolopsis buski
• Ascaris mempunyai bentuk telur bulat
• Blastocystis mempunyai kista, bukan telur
• Trichuris telur berbentuk tempayan
• Gardeni malia bukan nama parasit
173. Fasciolopsis Buski
(Intestinal Fluke)
• Also called asia giant intestinal • Symptoms
fluke – Many people do not have
• Prevalent in southeast asia symptoms
and lives in humans and pigs’ – Symptoms are due to
inflammation, ulceration, and
intestines microabscesses
• Related to growing water – abdominal pain and diarrhea
plants and feeding pigs on can occur 1 or 2 months after
water plants infection.
• Treatment: – heavy infections:
• intestinal obstruction,
– Praziquantel as a single dose 25
mg/kg (10-20 mg/kg may be • abdominal pain,
sufficient) • nausea, vomiting,
• Fever
– Albendazole (400 mg orally on • Allergic reactions and swelling of
empty stomach twice daily for the face and legs can also occur -
three days) may also be used - and anemia may be present
https://www.uptodate.com/contents/intestinal-
https://emedicine.medscape.com/article/219662-treatment flukes?source=search_result&search=fasciolopsis%20buski&selecte
dTitle=1~5#H3
https://www.cdc.gov/parasites/
fasciolopsis/biology.html
Life Cycle
https://emedicine.medscape.com/article/219662-treatment
Nama cacing Gejala Klinis Morfologi Bentuk
PERDOSKI 2017
0.5%
5%
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5122270/
No. 175
Pasien datang dengan keluhan buang air besar berlendir dan berdarah.
Keluhan dirasakan sejak 1 minggu terakhir. Selain itu pasien juga
mengeluhkan perutnya terasa mulas. Setelah dilakukan pemeriksaan
feses, didapatkan gambaran kista yang besamya 10 -20 mikron,
berbentuk bulat lonjong, mempunyai dinding kista dan ada inti
sebuah. Selain itu didapatkan endoplasma yang mengandung banyak
vakuola yang banyak mengandung eritrosit. Apakah parasite penyebab
keluhan pasien?
A. Entamoeba histolyta
B. Shigella sp
C. Entamoeba coli
D. Balantidium coli
E. Ascaris lumbricoides
Pembahasan Soal
• Pada soal didapatkan keluhan disentri dan
didapatkan kista serta endoplasma yang terdapat
eritrosit di dalamnya
• Parasit yang sesuai adalah E. hystolytica
• Shigella adalah bakteri yang tidak memiliki
bentuk kista
• Entamoeba coli tidak mencerna jaringan tubuh
sehingga tidak memiliki eritrosit dalam vakuol
• Balantidium coli khas memiliki dua inti makro dan
mikro
175. Amoebiasis: Diagnosis
• Laboratorium
– Leukositosis tanpa eosinofilia (80%)
– Peningkatan alkaline phosphatase (80%)
– Peningkatan kadar transaminase dan bilirubin
– Penurunan albumin dan anemia
• Mikroskopik terlampir
• USG
– Abses hati amoeba: lesi bulat hipoekoik homogen soliter di aspek
posterior lobus kanan hati (70-80%)
http://emedicine.medscape.com/article/212029-workup#c7
Morfologi Entamoeba histolytica memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya
memiliki ciri-ciri morfologi :
– Ukuran 10 – 60 μm
– Sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit, yang merupakan penanda
penting untuk diagnosisnya
– Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan karyosom padat yang
terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti
– Bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar, disebut
pseudopodia.
Amoebiasis: Stadium Trofozoit
Sel darah
merah
Amoebiasis: Stadium Kista
Quadrinucleated cyst
Amoebiasis vs Infeksi Pencernaan Lain
P E N YA K I T ETIOLOGI GEJALA KLINIS T E L U R / K I S TA
Psedoupodium
Entamoeba
AMOEBIASIS Diare berdarah, nyeri perut, tenesmus dengan sel darah
histolytica
didalamnya
Anemia (hidup di sekum- colon Tempayan dengan
Tricuris
TRICURIASIS asendens) gejala diare-disentri atau penonjolan pada
trichuria
tanpa gejala kedua kutubnya
Berdinding tebal,
Balantidium
BALANTIDIASIS Sindroma disentri bervakuola,
coli
makronukleus
Telur dibungkus
T. Solium/ T. Nyeri ulu hati, mual, muntah,
TAENIASIS embriofor yang
Saginata mencret, obstipasi dan pusing
bergaris radial
Aktif: berflagel, In
Giardia aktif: oval, dinding
GIARDIASIS Diarrhea, Malodorous, greasy stools
intestinalis tipis dan kuat, berinti
2-4
No. 176
Ibu, 50 tahun, datang ke dokter umum dengan keluhan
nyeri dada sekitar bahu kanan sampai ke belakang,
terdapat bintil-bintil. Sebelumnya demam, penurunan
nafsu makan. Pemeriksaan dokter ditemukan vesikel di
thoraks dextra ke posterior. Diobati dengan obat herbal
namun tidak membaik. Diagnosis pasien tersebut
adalah…
A. DKI
B. DKA
C. Herpes simplex
D. Herpes zoster
E. Erisipelas
Pembahasan Soal
• Keluhan nyeri dada sekitar bahu kanan dengan
efloresensi bintil2 sesuai dermatom, sehingga
mengarahkan diagnosis herpes zoster
• Tidak ada riwayat kontak dengan bahan iritan
maupun benda yang baru, sehingga tidak
dipikirkan DKI atau DKA
• Herpes simplex predileksi sekitar wajah (HSV1`)
dan genital (HSV2)
• Erisipelas predileksi di ekstremitas, dan tidak
berupa vesikel
176. Herpes zoster
Herpes Zoster Lesi Kulit pada Herpes Zoster
• Penemuan utama dari PF: kemerahan
yang terdistribusi unilateral sesuai
dermatom
• Rash dapat berupa eritematosa,
makulopapular, vesikular, pustular,
atau krusta tergantung tahapan
penyakit
• Terapi nyeri: Gabapentine oral/NSAID
topikal/Lidocaine topikal
• Anti-Viral (diberikan < 72 jam setelah
onset, atau pada
manula/imunokompromais)
– Acyclovir (5x800mg selama 7-10 hari)
– Valacyclovir 3x1 g/hari selama 5-10 hari
– Famcyclovir 3x500 mg/hari selama 7 hari
• Komplikasi
– Neuralgia pasca herpes, herpes zoster
oftalmika, sindrom Ramsay-Hunt Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
http://www.merckmanuals.com/professional/infectious-diseases/herpesviruses/herpes-zoster
Herpes zoster
• Gejala
– Gejala prodromal sistemik (demam, pusing,
malaise) & lokal (mialgia, gatal, pegal)
– Timbul eritema yang kemudian menjadi vesikel
berkelompok dengan dasar eritematosa & edema
pustul & krusta
– Pembesaran KGB regional
– Herpes zoter oftalmikus: infeksi n. V-1
– Sindrom Ramsay-Hunt: gangguan n. fasialis &
otikus
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Herpes zoster
• Gejala
– Gejala prodromal sistemik (demam, pusing,
malaise) & lokal (mialgia, gatal, pegal)
– Timbul eritema yang kemudian menjadi vesikel
berkelompok dengan dasar eritematosa & edema
pustul & krusta
– Pembesaran KGB regional
– Herpes zoter oftalmikus: infeksi n. V-1
– Sindrom Ramsay-Hunt: gangguan n. fasialis &
otikus
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
177.
• Seorang perempuan berusia 12 tahun datang ke
puskesmas dengan keluhan ibu jari kirinya terasa nyeri
yang dirasakan sudah 3 hari ini. Sebelumnya pasien
menarik kulit kuku pada jari yang sakit tersebut.
Pemeriksaan fisik didapatkan ibu jari eritema, edema,
dan bagian bawah kuku terlihat kekuningan.
Pemeriksaan KOH (-) . Apa diagnosisnya?
A. Tinea unguium
B. Pionikia
C. Abses
D. Tinea pedis
E. Candidiasis
Pionikia
• Pada soal dijelaskan bahwa terdapat tanda-
tanda infeksi pada kuku pasien
• Namun pemeriksaan KOH yang spesifik untuk
jamur negatif.
• Dengan demikian dipilih pionikia.
• Pada soal tidak disebutkan kumpulan nanah,
jika terdapat nanah pasien dapat didiagnosis
sebagai abses
https://www.slideshare.net/DonnaPotter/pioderma-non-kokus
No. 178
Seorang anak umur 8 tahun datang dengan keluhan
kemerahan pada punggung dan perut yang dialami sejak 1
bulan yang lalu. Dokter ingin melakukan diaskopi. Bagaimana
cara melakukannya?
A. Menekan dengan benda transpran pada lesi kemerahan
B. Menggores dengan benda transpran pada lesi kemerahan
C. Mengerok dengan benda transpran pada lesi kemerahan
D.Mencungkil dengan benda transpran pada lesi kemerahan
E. Menggeser dengan benda transpran pada lesi kemerahan
Pembahasan Soal
• Pemeriksaan diaskopi dengan menekan benda
transparan pada lesi kemerahan (A)
178. Diaskopi
• Diaskopi dilakukan dengan menekan objek
datar, keras dan transparan (seperti dua slide
mikroskop) pada permukaan kulit
• Dilakukan untuk membedakan apakah lesi
disebabkan kelainan vaskular (inflamasi-
vasodilatasi, kongenital) atau non vaskular
(nevus) dan lesi hemorhagik (peteki-purpura)
• Lesi hemorhagik dan lesi non vaskular tidak
berubah warna saat ditekan
No. 179
Seorang pasien datang dengan keluhan adanya koreng di
lipat paha. Koreng awalnya berupa benjolan yang lama-
lama melunak dan pecah menjadi koreng. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan papul dan ulkus di
sepanjang lipatan paha. Tidak didapatkan adanya nyeri.
Ulkus memiliki tepi yang menggaung dengan dasar
mukopurulen. Diagnosis pasien tersebut adalah…
A. Tuberkulosis kutis
B. Scrofuloderma
C. Eritema induratum
D. Eritema nodusum
E. Subcutaneus Lupus Erythematosus
Pembahasan Soal
• Keluhan awal berupa benjolan di lipat paha yang
mnelunak kemudian pecah, sesuai dengan
pathogenesis scrofuloderma yaitu infeksi tuberculosis
pada kelenjar getah bening ynag kemudian menjalar ke
kulit, didukung oleh penampakan lesi berupa ulkus
menggaung, purulen dan tidak nyeri
• Tuberkulosis kutis tidak dipilih karena mencakup
manifestasi selain scrofuloderma, misalnya TB chancre
dan eritema induratum
• subcutaneous lupus erythematosus bukan terminologi
yang tepat (seharusnya subacute cutaneous lupus)
179. Tuberkulosis kutis
• Penyebaran infeksi tuberkulosis ke kulit
• Etiologi utama Mycobacterium tuberculosis (91,5%)
• TB kutis diklasifikasikan berdasarkan 2 kriteria:
- Rute infeksi: eksogen, endogen, limfogen, dan heamtogen
- Banyaknya BTA: multibasiler dan pausibasiler
Sumber: Andriani PI. Pendekatan klinis infeksi tuberculosis pada kulit. CDK, 2014; 41(8): 584-8
Skrofuloderma
• Penjalaran perkontinuitatum dari organ dibawah kulit yang diserang
penyakit TB (KGB, sendi, tulang)
• Lokasi
– Leher: dari tonsil atau paru
– Ketiak: dari apeks pleura
– Lipat paha: dari ekstrimitas bawa KGB inguinal lateral
• Perjalanan Penyakit
– Awal: Limfadenitis TB (KGB membesar tanpa tanda radang akut)
– Periadenitis: Perlekatan kelenjar dengan jaringan sekitar
– Perlunakan tidak serentak cold abses pecah
– Fistel memanjang, tidak teartur, sekitarnya livide, menggaung tertutup pus
seropurulen sikatrik skin bridge
• Diagnosis Banding
– Limfosarkoma, limfoma malignum, hidradenitis supurativa, LGV
Periadenitis
Limfadenitis TB
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Cold Abses
Fistel Sikatrik → skin bridge
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Skrofuloderma
Histopatologi
Skrofuloderma
Perjalanan Penyakit
Jenis TB kutis Gambaran Klinis
Sumber: Andriani PI. Pendekatan klinis infeksi tuberculosis pada kulit. CDK, 2014; 41(8): 584-8
Jenis TB kutis Gambaran Klinis
Tuberkulosis - Lesi: makula eritema dan papul eritema multipel, ukuran kecil <5 mm
miliaris akut - Penyebaran hematogen, dapat mencapai meninges
- Pemeriksaan diaskopi: apple jelly colour
- Sering pada AIDS
TB Gumosa - Lesi: infiltrat subkutan, lunak, berbatas tegas, kronis, dan bersifat destruktif.
- Predileksi: ekstremitas dan badan karena penyebaran hematogen
Sumber: Andriani PI. Pendekatan klinis infeksi tuberculosis pada kulit. CDK, 2014; 41(8): 584-8
Tuberculous Chancre
https://malariajournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/1475-2875-11-336
Blackwater fever (BWF)
• Definition:
– Severe, acute intravascular hemolysis with hemoglobinuria and
a dramatic fall in hemoglobin value, but scant or absent
parasitemia, that occurred in a patient (a European expatriate)
who had lived in an area of malarial endemicity for several
years, during which amino-alcohol drugs (quinine, halofantrine,
mefloquine) were taken in an irregular fashion for prophylaxis
and treatment. (WHO,1990)
– A severe clinical syndrome, characterized by intravascular
hemolysis, hemoglobinuria, and acute renal failure that is
classically seen in long-term residents in Plasmodium falciparum
endemic areas and irregularly taking quinine
– This syndrome became less frequent when chloroquine was the
drug of choice for malaria from 1950 until the 1990s
http://cid.oxfordjournals.org/content/32/8/1133.full
Clinical Feature
• Characterized by severe intravascular hemolysis and
anemia producing dark urine in patients with severe
malaria
– Massive hemolysis parasitised and non parasitised
RBCsdifficult to find parasitised (scant or absent
parasitemia)
• Fever, chills
• Abdominal pain
• jaundice
• Hepatosplenomegaly
• Vomiting
• Renal failure
http://wwwnc.cdc.gov/eid/article/11/7/pdfs/04-1237.pdf
OPTIMA MEDAN
OPTIMA MEDAN
ILMU
PSIKIATRI
181
Seorang wanita usia 26 tahun dibawa ke IGD karena
menjadi banyak bicara, tetapi tidak nyambung dan topik
pembicaraan melompat-lompat. Pasien juga menjadi
cepat marah pada keluarganya. Pasien berkelakuan
seperti ini semenjak ditinggal suaminya meninggal. Pasien
tinggal bersama orang tuanya. Manakah yang paling
menonjol dalam kasus diatas ?
A. Ilusi
B. Waham
C. Delusi
D. Persepsi
E. Flight of ideas
Analisis Soal
• Adanya keluhan banyak bicara, tidak nyambung,
bicara melompat-lompat menunjukkan gejala
yang dominan pada pasien ini adalah flight of
ideas.
• Ilusi persepsi panca indera disebabkan adanya
rangsang panca indera yang ditafsirkan salah.
Misal: suara daun gemerisik terdengar seperti
suara orang yang mendekati
• Waham / delusi keyakinan salah yang tidak
dapat dikoreksi
GANGGUAN PROSES PIKIR
Gangguan
bentuk pikir
Gangguan Gangguan
proses pikir isi pikir
Gangguan
arus pikir
Gangguan Arus Pikir
Jenis Karakteristik
Neologisme Pembentukan kata-kata baru yang memiliki arti khusus bagi
penderita, sering terdapat pada pasien skizofrenia. Neologisme
dapat pula akibat halusinasi akustik sehingga sering merupakan
kata yang diulang
Sirkumstansial Gangguan asosiasi karena terlalu banyak ide yang disampaikan.
Pada umumnya pasien dapat mencapai tujuannya, tetapi harus
secara bertahap.
Tangensial Pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok pembicaraan
dan tidak kembali ke pokok pembicaraan tersebut, sehingga tujuan
tidak pernah tercapai
Asosiasi longgar Pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan,
namun masih dapat dimengerti.
Flight of ideas Melompat-lompat dari satu topik ke topik lain tanpa terputus,
dimana masih terdapat benang merah.
Inkoherensi/ asosiasi longgar yang berat, kata yang satu tidak berhubungan
word salad dengan kata yang lain.
182
Perempuan, 25 tahun, datang dengan keluhan sering
mengantuk sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengeluh selama 1
bulan ini selalu tidur sering lebih dari 12 jam. Pasien juga
mengaku nafsu makannya meningkat dan makannya selalu
banyak sehingga BBnya naik 3 kg dalam 1 bulan. Pasien
merasa mudah tersinggung, dan akhir-akhir ini mengaku
mudah lelah. Apa diagnosis pada pasien ini?
A. Atypical depression
B. Hipersomnia
C. Eating disorder
D. Somatic disorder
E. Major depression
Analisis Soal
• Diagnosis atypical depression ditegakkan atas dasar adanya mood yang reaktif
(mudah tersinggung) disertai dua atau lebih kriteria berikut selama minimal 2
minggu:
– Peningkatan nafsu makan atau berat badan yang signifikan
– Peningkatan waktu tidur
– Rasa berat di lengan atau sensitivitas di tungkai yang menyebabkan gangguan fungsi sosial
atau pekerjaan
– Gangguan interaksi pada kehidupan sosial dan pekerjaan
• Pada depresi mayor, terdapat gejala mayor depresi dan gejala lainnya. Gangguan
tidur yang dialami pada depresi mayor biasanya berupa tidur terganggu,
sementara pada atypical depression terjadi peningkatan waktu tidur.
• Masalah tidur pada pasien di soal tidak memenuhi kriteria hipersomnia, yaitu
terjadi sebanyak tiga kali seminggu selama 3 bulan.
• Eating disorder gejala dominan adalah masalah makan, terdiri dari tiga yaitu
anorexia, bulimia, dan binge eating disorder
• Somatic disorder kelainan mental yang gejalanya berupa nyeri secara fisik yang
tidak dapat dibuktikan dari pemeriksaan penunjang
Atypical Depression
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC181236/#!po=6.81818
183
Pasien wanita usia 32 tahun datang dengan keluhan tidak
dapat orgasme selama setelah 2 tahun menikah dengan
suaminya padahal pasien memiliki dorongan seksual yang
cukup tinggi. Hal ini terutama terjadi saat pasien
memikirkan tentang pekerjaannya. Pekerjaan pasien
karyawan swasta akuntan. Diagnosis yang paling mungkin
adalah…
A. Gangguan Orgasme primer
B. Gangguan Orgasme sekunder
C. Gangguan Vaginismus
D. Gangguan dorongan seksual
E. Gangguan Cemas
Analisis Soal
• Adanya dorongan seksual yang tinggi namun tidak dapat
orgasme setelah 2 tahun menikah mengarahkan pada
gangguan orgasme. Gangguan orgasme primer bila
wanita tidak pernah merasakan orgasme sama sekali dalam
kondisi apapun. Pasien pada soal tidak dapat mengalami
orgasme terutama bila memikirkan pekerjaannya sehingga
yang lebih tepat adalah gangguan orgasme sekunder.
• Gangguan vaginismus gangguan seksual akibat nyeri
• Gangguan dorongan seksual kurangnya keinginan untuk
aktivitas seksual atau mempertahankan aktivitas seksual
• Gangguan cemas gejala yang dominan adalah
kecemasan (takut akan nasib buruk, dsb), disertai
ketegangan otot dan overaktivitas otonomik
Sexual Dysfunction
• Sexual desire disorders
– Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD);
• Persistently or recurrently deficient (or absent) sexual
fantasies and desire for sexual activity
– Sexual Aversion Disorder (SAD)
• Persistent or recurrent extreme aversion to, and avoidance of,
all (or almost all) genital sexual contact with a sexual partner.
• Sexual arousal disorders
– Female Sexual Arousal Disorder (FSAD)
• Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until
completion of the sexual activity, an adequate lubrication-
swelling response of sexual excitement.
– Male Erectile Disorder
• Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until
completion of the sexual activity, an adequate erection.
Sexual Dysfunction
• Orgasmic disorders
– Female Orgasmic Disorder (Inhibited Female Orgasm)
– Male Orgasmic Disorder (Inhibited Male Orgasm): sometimes called
inhibited orgasm or retarded ejaculation, a man achieves ejaculation
during coitus with great difficulty
– Premature Ejaculation
• Sexual pain disorders
– Dyspareunia: recurrent or persistent genital pain associated with sexual
intercourse.
– Vaginismus: involuntary muscle constriction of the outer third of the
vagina that interferes with penile insertion and intercourse.
• Sexual dysfunction due to general medical condition
• Substance-Induced Sexual Dysfunction
– With impaired desire/With impaired arousal/With impaired orgasm/With
sexual pain/With onset during intoxication
184
Laki-laki usia 40 tahun, datang ke puskesmas dengan
keluhan sulit tidur dan sulit berkonsentrasi. Keluhan
disertai kewaspadaan yang berlebihan dan takut saat
ingat kecelakaan berat yangg dialaminya 6 bulan yang
lalu. Pasien tidak dapat bekerja dengan tenang dan selalu
was was padahal sudah di pindahkan ke bagian tata
usaha. Diagnosis pasien ini adalah…
A. Gangguan somatisasi
B. Fobia sosial
C. Gangguan stress pasca trauma
D. Gangguan anxietas menyeluruh
E. Gangguan penyesuaian dengan afek cemas
Analisis Soal
• Pasien di atas mengalami gangguan stress
pasca trauma karena adanya keluhan sulit
tidur, sulit konsentrasi, waspada berlebihan
dan takut saat ingat kecelakaan berat yang
dialaminya 6 bulan lalu (flashback).
• Gangguan penyesuaian tidak dipilih karena
stressor biasanya bersifat ringan sedang dan
gejala maksimal 6 bulan setelah stressor.
Reaksi Stres Akut vs PTSD vs Gangguan Penyesuaian
http://www.heart.org/HEARTORG/HealthyLiving/QuitSmoking/QuittingSmoking/Medicines-That-Can-Help-You-Quit-
Smoking_UCM_307921_Article.jsp#.Wf1HbrBx3IU
Buproprion (Zyban®, Wellbutrin®,
Wellbutrin SR® and Wellbutrin XL®)
• The first non-nicotine based drug for smoking
cessation was licensed in the United States of
America (US) in 1997 and in the United
Kingdom (UK) in 2000 for smoking cessation in
people aged 18 years and over.
• Bupropion is a potent inhibitor of cytochrome
p450 and reduces the clearance of drugs
metabolised by this enzyme.
• Buproprion anti depressan drug
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2528204/
186
Seorang laki-laki 19 tahun di antar orang tua ke
puskesmas karna sikap congkak, tidak empati,
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginan,
ambisius, haus pujian, memperlakukan teman seperti
budak, merasa berteman dengannya eksklusif. Diagnosis
yang mungkin ialah...
A. Gangguan kepribadian skizoid
B. Gangguan kepribadian Anankastik
C. Gangguan kepribadian Dissosiatif
D. Gangguan kepribadian Narsistik
E. Gangguan kepribadian Histrionik
Analisis Soal
• Adanya sikap congkak, tidak empati,
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
keinginan, haus pujian mengarahkan pada kondisi
gangguan kepribadian narsistik.
• Gangguan kepribadian skizoid gejalanya: suka
menyendiri, introvert
• Gangguan kepribadian anankastik gejala:
perfeksionis dan sangat taat aturan
• Gangguan kepribadian histrionik gejala:
berlebihan menanggapi banyak hal
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Ciri Khas Masing-masing Gangguan Kepribadian
Psikogenik Trikotilom
ania
Nightmare
Night terror
F51.4 Teror tidur (night terrors)
• Night terror adalah suatu kondisi terbangun dari sepertiga awal tidur malam,
biasanya diikuti dengan teriakan dan tampakan gejala cemas yang berlebihan,
berlangsung selama 1 – 10 menit.
• Gejala
Dalam episode yang khas, penderita akan terduduk di tempat tidur dengan
kecemasan yang sangat dan tampakan agitasi serta gerakan motorik perseverativ
(seperti menarik selimut), ekspresi ketakutan, pupil dilatasi, keringat yang
berlebihan, merinding, nafas dan detak jantung yang cepat.
• Kriteria DSM-IV untuk Night Terror :
– Episode berulang dari bangun secara tiba-tiba dari tidur, biasanya berlangsung pada
sepertiga awal tidur dan dimulai dengan teriakan yang panik.
– Ketakutan yang sangat dan tanda-tanda sistem autonomik yang meningkat seperti
takikardi, bernafas dengan cepat, dan keringat dalam setiap episode.
– Tidak responsif secara relatif terhadap dukungan orang sekitar untuk menenangkan
disaat episode.
– Tidak dijumpainya mimpi yang dapat diingat dan timbulnya amnesia terhadap episode.
– Episode-episode serangan dapat menyebabkan distress tang tampak secara klinis dan
ketidak seimbangan dalam lingkungan, pekerjaan dan dalam aspek lain.
– Gangguan tidak disebabkan oleh efek psikologis suatu zat secara langsung (seperti
penyalahgunaan zat atau untuk medikasi) ataupun dalam suatu kondisi medis umum.
F51.5 Mimpi buruk (nightmare)
• Gangguan ini terdiri dari terjaga dari tidur yang
berulang dengan ingatan terperinci yang hidup akan
mimpi menakutkan.
• Gambaran klinis berikut adalah esensial untuk
diagnosis secara pasti terhadap mimpi buruk, yaitu:
– Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan
dengan mimpi yang menakutkan yang dapat diingat kembali
secara terperinci dan jelas (vivid),
– Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu
segera sadar dan mampu mengenali lingkungannya.
– Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu,
menyebabkan penderitaan yang cukup berat bagi individu.
• Psikoterapi dan pengobatan perilaku merupakan
metode pengobatan paling efektif.
OPTIMA MEDAN
OPTIMA JAKARTA
191
Seorang laki-laki usia 30 tahun datang diantar keluarganya
dengan keluhan sering mematung sejak kurang lebih 2
bulan terakhir. Jika berdiri atau duduk, pasien akan
mempertahankan posisi atau tidak bergerak, bisa
sampai 2 jam. Status psikiatri afek tidak serasi, bicara
terbatas dan arus pikir irelevan. Apakah diagnosis dari
kasus di atas?
A. Skizofrenia paranoid
B. Skizofrenia katatonik
C. Skizoafektif
D. Skizofrenia hebefrenik
E. Skizofrenia tak terinci
Skizofrenia katatonik
• Seorang laki-laki sering mematung sejak kurang
lebih 2 bulan terakhir katalepsi
• Jika berdiri atau duduk, pasien akan
mempertahankan posisi atau tidak bergerak, bisa
sampai 2 jam katalepsi
• Status psikiatri afek tidak serasi, bicara terbatas dan
arus pikir irelevan gangguan arus pikir
Skizofrenia katatonik (DSM V)
A. Criteria for catatonia are the same throughout the
manual, independent from the initial diagnosis:
psychotic, bipolar, depressive, medical disorders or an
unidentified medical condition. In order to facilitate
the recognition, catatonia is defined by the presence
of at least 3 symptoms from a list of 12.
B. The catatonic subtype of schizophrenia is deleted
(along with all other schizophrenia subtypes) and
catatonia becomes a specifier for schizophrenia as for
major mood disorders.
C. Catatonia becomes a specifier for four additional
psychotic disorders: 1. Brief psychotic disorder; 2.
Schizo phreniform disorder; 3. Schizoaffective
disorder; 4. Substance-induced psychotic disorder.
D. A new residual diagnostic category: “Catatonia not
otherwise specified-NOS” is added, to facilitate the
diagnosis in patients with psychiatric conditions other
than schizophrenia and mood disorders or when the
underlying general medical condition is not
immediately recognized.
192
Laki-laki, 20 tahun, datang ke puskesmas diantar oleh ibunya
dengan keluhan suka meperlihatkan kemaluannya ditempat
umum. Hal ini sudah dilakukan nya sejak 6 bulan yang lalu.
Pasien tersebut mengaku merasakan kepuasan seksual setelah
memperlihatkan alat kemaluannya di tempat umum dan
berniat untuk mengulangnya kembali. Warga yang resah
langsung melaporkan hal tersebut. Pada pemeriksaan fisik
TD120/80, HR 80x/mnt, Rr18x/mnt, suhu 36;5c. Dan dari
pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Apakah diagnosis
yang kasus diatas?
A. Ekshibisonis
B. Tranvertisme
C. Voyeurisme
D. Sadisme
E. Masokisme
Eksibisionisme
• Laki-laki, 20 tahun suka meperlihatkan kemaluannya
ditempat umum dan merasakan kepuasan seksual
setelah memperlihatkan alat
kemaluannyaeksibisionisme
• Eksibisionisme
DSM V criteria = gangguan preferensi seks
• Over a period of at least 6 months, recurrent and intense sexual
(parafilia)
fantasies, sexual urges, or sexual behaviors involving the exposure of
one’s genitals to an unsuspecting stranger.
• The person is distressed or impaired by these attractions, or has
sought sexual stimulation from exposing the genitals to three or more
unsuspecting strangers on separate occasions
SEXUAL DISORDER (PARAFILIA)
Diagnosis Karakteristik
Fetishism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving the use of
nonliving objects (e.g., female undergarments).
Frotteurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving touching and
rubbing against a nonconsenting person.
Masochism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving the act (real,
not simulated) of being humiliated, beaten, bound, or otherwise made to
suffer.
Sadism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving acts (real, not
simulated) in which the psychological or physical suffering (including
humiliation) of the victim is sexually exciting to the person.
Voyeurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving the act of
observing an unsuspecting person who is naked, in the process of disrobing,
or engaging in sexual activity.
Necrophilia Necrophilia is an obsession with obtaining sexual gratification from cadavers.
SEXUAL DISORDER (PARAFILIA)
Diagnosis Karakteristik
Gangguan
bipolar
Bipolar Bipolar
tipe I tipe II
1 atau Episode
lebih Pada pria depresi Lebih sering
episode dan berulang pada
manik, wanita dan wanita
dapat episode
disertai hipomanik
gejala
psikotik http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
Bipolar tipe I dan II
Keterangan:
Pada bipolar tipe II, episode
peningkatan mood lebih ke
arah hipomanik.
http://www.medscape.com/viewart
194
Ny. Antonia, 26 tahun, datang ke dokter keluarga
dengan keluhan nyeri pada saat bersenggama. Sudah
menikah 6 tahun. Tapi sulit melakukan penetrasi
waktu berhubungan dengan suami karena vaginanya
menyempit. Riwayat diperkosa usia 11 tahun.
Diagnosis pasien ini adalah…
A. Vaginismus
B. Dispareunia
C. Female orgasm disorder
D. Female sexual desire disorder
E. Female sexual arousal disorder
Vaginismus
• Ny. Antonia, 26 tahun mengeluhkan nyeri pada saat
bersenggama dispareunia.
• Sulit melakukan penetrasi waktu berhubungan
dengan suami karena vaginanya menyempit
kontraksi otot-otot vaginaVaginismus
Sexual Dysfunction
• Sexual desire disorders
– Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD);
• Persistently or recurrently deficient (or absent) sexual
fantasies and desire for sexual activity
– Sexual Aversion Disorder (SAD)
• Persistent or recurrent extreme aversion to, and avoidance of,
all (or almost all) genital sexual contact with a sexual partner.
• Sexual arousal disorders
– Female Sexual Arousal Disorder (FSAD)
• Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until completion
of the sexual activity, an adequate lubrication- swelling response of
sexual excitement.
– Male Erectile Disorder
• Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until completion
of the sexual activity, an adequate erection.
Sexual Dysfunction
• Orgasmic disorders
– Female Orgasmic Disorder (Inhibited Female Orgasm)
– Male Orgasmic Disorder (Inhibited Male Orgasm): sometimes called
inhibited orgasm or retarded ejaculation, a man achieves ejaculation
during coitus with great difficulty
– Premature Ejaculation
• Sexual pain disorders
– Dyspareunia: recurrent or persistent genital pain associated with sexual
intercourse.
– Vaginismus: involuntary muscle constriction of the outer third of the
vagina that interferes with penile insertion and intercourse.
• Sexual dysfunction due to general medical condition
• Substance-Induced Sexual Dysfunction
– With impaired desire/With impaired arousal/With impaired orgasm/With
sexual pain/With onset during intoxication
195
Seorang laki-laki berusia 22 tahun dibawa orangtuanya ke puskesmas
karena makannya kurang sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan disertai tidak
mau mandi dan lebih banyak diam diri di kamar. Saat keluar kamar,
pasien meminta semua orang dirumah berkumpul dan
mendengarkan firman Tuhan yang didapatkannya dari semedi selama
ia berdiam di kamar. Ia menjadi marah-marah ketika ada yang
menanyakan penjelasannya yang tidak masuk akal dan berputar-
putar, ia mengatakan tidak seharusnya manusia biasa tidak menuruti
perintah nabi yang penuh kemualiaan seperti dirinya. Apakah gejala
yang menonjol dari pasien tersebut?
A. Ilusi
B. Waham
C. Obsesi
D. Halusinasi
E. Ambivalensi
Waham
• Berdasarkan pemaparan kasus tersebut, gejala dominan berupa
waham.
• Waham keyakinan yang salah, menetap, dan tidak dapat
digoyahkan serta bertentangan dengan realita normal.
• Jenis waham: kejar, rujuk, kebesaran, erotomania, nihilistik, somatik.
• Halusinasi persepsi penginderaan tanpa adanya input dari
lingkungan, dapat berupa pendengaran, penglihatan, penciuman,
pengecapan, atau taktil.
• Obsesi peristiwa pikiran atau kognitif repetitif, tidak diinginkan,
dan intrusif atau mengganggu berbentuk hasrat atau dorongan di
mana pasien tidak mampu untuk menghentikannya.
• Ambivalensi perasaan yang bertentangan terhadap sesuatu yang
terjadi secara bersamaan.
American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5)