UKDI MANTAP
Glasgow Coma Scale (GCS) merupakan penilaian status kesadaran secara kuantitatif. Skor
maksimal adalah GCS=15, skor minimal adalah GCS=3
2.
3.
T
T
Additional note :
Biot's respiration breathing characterized by irregular
periods of apnea alternati
ng with periods in which4
or 5 breaths of identical
depth are taken;
Epilepsy
Bangkitan (Seizure) terjadinya tanda/gejala
yang bersifat sesaat akibat aktivitas neuronal
yang abnormal dan berlebihan di otak
Epilepsi penyakit otak yang ditandai dengan
kondisi/gejala berikut :
Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2
bangkitan reflex dengan jarak waktu antar bangkitan
pertama dan kedua lebih dari 24 jam
Bangkitan reflex : bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor
pencetus spesifik e.g stimulasi visual, auditorik, somatosensorik,
somatomotorik
Type of Epilepsy
Status Epilepticus
Suatu keadaan kejang atau serangan epilepsi
yang terus-menerus disertai kesadaran
menurun selama >30 menit; atau kejang
beruntun tanpa disertai pemulihan kesadaran
yang sempurna
ANTI-EPILEPTIC DRUGS
Treatment Recommendation
If complete seizure control is accomplished
by an anticonvulsant, a minimum of 2 seizurefree years is an adequate and safe period of
treatment for a patient with no risk factors
Efek Samping
Fenitoin
Fenobarbital
Ethosuximide
Autoimmune / lupus
Carbamazepine
Asam valproat
STROKE
Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak
fokal
maupun global akut, lebih dari 24 jam,
berasal dari gangguan aliran darah otak
dan
bukan disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak sepintas, tumor otak, stroke
sekunder karena trauma maupun infeksi
(WHO MONICA, 1986)
Klasifikasi Stroke
Stroke non-perdarahan/ischemik/infark (SNH)
Berdasarkan arteri yang terlibat :
Large artery stroke
Lacunar stroke
CT SCAN pada stroke ischemik bukan merupakan gold standard, namun merupakan
pemeriksaan penunjang awal untuk menyingkirkan adanya perdarahan
SINDROM
VASKULAR PADA
STROKE
TEMPORAL
Korteks auditori
primer/Heschl (41,42)
Gyrus temporalis media dan
inferior
Area Wernicke (22)
OKSIPITAL
Korteks visual primer (17)
Korteks asosiasi visual
(18,19), tinggi (39)
Fungsi
Pusat motoris primer
Pusat bahasa motoris
Gerakan manipulatif
Scanning bola mata
Kepribadian, inisiatif
Pusat sensoris primer
Stereognosis
Pusat pendengaran
Memori dan
pembelajaran
Pusat bahasa sensoris
Pusat penglihatan
Asosiasi visual
Trombolitik
Onset < 3 jam - jika diberikan segera outcome lebih baik
Stroke onset = dari saat terakhir tampak normal
Jangan diberikan jika glukosa darah <50 mg%
Jangan diberikan jika tekanan darah >185/110
Risiko kecacatan 30% walaupun ~5% risiko ICH
simtomatik
< 3 jam
3 - 4.5 jam
Jangan diberikan jika:
Usia > 80 tahun
NIHSS > 25
DM, riwayat stroke
sebelumnya
Riwayat pemakaian warfarin
Antikoagulan
Secara umum, pemberian heparin, LMWH, dan
heparinoid tidak bermanfaat pada stroke ischemik
akut
Guideline Stroke tahun 2011. POKDI Stroke PERDOSSI
EVIDENCE
SECONDARY PREVENTION
Lifestyle Modification
Antiplatelet Therapy
Long-term antiplatelet therapy diberikan pada semua penderita stroke iskemik/TIA yang
tidak mendapat terapi antikoagulan
Dapat diberikan Aspirin+dipyridamole (atau aspirin saja pada pasien yang alergi
dipyridamole) ATAU Clopidogrel
Anticoagulant Therapy
Diberikan pada penderita stroke iskemik/TIA yang memiliki atrial
fibrilation/cardioembolic stroke
Cholesterol Lowering
Management of TIA
Evaluation within hours after onset of
symptoms
CT scan is necessary in all patients
Antiplatelet therapy with aspirin (50-325
mg/d), consider use of clopidogrel, ticlopidine,
or aspirin-dipyridamole in patients who are
intolerant to aspirin or those who experience
TIA despite aspirin use
Cilostazol EBM
Cilostazol (100 mg) 2 kali sehari menunjukkan efek yang
signifikan terhadap kejadian stroke berulang dibandingkan
plasebo (41,7% p= 0,0150; event rate/year cilostazol 3,37% vs
plasebo 5,78%) dan efektif untuk mencegah lakunar infark
pada differential analysis. (Japanese Guidelines, Class I, Level
of evidence A)
Rasio terjadinya stroke serta rasio terjadinya perdarahan
pada cilostazol secara signifikan lebih rendah bila
dibandingkan aspirin. Penurunan relatif risiko terjadinya
stroke, cilostazol vs aspirin adalah 25,7% p= 0,0357 (yearly
late of cerebral infarction cilostazol 2,76% vs aspirin 3,37%).
Penurunan risiko relative terjadinya perdarahan pada
cilostazol terhadap aspirin sebesar 54,2% (p= 0,0004). Insiden
perdarahan pertahun untuk cilostazol 0,77%, sedangkan
aspirin 1,78% (Japanese Guidelines, Class I, Level of evidence
A)
Dose :
Manitol 20% : initial bolus of 0.251
g/kg (the higher dose for more urgent
reduction of ICP) followed by 0.250.5
g/kg boluses repeated every 2 6 h as
per requirement.
MEMORI
Proses pengolahan informasi yang melibatkan
struktur - struktur otak
Jenis-jenis memori
Short-term memory = e.g working memory
Long-term memory = declarative memory
(explicit) VS non-declarative memory (implicit)
ENCODING
Terjadi di area-area asosiasi neocortex
Informasi dari berbagai reseptor didaftarkan
di area sensorik tinggi dan diasosiasikan satu
sama lain
Working memory cortex prefrontal
dorsolateral
CONSOLIDATION
Lesi UMN
Lesi LMN
Reflex fisiologis
Hiper-reflex
Hipo-reflex ,
areflexia
Reflex patologis
Positif
Negatif
Tonus
Hipertoni, clasp
knife rigidity
Hipotoni, atoni
Trofi
Eutrofi
Atrofi
Fasikulasi
Negatif
Positif
Klonus
Positif
Negatif
Kekuatan Otot
Tipe
Komplit
Inkomplit
Inkomplit
Fungsi motorik terganggu di bawah level, tetapi otototot motorik utama masih punya kekuatan < 3
Inkomplit
Fungsi motorik terganggu di bawah level, tetapi otototot motorik utama masih punya kekuatan > 3
Normal
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal (PERDOSSI, 2006)
Perifer
Atas Bawah
Ipsilateral
Sentral
Bawah
Kontralateral
Bells Palsy
Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral,
perifer, dan mempengaruhi LMN. Idiopathic
facial paralysis
Etiologi masih kontroversial. Diduga
neuritis akibat virus (reaktivasi HSV-1 &
herpes zoster), inflamasi, autoimun, iskemik.
Bells Palsy
Manifestasi Klinis
Paralisis akut motorik otot wajah pada bagian atas
dan bawah unilateral (dalam periode 48 jam)
Hilangnya lipatan nasolabilal dan dahi pada sisi yang lumpuh
Ketika pasien mengangkat alis, sisi yang terkenan tetap rata
Ketika pasien tersenyum, wajah menjadi distorsi dan terjadi
lateralisasi ke sisi berlawanan terhadap sisi yang lumpuh
Bells Palsy
Prognosis baik
Terapi steroid (dalam 72 jam paska onset) prednison
1 mg/kgBB/hari atau 60 mg/hari selama 5 hari diikuti
tapering off 10 mg/hari ,dengan durasi total pemberian
steroid adalah 10 hari
Terapi antiviral e.g = asiklovir, valasiklovir, diberikan
pada kecurigaan etiologi virus.
Asiklovir (PO) 5x400 mg, selama 10 hari (HSV-1) atau 5x800
mg (Varicella Zoster)
Valasiklovir 3x100 mg, selama 7 hari
Pemberian antiviral tanpa disertai terapi steroid terbukti
tidak memberikan benefit
Uptodate.com
MOVEMENT DISORDER
MOVEMENT DISORDERS
Insufficient movements
Akinesia/Bradykinesia = melambatnya gerakan volunter yang terjadi
Hypokinesia = berkurangnya jumlah gerakan yang normalnya terjadi
Rigiditas = tonus otot meningkat, kontraksi otot involunter yang
dipertahankan
Penyakit Parkinson = bagian dari Parkinsonism yang secara patologis ditandai oleh
degenerasi neuron dopaminergik pada substantia nigra pars kompakta yang disertai
adanya inklusi sitoplasma eosinofilik (Lewy Body)
Parkinsonism = suatu sindrom yang ditandai dengan resting tremor, rigiditas,
bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin otak
oleh berbagai sebab
Parkinsons Disease
TRAP Tremor, Rigiditas, Akinesia / bradykinesia, dan
Postural instability
Tremor = resting pill-tolling tremor, 3-5 Hertz, terlihat
saat extremitas dalam keaaan istirahat dan berkurang atau
berhenti saat extremitas digerakkan.
Rigiditas = cogwheel rigidity (adanya interupsi tonus otot
yang terputus-putus seperti gigi roda ketika extremitas
digerakkan secara pasif.)
Rigiditas pada gangguan ganglia basal cenderung kontinyu dan
terus ada sehingga disebut lead pipe rigidity. Cogwheel rigidity
adalah salah satu tipe dari lead pipe rigidity
Berbeda dengan rigiditas pada gangguan corticospinal yang
disebut clasp knife rigidity Tonus resistif awalnya meningkat
ketika otot-otot extremitas digerakkan, tetapi kemudian
tonusnya berkurang
Parkinsons Disease
Akinesia / Bradykinesia, bermanifestasi sebagai
berkurangnya dan melambatnya gerakan spontan.
Lewy Body
Lewy bodies are
concentric, eosinophilic
cytoplasmic inclusions
(SCI) with peripheral halos
and dense cores.
Parkinsons Disease
On time
Suatu periode dimana medikasi dengan levodopa efektif dan gejala-gejala
Parkinson tidak ada (dapat terkontrol)
Off time
Suatu periode ketika gejala-gejala Parkinson muncul kembali setelah On time
karena efek dari levodopa yang tidak berlangsung lama
Delayed on
Adanya jeda yang lebih lama untuk memunculkan efek terapi setelah
mengkonsumsi levodopa
On-off phenomenon
Perubahan gejala-gejala Parkinson secara mendadak dan tidak dapat diprediksi.
Perubahan tersebut meliputi fluktuasi gerakan-gerakan involunter (diskinesia) /
On phase, bergantian dengan gejala akinesia Parkinson / Off phase
Athetosis
Chorea
A.
Athetosis
- Lesi pada PUTAMEN
- Dyskinesia, gerakan menggeliat,
memutar, lambat
- Melibatkan otot-otot extremitas,
wajah, dan batang tubuh
B.
Ballismus
- Lesi pada NUCLEUS SUBTHALAMICUS
- Biasanya unilateral = hemiballismus
- Gerakan involunter seperti memukul
/ mencambuk dengan keras.
- Melibatkan otot-otot proksimal
extremitas
C.
Chorea
-
Ballismus
Parkinson Disease
Chorea vascular
Berhubungan dengan lesi iskemik atau hemorrhagik pada ganglia basal atau white matter di
dekatnya. Sering bermanifestasi sebagai hemichorea
Chorea metabolik
Disebabkan oleh berbagai faktor : hipoglikemia, hipertiroidism, gagal ginjal, diet ketogenik
Drug-induced chorea
Disebabkan oleh levodopa (paling sering), antipsikotik, antiemetik, antiepilepsi (asam valproat,
lamotrigine, hidantoin), calcium channel blocker (flunarizine, cinnarizine)
Tremor
Physiological Tremor
Pathological Tremor
Movement Disorders
Ataxia (lack of order)
Kondisi tidak adanya koordinasi otot yang menyebabkan
gangguan dalam keseimbangan, postur tubuh, koordinasi
otot, kontrol bicara, dan gerakan mata
Ataxia cerebellar karena disfungsi cerebellum.
Manifestasi klinis : hipotonia antagonis, asinergi, dismetria,
disdiakokinesia. Bisa bilateral atau unilateral
Ataxia sensorik karena hilangnya input propriosepsi.
Manifestasi klinis : unsteady "stomping" gait with heavy
heel strikes, postural instability
Ataxia vestibular disfungsi sistem vestibular yang mana
pada kasus akut dan unilateral terdapat vertigo, mual, dan
muntah
Tardive Dyskinesia
Gerakan-gerakan involunter
repetitif, ritmis
Melibatkan otot-otot lidah,
rahang, pipi, bibir, truncal,
ekstremitas atas, ekstremitas
bawah, wajah, dan sistem
respirasi
Buccolingual-facial-mastication
syndrome merupakan
manifestasi paling umum
Biasanya terjadi karena
penggunaan antipsikotik
Paralytic polio
Occurs in less then one per cent of infections. The
virus enters the brain and causes varying degree of
disability.
Diagnosis of Polio
Paralisis flaccid (Lower Motor
Neuron), Asimetris
Progresi yang cepat dari paralisis
(1-2 hari)
Tidak ada defisit sensorik atau
hilangnya sensasi propriosepsi
Kontrol autonom dan volunter dari
bladder dan usus tidak terganggu
Biasanya ada riwayat demam
Hyperesthesia atau paresthesia
pada ekstremitas and nyeri otot
umum ditemukan. Terkadang ada
nyeri tekan otot
Guillain-Barre Syndrome
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala utama : mudah lelahnya otot-otot skelet
selama aktivitas (membaik setelah adanya periode
istirahat)
Otot-otot yang terlibat : mata dan kelopak mata (90%),
wajah, otot-otot mastikasi, otot-otot menelan, otot-otot
bicara, dan otot-otot pernapasan
Kelemahan fluktuatif : biasanya otot akan semakin
lemah ketika adanya ativitas dan memburuk saat siangsore
Tidak adanya defisit sensorik atau hilangnya refleks
Dapat dipicu oleh stress emosional, kehamilan,
mesntruasi, penyakit sekunder, trauma, temperatur yang
ekstrim, hipokalemia, ingesti obat-obatan yang memblok
neuromuskular, bedah
Diagnostic Studies
Assessment:
Wartenberg Test
Have patient look up for 2-3 minutes;
if MG, patient will have increased
drop of eyelids
Tensilon Test
In patient with MG, there is improved
muscle
contractility
after
IV
administration
of
acetylcholineesterase inhibitor agent
edrophonium chloride (tensilon).
Keep atropine on hand to counteract
effects of tensilon
Prostigmin / Neostigmin Test
Prostigmin 0,5-1mg + SA 0,1 mg via
IM/SC
EMG may show muscle fatigue
Serologic testing, presence of
autoantibodies against the acetylcholine
receptor (AChR-Ab), or against a receptorassociated protein, muscle specific tyrosine
kinase (MuSK-Ab)
Diagnostic studies
Ice pack test
Can be used in patients with ptosis, particularly those in whom
the edrophonium test is considered too risky.
Not helpful for those with extraocular muscle weakness.
Improving neuromuscular transmission at lower muscle
temperatures
In the ice pack test, a bag (or surgical glove) is filled with ice and
placed on the closed lid for two minutes. The ice is then
removed and the extent of ptosis is immediately assessed. The
sensitivity appears to be about 80 percent in those with
prominent ptosis.
Therapeutic management
Symptomatic Anticholinesterase inhibitors - prevents
anticholinesterase from breaking down ACh; helps
neurotransmission. Monitor dose.
Examples : Edrophonium, Neostigmine, and Pyridostigmine
Myasthenic Crisis
UNDER MEDICATION
Cholinergic Crisis
OVER MEDICATION
Too high a dose of cholinergic treatment medications
Muscles stop responding to the bombardment of ACh, leading
to flaccid paralysis and respiratory failure and LOW BP
Cholinergic Signs & Symptoms: hypersecretions/hypermotility
STOP all anticholinesterase meds
Treat with Atropine (anticholinergic)
DEMENTIA
Contrasting Features of
Dementia and Delirium
Etiologies of Dementia
Alzheimers Disease
Vascular Dementia
NEURO INFECTION
Encephalitis
Demam
Penurunan
kesadaran
Kejang
Meningitis vs Encephalitis
Encephalitis
Inflammation of brain parenchyma (white and gray matter)
It is almost always associated with inflammation of the
meninges (meningoencephalitis) and may involve the spinal
cord (encephalomyelitis)
Encephalitis will affect normal brain functions such as altered
mental status, motor or sensory deficits, behavior or personality
changes, speech or movement disorders.
Meningitis
Inflammation of the meninges
Cerebral functions intact no focal neurological deficits
Can be lethargic
Meningitis
Meningeal signs
LUMBAR PUNCTURE
A horizontal line joining
the highest points of the
iliac crests passes
through the tip of the L4
spinous process and the
L4-L5 IV disc. This is a
useful landmark when
performing a lumbar
puncture to obtain a
sample of cerebrospinal
fluid.
Peningkatan protein pada CSF juga dapat dilihat dengan Nonne Test / Nonne-Apelt Test dan Pandy
Test. Kedua tes ini memiliki prinsip yang sama yaitu mendeteksi peningkatan kadar protein dalam CSF.
Nonne Test dapat mendeteksi globulin, menggunakan reagen ammonium suphate. Pandy Test dapat
mendeteksi albumin dan globulin, menggunakan carbolic acid atau phenol (Pandy reagent)
Encephalitis
Develops as a result of infections (viruses,
bacteria, ricketsia, etc)
Encephalitis will affect normal brain functions such as
altered mental status, motor or sensory deficits, behavior
or personality changes, speech or movement disorders
Not usually demonstrable by CT
Diffuse swelling of cerebral tissue (hypodense zones
poorly demarcated)
Compression of fluid spaces
Affected area can display contrast enhanced patches
ENCEPHALITIS
Congenital toxoplasmosis
Diffuse hydrocephalus
Multiple calcification at
periventricular area and
choroid plexus
Toxoplasmosis HIV
Nodular lesion 1
Ring enhancement
Cerebral edema
75% at basal ganglia
CEREBRAL ABSCESS
Brain abscess is a focal
collection within the brain
parenchyma, which can
arise as a complication of a
variety of infections, trauma,
or surgery
CEREBRAL ABSCESS
In the early stage only irregular zone of low density and irregular
enhancement are seen
Lesion develops a capsule, a ring of high density will be seen to surround
the low density area
A ring-like enhancement appears in the same area after contrast medium
administration
Mass effect causing midline shift and compression of the ventricle is
marked
HEADACHE
Headache Chart
Tipe
Tempat
Pola
Profil
Migren
tanpa aura
Migren
dengan
aura
Frontotempora
l, uni/bilateral
Berdenyut, berat di
belakang mata/telinga,
menjadi nyeri tumpul
dan menyeluruh
Saat bangun
pagi/lebih siang,
durasi 4-24 jam
Irreguler,
interval minggu
sampai bulan
Cluster
headache
Orbitotemporal,
unilateral
Tension
headache
Menyeluruh
Menekan, tidak
berdenyut
Terus menerus
Intensitas berubah
dalam hari,
minggu, bulan
Satu/lebih
periode dari
bulan sampai
tahun
Iritasi
mening
Menyeluruh/bif
rontal/bioksipit
al
Nyeri dalam
menetap, hebat
Berulang,
berkembang menit
sampai jam
Episode tunggal
Tumor
otak
Menyeluruh/un
ilateral
Intensitas berubah,
saat bangun, nyeri
menetap
Menit sampai
jam, memburuk
pada pagi
Sekali, minggu
sampai bulan
Arteritis
temporal
Biasanya
temporal
Berdenyut kemudian
menetap nyeri dan
panas, arteri menebal
dan lunak
Berselang
kemudian terus
menerus
Menetap untuk
minggu sampai
bulan
Migraine
Migraine
Migraine Therapy
Abortive Therapy causative
NSAID, opioid nonspecific
NSAID pilihan = Asam asetilsalisilat 1000 mg (PO/IV), Diklofenak 50100 mg, paracetamol 1000 mg (PO/supp), ibuprofen 200-800 mg
Preventive therapy
Tricyclic antidepressants, for example amitriptyline
CLUSTER HEADACHE
3.1 Cluster headache
A. At least 5 attacks fulfilling criteria B-D
B. Severe or very severe unilateral orbital, supraorbital
and/or temporal pain lasting 15-180 min if untreated
C. Headache is accompanied by 1 of the following:
1. ipsilateral conjunctival injection and/or lacrimation
2.ipsilateral nasal congestion and/or rhinorrhoea
3.ipsilateral eyelid oedema
4.ipsilateral forehead and facial sweating
5. ipsilateral miosis and/or ptosis
6.a sense of restlessness or agitation
D. Attacks have a frequency from 1/2 d to 8/d
E. Not attributed to another disorder
ICHD-II. Cephalalgia 2004; 24 (Suppl 1)
Prophylactic Therapy
Trigeminal Neuralgia
Paroxysmal attacks of severe,
short, sharp, stabbing pain
affecting one or more
divisions of the trigeminal
nerve
Precipitated by : chewing,
speaking, washing the face,
tooth-brushing, cold winds, or
touching a specific trigger
spot (e.g. Upper lip or gum)
Etiology :
Many remains unexplained
Compression of the nerve root by tumor of
cerebellopontine angle
Demyelination
Trigeminal Neuralgia
Investigation
CT/MRI to exclude a cerebello-pontine angle
lesion
Management
Carbamazepine (600-1600 mg/day)
Nerve block
Trigeminal ganglion/root injection with
alcohol/phenol
Microvascular decompression
Radiofrequency thermocoagulation
Hematoma
Abscess
Aneurysms , arteriovenous malformations
(AVMs)
Cyst - 3rd ventricle colloid cyst
Vertigo
Vertigo : persepsi yang salah dari gerakan
seseorang atau lingkungan sekitarnya
Persepsi gerakan bisa berupa
Rasa berputar, disebut vertigo vestibular (karena
masalah di dalam sistem vestibular)
Rasa goyang, melayang, mengambang, disebut vertigo
non vestibular (karena gangguan sistem proprioseptif
atau sistem visual) contoh : motion sickness
Pedoman Tatalaksana Vertigo (PERDOSSI, 2012)
Vertigo
Berdasarkan letak lesi, vertigo vestibular dibagi
menjadi :
Vertigo Vestibular Perifer karena maslaah di labirin
dan nervus vestibularis
Contoh penyebab : BPPV, Menieres disease, Neuritis
vestibularis, Labirintitis, obat-obatan ototoksik, tumor
nervus VIII, perilymph fistula
Etiologi Vertigo
Menieres Disease
Penyebab :
- hidrops
endolimfatik
Menieres Disease
Terapi Non-farmakologis
Diet rendah Natrium ( 1500 mg/hari)
Diet rendah kafein, nikotin, alkohol, coklat
Rehabilitasi vestibular
Terapi farmakologis
Simptomatik
Supresan vestibular (antihistamin = dimehidrinat, difenhidramin, meklizin,
prometazin)
Benzodiazepin (diazepam, lorazepam, clonazepam)
Antiemetik (metoclopramide, granisetron, ondansetron)
Steroid
Prednison, metilpredinosolon, dexametason
Terapi intervensi
Terapi destruktif = gentamisin intratimpanik, labirinektomi, vestibular
neurektomi
Terapi non-destruktif = prosedur saccus endolimfatik (dekompresi,
shunting dan sacculotomi, glukokortikoid intratimpanik
Medikamentosa Vertigo
Calcium Channel Blocker
Mengurangi aktivitas ekstatori SSP dengan menekan pelepasan
glutamat, meningkatkan aktivitas NMDA sepcific channel, dan
bekerja langsung sebagai depressor labirin. Bisa untuk vertigo
perifer dan sentral
Antihistamin
Efek antikolinergik dan merangsang inhibitory-monoaminergik,
dengan akibat inhibisi nervus vestibularis
Histaminik
Inhibisi neuron polisinaptik pada nervus vestibularis
Golongan
Dosis Oral
Antiemetik Sedasi
Mukosa Gejala
Kering Ekstrapiramidal
50 mg (3x1)
Antikolinergik
Atropin
Skopolamin
0,4 mg (3x1)
0,6 mg (3x1)
+
+
+++
+++
Monoaminergik
Afetamin
Efedrin
5-10mg(3x1)
25mg (3x1)
+
+
+
+
+
-
Histaminik
Betahistin
6mg (3x1)
Benzodiazepin
Diazepam
2-5mg (3x1)
+++
Antiepileptik
Karbamazepin
Fenitoin
200mg
100mg
+
-
Ca Channel Blocker
Flunarizin
(utk sentral & perifer) 5-10 mg (1x1)
Antihistamin
Difenhidramin
Dimenhidrinat
Straigh leg raise test (Lasegue) test mencari ada tidaknya ischialgia.
Positif bila terdapat nyeri radikular dan parestesia sesuai distribusi nervus
ischiadicus ketika hip joint dielevasikan pada sudut 30-60 derajat dengan lutut
ekstensi
Bila (+) radikulopati L5, S1
Nyeri saat elevasi <10 atau >60 derajat bukan kompresi radiks
Bowstring sign berkurangnya nyeri radikular ketika lutut difleksikan saat
Lasegue test (+)
Lasegue test
Bragard test
Patrick test
Neuroimaging
Foto polos lumbosacral untuk eksklusi diagnosis banding seperti spondilosis,
spondilolistesis, fraktur, keganasan, infeksi, proses degenerasi, penyempitan disk
space. Dapat melihat struktur tulang namun tidak bisa melihat herniated disk
CT SCAN dapat menilai struktur tulang jauh lebih baik dibandingkan MRI dan
foto polos, namun tidak bisa mengevaluasi radix saraf
MRI dapat menvisualisasi soft tissue lebih baik dan informatif dibandingkan CT
SCAN. Paling disarankan untuk penegakan diagnosis herniated disc
CT myelografi jarang diindikasikan karena invasif. Dapat menvisualisasi radiks
saraf spinal dan disarankan pada pasien herniated disc yang intolerasi atau memiliki
kontraindikasi terhadap MRI.
Elektrodiagnosis
Nerve Conduction Study (NCS) dan elektromiografi (EMG)
Digunakan apabila temuan neuroimaging tidak konsisten dengan presentasi klinis
pasien
NCS dan EMG memiliki diagnostik yang tinggi apabila dilakukan pada radikulopati
dengan kelemahan otot yang sudah ada minimal 3 minggu
Pada radikulopati, NCS dan EMG dapat melokaslisasi radiks nervi spinal yang
bermasalah
CT myelogram
Foto polos
lumbosacral
CT SCAN
terdapat
spondylolysis
L2-L3
MRI
terdapat HNP
pada IV disc
L4-L5
TATALAKSANA HNP
Konservatif
Analgesik golongan NSAID
Modifikasi aktivitas (kurangi duduk yang terlalu lama,
membungkuk, mengangkat barang)
Fisioterapi, program olahraga
Collar neck atau korset lumbal sementara selama 2 minggu
Injeksi kortikosteroid epidural pada kasus nyeri radikular
yang hebat di lumbal
Indikasi Bedah
Nyeri yang tidak tertahankan walaupun sudah menjalani
terapi konservatif yang adekuat selama > 3 bulan
Hasil EMG terdapat kompresi radiks
Defisit neurologis yang progresif
Prosedur = discectomy anterior servikal atau laminektomi
Red Flags
Fraktur vertebra
Sindroma kauda
ekuina atau defisit
neurologik berat
1. NociceptiveInflamatorik
Caused by activity
in neural pathways
in response to potentially
tissue-damaging stimuli
fracture /
Postoperative
Ongoing or
impending injury
4. Mixed type
Caused by a
combination of both
primary injury or
secondary effects
2. Neuropathic
Initiated or caused by
primary lesion or
dysfunction
in the nervous sys.
sprain
Inflamation /
Infection
Muscle Stretch
strangulated
(scar tissue)
Myofascial pain
inflamed (infection )
Infiltrated or compressed
(tumors)
The Assessment of the Patient with Pain, Steven Richeimer, M.D. Director USC Pain Management, USC Medical Center, Los Angeles, CA, USA, 2007
If patients have more than one painful area, they are to consider the one area that is most
relevant to them when answering the ID Pain questions.
Scoring was from 1 to 5. If you score 2 or more, you may have neuropathic pain. Talk to
your doctor. Higher scores are more indicative of pain with a neuropathic component
Electromyography (EMG)
Tidak terlalu berguna pada pasien yang memiliki tanda dan
gejala klasik CTS dan sudah memiliki temuan NCS yang sesuai
Untuk eksklusi kondisi lain seperti polineuropati, plexopati,
radikulopati
Electromyography (EMG)
Electromyography (EMG)
Sebuah elektroda dimasukkan langsung ke dalam otot,
kemudian MUP (motor unit action potential) direkam
EMG pattern dapat membedakan apakah kelemahan
otot disebabkan oleh neuropathy atau myopathy
Neuropathic disorders increased spontaneous
activity (fibrillation potentials and positive sharp
waves) / fasciculations
Fasikulasi disebabkan karena deinervasi kronis dari sel-sel
otot. Deinervasi juga menyebabkan axon-axon motor
didekat sel-sel otot mengalami sprouting dan menginervasi
daerah otot yang lebih besar motor unit menjadi lebih
besar Amplitudo dan durasi MUP menjadi lebih besar
Electromyography (EMG)
Ketika otot dikontraksikan secara volunter
EMG akan memperlihatkan pola continuous
firing dari motor unit normal recruitment
pattern
Neuropathy recruitment pattern memiliki
amplitudo normal namun interrupted firing
Myopathy recruitment pattern memiliki
amplitudo yang turun namun continuous (or
increased) firing
Tanda
Jari kelingking berada pada posisi abduksi dan tidak dapat diadduksikan. Deformitas ini
disebabkan oleh tarikan otot ekstensor digiti minimi (EDM) yang diinervasi oleh nervus
radialis. Adduksi jari kelingking tidak bisa dilakukan karena terdapat paralisis pada
interosseus palmaris III (inervasi oleh nervus ulnaris). Tarikan ekstensor digiti minimi
menyebabkan abduksi kelingking karena otot ini memiliki insersi pada basis phalanx
proksimal aspek ulna jari 5.
Nervus ulnaris.
Nervus radialis
Nervus brachialis
Nervus axillaris
Saraf-saraf thenar dan hypothenar
TERIMA KASIH