UKDI MANTAP
Glasgow Coma Scale (GCS) merupakan penilaian status kesadaran secara kuantitatif. Skor
maksimal adalah GCS=15, skor minimal adalah GCS=3
Pediatric Coma Scale (PCS)
Derajat Kesadaran Secara Kualitatif
Di dalam neurologi, secara kualitatif kesadaran
dibagi menjadi :
Compos mentis = sadar penuh, respon terhadap
semua jenis rangsangan (+)
Somnolen = kondisi penurunan kesadaran dimana
pasien masih bisa merespon terhadap rangsangan
verbal dan nyeri
Stupor = kondisi penurunan kesadaran dimana pasien
tidak merespon terhadap rangsangan verbal, namun
masih merespon terhadap rangsangan nyeri
Coma = unarousable unresponsiveness state, tidak
ada respon terhadap rangsangan apapun
Coma brain death. Pada coma, refleks batang otak masih
bisa ada.
Etiologi Gangguan Kesadaran
1. Proses Difus dan Multifokal
Metabolik (hipo atau hiperglikemia, gagal hati, gagal ginjal, keracunan
(obat-obatan, alkohol)
Infeksi
Konkusio dll.
2. Lesi Supratentorial
Hemoragik (EDH, SDH, ICH) Lateralisasi -> TTS
Infark (embolus, trombus).
Tumor (primer, sekunder, abses). T rauma
3. Lesi Infratentorial.
Hemoragik (serebelum, pons). T umor
Infark batang otak.
Tumor serebelum. Stroke/Sirkulasi
Abses serebelum.
Etiologi Gangguan Kesadaran
Mneumonic = SEMENITE
S Sirkulasi = gangguan pembuluh darah otak (infark
atau perdarahan)
E Ensefalitis = infeksi sistem saraf pusat oleh
bakteri, virus, atau fungi
M Metabolik = gangguan metabolik sistemik yang
menekan kerja otak, misal : koma hipoglikemia, koma
uremikum, koma hepatikum
E Elektrolit = gangguan keseimbangan elektrolit
(misal hiponatremia)
N Neoplasma = tumor primer atau tumor sekunder
I Intoksikasi, misal intoksikasi opiat
T Trauma = cedera kepala
E Epilepsi
Pendekatan diagnostik pada pasien
tidak sadar
Membedakan secara cepat faktor penyebab
apakah kerusakan stuktural atau metabolik
dan penatalaksanannya.
Komponen yang harus diperiksa pada tingkat
kesadaran meliputi
Pola pernafasan
Ukuran dan reaksi pupil
Pergerakan mata dan respon okulovestibuler
Respon motorik
Additional note :
Biot's respiration breathin-
g characterized by irregular
periods of apnea alternati
ng with periods in which4
or 5 breaths of identical
depth are taken;
Epilepsy
Bangkitan (Seizure) terjadinya tanda/gejala
yang bersifat sesaat akibat aktivitas neuronal
yang abnormal dan berlebihan di otak
Epilepsi penyakit otak yang ditandai dengan
kondisi/gejala berikut :
Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2
bangkitan reflex dengan jarak waktu antar bangkitan
pertama dan kedua lebih dari 24 jam
Fenitoin Mual , ruam, bicara cadel, kebingungan, insomnia, sakit kepala, penyakit
gusi, anemia defisiensi folat
Asam valproat Iritasi saluran cerna, mual, nafsu makan dan BB meningkat, tremor,
rambut rontok, bengkak, trombositopenia, gangg. Fungsi hati
STROKE
Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak
fokal
maupun global akut, lebih dari 24 jam,
berasal dari gangguan aliran darah otak
dan
bukan disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak sepintas, tumor otak, stroke
sekunder karena trauma maupun infeksi
(WHO MONICA, 1986)
Klasifikasi Stroke
Stroke non-perdarahan/ischemik/infark (SNH)
Berdasarkan arteri yang terlibat :
Large artery stroke
Lacunar stroke
Berdasarkan tipe penyumbatan :
Thrombotic stroke
Embolic stroke paling sering disebabkan cardiac emboli
dari gangguan irama jantung (e.g : atrial fibrillation)
Stroke perdarahan (SH)
Intracerebral hemorrhage (ICH)
Subarachnoid hemorrhage (SAH)
Terminologi dalam Serangan Iskemik
Transient Ischemic Attack (TIA) / mini stroke = defisit
neurologis fokal akut yang timbul karena gangguan aliran
darah otak sepintas dimana kemudian defisit neurologis
menghilang secara lengkap dalam waktu <24 jam
TEMPORAL
Korteks auditori Pusat pendengaran
primer/Heschl (41,42)
Gyrus temporalis media dan Memori dan
inferior pembelajaran
Area Wernicke (22) Pusat bahasa sensoris
OKSIPITAL
Korteks visual primer (17) Pusat penglihatan
Korteks asosiasi visual Asosiasi visual
(18,19), tinggi (39)
HOW TO DIAGNOSE APHASIA ?
Manajemen Stroke Ischemik Akut
Trombolisis r-TPA (recombinat tissue plasminogen
activator)
Rekomendasi kuat untuk diberikan sesegera mungkin
setelah diagnosis stroke ischemik akut ditegakkan
Trombolitik dengan t-PA intravena, bila diberikan dalam 3
jam paska onset, dapat memberikan benefit untuk stroke
ischemik ( stroke atherothombotik/atheroembolik,
cardioembolik, dan lacunar
Dosis r-TPA- = 0,9 mg/Kg, 10% sebagai bolus inisial, 90%
dalam infus selama 60 menit
Antikoagulan atau antiplatelet tidak boleh diberikan dalam
24 jam
Antiplatelet Therapy
Long-term antiplatelet therapy diberikan pada semua penderita stroke iskemik/TIA yang
tidak mendapat terapi antikoagulan
Dapat diberikan Aspirin+dipyridamole (atau aspirin saja pada pasien yang alergi
dipyridamole) ATAU Clopidogrel
Anticoagulant Therapy
Diberikan pada penderita stroke iskemik/TIA yang memiliki atrial
fibrilation/cardioembolic stroke
Cholesterol Lowering
JNC VII : PROGRESS study
For secondary stroke prevention, a diuretic
(indapamide) and ACE inhibitor (perindopril
or ramipril) are effective and complementary
to other antiatherogenic and
antithrombogenic therapies, including aspirin.
For primary stroke prevention, all major
classes of antihypertensive drugs are effective
JNC VII : HOPE study
Control of hypertension in diabetics and
treatment of high-risk diabetic patients with
the ACE inhibitor ramipril prevent stroke
Ramipril, at a dose of 10 mg/day, achieved a
significant 32% reduction in total stroke, and
recurrent strokes were reduced by 33%.
Management of TIA
Evaluation within hours after onset of
symptoms
CT scan is necessary in all patients
Antiplatelet therapy with aspirin (50-325
mg/d), consider use of clopidogrel, ticlopidine,
or aspirin-dipyridamole in patients who are
intolerant to aspirin or those who experience
TIA despite aspirin use
Cilostazol EBM
Cilostazol (100 mg) 2 kali sehari menunjukkan efek yang
signifikan terhadap kejadian stroke berulang dibandingkan
plasebo (41,7% p= 0,0150; event rate/year cilostazol 3,37% vs
plasebo 5,78%) dan efektif untuk mencegah lakunar infark
pada differential analysis. (Japanese Guidelines, Class I, Level
of evidence A)
Rasio terjadinya stroke serta rasio terjadinya perdarahan
pada cilostazol secara signifikan lebih rendah bila
dibandingkan aspirin. Penurunan relatif risiko terjadinya
stroke, cilostazol vs aspirin adalah 25,7% p= 0,0357 (yearly
late of cerebral infarction cilostazol 2,76% vs aspirin 3,37%).
Penurunan risiko relative terjadinya perdarahan pada
cilostazol terhadap aspirin sebesar 54,2% (p= 0,0004). Insiden
perdarahan pertahun untuk cilostazol 0,77%, sedangkan
aspirin 1,78% (Japanese Guidelines, Class I, Level of evidence
A)
Dose :
Manitol 20% : initial bolus of 0.251
g/kg (the higher dose for more urgent
reduction of ICP) followed by 0.250.5
g/kg boluses repeated every 2 6 h as
per requirement.
MEMORI
Proses pengolahan informasi yang melibatkan
struktur - struktur otak
Jenis-jenis memori
Short-term memory = e.g working memory
Long-term memory = declarative memory
(explicit) VS non-declarative memory (implicit)
Proses yang terlibat dalam memori : encoding,
consolidation, storage, retrieval
ENCODING
Terjadi di area-area asosiasi neocortex
Informasi dari berbagai reseptor didaftarkan
di area sensorik tinggi dan diasosiasikan satu
sama lain
Working memory cortex prefrontal
dorsolateral
CONSOLIDATION
Penerimaan input dari area asosiasi
neocortex dan area sensorik tinggi
neocortex lainnya ke dalam cortex asosiasi
limbik
Cortex asosiasi limbik gyrus subcallosus,
gyrus parahippocampalis (cortex entorhinal,
cortex perirhinal, cortex
parahippocampalis), gyrus orbitofrontal,
gyrus cingulate
Cortex entorhinal pintu masuk utama
Informasi dari cortex asosiasi limbik (cortex
entorhinal) di masukkan ke dalam formatio
hippocampus
Tatalaksana di IGD
Stabilisasi ABCDEs
Analgetik kuat bila perlu (e.g tramadol, morfin sulfat)
Pemberian kortikosteroid
Diagnosis ditegakkan < 3 jam paska trauma Metilprednisolon 30
mg/kgBB bolus IV selama 15 menit. Tunggu 45 menit. Kemudian
berikan infus metilprednisolon 5,4 mg/kgBB/jam selama 23 jam
Diagnosis ditegakkan 3-8 jam paska trauma metilprednisolon 30
mg/kgBB bolus IV selama 15 menit. Tunggu 45 menit. Kemudian
berikan infus metilprednisolon 5,4 mg/kgBB/jam selama 47 jam
Diagnosis ditegakkan > 8 jam paska trauma tidak dianjurkan
pemberian kortikosteroid
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal (PERDOSSI, 2006)
Lesi Perifer atau Sentral?
Paresis nervus facialis dextra tipe UMN Paresis nervus facialis dextra tipe LMN
Bells Palsy
Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral,
perifer, dan mempengaruhi LMN. Idiopathic
facial paralysis
Etiologi masih kontroversial. Diduga
neuritis akibat virus (reaktivasi HSV-1 &
herpes zoster), inflamasi, autoimun, iskemik.
Bells Palsy
Manifestasi Klinis
Paralisis akut motorik otot wajah pada bagian atas
dan bawah unilateral (dalam periode 48 jam)
Hilangnya lipatan nasolabilal dan dahi pada sisi yang lumpuh
Ketika pasien mengangkat alis, sisi yang terkenan tetap rata
Ketika pasien tersenyum, wajah menjadi distorsi dan terjadi
lateralisasi ke sisi berlawanan terhadap sisi yang lumpuh
Nyeri retroaurikular, otalgia, hiperakusis
Nyeri okular, dry eyes (akibat penurunan produksi air
mata), lagoftalmus
Gangguan pengecapan pada 2/3 anterior lidah
unilateral
Bells Palsy
Prognosis baik
Terapi steroid (dalam 72 jam paska onset) prednison
1 mg/kgBB/hari atau 60 mg/hari selama 5 hari diikuti
tapering off 10 mg/hari ,dengan durasi total pemberian
steroid adalah 10 hari
Terapi antiviral e.g = asiklovir, valasiklovir, diberikan
pada kecurigaan etiologi virus.
Asiklovir (PO) 5x400 mg, selama 10 hari (HSV-1) atau 5x800
mg (Varicella Zoster)
Valasiklovir 3x100 mg, selama 7 hari
Pemberian antiviral tanpa disertai terapi steroid terbukti
tidak memberikan benefit
Uptodate.com
RAMSAY HUNT SYNDROME
(Herpes zoster oticus)
polycranial neuropathy
Reaktivasi VZV yang dormant di ganglion
geniculatum
MOVEMENT DISORDER
MOVEMENT DISORDERS
Insufficient movements
Akinesia/Bradykinesia = melambatnya gerakan volunter yang terjadi
Hypokinesia = berkurangnya jumlah gerakan yang normalnya terjadi
Rigiditas = tonus otot meningkat, kontraksi otot involunter yang
dipertahankan
Penyakit Parkinson = bagian dari Parkinsonism yang secara patologis ditandai oleh
degenerasi neuron dopaminergik pada substantia nigra pars kompakta yang disertai
adanya inklusi sitoplasma eosinofilik (Lewy Body)
Parkinsonism = suatu sindrom yang ditandai dengan resting tremor, rigiditas,
bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin otak
oleh berbagai sebab
Parkinsons Disease
TRAP Tremor, Rigiditas, Akinesia / bradykinesia, dan
Postural instability
Tremor = resting pill-tolling tremor, 3-5 Hertz, terlihat
saat extremitas dalam keaaan istirahat dan berkurang atau
berhenti saat extremitas digerakkan.
Rigiditas = cogwheel rigidity (adanya interupsi tonus otot
yang terputus-putus seperti gigi roda ketika extremitas
digerakkan secara pasif.)
Rigiditas pada gangguan ganglia basal cenderung kontinyu dan
terus ada sehingga disebut lead pipe rigidity. Cogwheel rigidity
adalah salah satu tipe dari lead pipe rigidity
Berbeda dengan rigiditas pada gangguan corticospinal yang
disebut clasp knife rigidity Tonus resistif awalnya meningkat
ketika otot-otot extremitas digerakkan, tetapi kemudian
tonusnya berkurang
Parkinsons Disease
Akinesia / Bradykinesia, bermanifestasi sebagai
berkurangnya dan melambatnya gerakan spontan.
Masked face / hypomimia ekspresi wajah yang minimal
Micrographia tulisan menjadi kecil-kecil
Hypophonia suara menjadi lirih, bergumam
Aprosodia pembicaraan monoton
Festinating gait / small shuffling gait / Parkinsonian gait
langkah berjalan yang kecil, tanpa disertai ayunan lengan normal
En bloc turning gerakan seperti robot yang kaku pada truncus
saat pasien berbelok
Postural Instability berkurangnya kemampuan untuk
membuat reflex postural untuk menjaga keseimbangan
Lewy Body
Lewy bodies are
concentric, eosinophilic
cytoplasmic inclusions
(SCI) with peripheral halos
and dense cores.
Characteristic of Parkinson
Disease but not
pathognomonic
Imbalance between Dopamine and
Acetylcholine
Agents that Increase Dopamine
Functions
Increasing the synthesis of dopamine = levodopa
Inhibiting the catabolism of dopamine (MAO-B
inhibitor) = selegiline
Stimulating the release of dopamine =
amphetamine
Stimulating the receptor sites directly (Dopamine
agonist) = bromocriptine & pramipexole
Blocking the uptake and enhancing the release of
dopamine = amantadine
Parkinsons Disease
On time
Suatu periode dimana medikasi dengan levodopa efektif dan gejala-gejala
Parkinson tidak ada (dapat terkontrol)
Off time
Suatu periode ketika gejala-gejala Parkinson muncul kembali setelah On time
karena efek dari levodopa yang tidak berlangsung lama
Wearing off phenomenon / end-of-dose akinesia
Gejala Parkinson muncul kembali dan menyebabkan pasien menjadi sulit atau
tidak bisa bergerak (freezing) dan terjadi pada akhir waktu di antara pemberian
interval dosis
Menyebabkan pasien ingin mengkonsumsi dosis levodopa berikutnya lebih awal
dari waktu seharusnya
Delayed on
Adanya jeda yang lebih lama untuk memunculkan efek terapi setelah
mengkonsumsi levodopa
On-off phenomenon
Perubahan gejala-gejala Parkinson secara mendadak dan tidak dapat diprediksi.
Perubahan tersebut meliputi fluktuasi gerakan-gerakan involunter (diskinesia) /
On phase, bergantian dengan gejala akinesia Parkinson / Off phase
Ganglia Basalis Disorders (ABC)
Chorea
Striatum
Athetosis A. Athetosis
- Lesi pada PUTAMEN
- Dyskinesia, gerakan menggeliat,
memutar, lambat
- Melibatkan otot-otot extremitas,
wajah, dan batang tubuh
B. Ballismus
- Lesi pada NUCLEUS SUBTHALAMICUS
- Biasanya unilateral = hemiballismus
- Gerakan involunter seperti memukul
/ mencambuk dengan keras.
- Melibatkan otot-otot proksimal
extremitas
C. Chorea
- Lesi pada striatum
- Menari
- Gerakan cepat, jerky
- Melibatkan otot extremitas, wajah,
batang tubuh, hingga otot-otot
pernapasan
Ballismus Parkinson Disease
Chorea (Striatum Lesion)
Chorea vascular
Berhubungan dengan lesi iskemik atau hemorrhagik pada ganglia basal atau white matter di
dekatnya. Sering bermanifestasi sebagai hemichorea
Chorea metabolik
Disebabkan oleh berbagai faktor : hipoglikemia, hipertiroidism, gagal ginjal, diet ketogenik
Drug-induced chorea
Disebabkan oleh levodopa (paling sering), antipsikotik, antiemetik, antiepilepsi (asam valproat,
lamotrigine, hidantoin), calcium channel blocker (flunarizine, cinnarizine)
Non-jerky Movement Disorders
Dystonia
Kontraksi otot yang terus menerus menyebabkan
gerakan berputar dan berulang atau
menyebabkan sikap/postur tubuh yang abnormal
Tremor
Physiological Tremor
Pathological Tremor
Movement Disorders
Ataxia (lack of order)
Kondisi tidak adanya koordinasi otot yang menyebabkan
gangguan dalam keseimbangan, postur tubuh, koordinasi
otot, kontrol bicara, dan gerakan mata
Ataxia cerebellar karena disfungsi cerebellum.
Manifestasi klinis : hipotonia antagonis, asinergi, dismetria,
disdiakokinesia. Bisa bilateral atau unilateral
Ataxia sensorik karena hilangnya input propriosepsi.
Manifestasi klinis : unsteady "stomping" gait with heavy
heel strikes, postural instability
Ataxia vestibular disfungsi sistem vestibular yang mana
pada kasus akut dan unilateral terdapat vertigo, mual, dan
muntah
Tardive Dyskinesia
Gerakan-gerakan involunter
repetitif, ritmis
Melibatkan otot-otot lidah,
rahang, pipi, bibir, truncal,
ekstremitas atas, ekstremitas
bawah, wajah, dan sistem
respirasi
Buccolingual-facial-mastication
syndrome merupakan
manifestasi paling umum
Biasanya terjadi karena
penggunaan antipsikotik
NEURO MUSCULAR DISORDER
Acute Flaccid Paralysis (AFP)
defined as sudden onset of weakness and
floppiness in any part of the body in a child
less than 15 years of age
Guidance of the global polio eradication
- identification of all potential cases of AFP, the
most obvious manifestation of polio infection
- laboratory evaluation of stools from these cases
to confirm poliovirus as the cause
CLINICAL SPECTRUM OF POLIOVIRUS INFECTIONS
Inapperent(sub-clinical) Infection
This occurs approximately in 95 per cent of poliovirus
infection. There are no presenting symptoms. Recognition
only by isolation.
Abortive Polio or Minor Illness
Occurs approximately in 4-8 per cent of the infection.
It causes only a mild or self limiting illness due to viraemia.
The patient recovers quickly.
Non paralytic polio
Occurs approximately in one per cent of all infections.
The presenting features are stiffness and pain in neck and
back. The disease lasts for two to ten days. Recovery is
rapid.
Paralytic polio
Occurs in less then one per cent of infections. The
virus enters the brain and causes varying degree of
disability.
Diagnosis of Polio
Paralisis flaccid (Lower Motor
Neuron), Asimetris
Progresi yang cepat dari paralisis
(1-2 hari)
Tidak ada defisit sensorik atau
hilangnya sensasi propriosepsi
Kontrol autonom dan volunter dari
bladder dan usus tidak terganggu
Biasanya ada riwayat demam
Hyperesthesia atau paresthesia
pada ekstremitas and nyeri otot
umum ditemukan. Terkadang ada
nyeri tekan otot
Guillain-Barre Syndrome
Distinguishing between Polio & GBS
Myasthenia Gravis (MG)
Myasthenia (dari bahasa Yunani) berarti kelemahan
otot dan gravis (Latin) berarti serius
Merupakan penyakit autoimun pada neuromuscular
junction yang dicirikan oleh kelemahan dan mudah
lelahnya beberapa kelompok otot skelet yang
bersifat fluktuatif (biasanya memburuk pada sore
hari)
Adanya antibodi IgG yang menempel pada reseptor
acetylcholine (ACh) di neuromuscular junction
Acetycholine (ACh) merupakan neurotransmitter
penting yang menstimulasi otot untuk kontraksi
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala utama : mudah lelahnya otot-otot skelet
selama aktivitas (membaik setelah adanya periode
istirahat)
Otot-otot yang terlibat : mata dan kelopak mata (90%),
wajah, otot-otot mastikasi, otot-otot menelan, otot-otot
bicara, dan otot-otot pernapasan
Kelemahan fluktuatif : biasanya otot akan semakin
lemah ketika adanya ativitas dan memburuk saat siang-
sore
Tidak adanya defisit sensorik atau hilangnya refleks
Dapat dipicu oleh stress emosional, kehamilan,
mesntruasi, penyakit sekunder, trauma, temperatur yang
ekstrim, hipokalemia, ingesti obat-obatan yang memblok
neuromuskular, bedah
Hallmark Signs & Symptoms of
Myasthenia Gravis
Eye lid drooping (ptosis)
Blurred/Double Vision (diplopia)
Impaired speech (dysarthria)
Difficulty Swallowing (dysphagia)
Voice impairment (dysphonia)
Easily fatigued, quick recovery with rest
Waddling gait
Diagnostic Studies
Assessment:
Wartenberg Test
Have patient look up for 2-3 minutes;
if MG, patient will have increased
drop of eyelids
Tensilon Test
In patient with MG, there is improved
muscle contractility after IV
administration of
acetylcholineesterase inhibitor agent
edrophonium chloride (tensilon).
Keep atropine on hand to counteract
effects of tensilon
Prostigmin / Neostigmin Test
Prostigmin 0,5-1mg + SA 0,1 mg via
IM/SC
EMG may show muscle fatigue
Serologic testing, presence of
autoantibodies against the acetylcholine
receptor (AChR-Ab), or against a receptor-
associated protein, muscle specific tyrosine
kinase (MuSK-Ab)
Diagnostic studies
Ice pack test
Can be used in patients with ptosis, particularly those in whom
the edrophonium test is considered too risky.
Not helpful for those with extraocular muscle weakness.
Improving neuromuscular transmission at lower muscle
temperatures
In the ice pack test, a bag (or surgical glove) is filled with ice and
placed on the closed lid for two minutes. The ice is then
removed and the extent of ptosis is immediately assessed. The
sensitivity appears to be about 80 percent in those with
prominent ptosis.
Therapeutic management
Symptomatic Anticholinesterase inhibitors - prevents
anticholinesterase from breaking down ACh; helps
neurotransmission. Monitor dose.
Examples : Edrophonium, Neostigmine, and Pyridostigmine
Chronic Immunomodulator Immunosuppressants such
as azathioprine and prednisone used to treat generalized
MG when other medications fail to reduce symptoms
Rapid Immunomodulator Plasmapheresis and IVIG -
removes ACh autoantibodies and short-term improvement.
Surgical Thymectomy . Thymectomy is a widely accepted
option for peripubertal and postpubertal children with
generalized MG who have positive acetylcholine receptor
antibodies or who are seronegative
Uptodate.com
Myasthenic Crisis
UNDER MEDICATION
OVER MEDICATION
Too high a dose of cholinergic treatment medications
Muscles stop responding to the bombardment of ACh, leading
to flaccid paralysis and respiratory failure and LOW BP
Cholinergic Signs & Symptoms: hypersecretions/hypermotility
STOP all anticholinesterase meds
Treat with Atropine (anticholinergic)
DEMENTIA
Contrasting Features of
Dementia and Delirium
Etiologies of Dementia
Alzheimers Disease
Meningitis Encephalitis
Demam Demam
Nyeri kepala Penurunan
Kaku kuduk kesadaran
Kejang
Meningitis vs Encephalitis
Encephalitis
Inflammation of brain parenchyma (white and gray matter)
It is almost always associated with inflammation of the
meninges (meningoencephalitis) and may involve the spinal
cord (encephalomyelitis)
Encephalitis will affect normal brain functions such as altered
mental status, motor or sensory deficits, behavior or personality
changes, speech or movement disorders.
Meningitis
Inflammation of the meninges
Cerebral functions intact no focal neurological deficits
Can be lethargic
Peningkatan protein pada CSF juga dapat dilihat dengan Nonne Test / Nonne-Apelt Test dan Pandy
Test. Kedua tes ini memiliki prinsip yang sama yaitu mendeteksi peningkatan kadar protein dalam CSF.
Nonne Test dapat mendeteksi globulin, menggunakan reagen ammonium suphate. Pandy Test dapat
mendeteksi albumin dan globulin, menggunakan carbolic acid atau phenol (Pandy reagent)
Encephalitis
Develops as a result of infections (viruses,
bacteria, ricketsia, etc)
Encephalitis will affect normal brain functions such as
altered mental status, motor or sensory deficits, behavior
or personality changes, speech or movement disorders
Not usually demonstrable by CT
Diffuse swelling of cerebral tissue (hypodense zones
poorly demarcated)
Compression of fluid spaces
Affected area can display contrast enhanced patches
ENCEPHALITIS
Cluster Orbitotemporal, Nyeri hebat, tidak Malam hari, 1-2 Setiap hari untuk
headache unilateral berdenyut jam setelah beberapa minggu
/bulan, berulang
jatuh tidur
setelah beberapa
minggu/tahun
As 2.1 except:
Abortive Therapy
Oxygen
Triptans, Ergot alkaloids
Narcotic not generally recommended
Prophylactic Therapy
Calcium channel blockers (verapamil, diltiazem)
Lithium
Corticosteroids
Tricyclic antidepressants (amitriptilin)
Trigeminal Neuralgia
Paroxysmal attacks of severe,
short, sharp, stabbing pain
affecting one or more
divisions of the trigeminal
nerve
Precipitated by : chewing,
speaking, washing the face,
tooth-brushing, cold winds, or
touching a specific trigger
spot (e.g. Upper lip or gum)
Etiology :
Many remains unexplained
Compression of the nerve root by tumor of
cerebellopontine angle
Demyelination
Trigeminal Neuralgia
Investigation
CT/MRI to exclude a cerebello-pontine angle
lesion
Management
Carbamazepine (600-1600 mg/day)
Nerve block
Trigeminal ganglion/root injection with
alcohol/phenol
Microvascular decompression
Radiofrequency thermocoagulation
Space Occupying Lesion / Process
(SOP)
Intracranial tumors
Primary (astrocytoma, glioblastoma, etc)
Metastastic (breast, lung, melanoma)
Hematoma
Abscess
Aneurysms , arteriovenous malformations
(AVMs)
Cyst - 3rd ventricle colloid cyst
Space Occupying Lesion / Process
(SOP)
General Symptoms
Headache
A new headache with features suggestive of raised intracranial
pressure
The classic brain tumour headache (eg, worst in the morning
and worse on bending or Valsalva manoeuvre) is not as
common as a tension-type presentation or migraine
Chronic headache is not due to any reason for the detection and
others do not respond to simple medicines
Headache is more common in posterior fossa tumours and rapidly
growing tumours.
Mental status change
Weakness and/or ataxia
Generalized convulsion
Space Occupying Lesion / Process
(SOP)
CT myelogram
CT SCAN MRI
Foto polos
terdapat terdapat HNP
lumbosacral
spondylolysis pada IV disc
L2-L3 L4-L5
TATALAKSANA HNP
Konservatif
Analgesik golongan NSAID
Modifikasi aktivitas (kurangi duduk yang terlalu lama,
membungkuk, mengangkat barang)
Fisioterapi, program olahraga
Collar neck atau korset lumbal sementara selama 2 minggu
Injeksi kortikosteroid epidural pada kasus nyeri radikular
yang hebat di lumbal
Indikasi Bedah
Nyeri yang tidak tertahankan walaupun sudah menjalani
terapi konservatif yang adekuat selama > 3 bulan
Hasil EMG terdapat kompresi radiks
Defisit neurologis yang progresif
Prosedur = discectomy anterior servikal atau laminektomi
Cauda Equina Syndrome Conus Medullaris Syndrome
sprain
fracture /
Postoperative strangulated inflamed (infection )
Inflamation / (scar tissue)
Infection
Ongoing or Myofascial pain
impending injury Infiltrated or compressed
Muscle Stretch
(tumors)
The Assessment of the Patient with Pain, Steven Richeimer, M.D. Director USC Pain Management, USC Medical Center, Los Angeles, CA, USA, 2007
Neuropathic Pain ID Pain Score
If patients have more than one painful area, they are to consider the one area that is most
relevant to them when answering the ID Pain questions.
Scoring was from 1 to 5. If you score 2 or more, you may have neuropathic pain. Talk to
your doctor. Higher scores are more indicative of pain with a neuropathic component
CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)
Jari kelingking berada pada posisi abduksi dan tidak dapat diadduksikan. Deformitas ini
disebabkan oleh tarikan otot ekstensor digiti minimi (EDM) yang diinervasi oleh nervus
radialis. Adduksi jari kelingking tidak bisa dilakukan karena terdapat paralisis pada
interosseus palmaris III (inervasi oleh nervus ulnaris). Tarikan ekstensor digiti minimi
menyebabkan abduksi kelingking karena otot ini memiliki insersi pada basis phalanx
proksimal aspek ulna jari 5.
Guyon Tunnel Syndrome
Nama lain : ulnar tunnel
syndrome
Kompresi nervus ulnaris
di pergelangan tangan
ketika melewati Guyon
tunnel
Guyon tunnel = saluran di
antara pisiforme dan hook
of hamate dengan atap
berupa ligamentum
pisohamatum
Guyon Tunnel Syndrome
Nyeri dan paresthesia pada jari 5
(kelingking) dan setengah medial jari 4
(manis)
Bila nyeri dan paresthesia melebar hingga
pergelangan tangan dan setengah medial
punggunf tangan kemungkinan bukan
Guyon tunnel syndrome melainkan high
ulnar lesion (e.g : Cubital tunnel
syndrome)
Clawing pada jari kelingking dan manis
Paralisis otot-otot intrinsik tangan (adductor
pollicis, deep head of flexor pollicis
brevis/FPB, interossei, lumbricales 4,5)
weakened grasp, weak pinch, Froment sign,
Wartenberg sign, Jeanne sign, Masse sign
TAMBAHAN SOAL MATERI
Pria 32 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan nyeri tajam pada punggung bawah
yang menjalar hingga tungkai kanan. Nyeri
bertambah ketika duduk dan batuk.
Pemeriksaaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis adalah
a. Rontgen vertebra lumbosacral
b. Myelografi
c. CT Scan
d. MRI.
e. Lumbal pungsi
Seorang laki-laki, usia 40 tahun, datang dengan
keluhan tidak bisa kencing dan sulit BAB sejak 2
hari yang lalu. Sebelumnya pasien mengeluhkan
nyeri pinggang yang sudah berlangsung 4 bulan
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
paralisis ekstremitas bawah, hiporefleks,
anestesia perianal, dan gangguan ereksi.
Diagnosis paling mungkin adalah ...
a. Spina bifida
b. Tumor myelum
c. Hernia nucleus pulposus
d. Cauda Equina syndrome.
e. Myelitis
Wanita,berusia 40 tahun rajin mencuci dan memasak,
datang dengan keluhan pada jari tangan kanan (ibu jari,
jari telunjuk dan jari tengah) kesemutan. Keluhan
membaik bila tangan digerakan. Nyeri pada malam
hari. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pemeriksaan neurologis dengan mengetuk pergelangan
tangan kanan didapatkan nyeri menjalar ke telunjuk,
ibu jari dan jari tengah. Apabila pergelangan tangan
diketuk, nyeri semakin hebat. Apa dignosis pasien
tersebut?
a. Erb's palsy
b. Saturday night palsy
c. Todd's palsy
d. Tarsal tunnel syndrome
e. Carpal tunnel syndrome.
Seorang perempuan berusia 45 tahun datang
ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada
pergelangan tangan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan otot-otot intrinsik tangan mengecil
dan lemah. Saraf manakah yang kemungkinan
mengalami kelainan pada kasus diatas?
a. Nervus ulnaris.
b. Nervus radialis
c. Nervus brachialis
d. Nervus axillaris
e. Saraf-saraf thenar dan hypothenar
Wanita,berusia 40 tahun rajin mencuci dan memasak,
datang dengan keluhan pada jari tangan kanan (ibu
jari,jari telunjuk dan jari tengah) kesemutan. Keluhan
membaik bila tangan digerakan. Nyeri pada malam
hari. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pemeriksaan neurologis dengan mengetuk pergelangan
tangan kanan didapatkan nyeri menjalar ke telunjuk,
ibu jari dan jari tengah. Phallen dan tinnel positif. Apa
pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan?
a. NCS.
b. Pungsi lumbal
c. EEG
d. MRI
e. CT-Scan
TERIMA KASIH